LP Batu Ginjal
LP Batu Ginjal
LP Batu Ginjal
BATU GINJAL
I. Definisi Penyakit
Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis) ( Elizabeth J. Corwin, 2009)
Batu ginjal atau kalkulus renal (nefrolitiasis) dapat terbentuk dimana saja di dalam
traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau kalises.
Batu ginjal memiliki ukuran yang beragam dan bias soliter atau multiple. Batu ginjal lebih
sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan jarang ditemukan pada anak-anak.
Batu kalsium umumnya ditemukan pada laki-laki berusia pertengahan dengan riwayat
pembentukan batu di dalam keluarga (Kowalak, 2011).
Batu ginjal merupakan suatu kondisi terbentuknya material keras yang menyerupai batu
di dalam ginjal. Material tersebut berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam darah yang
dipisahkan ginjal yang kemudian mengendap dan mengkristal seiring waktu (Anonim, 2015).
Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan batu ginjal adalah suatu keadaan
penyakit pembetukan batu (kalkuli) yang dapat ditemukan di setiap bagian ginjal yang terjadi
akibat endapan zat-zat sisa di ginjal sehingga menyebabkan terganggunya sistem perkemihan.
I. Klasifikasi Penyakit
Menurut Kowalak (2011) komposisi yang menyusun batu ginjal adalah batu
kalsium (80%) dengan terbesar berbentuk kalsium oksalat dan terkecil berbentuk
kalsium fosfat. Adapun macam-macam batu ginjal dan proses terbentuknya, antara lain:
a. Batu Oksalat/Kalsium Oksalat
Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan asam askorbat
(vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor oksalat yang cukup besar,
sejumlah 30%, 50% yang lain dikeluarkan sebagai oksalat urine. Manusia tidak dapat
melakukan metabolisme oksalat, sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika terjadi
gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan banyak
mengkonsumsi nenas), maka terjadi akumulasi okalat yang memicu terbentuknya
batu oksalat di ginjal/kandung kemih.
b. Batu Struvit
Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium karbonat. Batu
tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi ammonia bertambah dan
pH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi akibat infeksi
bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia,
Peudomonas eratia, semua spesies Klebsiella, Hemophilus, Staphylococus, dan
Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang dihasikan bakteri di atas
menguraikan urin menjadi amonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air
membentuk amonium sehingga pH urine makin tinggi. Karbon dioksida yang
terbentuk dalam suasana pH basa/tinggi akan menjadi ion karbonat membentuk
kalsium karbonat.Batu struvit (campuran dari magnesium, amoniak dan fosfat) juga
disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sampai yang sebesar 2.5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut
kalkulus staghorn. Batu ini mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises
renalis.
c. Batu Urat
Batu urat terjadi pada penderita gout (sejenis rematik). Batu urat dapat juga terbentuk
karena pemakaian urikosurik (misal probenesid atau aspirin). Penderita diare kronis
(karena kehilangan cairan, dan peningkatan konsentrasi urine) serta asidosis (pH urin
menjadi asam sehingga terjadi pengendapan asam urat) dapat juga menjadi pemicu
terbentuknya batu urat.
d. Batu Sistina
Sistin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya semakin
kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi (mengendap)
dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal/saluran kemih membentuk batu.
e. Batu Kalium Fosfat
Batu ginjal berbentuk batu kalium fosfat dapat terjadi pada penderita hiperkalsiurik
(kadar kalsium dalam urine tinggi). Batu kalium fosfat juga dapat terjadi karena
asupan kalsium berlebih (misal susu dan keju) ke dalam tubuh. Hal ini dikarenakan
adanya endapan kalium di dalam tubuh yang akan menyebabkan timbulnya batu
ginjal.
