Laporan PKL Di Apotik
Laporan PKL Di Apotik
Laporan PKL Di Apotik
LAPORAN
Disusun oleh:
1. Wahyu Eka Putra
2. Zainal Abidin
Lembar Pengesahan
LAPORAN
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI APOTIK MUNTAZHAR BANGKALAN
MENGETAHUI,
Peserta PKL
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul …………………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan……………………………………………………… ii
Kata Pengantar…………………………………………………………….. iii
Daftar Isi…………………………………………………………………… iv
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan Pendidikan Menengah Farmasi yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan
nasional adalah mendidik tenaga-tenaga farmasi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berjiwa Pancasila dan UUD 1945, memiliki integritas dan kepribadian, terbuka dan
tanggap terhadap masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang berhubungan dengan
bidang kefarmasian. Menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat
Berdasarkan tujuan di atas, maka lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi mampu:
1. Melakukan profesinya dalam pelayanan kesehatan pada umumnya, khususnya pelayanan
kefarmasian .
2. Berperan aktif dalam mengelola pelayanan kefarmasian dengan menerapkan prinsip
administrasi, organisasi, supervisi dan evaluasi.
3. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, bersifat terbuka, dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan iptek dan berorientasi ke masa depan serta mampu
memberikan penyuluhan kefarmasian kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi martabat
kemanusiaan.
4. Membantu dalam kegiatan penelitian di bidang farmasi atau di bidang kesehatan lainnya yang
terkait.
Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan Yannas Husada Bangkalan sebagai bagian tak
terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional juga wajib menterjemahkan tujuan pendidikan
kejuruan secara nasional menjadi tujuan pendidikan pada tingkat kelembagaan dan/ atau sekolah.
Dalam pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi tidak terbatas di dalam kelas
saja. Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan ini lebih ditekankan pada pengajaran yang
menerobos di luar kelas, bahkan di luar institusi pendidikan seperti lingkungan kerja atau
kehidupan masyarakat. Dalam hal ini praktek kerja lapangan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem program pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk
mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh pada Proses Belajar
Mengajar (PBM). Menurut Undang Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Praktek kefarmasian, maka pekerjaan apoteker
dan atau teknisi kefarmasian/Asisten Apoteker meliputi, industri farmasi, (industri obat, obat
tradisional, makanan dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan); Pedagang Besar Farmasi,
Apotek, Toko Obat, Rumah Sakit, Puskesmas, dan Instalasi Farmasi Kabupaten.
B. TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan kompetensi yang telah
diperoleh selama mengikuti pendidikan pada dunia kerja sesuai dengan kondisi sebenarnya di tempat kerja.
Di samping itu melalui pendekatan pembelajaran ini peserta PKL diharapkan:
a. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
b. Memiliki tingkat kompetensi standart sesuai yang dipersyaratkan oleh dunia kerja.
c. Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi, bisnis, kewirausahaan dan produktif.
d. Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya kerja untuk kepentingan pengembangan
diri.
a. Manfaat Bagi Apotek
Penyelenggaraan PKL memberi keuntungan nyata bagi Apotek antara lain:
1. Apotek dapat mengenal kualitas peserta PKL yang belajar dan bekerja di tempat PKL.
2. Umumnya peserta PKL telah ikut dalam proses pelayanan secara aktif sehingga pada pengertian
tertentu peserta PKL adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan
3. Apotek dapat memberi tugas kepada peserta PKL untuk kepentingan pelayanan sesuai
kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
4. Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta PKL lebih mudah diatur dalam hal
disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan Apotek. Karena itu, sikap peserta PKL dapat
dibentuk sesuai dengan ciri khas kerja di Apotek.
5. Memberi kepuasan bagi Apotek karena diakui ikut serta menentukan masa depan anak bangsa
melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL).
b. Manfaat Bagi Sekolah
Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian professional bagi peserta didik lebih terjamin
pencapaiannya. Terdapat kesesuaian yang lebih pas antara program pendiddikan dengan
kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and Match). Memberi kepuasan bagi
penyelenggaraan pendidikan sekolah karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang
bermanfaat, baik untuk kepentingan tamatan, kepentingan dunia kerja, dan kepentingan bangsa.
c. Manfaat Bagi Praktikan / Peserta PKL
Hasil belajar peserta PKL akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul
memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya dan sebagai
bekal untuk pengembangan dirinya secara berkelanjutan.
Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa percaya diri tamatan,
yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada
tingkat yang lebih tinggi. Peserta PKL akan dapat menambah wawasan yang diperoleh dari dunia
kerja di Apotek.
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-
kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
ii. Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk
penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis
lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
iii. Monitoring Penggunaan Obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
D. P
ENG
ELO
LAA
N
PENGELOLAAN
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang
profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan
dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar
profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM
secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi
peluang untuk meningkatkan pengetahuan.pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan.
Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Apotek setdak-tidaknya adalah Pemilik Sarana Apotek (PSA),
Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, Juru Resep, Tenaga Tata Usaha.
Di apotek Muntazhar terdapat beberapa personalia yang mempunyai tugas dan wewenang yang
berbeda sesuai dengan posisi dalam struktur organisasi apotek seperti:
Sarana : Gedung dengan ukuran kira-kira 5m×9m terdiri dari beberapa ruangan dan komponen-
komponennya, seperti :
Tempat parkir, yang terletak dibagian depan pada Apotek Muntazhar Tempatnya cukup luas
untuk menampung beberapa kendaraan dari pengunjung yang datang ke Apotek.
Ruang tunggu, berada pada sisi depan dari tempat parkir yang terletak dibagian depan pada
Apotek Muntazhar Terdapat beberapa tempat duduk yang disediakan dari Apotek untuk
Pengunujung/konsumen agar dapat menunggu obat yang dibeli/resep yang akan ditebus.
Ruang Apoteker, ruangan yang terletak bersebelahan dengan ruang racikan. Ruangan ini biasa
digunakan sebagai tempat untuk melakukan pengentrian data.
Ruang praktek dokter, ruangan yang berada disebelah Apotek. Ruangan yang biasa digunakan
untuk dokter dalam melaksanakan prakteknya.
Prasarana
Bahan : Semua macam obat-obatan, bahan baku obat, bahan tambahan (Sacchorite), bahan
pelarut (Air, alkohol, sirupus), Bungkus Puyer.
Alat : Peralatan peracikan (seperti: Mortir dan stamper,bekker glass), gunting, steples, kalkulator
.
3. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
a. Perencanaan :
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit
dan kemampuan dan budaya masyarakat. Terkait dengan pertimbangan tersebut maka obat-obat
yang sering masuk dalam perencanaan adalah yang terkait dengan penyakit tertentu (misalnya
diabetes, infeksi saluran pernafasan), dan contoh obat yang diagendakan dalam perencanaan
adalah Amoxicillin, cerini, Amadiab, dll.
Perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan biasanya dilakukan oleh Apoteker.
Salah satu dokumen perencanaan yang ada di Apotek adalah buku catatan obat yang sudah
habis/mau habis yang disebut buku defekta.
b. Pengadaan :
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan sediaan farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Manjemen Pengadaan diapotek Muntazhar didahului oleh Pemesanan obat dengan Surat
Pesanan Resmi sesuai dengan golongannya. Ada 3 model Surat Pesanan yang ada di Apotek
Muntazhar yaitu:
1) BPBA untuk pemesanan Obat Bebas, Bebas Terbatas dan Obat Keras.
c. Penyimpanan :
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Semua bahan obat harus disimpan pada
kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan.
Penyimpanan sediaan farmasi yang dilakukan di apotek Kimia Farma, disesuaikan golongan obat, jenis
penyakit, sediaan, generic, dan kestabilan obat , seperti:
1. .bentuk sediaan
2. Suppositoria disimpan pada suhu sejuk yaitu pada lemari es.
3. Vaksin dan serum disimpan pada suhu dingin.
4. Alkes disimpan pada suhu kamar.
5. Obat Bebas, obat bebas terbatas, Obat herbal terstandart, Jamu, Fitofarmaka disimpan di swalayan farmasi pada suhu kamar.
6. Obat keras di simpan pada etalase obat sesuai golongan penyakitnya dan alfabetis
d. Keuangan :
Dalam keuangan di Apotek Muntazhar di pegang sama PSA nya sendiri, beberapa tugas
yang dilakukan seperti menghitung/ kalkulasi biaya obat dan resep. Ada dua komponen dalam
keuangan yakni :
1) Pemasukan,
Biaya keuangan dari beberapa obat dan resep yang diterima dari pasien/konsumen dapat
dikatakan pemasukan dalam keuangan di Apotek, pemasukan setiap hari bertambah dan menjadi
kas bagi Apotek.
