Sosial Ekonomi Akuntansi
Sosial Ekonomi Akuntansi
Sosial Ekonomi Akuntansi
DI SUSUN OLEH :
Fira Derek
Thelma Tumigolung
Sabastian Leonardo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi
masyarakat. Ia bisa memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat
untuk dikonsumsi, ia membayar pajak, memberikan sumbangan dan lain-lain. Karenanya perusahaan
mendapat legitimasi untuk bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya. Namun lama kelamaan karena
memang perusahaan ini dikenal juga sebagai “ Binatang Ekonomi “ yang mencari keuntungan sebesar-
besarnya akhirnya semakin disadari bahwa dampak yang dilakukannya terhadap masyarakat cukup
besar dan semakin lama semakin besar yang sukar dikendalikan. Seperti misalnya polusi, keracunan,
kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, dan sebagainya. Dampak luar ini di sebut
externalities.
Ilmu Social Economic Accounting ( SEA ) ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan
mencoba mengindentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost
yang ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang
dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran lembaga baik
perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara
keseluruhan.
B. Rumusan Permasalahan
Setelah mengetahui latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dal makalah ini adalah
sebagai berikut :
H. Membuat Laporan?
Tujuan :
Ø Untuk memberikan pemahaman lebih kepada para pembaca mengenai Social Economic Accounting
( SEA ).
Manfaat :
Ø Agar para pembaca lebih memahami dan mengetahui apa yang sebenarnya yang di maksud dengan
SEA.
BAB II
PEMBAHASAN
Kemajuan industry setelah Perang Dunia II dan munculnya Negara sebagai actor dalam peningkatan
kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga merusak kualitas hisup. Hal ini
menjadi obyek sorotan para ahli dan para pengambil keputusan. Salah satu kesulitan yang dihadapi
dalam menilai penyakit sosial ini adalah ketiadaan media pengukur arithmetic Of Quality. hal ini
tergambar dari pernyataan A.W. Clausen, mantan direktur World Bank sbb :
“ saya sampaikan bahwa salah satu alas an yang paling kuat atas ketiadaan respons kita terhadap isu
penyakit social itu dan penyebab kebingungan kita terhadap penyelesaiannya adalah ketiadaan ukuran
kualitas.”
Ukuran ini penting sehingga setiap unit pemerintah aupun perusahaan mengetahui berapa jauh efek
kegiatan lembaganya mempengaruhi kualitas hidup manusia apakah berdampak positif atau negative.
SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama dengan Social
Accounting ( SA ) yang dihubungkan dengan National Income Accounting. Para ahli juga telah banyak
memberikan definisi dan dalam tulisan ini saya akan kutip definisi dari Ahmed Belkaoui, satu-satunya
penulis buku tentang Socio Economic Accounting. Beliau menyatakan bahwa :
“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu social, ini menyangkut pengaturan, pengukuran
analisa dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal
ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur
dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan social Negara mencakup social accounting dan reporting,
peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan
melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkunganya, mencakup : financial dan
managerial social accounting, social auditing”.
Literature dalam ilmu social, ilmu sosiologi, dan khusunya kegiatan-kegiatan social merupakan saksi dan
penyebab yang mendorong timbulnya SEA. Seperti perubahan sikap para ahli dan pengambil keputusan
terhadap peranan business dan unit pemerintahan dalam kaitanya dengan efek social yang
ditimbulkanya. Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan individu kearah
kesejahteraan social. Kecenderungan yang bergerak dari kegiatan mencari keuntungan sebesar-bsarnya
tanpa melihat efek sampingan kearah mencari laba yang berwawasan lingkungan. Timbulnua
departemen ( unit ) pemerintahan yang mengurus lingkungan hidup, juga sejalan dengan kemunculan
SEA. Kecenderungan itu semua dapat kita lihat dari beberapa paradigm berikut ini :
Dalam literature paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm menuju the new
environment paradigm. Paradigm yang pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik
dibumi iniyang memiliki kebudayaan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh kepentingan makhluk lain.
Sebaliknya, paradigm yang terakhir menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-
macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat dan dibatasi
oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik social, ekonomi dan politik.
3. Perspektif Ekosistem
Salah satu kelompok tingkat dunia yang menaruh perhatian terhadap ekosistem ini adalah club of rome
yang terkenal dengan pendapatnya : “ Limits To Growth, salah satu putra terbaik kita
Alm.Dr.Soedjatmoko, mantan Rektor University PBB di jepang, termasuk salah seorang anggotanya.
