PROPOSAL Gangguan Tidur

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENYULUHAN

GANGGUAN TIDUR

Disusun oleh :
Fatin Fatira Farhah 110.2010.098
Nursyifa Yusena 110.2010.213

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RS JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA
JULI 2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan Rahmat-Nya
sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan yang berjudul “Gangguan
Tidur” yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Kepaniteraan Klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.

Terima kasih tim penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan proposal penyuluhan ini, khususnya kepada konsulen-konsulen pembimbing
yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan dalam penulisan karya ilmiah ini.
Tim penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda sejawat dan
semua pihak yang ikut berkontribusi.

Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu tim penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.

Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Juli 2015

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN.................................................................................... 5
BAB I : PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 6
I.2. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 6
I.3. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pola Tidur ............................................................................................................ 7
II.2. Gangguan Pola Tidur ........................................................................................... 9
II.3. Macam-macam Gangguan Pola Tidur ................................................................. 10
II.4. Terapi Gangguan Pola Tidur ................................................................................ 16
BAB III : KESIMPULAN ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 20

3
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. IDENTITAS
Topik : Gangguan Tidur
Sub Topik : Mengenal lebih dalam tentang Gangguan Tidur
Hari/Tanggal :
Waktu : .00 s/d selesai
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien rawat jalan
Tempat : RS Jiwa Islam Klender

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui Gangguan
Tidur, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang merupakan sasaran dari
penyuluhan ini memahami tentang Gangguan Tidur.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan para peserta dapat :
1. Memahami tentang pola tidur dan tipe-tipenya
2. Memahami tentang definisi gangguan tidur
3. Memahami tentang macam-macam gangguan tidur
4. Memahami tentang terapi gangguan tidur

IV. MATERI (TERLAMPIR)

V. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflet

VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

4
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Kegiatan Penyuluhan Audiance Waktu
 Mengucap salam  Menjawab salam
1. Pembukaan 5 menit
 Memperkenalkan diri  Memperhatikan
2. Isi  Penyampaian isi materi  Memperhatikan 15 menit
 Menyimpulkan materi  Memperhatikan
 Memberi kesempatan  Aktif bertanya
3. Penutup peserta untuk bertanya  Menjawab salam 10 menit
 Menutup dan mengucap
salam

5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita
yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat
baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling
sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan
akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya
tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.

Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih
sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin
meningkat sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari,
kecenderungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu
penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru
akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur
merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang.
I.2. TUJUAN PENULISAN
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pola tidur dan tipe-tipenya.
2. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang definisi gangguan tidur.
3. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang macam-macam gangguan
tidur.
4. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang terapi gangguan tidur.
5. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di
RSIJ Klender.

I.3. MANFAAT PENULISAN


1. Agar lebih memahami tentang pola tidur dan tipe tidur
2. Agar lebih memahami tentang gangguan tidur
3. Agar lebih memahami tentang macam-macam gangguan tidur
4. Agar lebih memahami tentang terapi gangguan tidur
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. POLA TIDUR
Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang memiliki fungsi perbaikan dan
homeostatik (mengembalikan keseimbangan fungsi-fungsi normal tubuh) serta penting pula
dalam pengaturan suhu dan cadangan energi normal. Rasa kantuk berkaitan erat dengan
hipotalamus dalam otak. Dalam keadaan badan segar dan normal, hipotalamus ini bekerja
baik sehingga mampu memberi respon normal terhadap perubahan tubuh maupun
lingkungannya. Namun, setelah badan lelah usai bekerja keras seharian, ditambah jam rutin
tidur serta sesuatu yang bersifat menenangkan di sekelilingnya, seperti suara burung
berkicau, angin semilir, kasur dan bantal empuk, udara nyaman, dll., kemampuan merespon
tadi berkurang sehingga menyebabkan seseorang mengantuk. Disini yang berperan adalah
suatu zat yang disebut GABA (Gamma Aminobutyric Acid), merupakan asam amino yang
berfungsi sebagai neurotransmiter (penghantar sinyal saraf).