Pendapatan di Apotek Muntazharhari Senin, Rabu, Jumat selama 2 shift, yakni shift pagi
dan shift Sore berbeda dengan hari biasanya. Jika shift Pagi pendapatan dihitung pada sore
( sore ) bisa didapat sejumlah ± Rp. 500.000,- hingga Rp.650.000,-. Sedangkan pada shift Sore
pendapatan diperoleh sebanyak Rp. 2.000.000,-.
Pendapatan pada shift pagi dan shift sore berbeda dikarenakan pada malam hari
konsumen lebih banyak karena ada praktek dokter. Sehingga banyak pelanggan datang pada
malam hari, karena itulah pendapatan diperoleh lebih banyak daripada shift sore.
Dapat dikatakan pendapatan perbulan yang didapat oleh Apotek Kimia Farma sebanyak ± Rp. ?,-
Sehingga laba dapat diperoleh dari pemasukan keuangan dari pasien/konsumen di apotek.
2) Pengeluaran
Pengeluaran dapat terjadi dari beberapa transaksi di Apotek seperti Gaji karyawan,
Listrik, Telepon, Air, Pajak, dan pembayaran terhadap distributor. Rata-rata pengeluaran setiap
bulan yang dilakukan oleh Apotek Muntazhardari beberapa kegiatan yang diuraikan diatas yakni
sejumlah ± Rp. ?,-
F. Pelayanan
Beberapa pekerjaan yang termasuk dalam aspek pelayanan dilakukan sebagaimana uraian
dibawah ini :
1) Hari Rabu 23 Januari 2014, yakni melaksanakan peracikan sediaan farmasi sesuai permintaan
dokter.
Salah satu resep yang kami lakukan pada hari itu adalah:
Sesuai dengan prosedur tetap dalam pelayanan melaksanakan peracikan adalah sebagai berikut:
1) Menerima resep dari pasien
2) Melakukan skrining resep, meliputi:
Skrining Administratif
Skrining Farmasetik
Skrining Kesesuaian Klinis
Dalam hal skrining administratif resep yang diterima sudah lengkap, sebagaiamana pada tabel I,
yakni:
Tabel I : Skrining Kesesuaian Adinistratif
No. Komponen Administratif Keterangan
1. Nama dokter √
2. Tanggal penulisan resep √
3. Paraf/tanda tangan dokter √
4. Nama pasien √
5. Umur pasien √
6. Berat badan pasien -
7. Alamat pasien √
8. Nomor telepon pasien √
Keterangan: (√) Berarti ada/ lengkap
(-) Berarti tidak ada
Dalam hal skrining farmasetis resep diatas, setelah dilakukan pengamatan/ pemeriksaan ternyata
lengkap sebagaimana tertuang dalam tabel II, yakni:
Tabel II : Skrining Kesesuaian Farmasetis
No. Komponen Farmasetis Keterangan
1. Bentuk sediaan Sesuai
2. Dosis sediaan Sesuai
3. Potensi obat Sesuai
4. Stabilitas Sesuai
5. Cara dan lama pemberian Sesuai
6. Waktu pemberian Sesuai
Keterangan: - Kaflam
o Bentuk sediaan: bentuk sediaan dari Kaflam adalah bentuk tablet.
o Dosis sediaan: dosis Kaflam merupakan dosis untuk orang dewasa dan anak.
o Stabilitas: Kaflam stabil dalam penyimpanan suhu kamar (25-30˚)C, kering dan tertutup rapat.
o Cara dan lama pemberian: diberikan dengan cara pemakaian oral atau diminum 2x sehari.
- Zolastin
o Bentuk sediaan: bentuk sediaan dari zolastin adalah bentuk tablet.
o Potensi obat: Zolastin adalah salah satu obat jenis psikotropika yang berkhasiat pengobatan jangka
pendek,ansietas sedang atau berat dan asietas yang berhubungan dengan depresi
o Stabilitas: vesitab stabil dalam penyimpanan suhu kamar (25-30˚)C, kering dan tertutup rapat.
o Cara dan lama pemberian: diberikan dengan cara pemakaian oral atau diminum 2x sehari.
