LP Batu Ginjal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU GINJAL
I. Definisi Penyakit
Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih).  Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis) ( Elizabeth J. Corwin, 2009)
Batu ginjal atau kalkulus renal (nefrolitiasis) dapat terbentuk dimana saja di dalam
traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau kalises.
Batu ginjal memiliki ukuran yang beragam dan bias soliter atau multiple. Batu ginjal lebih
sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan jarang ditemukan pada anak-anak.
Batu kalsium umumnya ditemukan pada laki-laki berusia pertengahan dengan riwayat
pembentukan batu di dalam keluarga (Kowalak, 2011).
Batu ginjal merupakan suatu kondisi terbentuknya material keras yang menyerupai batu
di dalam ginjal. Material tersebut berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam darah yang
dipisahkan ginjal yang kemudian mengendap dan mengkristal seiring waktu (Anonim, 2015).
Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan batu ginjal adalah suatu keadaan
penyakit pembetukan batu (kalkuli) yang dapat ditemukan di setiap bagian ginjal yang terjadi
akibat endapan zat-zat sisa di ginjal sehingga menyebabkan terganggunya sistem perkemihan.

II. Etiologi / Penyebab Penyakit


Meskipun penyebab pasti tidak diketahui, factor predisposisi terjadinya batu ginjal
meliputi (Kowalak, 2011):
1. Dehidrasi
2. Infeksi
3. Perubahan pH urin (batu kalsium karbonat terbentuk pada pH yang tinggi,
batu asam urat terbentuk pada pH yang rendah)
4. Obstruksi pada aliran urin yang menimbulkan stasis di dalam traktus urinarius.
5. Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah dan tersaring
oleh ginjal.
6. Factor metabolic
7. Factor makanan
8. Factor penyakit renal
9. Factor penyakit gout
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik, yaitu (Purnomo, 2011):
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1) Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2) Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun karena terjadinya
penurunan kerja organ sistem perkemihan
3) Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita dapat dikatakan karena perbedaan aktivitas.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1) Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt.
2) Iklim dan temperatur
Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan
cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin
menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
a. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden
batu saluran kemih.
b. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong,
kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat
seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
c. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas fisik (sedentary life). Pekerjaan dengan banyak duduk lebih memungkinkan
terjadinya pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
d. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti
pembentukan batu.

I. Klasifikasi Penyakit

Menurut Kowalak (2011) komposisi yang menyusun batu ginjal adalah batu
kalsium (80%) dengan terbesar berbentuk kalsium oksalat dan terkecil berbentuk
kalsium fosfat. Adapun macam-macam batu ginjal dan proses terbentuknya, antara lain:
a. Batu Oksalat/Kalsium Oksalat
Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan asam askorbat
(vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor oksalat yang cukup besar,
sejumlah 30%, 50% yang lain dikeluarkan sebagai oksalat urine. Manusia tidak dapat
melakukan metabolisme oksalat, sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika terjadi
gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan banyak
mengkonsumsi nenas), maka terjadi akumulasi okalat yang memicu terbentuknya
batu oksalat di ginjal/kandung kemih.
b. Batu Struvit
Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium karbonat. Batu
tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi ammonia bertambah dan
pH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi akibat infeksi
bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia,
Peudomonas eratia, semua spesies Klebsiella, Hemophilus, Staphylococus, dan
Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang dihasikan bakteri di atas
menguraikan urin menjadi amonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air
membentuk amonium sehingga pH urine makin tinggi. Karbon dioksida yang
terbentuk dalam suasana pH basa/tinggi akan menjadi ion karbonat membentuk
kalsium karbonat.Batu struvit (campuran dari magnesium, amoniak dan fosfat) juga
disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sampai yang sebesar 2.5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut
kalkulus staghorn. Batu ini mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises
renalis.
c. Batu Urat
Batu urat terjadi pada penderita gout (sejenis rematik). Batu urat dapat juga terbentuk
karena pemakaian urikosurik (misal probenesid atau aspirin). Penderita diare kronis
(karena kehilangan cairan, dan peningkatan konsentrasi urine) serta asidosis (pH urin
menjadi asam sehingga terjadi pengendapan asam urat) dapat juga menjadi pemicu
terbentuknya batu urat.
d. Batu Sistina
Sistin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya semakin
kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi (mengendap)
dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal/saluran kemih membentuk batu.
e. Batu Kalium Fosfat
Batu ginjal berbentuk batu kalium fosfat dapat terjadi pada penderita hiperkalsiurik
(kadar kalsium dalam urine tinggi). Batu kalium fosfat juga dapat terjadi karena
asupan kalsium berlebih (misal susu dan keju) ke dalam tubuh. Hal ini dikarenakan
adanya endapan kalium di dalam tubuh yang akan menyebabkan timbulnya batu
ginjal.