4. Ekonomisasi vs Sosialisasi
Ekonomisasi mengarahakan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai suatu unit yang selalu
mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya,
sosialisasi memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan social dan selalu mempertimbangkan efek
social yang ditimbulkan oleh kegiatanya. Walaupun sosialisasi ini belum tampak nyata, namun pengaruh
pemerintah dan tekanan social cenderung menguntungkan kepentingan social. Akhirnya perlu alat ukur
sampai berapa jauh pengaruh perusahaan terhadap masyarakat.
Penyakit social yang ditimbulkan oleh pengaruh kegiatan Negara dan business perlu ditanggulangi
secara tepat dan terah salah satu upaya kearah itu adalah perlunya standar atau ukuran tentang kualitas
pengaruh kegiatan itu. Disamping itu tentunya sikap baru yang muncul belakangan ini yang cenderung
kearah memperhatikan kesejahteraan social perlu didukung dan dimantapkan bahkan perlu diratifikasi
dan diistitusionalisasi. Hubungan perusahaan masyarakat harus diserasikan dengan jalan keterlibatkan
perusahaan untuk memperbaiki ketimpangan social masyarakat. Hal ini sudah banyak dimulai oleh
banyak perusahaan di Indonesia, antara lain keterlibatan perusahaan dalam pembersihan air limbah
akibat industrinya , keterlibatannya dalam kegiatan Olah Raga, Dakwah, Pendidikan, bantuan terhadap
bencana aloam, memberikan beasiswa, dan sebagainya. Dan hal lain telah diatur oleh UU Lingkungan
hidup yang sudah diberlakukan itu.
Konsep pengukuran , penilaian, dalam SEA ini masih dalam proses pembahasan para ahli. Dan FASB
sendiripun belum mengambil sikap yang tegas dalam persoalan ini. Namun SEC khususnya tentang
polusi telah mewajibkan perusahaan untuk mendisclosurenya. Dipihak lain AAA,AICPA telah membentuk
komite dan telah mengeluarkan laporan yang lumayan lengkap tentang SEA. Di USA kantor akuntan
Ernst & Ernst telah melakukan penelitin sejak tahun 1971 tentang keterlibatan social perusahaan yang
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa hal yang diungkapkan adalah :
1. Lingkungan :
Ø Polusi,
Ø Pencegahan kerusakan lingkungan konservasi sumber-sumber alam dll.
2. Energy :
Ø Konservasi energy,
Ø Penghematan dll.
Ø Training dll.
Ø Bantuan kesehatan,
Ø Pendidikan, dan
Ø Seni , dll.
6. Produksi :
Ø Keamanan produk,
Ø Mengurangi polusi,
Ø Keracunan, dll.
Disamping variable diatas penulis lain banyak lagi yang menyinggung antara lain :
Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan perusahaan dalam kegiatan
masyarakat dan tentu dapat ditambahlagi sesuai keadaan kita di Indonesia seperti peningkatan prestasi
Olahraga,kegiatan keagamaan dan Da’wah, pendirian Lembaga Pendidikan, dan sebagainya.
Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaandalam kegiatan social.
Sepanjang penelitian kepustakaan, ada tiga pandangan atau model yang menggambarkan tentang
keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social. Ketiga model tersebut antara lain :
1. Model Klasik
Pendapat ini,yang berkembang pada abad ke-19, bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna
dimana perilaku ekonomi terpisah dan berbeda dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Tujuan
perusahaan hanya untuk mencari untung yang sebesar-besarnya. Criteria keberhasilan perusahaan
diukur oleh daya guna dan pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang dilakukan perusahaan
semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan
kepada pemilik modal.
2. Model Manajemen
Menurut pendapat ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup dan punya tujuan
tersendiri. Manajer sebagai orang yang dipercayai oleh pemilik modal menjalankan perusahaan untuk
kepentingan bukan saja pemilik modal tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup matinya
perusahaan seperti : karyawan, langganan, supplier, dan pihak lain yang ada kaitannya dengan
perusahaan yang tidak semata-mata didasarkaan atas adanya hubungan kontrak perjanjian.( Frank
X.Suttin et.al,1956). Dengan demikian manajer sebagai team yang bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus mempertimbangkan tanggung jawab social
perusahaan mengingat ketergantungannya dengan pihak lain yang juga punya andil dalam pencapaian
tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran buat pemilik modal.
Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang
dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan (bersumber) dari lingkungan social dan bukan
hanya semata dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik. Konsekuensinya perusahaan harus
berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit social yang berada dilingkungan seperti : system
pendidikan yang tidak bermutu, pengangguran, polusi, perumahan kumuh, transportasi yang tidak
teratur, keamanan dll. Kalau model klasik punya tujuan utama untuk mensejahterakan pemilik modal
dan model manajemen mensejahterakan manajemen, dalam model ini perusahaan harus memperluas
tujuan yang harus dicapainya yaitu yang mencakup kesejahteraan social secara umum ( Ahmed
Belkaoui,1980 ).