Sebenarnya tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak,
khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang
digunakan untuk mengingat, memvisualkan, serta membayangkan, menilai dan memberikan
alasan sesuatu.

Dikatakan sehat dan normal bila begitu naik ke atas tempat tidur dengan tatanan rapi, bantal
enak dan empuk, kurang lebih selang 30 menit sudah tertidur, bahkan ada orang begitu
mencium bantal dalam 3-5 menit langsung tertidur. Salah satu kriteria yang digunakan
adalah “Siklus Kleitman”, yang terdiri dari aktivitas bangun / aktivitas harian dan siklus tidur
yang juga dikenal sebagai activity / rest cycle. Siklus ini terdiri dari Rapid Eye Movement
(REM) dan Non-Rapid Eye Movement (NREM). Sebenarnya bentuk pola tidur dapat
dibedakan dengan memperhatikan pergerakan bola mata yang dimonitor selama fase tidur.
Secara obyektif, EEG dapat digunakan untuk mencatat fase REM maupun NREM selama
tidur. Tidur yang dipengaruhi oleh NREM ditandai dengan gelombang EEG yang bervoltase
tinggi tetapi berfrekuensi rendah, sedangkan tidur yang dipengaruhi oleh REM ditandai oleh
gambaran EEG yang berfrekuensi tinggi tetapi bervoltase rendah.

Siklus dari Kleitman akan berulang selama periode tidur setiap pengulangan diserati dengan
pemendekan fase 3-4 dari NREM yang disebut SWS (Slow Wave Sleep) sedangkan lama
REM lebih panjang. Kenyenyakan tidur sebenarnya tergantung pada lamanya fase-fase yang
7
dilalui dari fase pertama sampai fase empat dari NREM. Sedangkan fase ini berjalan cepat,
maka orang itu belum tidur nyenyak.

Pada usia lanjut, jumlah tidur yang dibutuhkan setiapa hari akan makin berkurang dan disertai
fragmen-fragmen tidur yang banyak sehingga jumlah SWS makin berkurang dan ini
menunjukkan bahwa mereka mengalami masa tidur yang tidak terlalu nyenyak.

Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:


1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, kemudian diikuti oleh
fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian
antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20jam/hari, anak-anak 10-12
jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5
jam/hari pada orang dewasa.

Tahap tidur normal orang dewasa adalah sebagai berikut :


 Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata menutup. Fase ini
ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12 siklus per detik. Tonus otot
meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan meningkatnya rasa kantuk. Pada fase
mengantuk terdapat gelombang alfa campuran.
 Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium 1 NREM
adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki sekitar 5% dari total waktu tidur.
Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang
dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta, tegangan
rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun,
berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila
terbangun merasa seperti setengah tidur.
 Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh aktivitas teta,
voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan kompleks K. Kumparan tidur adalah
gelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12-14 siklus per detik. Kompleks K yaitu
gelombang tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh gelombang lebih lambat, frekuensi

8
2-3 siklus per menit, aktivitas positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi
dan tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal.
Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur.
 Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per detik,
amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak ada
gerakan bola mata.
 Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3 dan 4 sulit dibedakan.
Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3. Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4
disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar
10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan
setengah malam. Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur.

REM ditandai dengan rekaman EEG yang menyerupai tahap pertama, yang terjadi
bersamaan dengan gerak bola mata yang cepat dan penurunan level muscle tone. Periode
REM akan disertai dengan frekuensi pernafasan dan frekuensi jantung yang berfluktuasi.
Periode ini dikenal sebagai desynchronized sleep.

Pada orang dewasa muda normal periode tidur NREM berakhir kira-kira 90 menit sebelum
periode pertama REM, periode ini dikenal sebagai periode REM laten. Jumlah siklus REM
bervariasi dari 4 sampai 6 tiap malamnya, tergantung pada lamanya tidur. Siklus tidur lebih
pendek pada bayi dibandingkan pada orang dewasa. Periode REM pada bayi berkisar antara
50-60 menit pada awalnya, yang lama-kelamaan akan meningkat. Siklus tidur dewasa
berlangsung 70-100 menit selama masa remaja.

