PROPOSAL Gangguan Tidur
PROPOSAL Gangguan Tidur
PROPOSAL Gangguan Tidur
GANGGUAN TIDUR
Disusun oleh :
Fatin Fatira Farhah 110.2010.098
Nursyifa Yusena 110.2010.213
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan Rahmat-Nya
sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan yang berjudul “Gangguan
Tidur” yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Kepaniteraan Klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
Terima kasih tim penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan proposal penyuluhan ini, khususnya kepada konsulen-konsulen pembimbing
yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan dalam penulisan karya ilmiah ini.
Tim penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda sejawat dan
semua pihak yang ikut berkontribusi.
Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu tim penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN.................................................................................... 5
BAB I : PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 6
I.2. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 6
I.3. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pola Tidur ............................................................................................................ 7
II.2. Gangguan Pola Tidur ........................................................................................... 9
II.3. Macam-macam Gangguan Pola Tidur ................................................................. 10
II.4. Terapi Gangguan Pola Tidur ................................................................................ 16
BAB III : KESIMPULAN ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 20
3
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. IDENTITAS
Topik : Gangguan Tidur
Sub Topik : Mengenal lebih dalam tentang Gangguan Tidur
Hari/Tanggal :
Waktu : .00 s/d selesai
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien rawat jalan
Tempat : RS Jiwa Islam Klender
V. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflet
VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Kegiatan Penyuluhan Audiance Waktu
Mengucap salam Menjawab salam
1. Pembukaan 5 menit
Memperkenalkan diri Memperhatikan
2. Isi Penyampaian isi materi Memperhatikan 15 menit
Menyimpulkan materi Memperhatikan
Memberi kesempatan Aktif bertanya
3. Penutup peserta untuk bertanya Menjawab salam 10 menit
Menutup dan mengucap
salam
5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita
yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat
baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling
sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan
akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya
tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih
sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin
meningkat sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari,
kecenderungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu
penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru
akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur
merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang.
I.2. TUJUAN PENULISAN
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pola tidur dan tipe-tipenya.
2. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang definisi gangguan tidur.
3. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang macam-macam gangguan
tidur.
4. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang terapi gangguan tidur.
5. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di
RSIJ Klender.
Sebenarnya tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak,
khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang
digunakan untuk mengingat, memvisualkan, serta membayangkan, menilai dan memberikan
alasan sesuatu.
Dikatakan sehat dan normal bila begitu naik ke atas tempat tidur dengan tatanan rapi, bantal
enak dan empuk, kurang lebih selang 30 menit sudah tertidur, bahkan ada orang begitu
mencium bantal dalam 3-5 menit langsung tertidur. Salah satu kriteria yang digunakan
adalah “Siklus Kleitman”, yang terdiri dari aktivitas bangun / aktivitas harian dan siklus tidur
yang juga dikenal sebagai activity / rest cycle. Siklus ini terdiri dari Rapid Eye Movement
(REM) dan Non-Rapid Eye Movement (NREM). Sebenarnya bentuk pola tidur dapat
dibedakan dengan memperhatikan pergerakan bola mata yang dimonitor selama fase tidur.
Secara obyektif, EEG dapat digunakan untuk mencatat fase REM maupun NREM selama
tidur. Tidur yang dipengaruhi oleh NREM ditandai dengan gelombang EEG yang bervoltase
tinggi tetapi berfrekuensi rendah, sedangkan tidur yang dipengaruhi oleh REM ditandai oleh
gambaran EEG yang berfrekuensi tinggi tetapi bervoltase rendah.
Siklus dari Kleitman akan berulang selama periode tidur setiap pengulangan diserati dengan
pemendekan fase 3-4 dari NREM yang disebut SWS (Slow Wave Sleep) sedangkan lama
REM lebih panjang. Kenyenyakan tidur sebenarnya tergantung pada lamanya fase-fase yang
7
dilalui dari fase pertama sampai fase empat dari NREM. Sedangkan fase ini berjalan cepat,
maka orang itu belum tidur nyenyak.
