BAB II RULA REBA - New
BAB II RULA REBA - New
BAB II RULA REBA - New
PENDAHULUAN
Dalam dunia industri kondisi kerja yang baik merupakan suatu hak bagi pekerja yang
harus didapatkan. Perusahaan atau pelaku industri harus mampu menyediakan lingkungan dan
kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kondisi
kerja perlu diperhatikan karena sangat erat kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan kerja
untuk semua pekerja. Manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga
dicapai suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang dengan kondisi kerja yang baik. Kondisi kerja
dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara
optimal,sehat,aman dan nyaman. Produktivitas dan kondisi kerja mempunyai ketergantungan
satu sama lain produktivitas tidak akan baik jika kondisi kerja tidak efektif. Keluhan dan
Kecelakaan kerja akan terjadi jika pekerja melakukan pekerjaan dengan kondisi kerja yang tidak
ergonomi atau kurang efektif, jika dalam suatu proses kerja terjadi kecelakaan kerja dapat
berakibat produksi menjadi terhenti. Yang harus menjadi perhatian jika ingin mendapatkan
produktivitas yang baik dan meminimalisir gangguan pada sistem otot dan kecelakaan kerja yaitu
dengan menggunakan konsep ergonomi dalam pekerjaan.
Proses keselamatan kerja yaitu terkait dengan usaha mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang dikarenakan oleh beragam aspek bahaya, baik datang dari pemakaian
mesin-mesin produksi ataupun lingkungan kerja dan aksi pekerja sendiri. Oleh karena itu,
undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dibentuk dengan tujuan untuk
mengatur ketentuan kesehatan dan keselamatan bagi individu termasuk pekerja. Pada
kenyataannya banyak terjadi kecelakaan kerja pada pekerja dikarenakan kurangnya kewaspadaan
tenaga kerja akan bahaya potensial kerja. Salah satu yang menjadi aspek penelitian adalah
Muscoskeletal Disorder, studi tentang Muscoskeletal Disorder telah banyak dilakukan dan hasil
dari penelitian menunjukan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami oleh pekerja
adalah di bagian punggung (Low Back Pain) dan bahu.
Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) tahun 2007,
Keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada tendon, otot, dan saraf. Aktifitas dengan
tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehingga dapat
menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot. Keluhan musculoskeletal dapat terjadi
walaupun gaya yang dikeluarkan ringan dan postur kerja yang memuaskan. Keluhan
muskuloskeletal atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon,
ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa
ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa
memar, mikro faktor, patah, atau terpelintir. Pada penelitian di CV. Basani kondisi sifat kerja
pada bagian produksinya yang ada di bidang Konstruksi, sering kali pekerja mengeluh karena
ada bagian tubuh yang 2 merasa sakit, yaitu di daerah leher, bahu, dan punggung. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah memperbaiki metode kerja yaitu
postur kerja yang tidak ergonomis.
Posisi kerja duduk yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf dan otot pada
kaki dan tangan sehingga dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Jika posisi ini
dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan pada sistem otot seperti sakit pinggang, sakit
leher, sakit bahu, punggung, lengan dan pergelangan tangan. Berdasarkan penelitian di PT.
Bandung Raya Motor keluhan pada sistem otot diakibatkan oleh postur kerja yang tidak sesuai.
Perusahaan industri tersebut bergerak di bidang jasa shop center dan service center yang dalam
setiap pekerjaan memiliki beban kerj adan risiko tersendiri khususnya bagian service center,
aktivitas tersebut dilakukan secara manual menurut SOP dan membutuhkan waktu sesuai
kemampuan pekerjanya. Jadi untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja sehingga dapat
meminimalisir cedera pada otot tulang belakang pekerja dilakukan dengan menggunakan metode
REBA.
Sejauh ini banyak penelitian yang mencoba menganalisa postur kerja misalnya
menggunakan RULA (Rapid Upper Limb Assesment. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang
berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan
untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan
aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Pada Penelitian ini
akan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment). RULA merupakan suatu
metode penelitian postur untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas.
Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan 3 tabel skor dalam menetapkan evaluasi
faktor resiko.Sedangkan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) merupakan metode
yang dikembangkan untuk menilai secara keseluruhan bagian tubuh dan cepat contohnya pada
postur bagian leher, punggung, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki seorang
pekerja. Metode REBA adalah metode yang dikembangkan dari metode OWAS (The Ovoko
Working Posture Analysis Sistem) dan metode RULA.
PEMBAHASAN
Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos
yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa
negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human Faktors
Engineerings atau Human Engineering (Wignjosoebroto, 2003). Istilah ergonomi didefinisikan
sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, engineering, manajemen dan desain peralatan (Nurmianto, 2003).
Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang dialami antara lain: sakit pada
pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri
bahu dan punggung (Manuaba, 2000).
Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara lain:
1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau dihilangkan,
perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu gunakan pengungkit
sebagai alat bantu.
2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-prinsip
ergonomi.
3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat (jangan
dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum (jangan ditahan).
4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum yang
diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2003).
Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan poduksi yang
kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang mana
kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara
lain : (Suma’mur, 1996)
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan
penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin
(macam, gerak, arah dan kekuatan).
2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari
sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot
perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat
dan sedikit membungkuk.
3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak
mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah penglihatan ini sesuai
dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).
5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah.
Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.
6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang
sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan
ke atas harus dihindarkan, berilah papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan.
Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan.
7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan dengan
pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh ILO sebesar
50kg. Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya
dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung
pada pinggul yang mendukungnya.
8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien dan kualitas
kerja sangat menurun.
Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja dan
lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia
itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan
kenyamanan kerja dan produktifitas kerja.
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode yangdikembangkan dalam
bidang ergonomi yang menginvestigasi dan menilai postur kerja yang dilakukan oleh tubuh
bagian atas. Metode penilaian postur kerja ini tidak memerlukan alat-alat khusus dalam
melakukan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas.
Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan
untuk perekaman atau pencatatan postur kerja,tahap kedua adalah pengembangan systemscoring
dan ketiga adalah pengembangan skala level tindakan yang memberikan suatu panduan terhadap
level resiko dan kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih
terperinci.Teknologi ergonomi ini mengevaluasi postur, kekuatan, dan aktivitas otot yang
menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang(repetitive strain injuries).
RULA memberikan hasil evaluasi yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh. Skor
tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar atau berbahaya untuk
dilakukan dalam bekerja. Sedangkan skor terendah juga tidak berarti menjamin pekerjaan yang
diteliti bebas dari ergonomic Hazard.
RULA (Rapid Entire Body Assessment) adalah sebuah metode yangdikembangkan dalam
bidang ergonomi dan dapat digunakan secaracepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga
dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopangoleh tubuh serta aktivitas
pekerja.
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Lynn McAtamney dan Nigel Corlett, E.
(1993), seorang ahli ergonomic dari Nottingham’s Institute of Occupational ergonomics
England. Metode ini prinsip dasarnya hampir sama dengan metode REBA (Rapid Entire Body
Assessment) maupun metode OWAS (Ovako Postur Analysis System). Ketiga metode ini
(RULA, REBA dan OWAS) sama – sama mengobservasi segmen tubuh khususnya upper limb
dan mentransfernya dalam bentuk skoring. Selanjutnya, skor final yang di peroleh akan sebagai
pertimbangan untuk memberikan saran perbaikan secara tepat. Berdasarkan alasan tersebut,
maka pada topik ini hanya akan didiskusikan secara detail tentang aplikasi metode RULA.
Metode RULA merupakan suatu metode dengan menggunakan target postur tubuh untuk
mengestimasi terjadinya risiko gangguan system muskuloskeletal, khususnya pada anggota tubuh
bagian atas (upper limb disorders), seperti adanya gerakan repetitive, pekerjaan diperlukan
pengerahan kekuatan, aktifitas otot statis pada sistem musculoskeletal, dll. Penilaian dengan
metode RULA ini merupakan penilaian yang sistematis dan cepat terhadap risiko terjadinya
gangguan dengan menunjukan bagian anggota tubuh pekerja yang mengalami gangguan tersebut.
Analisa dapat dilakukan sebelum dan sesudah intervensi, untuk menunjukan bahwa intervensi
yang di berikan akan dapat menurunkan risiko cedera.