II.2. GANGGUAN POLA TIDUR


Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya.
Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17%
diantaranya mengalami masalah serius. Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung
meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan
dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan
tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri, ketergantungan
obat dan alkohol. Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebab-
penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%), gangguan pusat

9
pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%), psychophysiological (15%), sindroma
kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%),
depresi (65). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%), gangguan obstruksi
sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%), narcolepsy (mendadak tidur)
(0,03%-0,16%). Klasifikasi dan penatalaksanaan gangguan tidur masih terus berkembang
seiring dengan penelitian yang ada.

Dampak akibat gangguan pola tidur pada aspek mood, meliputi iritabilitas, mood yang
berubah-ubah, dan kendali emosi yang buruk. Dampak pada fungsi kognitif, meliputi atensi
dan konsentrasi yang berkurang, waktu reaksi yang melambat, kewaspadaan yang berkurang,
penurunan fungsi eksekutif (pengambilan keputusan, penyelesaian masalah), gangguan
pembelajaran, dan prestasi belajar yang buruk. Sedangkan dampak gangguan tidur pada
aspek perilaku, meliputi hiperaktivitas, ketidakpatuhan, perilaku membangkang, kendali
impuls yang buruk, peningkatan keinginan untuk pengambilan resiko. Gangguan tidur juga
dapat berdampak pada kehidupan berkeluarga, seperti efek negatif pada orang tua, stress
keluarga, gangguan dalam pernikahan, serta masalah sosial lainnya.

II.3. MACAM-MACAM GANGGUAN POLA TIDUR


Berikut ini adalah gangguan tidur menurut DSM-IV-TR.
I. GANGGUAN TIDUR PRIMER
I.1 Dissomnia
I.1.a Insomnia primer
I.1.b Hipersomnia primer
I.1.c Narkolepsi
I.1.d Gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan
I.1.e Gangguan tidur irama sirkadian (gangguan jadwal tidur-bangun)
I.1.f Dissomnia yang tidak ditentukan
I.2 Parasomnia
II.2.a Gangguan mimpi buruk
II.2.b Gangguan teror tidur
II.2.c Gangguan tidur berjalan
II.2.d Parasomnia yang tidak ditentukan

II. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN


10
MENTAL LAIN
II.1 Insomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
II.2 Hipersomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
III. GANGGUAN TIDUR LAIN
III.1 Gangguan tidur karena kondisi medis umum
III.1.a Kejang epilepsi; asma berhubungan dengan tidur
III.1.b Nyeri kepala kluster & hemikrania paroksismal kronik berhubungan
dengan tidur
III.1 c Sindrom menelan abnormal berhubungan dengan tidur
III.1.d Asma berhubungan dengan tidur
III.1.e Gejala kardiovaskuler berhubungan dengan tidur
III.1.f Refluks gastrointestinal berhubungan dengan tidur
III.1.g Hemolisis berhubungan dengan tidur (Hemoglobinuria Nokturnal
Paroksismal)
III.2 Gangguan tidur akibat zat
III.2.a Pemakaian obat hipnotik jangka panjang
III.2.b Obat antimetabolit
III.2.c Obat kemoterapi kanker
III.2.d Preparat tiroid
III.2.e Anti konvulsan
III.2.f Anti depresan
III.2.g Obat mirip hormon Adenokortikotropik (ACTH); kontrasepsi oral; alfa
metil dopa; obat penghambat beta.