Pada usia lanjut, jumlah tidur yang dibutuhkan setiapa hari akan makin berkurang dan disertai
fragmen-fragmen tidur yang banyak sehingga jumlah SWS makin berkurang dan ini
menunjukkan bahwa mereka mengalami masa tidur yang tidak terlalu nyenyak.
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, kemudian diikuti oleh
fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian
antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20jam/hari, anak-anak 10-12
jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5
jam/hari pada orang dewasa.
8
2-3 siklus per menit, aktivitas positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi
dan tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal.
Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur.
Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per detik,
amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak ada
gerakan bola mata.
Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3 dan 4 sulit dibedakan.
Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3. Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4
disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar
10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan
setengah malam. Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur.
REM ditandai dengan rekaman EEG yang menyerupai tahap pertama, yang terjadi
bersamaan dengan gerak bola mata yang cepat dan penurunan level muscle tone. Periode
REM akan disertai dengan frekuensi pernafasan dan frekuensi jantung yang berfluktuasi.
Periode ini dikenal sebagai desynchronized sleep.
Pada orang dewasa muda normal periode tidur NREM berakhir kira-kira 90 menit sebelum
periode pertama REM, periode ini dikenal sebagai periode REM laten. Jumlah siklus REM
bervariasi dari 4 sampai 6 tiap malamnya, tergantung pada lamanya tidur. Siklus tidur lebih
pendek pada bayi dibandingkan pada orang dewasa. Periode REM pada bayi berkisar antara
50-60 menit pada awalnya, yang lama-kelamaan akan meningkat. Siklus tidur dewasa
berlangsung 70-100 menit selama masa remaja.
9
pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%), psychophysiological (15%), sindroma
kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%),
depresi (65). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%), gangguan obstruksi
sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%), narcolepsy (mendadak tidur)
(0,03%-0,16%). Klasifikasi dan penatalaksanaan gangguan tidur masih terus berkembang
seiring dengan penelitian yang ada.
Dampak akibat gangguan pola tidur pada aspek mood, meliputi iritabilitas, mood yang
berubah-ubah, dan kendali emosi yang buruk. Dampak pada fungsi kognitif, meliputi atensi
dan konsentrasi yang berkurang, waktu reaksi yang melambat, kewaspadaan yang berkurang,
penurunan fungsi eksekutif (pengambilan keputusan, penyelesaian masalah), gangguan
pembelajaran, dan prestasi belajar yang buruk. Sedangkan dampak gangguan tidur pada
aspek perilaku, meliputi hiperaktivitas, ketidakpatuhan, perilaku membangkang, kendali
impuls yang buruk, peningkatan keinginan untuk pengambilan resiko. Gangguan tidur juga
dapat berdampak pada kehidupan berkeluarga, seperti efek negatif pada orang tua, stress
keluarga, gangguan dalam pernikahan, serta masalah sosial lainnya.
12
dan dengan penurunan desaturasi oksigen yang signifikan, tanda nocturnal lainnya
seperti mendengkur, nafas yang terengah-engah, gastro-esophageal reflux, ngompol,
pergerakan tubuh yang hebat, berkeringat pada malam hari dan pagi hari, sakit kepala.
Gejala pada siang hari meliputi keinginan untuk tidur yang sangat hebat atau serangan
tidur. Gangguan tersebut mempunyai efek psiklologis yang serius, meliputi proses
berfikir yang lambat, kerusakan ingatan, dan perhatian. Pasien sering merasa cemas,
dysphoric mood, keluhan fisik yang bervariasi. Pasien dengan sleep apnea biasanya
gemuk, usia pertengahan (dapat pula mengenai semua kelompok umur), dan wanita.
e. Gangguan Tidur Irama Sirkadian (Gangguan Jadwal Bangun Tidur)
Gambaran penting gangguan ritmik sirkadian yaitu pola menetap dan berulang
gangguan tidur akibat tidak sinkronnya jam biologik sirkadian internal seseorang
dengan siklus tidur-bangun. Hal ini terjadi karena tidak cocoknya jam sirkadian
dengan tuntutan eksogen mengenai saat dan lama tidur misalnya karena perjalanan
melintasi zona waktu yang berbeda. Penyebab lain dapat berupa disfungsi ritmik
biologik dasar.