Batu yang terbentuk di ginjal dapat menetap pada beberapa tempat di bagian
ginjal, seperti di kalix minor atas dan bawah, di kalix mayor, di daerah pyelum, dan di
ginjal bagian atas (up junction). Berikut ini adalah klasifikasi berdasarkan posisi batu
saluran ginjal:
a. Batu di kalix minor atas : batu ini kemungkinan silent stone dengan symptom stone.
b. Batu di kalix monir bawah : batu yang terdapat pada bagian ini biasanya merupakan
batu koral (staghorn stone) dan berbentuk seperti arsitektur dari kalices. Batu ini
makin lama akan bertambah besar dan mendesak pharencim ginjal sehingga
pharencim ginjal semakin menipis. Jadi batu ini potensial berbahaya bagi ginjal.
c. Batu di kalix mayor : jenis batu ini adalah batu koral (staghorn stone), tetapi tidak
menyumbat. Batu pada daerah ini sering tidak menimbulkan gejala mencolok / akut,
tetapi sering ditemukan terjadinya pielonefritis karena infeksi yang berulang-ulang.
Batu ini makin lama akan semakin membesar dan mendesak pharencim ginjal
sehingga pharencim ginjal akan semakin menipis dan berbahaya bagi ginjal.
d. Batu di pyelum ginjal : batu-batu ini kadang-kadang dapat menyumbat dan
menimbulkan infeksi sehingga dapat menyebabkan kolik pain dan gejala lain.
Tindakan pengobatannya sebaiknya dilakukan dengan pengangkatan batu ginjal,
karena batu dapat tumbuh terus ke dalam kalix mayor sehingga tindakan operasi
nantinya akan lebih sulit untuk dilaksanakan.
e. Batu di atas Up Junction : daerah up junction merupakan salah satu tempat
penyempitan ureter yang fisiologis, sehingga besarnya batu diperkirakan tidak dapat
melalui daerah tersebut.
f. Batu ureter : tanda dan gejalanya adalah secara tiba-tiba timbul kolik pain mulai dari
pinggang hingga testis pria atau ovarium pada wanita, pada posisi apapun klien
sangat kesakitan, kadang-kadang disertai perut kembung, nausea, muntah, gross
hematuria.
g. Batu buli-buli : batu buli-buli terdapat pada semua golongan umur dari anak sampai
orang dewasa.
Tipe batu ginjal yang utama adalah kalsium oksalat dan kalsium fosfat yang
menempati 75% hingga 80% dari semua kasus batu ginjal; batu struvit (magnesium,
ammonium, dan fosfat) 15% dan asam urat 7%. Batu sistin relative jarang terjadi dan
mewakili 1% dari semua batu ginjal (Kowalak, 2011).
Batu ginjal terbentuk ketika terjadi pengendapan substansi yang dalam keadaan
normal larut dalam urin, seperti kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Dehidrasi dapat
menimbulkan batu ginjal karena peningkatan konsentrasi substansi yang membentuk batu
di dalam urin. Pembentukan batu terjadi di sekeliling suatu nucleus atau nidus pada
lingkungan yang sesuai. Kristal terbentuk dengan adanya substansi yang membentuk batu
(kalsium oksalat, kalsium karbonat, magnesium, ammonium, fosfat atau asam urat) dan
kemudian terperangkap dalam traktus urinarius. Di tempat ini, kristal tersebut menarik
Kristal lain untuk membentuk batu. Urin yang sangat pekat dengan substansi ini akan
memudahkan pembentukan Kristal dan mengakibatkan pembentukan batu (Kowalak,
2011).
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tampat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada
sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis
uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostate
benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun
oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada
keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal
yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup
mampu membuntukan saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel
saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan
pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80%
batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupan
dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya
berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu
xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-
batu diatas hampir sama, tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah
terbentuk dalam asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena
urine bersifat basa (Lina, 2008).
Batu ginjal dapat terjadi pada papilla renal, tubulus renal, kalises, piala ginjal,
ureter atau dalam kandung kemih. Banyak batu berukuran kurang dari 5 mm dan biasanya
batu dengan ukuran kecil ini akan keluar sendiri ke dalam urin. Batu staghorn bias terus
tumbuh dalam piala ginjal dan meluas ke dalam kalises sehingga terbentuk batu yang
bercabang-cabang dan akhirnya menimbulkan batu ginjal jika tidak diangkat dengan
pembedahan. Batu kalsium memiliki ukuran paling kecil. Sebagian besar diantaranya
adalah kalsium oksalat atau campuran oksalat dengan fosfat (Kowalak, 2011).
Meskipun 80% kasus bersidat idiopatik, umumnya kasus-kasus tersebut terjadi
bersama hiperurikosuria (keadaan terdapatnya asam urat dengan kadar yang tinggi di
dalam urin). Imobilisasi yang lama dapat menimbulkan dimineralisasi tulang,
hiperkalsiuria, dan pembentukan kalkulus. Disamping itu, hiperparatiroidisme, asidosis
tubulus renal dan asupan vitamin D atau kalsium yang berlebihan dari makanan dapat
menjadi factor predisposisi terbentuknya batu ginjal. Batu struvit secara khas mengendap
karena infeksi, khususnya oleh spesies pseudomonas atau proteus. Mikroorganisme
pemecah ureum ini lebih sering dijumpai pada wanita. Batu struvit dapat menghancurkan
parenkim renal (Kowalak, 2011).
Penyakit gout mengakibatkan produksi asam urat yang tinggi, hiperurikosuria, dan
batu asam urat. Diet tinggi purin (seperti daging, ikan, dan unggas) akan menaikkan kadar
asam urat di dalam tubuh. Enteritis regional dan colitis ulserativa dapat memicu
pembentukan batu asam urat. Penyakit ini sering terjadi pada keadaan kehilangan cairan
dan bikarbonat yang dapat menimbulkan asidosis metabolic. Urin yang asam akan
meningkatkan pembentukan batu asam urat (Kowalak, 2011).
Sistinuria merupakan gangguan herediter langka, dan pada kondisi ini terdapat
kekeliriuan metabolic yang menyebabkan penurunan reabsorpsi sistin di dalam tubulus
renal. Keadaan ini menyebabkan peningkatan jumlah sistin dalam urin. Karena sistin
merupakan substansi yang relative insoluble, keberadaannya turut menyebabkan
pembentukan kalkulus atau batu (Kowalak, 2011).
Jaringan parut yang terinfeksi merupakan tempat ideal bagi pembentukan batu.
Disamping itu, kalkulus yang terinfeksi (biasanya batu magnesium ammonium fosfat atau
batu staghorn) dapat terbentuk apabila bakteri menjadi nucleus dalam pembentukan batu.
Stasis urin memudahkan penimbunan unsur-unsur pembentukan batu yang kemudian
saling melekat dan mendorong timbulnya infeksi yang menambah obstruksi. Batu dapat
masuk ke dalam ureter atau tetap tinggal di dalam piala ginjal. Di dalam piala ginjal, batu
tersebut merusak atau menghancurkan parenkim renal dan dapat menimbulkan nekrosis
karena penekanan (Kowalak, 2011).
Di dalam ureter, pembentukan batu menyebabkan obstruksi dalam bentuk
hidronefrosis dan cenderung timbul kembali. Nyeri yang membandel dan perdarahan
serius juga dapat terjadi karena batu ginjal dan kerusakan yang ditimbulkan. Batu yang
besar dan kasar akan menyumbat lubang sambungan uteropelvic dan meningkatkan
frekuensi serta kekuatan kontraksi peristaltic sehingga terjadi hematuria akibat trauma.
Biasanya pasien batu ginjal melaporkan nyeri yang menjalar dari sudut kostovertebral
kebagian pinggang kemudian kearah suprapubik serta genetalia eksterna (kolik renal yang
klasik). Intensitas nyeri berfluktuasi dan dapat luar biasa sakitnya ketika intensitas nyeri
tersebut mencapai puncaknya. Pasien dengan batu ginjal di dalam piala ginjal dan kalises
dapat melaporkan nyeri konstan yang tumpul (rasa pegal). Ia juga dapat melaporkan nyeri
punggung jika batu tersebut menyebabkan sumbatan dalam ginjal dan nyeri abdomen
yang hebat bila batu tersebut berjalan ke bawah disepanjang ureter. Infeksi dapat terjadi
dalam urin yang mengalami stasis atau sesudah trauma jika batu ini menimbulkan
mengikis permukaan saluran kemih. Jika batu atau kalkulus terperangkap dan menyumbat
aliran urin maka dapat terjadi hidronefrosis (Kowalak, 2011).
Beberapa teori pembentukan batu adalah (Purnomo, 2011) :
a) Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu (nukleus). Partikel-partikel yang
berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau
benda asing di saluran kemih.
b) Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
yang merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
c) Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam
saluran kemih.
Pathway (Terlampir)
VI. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.
a. Identitas pasien yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari
pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri
tidak di ketahui.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien suka
mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam
makanan atau minuman dibuat dari susu/ produk susu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya.
c. Eliminasi
Gejala:
Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
Penrunan volume urine
Rasa terbakar, dorongan berkemih
Diare
Tanda:
Oliguria, hematuria, piouria
Perubahan pola berkemih
d. Makanan dan cairan:
Gejala:
Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
Muntah
e. Nyeri/kenyamanan:
Gejala:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
f. Keamanan:
Gejala:
Penggunaan alkohol
Demam/menggigil
g. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
VII. Analisa Data
Pre-operasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi
ureteral
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis
pasca obstruksi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang penyakit
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,
keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Post-operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan tindakan invasif
IX. Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi
Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2. Tujuan Timbang BB tiap
Anak-anak toleran diet hari
yang sesuai.
Kreteria hasil;
a. BB dalam batas
normal
b. Tidak terjadi
kekambuhan diare.
3. Hiperermi berhubungan Tujuan Hindarkan dan
dengan infeksi ditandai dengan mengembalikan suhu cegah
kerusakan pada mukosa usus. tubuh menjadi normal. penggunaan
Kriteria hasil : sumber dari luar
a. Suhu tubuh
kembali normal 36-
37oC
4. Resiko gangguan integritas Tujuan Kaji kerusakan
kulit ditandai dengan integritas kulit normal. kulit / iritasi
kemerahan di sekitar anus Kriteria hasil : setiap buang air
a. Iritasi berkurang besar
5. Gangguan istirahat tidur Tujuan Berikan susu
berhubungan dengan sering Agar pola tidur pasien hangat sebelum
defekasi ditandai dengan mata dapat terpenuhi. tidur
merah dan sering menguap Kriteria hasil :
a. Pasien dapat tidur
6-8 jam setiap
malam
b. Secara verbal
mengatakan dapat
lebih rileks dan
lebih segar.
6. Cemas berhubungan dengan Tujuan Anjurkan pada
kondisi dan hospitalisasi pada Anak dan orang tua orang tua
anak menunjukkan rasa cemas mengekspresikan
atau takut berkurang. perasaan rasa
Kriteria hasil : takut dan cemas,
a. Orang tua aktif dengarkan
marawat anak dan keluhan orang tua
bertanya dengan dan bersikap
perawat atau dokter empati dengan
tentang kondisi sentuhan
atau klasifikasi dan terapeutik.
anak tidak
menangis.
7. Kurangnya pengetahuan Tujuan Kaji tingkat
orang tua berhubungan Agar keluarga mengetahui pemahaman
dengan kurangnya informasi. informasi tentang diare. orang tua
Kriteria hasil :
a. Keluarga mengerti
tentang diare
b. Keluarga
mengetahui cara
pencegahan dan
pengobatan yang
dapat dilakukan
apabila terjadi lagi
diare.