Mengapa Perlu Belajar Teologi
Mengapa Perlu Belajar Teologi
Mengapa Perlu Belajar Teologi
Apakah yang ada dipikiran banyak orang kristen ketika mendengar istilah “doktrin”, “teologi”,
“dogmatika”, diucapkan ? Kecuali mereka yang memang lulusan dari teologi, istilah – istilah di atas
mungkin dengan segera memberi kesan sesuatu yang abstrak, sulit dimengerti, kaku, tidak hidup,
dan tidak membawa kegairahan hidup, memecah belah dan tidak membangun kesatuan, tidak
relevan dengan hidup pergumulan sehari-hari, seperti ada di menara gading dan sejenisnya.
Sebagian lagi melihat bahwa Allah terlalu besar dan karya-Nya terlalu luas untuk dapat dimasukkan
ke dalam kotak-kotak teologi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian kesan di atas ada benarnya. Ada orang – orang
mempelajari teologi Kristen sebagai suatu yang berakhir pada pembelajaran itu sendiri; belajar demi
belajar tanpa terlihat adanya relasi pembelajaran itu dengan kehidupannya sehari-hari dan tanpa
menimbulkan efek positif dalam hubungannya dengan Allah dan sesama manusia. Sebaliknya, yang
terlihat adalah kesombongan dari sang pembelajar karena mengetahui begitu banyak tentang
teologi Kristen dan munculnya perpecahan dan sakit hati ketika pengetahuan yang banyak itu
dijadikan senjata untuk menyerang pemikiran maupun orang lain yang berbeda pandangan dengan
dirinya atau yang lebih kurang berpengetahuan dibandingkan dirinya.
Aspek-aspek negatif dari mempelajari teologi secara tidak seimbang tentu tidak harus membuat
orang Kristen malah membuang sama sekali pembelajaran teologi dari kamus kehidupan Kristennya.
Sebenarnya, tidak ada orang Kristen yang sama sekali dapat lepas dari sebuah teologi. Michael
Horton di dalam The Christian Faith mengatakan bahwa teologi adalah tata bahasa dari iman Kristen
dan melalui tata bahasa itulah iman Kristen diungkapkan, didiskusikan, diajarkan serta dijadikan
lensa yang dipakai oleh orang yang percaya untuk menafsirkan kehidupan. Karena itu, disadari atau
tidak, setiap orang Kristen sesungguhnya membawa teologi dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya,
ketika orang Kristen berdoa, dibalik tindakannya ada konsep-konsep teologis yang mendasar, seperti
siapakah Allah yang kepada-Nya seseorang berdoa, apakah yang patut dan tidak patut dalam
berdoa, apa hubungannya doa dengan kehidupan dunia sehari-hari dan banyak lagi pertanyaan yang
sebetulnya membawa konsep teologis tanpa disadari. Karena itu, kita perlu menyadari teologi apa
yang kita bawa dan kembangkan secara pribadi, apakah teologi yag baik dan sehat berdasarkan
Firman Tuhan, komprehensif dalam mencakup seluruh pengajaran Alkitab, dan sesuai dengan
pengakuan iman gereja sepanjang sejarah.
Ada banyak defenisi tentang teologi dan teologi sistematika. Wayne Grudem dalam buku
populernya Systematic Theology memberikan defenisi teologi sistematika sebagai studi tentang
apapun yang diajarkan Alkitab tentang suatu topik. Berdasarkan batasan yang diatas, ia memberikan
beberapa alasan mengapa setiap orang percaya perlu belajar teologi dengan sungguh-sungguh dan
sistematis.
Pertama, belajar teologi adalah bagian dari upaya memenuhi Amanat Agung Kristus di dalam
Matius 28-19-20. Di dalam amanat-Nya, Yesus tidak hanya mendorong orang untuk menginjili dan
membaptis, tetapi juga mengajar semua yang diajarkan oleh Yesus. Karena pada dasarnya seluruh
Alkitab berbicara tentang Yesus, berarti yang diminta Yesus sebenarnya mengajarkan seluruh
kebenaran Alkitab kepada setiap orang percaya, tentunya termasuk kepada diri sendiri. Pengajaran
tentu akan lebih efektif jika semua yang diajarkan Alkitab tentang suatu topik telah disusun rapi,
teratur dan komprehensif. Dengan demikian ketika kita mengetahui suatu topik, misalnya tentang
keselamatan, orang percaya tidak perlu sendiri-sendiri membaca seluruh Alkitab dari awal hingga
akhir untuk menemukan pengajarannya. Mereka dapat dengan mudah belajar apa yang Alkitab
ajarkan tentang topik keselamatan dalam waktu yang singkat dan komprehensif.