I.2 Parasomnia
Merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang
berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus
ini sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik potensial,
sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering
ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan atau
penurunan insidensi pada usia dewasa (3%). Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan
perubahan sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan
diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.
Parasomnia terdiri dari mimpi buruk, ancaman tidur dan tidur berjalan (atau somnambulism).
Ketiga gangguan tersebut relatif sering terjadi pada anak-anak. Gangguan ini biasanya akan
berkurang pada akhir masa remaja teapi dapat juga berlanjut ke masa dewasa.
a. Gangguan mimpi buruk
Gangguan mimpi buruk adalah suatu kegelisahan atau ketakutan yang amat sangat
pada waktu malam, dan mimpi semacam ini akan selalu diingat oleh pasien sebagai
sesuatu yang sangat mencekam. Keadaan ini terjadi pada 5% manusia dari seluruh
penduduk dan akan berlangsung menjadi kronis.
13
b. Gangguan teror tidur
Episode dari gangguan ini terjadi selama dua pertiga dari masa tidur dan sering
dimulai dengan teriakan yang keras diikuti oleh kecemasan yang hebat dengan tanda-
tanda autonomic hyperousal, seperi takikardia dan nafas yang cepat. Orang-orang
dengan teror tidur tidak sepenuhnya kembali sadar setelah suatu episode, dan biasanya
tidak mempunyai ingatan yang mendetil tentang kejadian yang terjadi. Penyebab
gangguan ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi gangguan ini sering terjadi
bersamaan dengan tidur berjalan. Pada teror tidur yang utama adalah daya ingat
pasien tentang mimpi tadi. Menurut Kandouw, ada perbedaan mimpi buruk dan teror
tidur. Ketika mengalami mimpi buruk, penderita sadar dan bisa berorientasi dengan
sekitarnya. Mimpi buruk terjadi pada separuh akhir tidur. Penderita mampu
mengingat dan menggambarkan kembali mimpinya secara detail dan nyata. Jika
mimpi buruk terjadi pada akhir tidur, teror tidur terjadi di sepertiga awal tidur.
Episode teror ini berulang-ulang, dimana penderita bangun dan berteriak ketakutan,
mengalami kecemasan hebat dan hiperaktif. Namun, penderita kurang bisa mengingat
kejadian yang telah dialami. Penderita juga mengalami disorientasi.
c. Tidur berjalan (somnambulism)
Orang yang tidur berjalan didefinisikan sebagai episode pengulangan dari tidur dan
biasanya tidak tahu arah, relatif tidak memberikan respon terhadap komunikasi
seseorang, dan hanya dapat dibangunkan dengan usaha keras. Pada saat sadar, orang
tersebut tidak dapat mengingat kejadiannya. Episode tidur berjalan dan mimpi buruk
terjadi dalam waktu tiga jam setelah jatuh tidur. Tidur berjalan cirinya terjadi dalam
waktu kurang dari 10 menit. Orang-orang akan berjalan tanpa tujuan, tanpa
menghiraukan keadaan lingkungan sekitarnya. Pasien tidur berjalan dapat melakukan
kegiatan-kegiatan ringan seperti membuka pintu atau jendela sehingga dapat
membahayakan jiwanya.
15
singkat. Dengan abstinensi, tidur pada awalnya akan terganggu; insomnia dan mimpi
buruk dapat terjadi, tetapi kemudian akan mengalami perbaikan bertahap.
e. Gangguan Psikiatrik Lainnya
Delirium berperan terhadap terjadinya agitasi selama awal sore atau malam hari.