- iflaz
o Bentuk sediaan: bentuk sediaan dari Iflaz adalah bentuk tablet.
o Stabilitas: iflaz stabil dalam penyimpanan suhu kamar (25-30˚)C, kering dan tertutup rapat.
o Cara dan lama pemberian: diberikan dengan cara pemakaian oral atau diminum 2x sehari 1/2jam
sebelum makan.
o Waktu dan pemberian: sesudah makan.
- vomina
o Bentuk sediaan: bentuk sediaan dari vomina adalah tablet
o Stabilitas: analik stabil dalam penyimpanan suhu kamar (25-30˚)C, kering dan tertutup rapat.
o Cara dan lama pemberian: diberikan dengan cara pemakaian oral atau diminum 2x sehari ½ jam
sebelum makan.
o Waktu dan pemberian: sebelum makan.
- Vegeta
o Bentuk sediaan: bentuk sediaan dari vegeta adalah bentuk sebuk.
o Dosis sediaan: dosis vegeta merupakan dosis untuk orang dewasa dan anak.
o Stabilitas: vegeta stabil dalam penyimpanan suhu kamar (25-30˚)C, kering dan tertutup rapat.
o Cara dan lama pemberian: diberikan dengan cara pemakaian oral atau diminum 2x sehari.
- neurodex
o Bentuk sediaan: bentuk sediaan dari neurodex adalah bentuk tablet.
o Stabilitas: neurodex stabil dalam penyimpanan suhu kamar (25-30˚)C, kering dan tertutup rapat.
o Cara dan lama pemberian: diberikan dengan cara pemakaian oral atau diminum 1x sehari Malam
Keterangan:
Dari semua bahan obat pada resep diatas menunjukkan bahwa pasien tidak ada riwayat alergi.
Di samping itu masing-masing obat yang tertulis dalam resep tidak menimbulkan interaksi satu
sama lain. Namun perlu dijelaskan beberapa efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan dari
masing-masing obat seperti:
o Kaflam mempunyai efek samping berupa mengantuk,mulut kering,insomnia,mual.
o Zolastin mempunyai efek samping berupa mengantuk dan mual.
o Iflaz mempunyai efek samping berupa ngantuk dan mual
o Vomina mempunyai efek samping berupa agranulesitosis.
o Vegeta mempunyai efek samping berupa insomnia,ngantuk.
o neurodex mempunyai efek samping berupa sakit kepala,mual,pusing,sensi hangat pada
wajah,lelah,edema,somnolen,nyeri abdomen.
3) Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harga hasil perhitungan kepada
pasien. Pada R/ diatas dapat dihitung sebagai berikut:
Kaflam sebanyak 10 tablet @ Rp. = Rp.
Zolastin sebanyak 10 tablet @ Rp. = Rp.
Iflaz sebanyak 6 tablet @ Rp. = Rp.
Vomina sebanyak 6 tablet @ Rp. = Rp.
Vegeta sebanyak 6 tablet @ Rp. = Rp.
Neurodex sebanyak 6 tablet @ Rp. = Rp.
Jumlah Rp.
4) Pasien diberi nomor antrian.
Pasien pemilik resep diberi nomor antrian yang sesuai dengan nomor yang ada pada struk dari
apotek.
5) Menulis nomor struk atau printout pada resep dan satukan resep dengan printout. Di apotik
kimia farma jokotole bahwa struk resep dikelompokkan sesuai dengan golongan obat.
6) Mencocokkan nama, jumlah, kekuatan obat dalam resep dengan printout
7) Menyiapkan obat sesuai dengan Resep.Menyiapkannya dengan mengambil obat yang akan
diracik dan tanpa diracik sesuai dengan obat yang telah ditentukan jumlahnya dari etalase dan
dibawa ke meja racik, yakni seperti mengambil obat yang tidak diracik.
8) Mematuhi protap meracik jika obat berupa racikan
Resep diatas ada beberapa komponen yang dilakukan peracikan sehingga kita harus melalui
tahapan-tahapan prosedur peracikan sebagaimana tertuang dalam Protap peracikan yang dipakai
oleh Apotek kimia farma jokotole Bangkalan.