Kedua, belajar teologi akan meluruskan pikiran-pikiran kita yang keliru tentang pokok-pokok
iman Kristen. Pemahaman kita akan pokok-pokok iman Kristen terbatas bukan hanya keterbatasan
kita sebagai manusia untuk memahami pernyataan Allah di Alkitab, tetapi juga karena
kecenderungan hati kita yang ingin berontak terhadap pengajaran Alkita yang sulit kita terima atau
yang dapat merugikan kita. Sebagai contoh, sebagaian orang mengajarkan bahwa orang Kristen
harus selalu disembuhkan dari penyakitnya kalau saja ia cukup beriman. Ketika kita sakit parah, kita
akan lebih sulit menerima bahwa kesembuhan bukan selalu menjadi jalan Tuhan dan ini ditunjukkan
dengan banyak bagian di Alkitab, antara lain studi tentang kehidupan Rasul Paulus. Belajar teologi
secara sistematis dan menyeluruh dapat mengurangi paham-paham yang tidak benar tersebut.
Ketiga, belajar teologi akan membantu kita membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.
Keputusan – keputusan masa depan bisa menyangkut bagaiman kita menyikapi berbagai pengajaran
yang ada dari dalam kekristenan maupun pengajaran-pengajaran baru yang akan muncul. Misalnya,
studi yang teliti tentang Alkitab akan menunjukkan bahwa Alkitab sungguh dapat dipercaya dalam
semua pengajarannya dan Alkitab sendiri memandang dirinya demikian. Ketika ada pengajaran yang
mengatakan bahwa sebagian isi Alkitab adalah mitos, kita akan lebih mudah menanggapinya ketika
kita belajar sistematis tentang doktrin Alkitab. Teologi juga akan membantu kita untuk mengambil
keputusan dalam menghadapi masalah sehari-hari. Misalnya, kita akan lebih mudah untuk
memahami bagaimana kita harus memakai uang yang diperoleh dari pekerjaan jika kita mampu
memahami apa yang diajarkan Alkitab secara menyeluruh tentang hakikat uang, Sang Pemberi uang,
apa yang Allah tuntut tentang keadilan sosial dan sebagainya. Tanpa pemahaman teologi yang baik,
kita akan mudah diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran dan tidak mampu mengambil
keputusan yang tepat dalam menghadapi kehidupan sehari – hari.
Keempat, belajar teologi akan membantu kita bertumbuh sebagai orang Kristen. Jikalau Allah
demikian mengasihi kita sehingga memberikan Anak-Nya untuk menebus kita, tentu kita ingin
mengasihi Dia dengan sungguh – sungguh. Sebagai analogi dapat dibayangkan relasi yang ada antara
dua kekasih. Karena mereka saling mengasihi, keduanya pasti akan berusaha mengerti seperti
apakah diri pasangannya, apa yang disukai pasangannya, bagaimana berkomunikasi dengan tepat
dan baik dengan pasangannya dan lainnya. Pemahaman yang semakin tepat tentang pasangannya
seharusnya membawa seseorang untuk lebih mampu dan lebih erat dalam berelasi dengan
pasangannya tersebut. Hal serupa seharusnya ada pada relasi antara orang percaya dengan Allah.
Semakin seseorang mengenal siapa Allah yang disembahnya, apa saja yang telah dilakukan-Nya,
seharusnya semakin mendalam relasi orang percaya dengan Allah yang pada akhirnya akan
membaca pujian dan syukur kepada Dia. Semua hal yang diperlukan bagi kita adalah mempelajarinya
secara sistematis melalui berbagai kelas pembinaan, persekutuan, KTB atau kelompok PA dan
seminar pembinaan yang difasilitasi oleh gereja.