Dalam literature telah banyak dibahas tentang sikap perusahaan terhadap etika dan tanggung jawab
social. Mulai dari tanpa keterlibatan, keterlibatan terbatas, sampai kepada keterlibatan total terhadap
lingkungan sosialnya. Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan batasan ini dalam lima
kategoriyang seirama dengan ketiga model yang disajikan diatas ( Ahmed Belkaoui, SEA,1984 ). Berikut
ini kita sajikan berturut sebagai berikut :
1. Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba yang maksimal. Jika
perusahaan dapat mengumpulkan laba yang yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek
sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha.
2. Disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus memperhatikan pihak-pihak tertentu
dengan siapa ia mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahteraan
karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan kelompok masyarakat tertentu, dan lain-lain.
3. Perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas tanggung jawab
manajemen. McGuire menggambarkan potret perusahaan sebagai berikut :
“ide tanggungjawab social disini dimaksudkan bahwa perusahaan tidak hanya punya tanggung jawab
ekonomi dan hokum, tetapi juga tanggungjawab tertentu terhadap social diluar kewajiban utamanya.
Perusahaan harus punyaperhatian terhadap politik, dalam mensejahterakan masyarakatnya, dalam
memperbaiki pendidikan, dalam mensejahterakan karyawan, dan lain-lain yang bersangkut paut dengan
itu. Rasanya, hal ini berarti bahwa perusahaan harus berperilaku sebagaimana seorang penduduk yang
baik. (Joseph W.McGuire,Business anf Society, 1963).
4. Dalam kelompok ini, tanggungjawab social perusahaan mencakupi hal yang bersifat ekonomi dan
nonekonomi. Dalam kategori ini dikenal tiga pusat lingkaran. Yaitu sbb :
Ø Lingkaran dalam
Ø Lingkaran tengah
Ø Lingkaran luar
5. Tanggung jawab social diperluas melewati batas tanggungjawab dan mencakupi keterlibatan total
terhadap tugas-tugas social. Prakash Sethi merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi yaitu :
Ø Social obligation merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap permintaan pasar sesuai dengan
ketentuan hukum.
Ø Social responsibility menggerakan perusahaan sehingga segala tindakkanya sesuai dengan norma,nilai
dan harapan masyarakat yang berlaku.
Ø Social responsiveness, merupakan respon perusahaan untuk menjawab issu yang akan timbul dimasa
datang. ( S.Prakash sethi,Academiy of Management Review,1979 ).
6. Kategori keenam ini merupakan variasi semua pengertian yang diliput oleh literature tentang
bentuk dan batasan tanggung jawab social perusahaan diatas. Kita di Indonesia tentu belum punya
batasan yang jelas tentangtanggungjawab social ini yang mestinya perlu dipikirkan. Namun yang jelas,
nampaknya terlepas apa motifnya, di Indonesia sudah banyak perusahaan yang punya perhatian dan
keterlibatan dengan lingkungan sosialnya.
Persoalan apakah perusahahaan perlu mempunyai tanggung jawab social atau tidak masih terus
perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan pendapat dan dukungannya dan mengklaim bahwa
idenyalah yang benar. Berikut ini adalah alas an para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan
tanggung jawab social :
1. Keterlibatan social merupakan respons terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap
peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat menguntungkan perusahaan.
2. Keterlibatan social mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat, yang mungkin
akan menurunkan biaya produksi.
3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati karyawan,
investor dan lain-lain.
5. Dapat meninjukkan respons positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Sehingga mendapat simpati masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham dalam hal ini public.
7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-kadang suatu kegiatan
yang dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.
8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya,
peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dll.
Dipihak lain alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab social perusahaan ini
adalah sbb :
1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari laba. Ini akan
menimbulkan pemborosan.
3. Dapat menimbulkan lapangan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistic.
4. Keterlibatan social memerlukan dan dan tenaga yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh
dana perusahaan yang terbatas, yang dapat menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan tingkat
pertumbuhan perusahaan.
5. Keterlibatan pada kegiatan social yang demikian kompleks memerlukan tenaga dan para ahli yang
belum tentu dimiliki oleh perusahaan ( Ahmed Belkaoui, SEA,, 1984 ).
1. Lingkungan Hidup
c. Keindahan lingkungan
e. Penggunaan tanah
2. Energy
b. Pendidikan karyawan
c. Beasiswa
b. Wanita
e. Servis
f. Produk
g. Dan jaminan
d. Sekolah
e. Rumah ibadah
f. Perbaikan rumah/kota
Namun kita juga tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan yang merugikan
kepentingan social, seperti : pengrusakan hutan, lingkungan, iklan palsu, jaminan palsu, kualitas produk
yang tidak benar, kekurangan informasi tentang produk, penipuan-penipuan lain, kebisingan,
keracunan, dll.
”tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri dan mati sendiri. Setiap orang/lembaga adalah unsure yang
tidak terpisah dari masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat. Perusahaan tidak terkecuali.
Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk perusahaan, ia hanya dapat dikatakan
baik jika baik untuk masyarakat”. ( Peter F. Drucker, Management : Task, Responsibilities, 1973),
sementra
“perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik”. ( Ahmed Belkaoui, SEA, 1984).
Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam SEA ini. Dalam akuntansi konvensional
jelas bahwa setiap transaksi baru dapat dicatat jika sudah mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif ( social cost ) dan dampak negative ( social negative )
yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya dampak positif dan negative ini belum dapat
dihitung karena memang transaksinya bersifat “uncomplete cycles” non reciprocal dan belum
mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
Salah satu akibat dari polusi udara adalah rusaknya kesehatan manusia yang antara
Lain menyebabkan kematian premature. Kematian premature ini disebabkan oleh berbagai hal dan
memerlukan biaya pengobatan, pencegahan dan sebagainya. Biaya inilah yang dihitung sebagai
komponen social cost. Dari sisi lain Midwest Research Institute ( MRI ) ( Belkaoui,1985 h.197 ).
Melaksanakan studi tentang kaitan polusi udara dengan bahan, lingkungan, dan makhluk hidup yang
terkena polusi.
Kerugian ekonomis dari bahan yang menjadi polusi ditaksir dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
Q=PxNxFxR
Keterangan :
F : Faktor rata-rata tertimbang sebagai presentase bahan yang menimbulkan polusi udara
R : Faktor tenaga kerja yang menggambarkan nilai bahan yang dipakai dan nilai yang masih ada.
Kerugian yang terjadi kepada tanah akibat polusi tadi dihitung dengan rumus :
L=QxV
Keterangan :
Disinilah rumitnya menghitung dampak ekonomisnya itu. Karena semua dampak itu harus dinilai dan
sampai saat ini para ahli masih terus melakukan studi bagaimana menaksir kerugian itu. Para aktivis
lingkungan ternyata telah banyak membantu dalam melakukan penaksiran ini.
Namun demikian sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic reporting dibuat
berbagai metode pengukuran misalnya :
2. Menggunakan daftar kuessioner, survey, lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan ditanyai
berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkanya.
3. Menggunakan hubungan antara kerugian missal dengan permintaan untuk barang perorangan
dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
Sebagai pedoman berikut ini kita lihat bagaimana mengukur keuntungan suatu kawasan rekreasi.
Calawsen dan Knetsch ( Belkaoui 1985, p. 199 ) misalnya memberikan metode pengukuran untuk
menaksir keuntungan dari suatu kawasan rekreasi sbb :
Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau negative yang
ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini sekedar contoh Pelaporan SEA sbb :
PT Ezly Bazliyah
( Dalam Ribuan )
A. Perbaikan :
B. Kerusakan :
A. Perbaikan :
B. Kerusakan :
C. Deficit ( II ) ( Rp.194.000 )
A. Perbaikan :
B. Kerusakan :
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Social Economic Accounting ( SEA ) ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan
mencoba mengindentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost
yang ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang
dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran lembaga baik
perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara
keseluruhan.
SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama dengan Social
Accounting ( SA ) yang dihubungkan dengan National Income Accounting. Para ahli juga telah banyak
memberikan definisi dan dalam tulisan ini saya akan kutip definisi dari Ahmed Belkaoui, satu-satunya
penulis buku tentang Socio Economic Accounting. Beliau menyatakan bahwa :
SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu social, ini menyangkut pengaturan, pengukuran analisa
dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini
termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan
mengungkapkan kegiatan ekonomi dan social Negara mencakup social accounting dan reporting,
peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan
melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkunganya, mencakup : financial dan
managerial social accounting, social auditing.
B. Saran
Kami sebagai penulis makalah ini, menyarankan kepada para pembaca agar mencari sumber-sumber lain
mengenai Akuntansi Sosial Ekonomi, agar lebih banyak mengetahui dan memahami serta semakin luas
wawasannya mengenai Social Economic Accounting ( SEA ).