Secara klinis, tidur akan terputus-putus dengan frekuensi terbangun yang sering, awal
insomnia, atau terbangun di awal pagi hari. Polysomnographic akan memperlihatkan
tidur yang terputus-putus, rendahnya efisiensi tidur, penurunan tahap 3 dan 4 tidur,
penurunan presentasi REM tidur.
16
Psikoterapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti (depressi,
obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita dapat membantu
mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan
obat hipnotik.
4. Pendekatan farmakologi
Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara kausal, juga
dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang mempunyai
kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari reticular activating system (ARAS)
diotak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan saraf pusat, mulai
dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres.
Selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan dari proses fisiologis, obat
hipnotik juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari berikutnya (long
acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu pula bila pemakaian obat jangka
panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan
obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah
gangguan pada fase latensi panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas
sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan atau
akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam
penggunaan gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil
dicari penyebab yang mendasari.
17
Dengan pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema
gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati pada
pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya
kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi penyebab yang
mendasarinya atau obat hipnotik adalah sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat
hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat yang bereaksi cepat (short action) dengan membatasi
penggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola tidur yang normal.
Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dan tidak lebih dari 2
minggu untuk short term insomnia. Untuk long term insomnia dapat dilakukan evaluasi
kembali untuk mencari latar belakang penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila
penggunaan jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara perlahan-lahan untuk
menghindarkan terapi withdrawal.
18
BAB III
KESIMPULAN
Tidur adalah proses yang amat diperlukan manusia untuk terjadinya pembentukan sel-sel
tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu bagi organ tubuh untuk
beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Rata-
rata orang dewasa membutuhkan 7,5 jam tidur setiap malamnya, walaupun ada beberapa
orang yang memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Hal ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya usia, aktivitas fisik, penggunaan obat, dan sebagainya.
Apabila keadaan tersebut mengalami kelainan maka akan timbul gangguan tidur. Sebagai
dokter, kita harus melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang teliti dan seksama agar
diagnosis tipe gangguan tidur dapat ditegakkan. Kriteria diagnosis untuk masing-masing
gangguan tidur berbeda-beda menurut jenisnya.
Gangguan mental seperti depresi, anksietas, demensia serta delirium dapat pula menimbulkan
gangguan tidur. Pola gangguan tidur pada penderita depresi berbeda dengan yang tidak
menderita depresi; pada depresi terjadi gangguan pada setiap stadium gangguan tidur.
Langkah pertama mengobati gangguan tidur adalah mengoptimalkan terapi terhadap penyakit
yang mendasarinya.
Edukasi penting diberikan kepada pasien tentang sleep hygiene yang baik dalam mengatasi
berbagai gangguan tidur. Penggunaan obat hipnotik-sedatif harus dibatasi dan diawasi dengan
cermat, mengingat efek samping yang dapat ditimbulkannya, oleh karenanya penggunaan
obat tersebut harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan individual dari pasien.
19
DAFTAR PUSTAKA
Frost R. Sleep Disorder. Dalam: Introductory Textbook of Psychiatry, Andreasen NC, Black
DW. eds, 3rd ed. Am Psychiatric Publ. Inc, Washington DC, London. 2001.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th ed, Text Revision, American
Psychiatric Association, 2000.
Setiabudhi, Tony. Gangguan Tidur. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri), cetakan ke
sembilan. Lektor Kepala Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 2010/2011.
Printz PN, Vittelo MV. Sleep disorders. Dalam: Comprehensive Textbook of Psychiatry.
Sadock BJ, Sadock VA, eds, 7th ed, Lippincott Williams & Wilkins. A Wolters Kluwer Co.
2000.
Sadock BJ. Normal sleep and Sleep disorders. Synopsis of Psychiatry, 10th ed, Lippincott
Williams & Wilkins. A Wolters Kluwer Co.; 2007.
www.cerminduniakedokteran.com
20