Dalam melaksanakan peracikan perlu kita memperhatikan prosedur tetap mengenai peracikan
obat yang ada di Apotek kimia farma jokotole, yakni meliputi:
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan dan membersihkan meja tempat peracikan.
Bahan dan alat yang perlu disiapkan
Lalu peralatan yang dibutuhkan juga disiapkan seperti mortir dan stamper, Cangkang kapsul,
plastik klip, dan etiket.
b. Membuat instruksi meracik meliputi nomor resep, nama pasien, jumlah dan cara mencampur
bahan dan obat yang akan diracik.
1) Tuliskan nomor resep dan nama pasien pada kertas instruksi.
2) Siapkan bahan – bahan
3) Menyiapkan etiket dan wadah obat. Etiket yang dipakai adalah etikat berwarna putih untuk
pemakaian dalam.
9) Memasukkan dalam plastik klip kemudian serahkan pada petugas lain untuk diperiksa lalu
diserahkan.
10) Membersihkan peralatan dan meja tempat meracik setelah meracik obat.
11) Mencuci tangan dengan bersih setelah selesai meracik resep.
selesai obat diperiksa kepada petugas yang ada kemudian obat diserahkan kepada pasien, dengan
melalaui proses seperti berikut:
a) Obat diserahkan kepada pasien sekaligus dicocokkan dengan data pasien.
b) Memberitahukan kepada pasien tentang obat yang diberikan dan tujuan penggunaan obat
tersebut.
c) Memberikan informasi kepada pasien tentang penggunaan obat (dosis, frekuensi, durasi, dan
cara penggunaan).
d) Menanyakan kembali tentang semua informasi yang telah disampaikan untuk memastikan bahwa
pasien telah paham dan mengerti tentang penggunaan obat.
e) Memberitahukan kepada pasien efek samping dari obat yang nungkin terjadi dan cara
penanganan yang mungkin bisa dilakukan oleh pasien terhadap efek samping yang terjadi.
f) Menginformasikan pada pasien tentang hal apa saja yang perlu dihindari atau yang perlu
dilakukan untuk menunjang keberhasilan terapi.
g) Membuat catatan khusus pasien.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
a, yaitu di Apotek Muntazhar merupakan suatu strategi yang memberi peluang kepada kami mengalami proses
melalui bekerja langsung pada pekerjaan sesungguhnya. Dengan adanya praktek kerja lapangan di
an bagaimana pelaksanaan praktek langsung di lingkungan dunia kerja yang langsung dibimbing oleh
2. Adanya kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia kerja sehingga terjadi sinkronisasi
materi yang diajarkan di sekolah dan proses pembimbingan di tempat praktek
3. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini akan lebih terarah apabila disusun suatu jadwal yang
harus dikerjakan siswa / siswi selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
4. Pihak sekolah agar dapat memantau kegiatan siswa yang sedang melaksanakan PKL secara
intensif sehingga segala kesulitan yang timbul dapat dipecahkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
1. ISO Indonesia Volume 45, tahun 2010-2011.
2. Manajemen Farmasi, Sekolah Menengah Farmasi kelas XI, edisi 2004.
3. Undang-Undang Kesehatan, Sekolah Menengah Farmasi kelas X, edisi 2004.
4. Undang-Undang Kesehatan, Sekolah Menengah Farmasi kelas XI, edisi 2004.
5. Farmakologi, Sekolah Menengah Farmasi kelas X, edisi 2004.
6. Farmakologi, Sekolah Menengah Farmasi kelas XI, edisi 2004.
7. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
8. Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
9. Permenkes Nomor 922 Tahun 1993 tentang pekerjaan kefarmasian.
10. PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Lampiran 1
Denah apotik Muntazhar
Lampiran 2
D
enah bangunan (lay out) apotek muntazhar
Lampiran 3
Contoh etiket yang digunakan di apotek Muntazhar
c) Obat-obat luar
Lampiran 4
Contoh surat pesanan Obat di
apotek Muntazhar
Lampiran 5
Contoh :surat pesanan obat psikotropika
Lampiran 6
Contoh:surat pesanan obat narkotika
Lampiran 7
Contoh Apograph
Lampiran8
Contoh kwitansi
Lampiran9
Contoh laporan penggunaan narkotika
Lampiran10
Contoh laporan penggunaan psikotropika