I. GANGGUAN TIDUR PRIMER


I.1 Dissomnia
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran tidur ( failling as sleep),
mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep), bangun terlalu dini atau
kombinasi diantaranya. Gambaran penting dari dissomnia adalah perubahan dalam jumlah,
kualitas atau waktu tidur.
a. Insomnia Primer
Insomnia adalah ketidakmampuan secara relatif pada seseorang untuk dapat tidur atau
mempertahankan tidur baik pada saat ingin tidur, “keadaan tidur yang tenang/sedang
tidur” ataupun bangun saat pagi sebelum waktunya (hal ini dikenal sebagai insomnia
11
jenis awal/initial, jenis intermediate dan jenis terminal/late insomnia) atau jika orang
tadi bangun dalam keadaan segar.
Insomnia dikelompokan menjadi :
 Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak
berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian.
 Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan
obat, depresi, atau stres yang hebat.
b. Hipersomnia Primer
Hipersomnia yaitu gangguan dari waktu tidur yang berlebihan atau sleep attacks.
Sedangkan hipersomnia primer adalah tidur yang berlebihan atau terjadi serangan
tidur ataupun perlambatan waktu bangun. Hipersomnia mungkin merupakan akibat
dari penyakit mental, penyakit organik (termasuk obat-obatan) atau idiopatik.
Gangguan ini merupakan kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap
memiliki gangguan jiwa atau malas. Penderita hipersomnia membutuhkan waktu tidur
lebih dari ukuran normal. Pasien biasanya akan tidur siang sebanyak 1-2 kali per hari,
dimana setiap waktu tidurnya melebihi 1 jam. Meski banyak tidur, mereka selalu
merasa letih dan lesu sepanjang hari.
c. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang diakibatkan oleh gangguan psikologis.
Narkolepsi ditandai dengan bertambahnya waktu tidur yang berhubungan dengan
keinginan tidur yang tidak dapat ditahan sebagai salah satu gejala, atau kombinasi
antara gejala seperti cataplexy, sleep paralysis, atau hypnagogic hallucinations.
Gejala dari narkolepsi adalah ditemukannya serangan tidur yang berakhir dari
beberapa detik hingga 30 menit atau lebih lama. Pasien narkolepsi juga dapat
mengalami serangan tidur pada saat bekerja, selama percakapan atau pada keadaan
normal lainnya. 80% pasien narkolepsi mengalami episode cataplexy, dimana terjadi
kehilangan kontrol otot secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan orang tersebut
pingsan tanpa kehilangan kesadaran.
d. Gangguan Tidur Berhubungan Dengan Pernapasan
Central apnea timbul sebagai akibat kerusakan pada pusat pernafasan sehingga tidak
dapat memulai usaha respirasi periperal. Pada orang dewasa gangguan pernafasan
yang berkaitan dengan gangguan tidur dicirikan dengan episode penghentian nafas
selama 10 detik atau lebih selama tidur, dengan frekuensi 10 kali atau lebih tiap jam,

12
dan dengan penurunan desaturasi oksigen yang signifikan, tanda nocturnal lainnya
seperti mendengkur, nafas yang terengah-engah, gastro-esophageal reflux, ngompol,
pergerakan tubuh yang hebat, berkeringat pada malam hari dan pagi hari, sakit kepala.
Gejala pada siang hari meliputi keinginan untuk tidur yang sangat hebat atau serangan
tidur. Gangguan tersebut mempunyai efek psiklologis yang serius, meliputi proses
berfikir yang lambat, kerusakan ingatan, dan perhatian. Pasien sering merasa cemas,
dysphoric mood, keluhan fisik yang bervariasi. Pasien dengan sleep apnea biasanya
gemuk, usia pertengahan (dapat pula mengenai semua kelompok umur), dan wanita.
e. Gangguan Tidur Irama Sirkadian (Gangguan Jadwal Bangun Tidur)
Gambaran penting gangguan ritmik sirkadian yaitu pola menetap dan berulang
gangguan tidur akibat tidak sinkronnya jam biologik sirkadian internal seseorang
dengan siklus tidur-bangun. Hal ini terjadi karena tidak cocoknya jam sirkadian
dengan tuntutan eksogen mengenai saat dan lama tidur misalnya karena perjalanan
melintasi zona waktu yang berbeda. Penyebab lain dapat berupa disfungsi ritmik
biologik dasar.

I.2 Parasomnia
Merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang
berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus
ini sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik potensial,
sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering
ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan atau
penurunan insidensi pada usia dewasa (3%). Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan
perubahan sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan
diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.