Di dalam aplikasi, metode RULA dapat digunakan untuk menentukan prioritas pekerjaan
berdasarkan faktor risiko cedera. Hal ini dilakukan dengan membandingkan nilai tugas-tugas
yang berbeda yang di evaluasi menggunakan dengan RULA. Metode ini juga dapat digunakan
untuk mencari tindakan yang paling efektif untuk pekerjaan yang memiliki risiko relatif tinggi.
Analisa dapat menentukan kontribusi tiap faktor terhadap suatu pekerjaan secara keseluruhan
dengan cara melalui nilai tiap faktor risiko. Disamping itu, metode RULA merupakan alat untuk
melakukan analisa awal yang mampu menentukan seberapa jauh risiko pekerja yang terpengaruh
oleh faktor-faktor penyebab cedera, yaitu:
a. Postur tubuh
b. Kontraksi otot statis
c. Gerakan repetitive
d. Pengerahan tenaga dan pembebanan
Kelebihan Kekurangan
• Spesifik untuk postur tubuh bagian RULA banyak digunakan untuk proses
atas. perancangan dan pengembangan.
• Menyediakan perhitungan yang Perlu ada pelatihan pendahuluan.
mudah. Perlu dipadukan dengan metode lain,
• Menyediakan skor tunggal untuk misal: REBA.
masing-masing tugas sebagai satu
bidikan
Kelebihan Kekurangan
Untuk menilai tipe postur kerja yang REBA hanya alat analisis untuk menilai
tidak dapat diprediksi. animasi load handling.
Hasil skor REBA dapat menunjukkan
tingkat risiko dan pentingnya tindakan
yang perlu dilakukan.
Diaplikasikan untuk seluruh tubuh yang
bekerja.
Postur statis, dinamis, cepat berubah
atau tidak stabil.
Dapat dibuat animasi komputer
2.5 Hubungan Antara Ergonomi, Postur Kerja dan RULA-REBA
Dalam ergonomi sendiri salah satu faktor yang mempengaruhi ergonomi adalah postur
dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut sangat penting
untuk diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan
pekerja. Postur Kerja itu sendiri diartikan bahwa bekerja merupakan suatu kegiatan
manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk
mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Studi ergonomi yang
kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengevaluasi dan
merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan, agar dapat memberikan
peningkatan efektivitas dan efesiensi selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi
manusia sebagai pekerjanya (Sutalaksana, 2006).
Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja akan
cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja menjadi
lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada akhirnya
menyebabkan turunnya produktivitas. Postur kerja dapat dihitung dengan beberapa
metode yaitu RULA- REBA
DAFTAR PUSTAKA
Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Surabaya: PT. Guna Widya. 72-92.
Natali, H. 2000. Analisis Postur Kerja dengan Menggunakan REBA dan RULA di PT X.
Universitas Pelita Harapan
Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: PT. Guna Widya.
http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/03/analisis-postur-kerja-reba.html
http://ergo-plus.com/reba-assessment-tool-guide/
http://ardiyanto.staff.ugm.ac.id/2016/02/28/metode-analisis-postur-rapid-entire-body-
assessment-reba/
Ayu Setiorini1 , Siti Musyarofah2 , Mushidah3 , Baju Widjasena. 2019. ANALISIS POSTUR
KERJA DENGAN METODE REBA DAN GAMBARAN KELUHAN SUBJEKTIF
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (PADA PEKERJA SENTRA INDUSTRI TAS
KENDAL TAHUN 2017). Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761
(Online). Edisi Khusus, No. 1. 24-32.
Dyah Priamsari*, Ratna Purwaningsih*. ERGONOMIC ASSESSMENT DI PT PERKEBUNAN
TAMBI MENGGUNAKAN TOOLS OWAS, RULA, DAN REBA (Studi Kasus di unit
perkebunan Tanjungsari)
Alen Okvan Briansah. 2018. ANALISA POSTUR KERJA YANG TERJADI UNTUK
AKTIVITAS DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE RULA
DI CV.BASANI (Studi Kasus CV. Basani Bidang Konstruksi, Yogyakarta) Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi. PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA