Arief Dwi Setiawan - 055 - Resume Bab 35-37
Arief Dwi Setiawan - 055 - Resume Bab 35-37
Arief Dwi Setiawan - 055 - Resume Bab 35-37
1) Kode etik perlu ditetapkan bersama, tanpa kode etik maka setiap individu dalam
satu komunitas akan memiliki sikap yang berbeda-beda. Hal ini tidak baik dalam
berinteraksi dengan masyarakat atau organisasi lainnya.
2) Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan oleh
keahlian, indepedensi serta integritas moral/ kejujuran para auditor dalam
menjalankan pekerjaannya.
3) Kode etik dibuat sebagai pedomani dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu
kode etik bagi profesi angkutan publik sangat penting sebagai prinsip moral atau
aturan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan klien dan
masyarakat.
BAB 36 Tanggung Jawab Hukum
A. Laporan Keuangan dan Hukum
1) Pengguna
2) Penyusun
3) Penanggung Jawab
4) Pemberi Asuransi
5) Kode Etik Dan Standar Performa
6) Ketentuan Hukum
5) Sanksi Perdata
Pasal 26 UUAP menyatakan bahwa akuntan publik bertanggung jawab, secara
perdata, atas jasa yang diberikan.
6) Kultur Litigasi
Tuana Kotta (2015;73) menjelaskan tentang budaya Litigasi (Litigation
Culture) dengan menggunakan contoh tiga negara (Amerika Serikat, Jepang,
dan Inggris), Pakar dari Amerika serikat tuntut menuntut merupakan budaya
dimasyarakatnya.
BAB 37 Penetapan Standar
A. Lembaga Penyusun Standar
Lembaga yang diberi wewenang untuk menyusun dan menetapkan standar harus
dikuatkan oleh pemerintah melalui undang-undang atau peraturan. Pemilihan
lembaga harus didasarkan pada konsep integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas.
2) Kelemahan Pelaksanaan
Kelemahan pelaksanaan berasal dari akuntan publik itu sendiri, baik secara
individu maupun kantor. Kelemahan pelaksanaan yang bersifat masif, dapat
menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi yang bersangkutan. Faktor
utama terjadinya kelemahan pelaksanaan umumnya adalah lunturnya
batasan antara akuntan publik sebagai kegiatan usaha (bisnis) dan akuntan
publik sebagai profesi.
3) Kelemahan Standar
Kelemahan standar terjadi karena kurangnya penggunaan prinsip sebagai
basis penyusunan standar, penekanan yang kurang terhadap informasi masa
depan,atau terhadap risiko dan penekanan yang kurang terhadap jenis aset
tertentu.