Batu yang terbentuk di ginjal dapat menetap pada beberapa tempat di bagian
ginjal, seperti di kalix minor atas dan bawah, di kalix mayor, di daerah pyelum, dan di
ginjal bagian atas (up junction). Berikut ini adalah klasifikasi berdasarkan posisi batu
saluran ginjal:
a. Batu di kalix minor atas : batu ini kemungkinan silent stone dengan symptom stone.
b. Batu di kalix monir bawah : batu yang terdapat pada bagian ini biasanya merupakan
batu koral (staghorn stone) dan berbentuk seperti arsitektur dari kalices. Batu ini
makin lama akan bertambah besar dan mendesak pharencim ginjal sehingga
pharencim ginjal semakin menipis. Jadi batu ini potensial berbahaya bagi ginjal.
c. Batu di kalix mayor : jenis batu ini adalah batu koral (staghorn stone), tetapi tidak
menyumbat. Batu pada daerah ini sering tidak menimbulkan gejala mencolok / akut,
tetapi sering ditemukan terjadinya pielonefritis karena infeksi yang berulang-ulang.
Batu ini makin lama akan semakin membesar dan mendesak pharencim ginjal
sehingga pharencim ginjal akan semakin menipis dan berbahaya bagi ginjal.
d. Batu di pyelum ginjal : batu-batu ini kadang-kadang dapat menyumbat dan
menimbulkan infeksi sehingga dapat menyebabkan kolik pain dan gejala lain.
Tindakan pengobatannya sebaiknya dilakukan dengan pengangkatan batu ginjal,
karena batu dapat tumbuh terus ke dalam kalix mayor sehingga tindakan operasi
nantinya akan lebih sulit untuk dilaksanakan.
e. Batu di atas Up Junction : daerah up junction merupakan salah satu tempat
penyempitan ureter yang fisiologis, sehingga besarnya batu diperkirakan tidak dapat
melalui daerah tersebut.
f. Batu ureter : tanda dan gejalanya adalah secara tiba-tiba timbul kolik pain mulai dari
pinggang hingga testis pria atau ovarium pada wanita, pada posisi apapun klien
sangat kesakitan, kadang-kadang disertai perut kembung, nausea, muntah, gross
hematuria.
g. Batu buli-buli : batu buli-buli terdapat pada semua golongan umur dari anak sampai
orang dewasa.

II. Bagan Fatofisiologi Penyakit

Tipe batu ginjal yang utama adalah kalsium oksalat dan kalsium fosfat yang
menempati 75% hingga 80% dari semua kasus batu ginjal; batu struvit (magnesium,
ammonium, dan fosfat) 15% dan asam urat 7%. Batu sistin relative jarang terjadi dan
mewakili 1% dari semua batu ginjal (Kowalak, 2011).
Batu ginjal terbentuk ketika terjadi pengendapan substansi yang dalam keadaan
normal larut dalam urin, seperti kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Dehidrasi dapat
menimbulkan batu ginjal karena peningkatan konsentrasi substansi yang membentuk batu
di dalam urin. Pembentukan batu terjadi di sekeliling suatu nucleus atau nidus pada
lingkungan yang sesuai. Kristal terbentuk dengan adanya substansi yang membentuk batu
(kalsium oksalat, kalsium karbonat, magnesium, ammonium, fosfat atau asam urat) dan
kemudian terperangkap dalam traktus urinarius. Di tempat ini, kristal tersebut menarik
Kristal lain untuk membentuk batu. Urin yang sangat pekat dengan substansi ini akan
memudahkan pembentukan Kristal dan mengakibatkan pembentukan batu (Kowalak,
2011).
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tampat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada
sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis
uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostate
benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun
oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada
keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal
yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup
mampu membuntukan saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel
saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan
pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80%
batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupan
dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya
berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu
xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-
batu diatas hampir sama, tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah
terbentuk dalam asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena
urine bersifat basa (Lina, 2008).
Batu ginjal dapat terjadi pada papilla renal, tubulus renal, kalises, piala ginjal,
ureter atau dalam kandung kemih. Banyak batu berukuran kurang dari 5 mm dan biasanya
batu dengan ukuran kecil ini akan keluar sendiri ke dalam urin. Batu staghorn bias terus
tumbuh dalam piala ginjal dan meluas ke dalam kalises sehingga terbentuk batu yang
bercabang-cabang dan akhirnya menimbulkan batu ginjal jika tidak diangkat dengan
pembedahan. Batu kalsium memiliki ukuran paling kecil. Sebagian besar diantaranya
adalah kalsium oksalat atau campuran oksalat dengan fosfat (Kowalak, 2011).
Meskipun 80% kasus bersidat idiopatik, umumnya kasus-kasus tersebut terjadi
bersama hiperurikosuria (keadaan terdapatnya asam urat dengan kadar yang tinggi di
dalam urin). Imobilisasi yang lama dapat menimbulkan dimineralisasi tulang,
hiperkalsiuria, dan pembentukan kalkulus. Disamping itu, hiperparatiroidisme, asidosis
tubulus renal dan asupan vitamin D atau kalsium yang berlebihan dari makanan dapat
menjadi factor predisposisi terbentuknya batu ginjal. Batu struvit secara khas mengendap
karena infeksi, khususnya oleh spesies pseudomonas atau proteus. Mikroorganisme
pemecah ureum ini lebih sering dijumpai pada wanita. Batu struvit dapat menghancurkan
parenkim renal (Kowalak, 2011).
Penyakit gout mengakibatkan produksi asam urat yang tinggi, hiperurikosuria, dan
batu asam urat. Diet tinggi purin (seperti daging, ikan, dan unggas) akan menaikkan kadar
asam urat di dalam tubuh. Enteritis regional dan colitis ulserativa dapat memicu
pembentukan batu asam urat. Penyakit ini sering terjadi pada keadaan kehilangan cairan
dan bikarbonat yang dapat menimbulkan asidosis metabolic. Urin yang asam akan
meningkatkan pembentukan batu asam urat (Kowalak, 2011).
Sistinuria merupakan gangguan herediter langka, dan pada kondisi ini terdapat
kekeliriuan metabolic yang menyebabkan penurunan reabsorpsi sistin di dalam tubulus
renal. Keadaan ini menyebabkan peningkatan jumlah sistin dalam urin. Karena sistin
merupakan substansi yang relative insoluble, keberadaannya turut menyebabkan
pembentukan kalkulus atau batu (Kowalak, 2011).
Jaringan parut yang terinfeksi merupakan tempat ideal bagi pembentukan batu.
Disamping itu, kalkulus yang terinfeksi (biasanya batu magnesium ammonium fosfat atau
batu staghorn) dapat terbentuk apabila bakteri menjadi nucleus dalam pembentukan batu.
Stasis urin memudahkan penimbunan unsur-unsur pembentukan batu yang kemudian
saling melekat dan mendorong timbulnya infeksi yang menambah obstruksi. Batu dapat
masuk ke dalam ureter atau tetap tinggal di dalam piala ginjal. Di dalam piala ginjal, batu
tersebut merusak atau menghancurkan parenkim renal dan dapat menimbulkan nekrosis
karena penekanan (Kowalak, 2011).
Di dalam ureter, pembentukan batu menyebabkan obstruksi dalam bentuk
hidronefrosis dan cenderung timbul kembali. Nyeri yang membandel dan perdarahan
serius juga dapat terjadi karena batu ginjal dan kerusakan yang ditimbulkan. Batu yang
besar dan kasar akan menyumbat lubang sambungan uteropelvic dan meningkatkan
frekuensi serta kekuatan kontraksi peristaltic sehingga terjadi hematuria akibat trauma.
Biasanya pasien batu ginjal melaporkan nyeri yang menjalar dari sudut kostovertebral
kebagian pinggang kemudian kearah suprapubik serta genetalia eksterna (kolik renal yang
klasik). Intensitas nyeri berfluktuasi dan dapat luar biasa sakitnya ketika intensitas nyeri
tersebut mencapai puncaknya. Pasien dengan batu ginjal di dalam piala ginjal dan kalises
dapat melaporkan nyeri konstan yang tumpul (rasa pegal). Ia juga dapat melaporkan nyeri
punggung jika batu tersebut menyebabkan sumbatan dalam ginjal dan nyeri abdomen
yang hebat bila batu tersebut berjalan ke bawah disepanjang ureter. Infeksi dapat terjadi
dalam urin yang mengalami stasis atau sesudah trauma jika batu ini menimbulkan
mengikis permukaan saluran kemih. Jika batu atau kalkulus terperangkap dan menyumbat
aliran urin maka dapat terjadi hidronefrosis (Kowalak, 2011).
Beberapa teori pembentukan batu adalah (Purnomo, 2011) :
a) Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu (nukleus). Partikel-partikel yang
berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau
benda asing di saluran kemih.
b) Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
yang merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
c) Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam
saluran kemih.
Pathway (Terlampir)

III. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala Penyakit


Tanda dan gejala batu ginjal yang mungkin meliputi (Kowalak ,2011):
1. Nyeri hebat akibat obstruksi
2. Nausea dan vomitus
3. Demam dan menggigil karena infeksi
4. Hematuria jika batu tersebut menimbulkan abrasi ureter
5. Distensi abdomen
6. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal satu-satunya
dimiliki pasien.
Secara umum pasien urolithiasis datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan
utama nyeri pada pinggang dan hematuria. Keluhan yang disampaikan oleh pasien
tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik ini menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena
terjadi hidonefrosis atau infeksi pada ginjal (Kuntarti, 2009).
Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran
kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang-kadang hematuria didapatkan dari
pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika didapatkan demam harus
dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini
harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari
timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian
antibiotika (Kuntarti, 2009).
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria)
dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit
gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal (Kuntarti, 2009).
IV. Komplikasi
Komplikasi meliputi (Kowalak, 2011):
1. Kerusakan atau destruksi parenkim renal
2. Nekrosis tekanan
3. Obstruksi oleh batu
4. Hidronefrosis
5. Perdarahan
6. Rasa nyeri
Infeksi.
V. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan


jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi
yang terjadi. Untuk Indikasi pengeluaran batu saluran kemih yaitu obstruksi jalan kemih,
infeksi, nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang, batu yang akan menyebabkan infeksi
atau obstruksi, batu metabolic yang tumbuh cepat (Kowalak, 2011).
Penatalaksanaan pada batu ginjal, sebagai berikut (Rully, M. Azharry S, 2010):
a. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1) Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium
oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat serta
mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang,
daging, sarden, keju dan sari buah.
2) Batu asam urat
Makanan yang dikurangi adalah daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan,
saus dan lain-lain.
3) Batu struvite
Makanan yang dikurangi adalah keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4) Batu cysti
Makanan yang dikurangi adalah sari buah, susu, kentang. Serta menganjurkan pasien
banyak minum yaitu 3-4 liter/hari dan olahraga yang teratur.
b. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri
sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk
mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat di area
panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau
menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan
cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga
mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari
mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran
urin yang besar.
c. Kolaborasi pemmberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau buli-buli tanpa
melalui tindakan invasif atau tanpa ada pembiusan dengan mengkonsentrasikan
gelombang kejut dari lokasi batu dari luar tubuh. Batu dipecah menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil
seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
e. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi
perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah
dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
f. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui
sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
g. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah
larut (struvit).
h. Pengangkatan batu
Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada
ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat
infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi.

VI. Pengkajian

Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.
a. Identitas pasien yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll. 
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari
pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri
tidak di ketahui.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien suka
mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam
makanan atau minuman dibuat dari susu/ produk susu. 
 Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya. 

Berdasarkan klasifikasi Doenges, riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:


a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
 Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
 Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
 Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
b. Sirkulasi
Tanda:
 Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
 Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

c. Eliminasi
Gejala:
 Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
 Penrunan volume urine
 Rasa terbakar, dorongan berkemih
 Diare
Tanda:
 Oliguria, hematuria, piouria
 Perubahan pola berkemih
d. Makanan dan cairan:
 Gejala:
 Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
 Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
 Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
 Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
 Muntah
e. Nyeri/kenyamanan:
Gejala:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
 Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
 Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
f. Keamanan:
Gejala:
 Penggunaan alkohol
 Demam/menggigil
g. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
 Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis
 Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
 Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
VII. Analisa Data

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI


.
1. DS : Perfusi jaringan tidak Penurunan
1. Klien mengatakan Efektif konsentrasi Hb dan
lemas darah suplai
DO : oksigen berkurang
 Klien tampak pucat.
 Muka tampak pucat
HGB klien :7.9* [g/dL]
Konjungtiva anemis
2. DS : Ketidak seimbangan faktor biologis
1. Klien mengatakan nutrisi kurang dari
tidaknafsu makan kebutuhan tubuh
hanya bisahabis ½
porsi.
2. Klien mengatakan
badanterasa lemas
dan hanyaberbaring
di tempat tidur.
DO :
 Klien tampak
tidakmenghabiskan
makanan nyayang
habis dalam satu
porsi½ porsi rumah
sakit.
 Mukosa bibir klien
tampakkering Klien
tampak lesu dan
lemas.
HGB klien :7.9* [g/dL]
BB : 46 KG
3. DS: Intoleransi Aktivitas Kelemahan fisik
Klien mengatakan
aktivitas dibantu
keluarga
DO:
1. Klien ke kamar
mandi dibantu
keluarga
2. Klien makan dibantu
disuapi keluarga
3. Klien pucat

VIII. Diagnosa Keperawatan

 Pre-operasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi
ureteral
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Risiko  tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis
pasca obstruksi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang penyakit
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,
keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
 Post-operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan tindakan invasif
IX. Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi

NO. DIAGNOSA NOC NIC


1. Nyeri (akut) berhubungan Tujuan Pain Management
 Pain Level,
dengan peningkatan  Lakukan pengkajian
 pain control,
frekuensi/dorongan kontraksi  comfort level nyeri secara
ureteral Kriteria hasil komprehensif termasuk
 Mampu mengontrol nyeri
lokasi, karakteristik,
(tahu penyebab nyeri,
durasi, frekuensi,
mampu menggunakan
kualitas dan faktor
tehnik nonfarmakologi
presipitasi
untuk mengurangi nyeri,
 Observasi reaksi
mencari bantuan)
nonverbal dari
 Melaporkan bahwa nyeri
ketidaknyamanan
berkurang dengan
 Gunakan teknik
menggunakan
komunikasi terapeutik
manajemen nyeri
untuk mengetahui
 Mampu mengenali nyeri
pengalaman nyeri
(skala, intensitas,
pasien
frekuensi dan tanda
 Kaji kultur yang
nyeri)
mempengaruhi respon
 Menyatakan rasa nyaman
nyeri
setelah nyeri berkurang
 Evaluasi pengalaman
 Tanda vital dalam
nyeri masa lampau
rentang normal
 Evaluasi bersama
 Tidak mengalami pasien dan tim
gangguan tidur kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
 Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic
Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2. Tujuan Timbang BB tiap
Anak-anak toleran diet hari
yang sesuai.
Kreteria hasil;
a. BB dalam batas
normal
b. Tidak terjadi
kekambuhan diare.
3. Hiperermi berhubungan Tujuan Hindarkan dan
dengan infeksi ditandai dengan mengembalikan suhu cegah
kerusakan pada mukosa usus. tubuh menjadi normal. penggunaan
Kriteria hasil : sumber dari luar
a. Suhu tubuh
kembali normal 36-
37oC
4. Resiko gangguan integritas Tujuan Kaji kerusakan
kulit ditandai dengan integritas kulit normal. kulit / iritasi
kemerahan di sekitar anus Kriteria hasil : setiap buang air
a. Iritasi berkurang besar
5. Gangguan istirahat tidur Tujuan Berikan susu
berhubungan dengan sering Agar pola tidur pasien hangat sebelum
defekasi ditandai dengan mata dapat terpenuhi. tidur
merah dan sering menguap Kriteria hasil :
a. Pasien dapat tidur
6-8 jam setiap
malam
b. Secara verbal
mengatakan dapat
lebih rileks dan
lebih segar.
6. Cemas berhubungan dengan Tujuan Anjurkan pada
kondisi dan hospitalisasi pada Anak dan orang tua orang tua
anak menunjukkan rasa cemas mengekspresikan
atau takut berkurang. perasaan rasa
Kriteria hasil : takut dan cemas,
a. Orang tua aktif dengarkan
marawat anak dan keluhan orang tua
bertanya dengan dan bersikap
perawat atau dokter empati dengan
tentang kondisi sentuhan
atau klasifikasi dan terapeutik.
anak tidak
menangis.
7. Kurangnya pengetahuan Tujuan Kaji tingkat
orang tua berhubungan Agar keluarga mengetahui pemahaman
dengan kurangnya informasi. informasi tentang diare. orang tua
Kriteria hasil :
a. Keluarga mengerti
tentang diare
b. Keluarga
mengetahui cara
pencegahan dan
pengobatan yang
dapat dilakukan
apabila terjadi lagi
diare.

Anda mungkin juga menyukai