Parasomnia terdiri dari mimpi buruk, ancaman tidur dan tidur berjalan (atau somnambulism).
Ketiga gangguan tersebut relatif sering terjadi pada anak-anak. Gangguan ini biasanya akan
berkurang pada akhir masa remaja teapi dapat juga berlanjut ke masa dewasa.
a. Gangguan mimpi buruk
Gangguan mimpi buruk adalah suatu kegelisahan atau ketakutan yang amat sangat
pada waktu malam, dan mimpi semacam ini akan selalu diingat oleh pasien sebagai
sesuatu yang sangat mencekam. Keadaan ini terjadi pada 5% manusia dari seluruh
penduduk dan akan berlangsung menjadi kronis.
13
b. Gangguan teror tidur
Episode dari gangguan ini terjadi selama dua pertiga dari masa tidur dan sering
dimulai dengan teriakan yang keras diikuti oleh kecemasan yang hebat dengan tanda-
tanda autonomic hyperousal, seperi takikardia dan nafas yang cepat. Orang-orang
dengan teror tidur tidak sepenuhnya kembali sadar setelah suatu episode, dan biasanya
tidak mempunyai ingatan yang mendetil tentang kejadian yang terjadi. Penyebab
gangguan ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi gangguan ini sering terjadi
bersamaan dengan tidur berjalan. Pada teror tidur yang utama adalah daya ingat
pasien tentang mimpi tadi. Menurut Kandouw, ada perbedaan mimpi buruk dan teror
tidur. Ketika mengalami mimpi buruk, penderita sadar dan bisa berorientasi dengan
sekitarnya. Mimpi buruk terjadi pada separuh akhir tidur. Penderita mampu
mengingat dan menggambarkan kembali mimpinya secara detail dan nyata. Jika
mimpi buruk terjadi pada akhir tidur, teror tidur terjadi di sepertiga awal tidur.
Episode teror ini berulang-ulang, dimana penderita bangun dan berteriak ketakutan,
mengalami kecemasan hebat dan hiperaktif. Namun, penderita kurang bisa mengingat
kejadian yang telah dialami. Penderita juga mengalami disorientasi.
c. Tidur berjalan (somnambulism)
Orang yang tidur berjalan didefinisikan sebagai episode pengulangan dari tidur dan
biasanya tidak tahu arah, relatif tidak memberikan respon terhadap komunikasi
seseorang, dan hanya dapat dibangunkan dengan usaha keras. Pada saat sadar, orang
tersebut tidak dapat mengingat kejadiannya. Episode tidur berjalan dan mimpi buruk
terjadi dalam waktu tiga jam setelah jatuh tidur. Tidur berjalan cirinya terjadi dalam
waktu kurang dari 10 menit. Orang-orang akan berjalan tanpa tujuan, tanpa
menghiraukan keadaan lingkungan sekitarnya. Pasien tidur berjalan dapat melakukan
kegiatan-kegiatan ringan seperti membuka pintu atau jendela sehingga dapat
membahayakan jiwanya.

II. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN MENTAL


LAIN
Kategori gangguan tidur yang dihubungkan dengan gangguan mental lain dihubungkan
dengan gangguan mental spesifik, termasuk psikotik, mood, dan gangguan kecemasan.
Gangguan tidur juga dapat dihubungkan dengan keadaan medis umum atau efek fisik
langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan).
a. Gangguan Psikotik
14
Gangguan tidur utama pada pasien psikotik adalah insomnia dan hipersomnia. Pasien
schizophrenia, misalnya dapat mengalami gangguan berat pada tidur mereka selama
terjadinya peristiwa psikotik. Perubahannya meliputi pengurangan waktu tidur,
variabilitas dalam waktu REM dan peningkatan densitas REM. Berkurangnya tahap 4
NREM tidur merupakan bentuk yang paling sering ditemukan.
b. Gangguan Afektif
Insomnia pada depresi digambarkan sebagai bangun sangat pagi sebelum waktunya
(misalnya bangun lebih awal dibanding biasanya dan kemudian tidak dapat tidur
kembali). Hipersomnia kadang-kadang perlu diobservasi, terutama pada pasien
dengan bipolar depresi atau dysthymia. Pasien dengan manic dan hypomanic dapat
tidak tidur dan tidur lebih singkat dibanding orang normal, karena mereka hanya
membutuhkan waktu tidur yang singkat. Perubahan polysmonographic pada pasien
depresi meliputi lamanya masa tidur, meningkatnya kesadaran di malam hari, dan
kesadaran di awal pagi, gelom-bang tidur (tahap 3 dan 4); perubahan pada REM
tidur, meliputi terjadinya REM tidur lebih awal pada malam hari (Misalnya masa
laten REM lebih pendek) dan peningkatan frekuensi dari pergerakan bola mata selama
REM tidur.
c. Gangguan Kecemasan
Gangguan cemas sering dihubungkan dengan masalah tidur yang ada. Gambaran
polysomnographic meliputi perubahan nonspesifik pada masa laten tidur, penurunan
efisiensi tidur, peningkatan sejumlah tahap 1 dan 2 tidur, penurunan gelombang tidur.
Stress pasca trauma berperan penting dalam terjadinya insomnia dan gangguan tidur,
tetapi perubahan polysomnographic nya tidak spesifik. Gangguan panik dapat
dihubungkan dengan terbangun tiba-tiba dari tidur, yang sering dikeluhkan pasien.
Gambaran polysomnographic meliputi peningkatan masa laten tidur dan penurunan
efisiensi tidur.
d. Pemakaian Atau Ketergantungan Alkohol
Ketergantungan alkohol dapat berkembang menjadi insomnia atau hipersomnia. Efek
alkohol ini berbeda-beda, pada penggunaan akut akan menimbulkan rasa ingin tidur
dan mengurangi kesadaran selama 3-4 jam pertama dari tidur, yang kemudian akan
meningkatkan kesadaran dan mimpi yang berhubungan dengan kecemasan pada
pertengahan malam. Pada penggunaan alkohol kronis, tidur menjadi terputus-putus
dengan periode singkat dari tidur dalam yang diselingi oleh periode terbangun

15
singkat. Dengan abstinensi, tidur pada awalnya akan terganggu; insomnia dan mimpi
buruk dapat terjadi, tetapi kemudian akan mengalami perbaikan bertahap.
e. Gangguan Psikiatrik Lainnya
Delirium berperan terhadap terjadinya agitasi selama awal sore atau malam hari.
Secara klinis, tidur akan terputus-putus dengan frekuensi terbangun yang sering, awal
insomnia, atau terbangun di awal pagi hari. Polysomnographic akan memperlihatkan
tidur yang terputus-putus, rendahnya efisiensi tidur, penurunan tahap 3 dan 4 tidur,
penurunan presentasi REM tidur.

III. GANGGUAN TIDUR LAIN


a. Gangguan Tidur Karena Kondisi Medis Umum
Berbagai keadaan medis dan neurologis memegang peranan terhadap gangguan tidur.
Contohnya meliputi hipertensi atau cardiovascular insuffisiensy, hipertiroid, rematik,
penyakit parkinson, esophageal reflux, asma, trauma kepala, penyakit pernafasan,
penyakit arteri koroner, angina pectoris, dan artritis. Wanita hamil dapat mengalami
kesulitan tidur sebab seringnya kencing, pergerakan janin, dan masalah yang
berkaitan dengan kenyamanan posisi.
b. Gangguan Tidur Karena Zat
Berbagai zat legal dan ilegal, mempunyai kemampuan untuk menimbulkan gangguan
tidur. Sebagai contoh, stimulus yang berlebihan (misalnya kokain) dapat
menyebabkan kesulitan untuk tidur. Pengobatan juga dapat menimbulkan gangguan
tidur; sebagai contoh, pasien kejang yang diberikan karbamazepin dilaporkan akan
tidur berlebihan.

II.4. TERAPI GANGGUAN POLA TIDUR


1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:
 Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat
 Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik
 Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat
hipnotik,alkohol, gangguan mental
 Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek

2. Konseling dan Psikotherapi

16
Psikoterapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti (depressi,
obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita dapat membantu
mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan
obat hipnotik.

3. Sleep hygiene terdiri dari:


 Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
 Hindari tidur pada siang hari/sambilan
 Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
 Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
 Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
 Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosong
 Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
 Hindari rasa cemas atau frustasi
 Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak

4. Pendekatan farmakologi
Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara kausal, juga
dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang mempunyai
kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari reticular activating system (ARAS)
diotak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan saraf pusat, mulai
dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres.

Selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan dari proses fisiologis, obat
hipnotik juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari berikutnya (long
acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu pula bila pemakaian obat jangka
panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan
obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah
gangguan pada fase latensi panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas
sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan atau
akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam
penggunaan gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil
dicari penyebab yang mendasari.

17
Dengan pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema
gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati pada
pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya
kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.

Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi penyebab yang
mendasarinya atau obat hipnotik adalah sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat
hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat yang bereaksi cepat (short action) dengan membatasi
penggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola tidur yang normal.

Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dan tidak lebih dari 2
minggu untuk short term insomnia. Untuk long term insomnia dapat dilakukan evaluasi
kembali untuk mencari latar belakang penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila
penggunaan jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara perlahan-lahan untuk
menghindarkan terapi withdrawal.

18
BAB III
KESIMPULAN
Tidur adalah proses yang amat diperlukan manusia untuk terjadinya pembentukan sel-sel
tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu bagi organ tubuh untuk
beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Rata-
rata orang dewasa membutuhkan 7,5 jam tidur setiap malamnya, walaupun ada beberapa
orang yang memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Hal ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya usia, aktivitas fisik, penggunaan obat, dan sebagainya.

Apabila keadaan tersebut mengalami kelainan maka akan timbul gangguan tidur. Sebagai
dokter, kita harus melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang teliti dan seksama agar
diagnosis tipe gangguan tidur dapat ditegakkan. Kriteria diagnosis untuk masing-masing
gangguan tidur berbeda-beda menurut jenisnya.

Beberapa kondisi medik umum seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit paru,


neurodegenerasi, penyakit endokrin, kanker, dan penyakit saluran pencernaan, serta penyakit
muskuloskeletal sering menimbulkan gangguan tidur.

Gangguan mental seperti depresi, anksietas, demensia serta delirium dapat pula menimbulkan
gangguan tidur. Pola gangguan tidur pada penderita depresi berbeda dengan yang tidak
menderita depresi; pada depresi terjadi gangguan pada setiap stadium gangguan tidur.
Langkah pertama mengobati gangguan tidur adalah mengoptimalkan terapi terhadap penyakit
yang mendasarinya.

Edukasi penting diberikan kepada pasien tentang sleep hygiene yang baik dalam mengatasi
berbagai gangguan tidur. Penggunaan obat hipnotik-sedatif harus dibatasi dan diawasi dengan
cermat, mengingat efek samping yang dapat ditimbulkannya, oleh karenanya penggunaan
obat tersebut harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan individual dari pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA
Frost R. Sleep Disorder. Dalam: Introductory Textbook of Psychiatry, Andreasen NC, Black
DW. eds, 3rd ed. Am Psychiatric Publ. Inc, Washington DC, London. 2001.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th ed, Text Revision, American
Psychiatric Association, 2000.
Setiabudhi, Tony. Gangguan Tidur. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri), cetakan ke
sembilan. Lektor Kepala Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 2010/2011.
Printz PN, Vittelo MV. Sleep disorders. Dalam: Comprehensive Textbook of Psychiatry.
Sadock BJ, Sadock VA, eds, 7th ed, Lippincott Williams & Wilkins. A Wolters Kluwer Co.
2000.
Sadock BJ. Normal sleep and Sleep disorders. Synopsis of Psychiatry, 10th ed, Lippincott
Williams & Wilkins. A Wolters Kluwer Co.; 2007.
www.cerminduniakedokteran.com

20

Anda mungkin juga menyukai