Obesitas
Obesitas
Obesitas
Overweight atau kelebihan berat badan dan obesitas merupakan hal berbeda yang dapat
dilihat melalui jumlah IMT. Menurut standar kategori WHO, overweight adalah jika IMT 25
hingga 29 sedangkan kategori obesitas dengan IMT 30 hingga lebih. Sedangkan batasan
overweight dan obesitas di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2010 untuk overweight yakni
dengan IMT 25 hingga 27 sedangkan IMT diatas 27 digolongkan sebagai obesitas.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh
menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu
menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan
menggunakan meteran.
Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan menimbulkan
permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (Misnadierly, 2007).
Berat Badan Relatif = Berat badan x 100 %
Tinggi badan – 100
Keteragan :
90% - 110% : normal 120% - 130% : obesitas ringan
< 90% : kurang dari normal 130% - 140% : obesitas sedang
110% - 120% : lebih dari normal >140% : obesitas berat
Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat
badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4 obesitas berdasarkan tingkatan :
a. Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh
sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan
hiperlipidemia.
b. Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-30% dari berat
ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
c. Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30-60%
dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita
penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
d. Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih
dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan
kematian mendadak.
Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu kegemukan masa bayi
(infancy-onset obesity), masa anak-anak (childhood-onset obesity), dan masa dewasa (adult-
onset obesity), dan masa lansia.
a. Kegemukan pada masa bayi yang perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah
bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih dari sepertiga
menjadi gemuk pada usia dewasa. Faktor penyebab obesitas pada bayi antara lain; keturunan,
ibu yang obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan, ibu
penyakit obesitas/ pradiabetes/. Dalam suatu riset terbaru dapat terungkap bahwa obesitas
diusia dini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan juga diabetes di kemudian
hari, terlebih lagi pada anak perempuan. Ternyata dalam sebuah penelitian menunjukkan
bahwa bayi perempuan yang obesitas (terlalu gemuk) cenderung memiliki lingkar pinggang
yang lebih besar, kadar insulin yang tinggi dan trigliserida (sejenis lemak yang biasa
ditemukan di dalam darah), juga kadar kolestrol baik “HDL” yang sangat rendah. Dr.
Haslam, seorang dokter yang juga anggota ESCO (Experts in Severe and Complex Obesity)
menyebutkan bahwa untuk menanggulangi masalah obesitas pada bayi sejak ibu mengandung
harus menjaga pola makan dengan baik.
b. Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurangnya
aktifitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara dua tahun sampai usia remaja (pubertas).
Kegemukan terhadap periode ini yaitu akibat dari pola makan yang salah atau tidak sehat dan
kurangnya gerakan fisik yang sanggup menopang pembakaran lemak dalam badan, era yang
telah canggih dan serba modis yg menciptakan seluruh kegiatan jadi makin lebih gampang
akan menyebabkan anak malas lakukan gerakan fisik, dan kurangnya bimbingan dan
dukungan orang lanjut usia terhadap kesehatan anak. Jika terjadi obesitas pada anak tentu saja
ini merupakan tanggung jawab orang tua untuk menjaga dan mengatur pola makan anak
dengan tepat, banyak sekali masalah yang akan dihadapi anak jika ia mengalami kegemukan
atau obesitas. Secara umum obesitas pada anak berisiko lebih tinggi mengidap obesitas.
Obesitas pada anak juga mempengaruhi organ lain seperti saluran napas terganggu hingga
ngorok saat tidur, tulang menopang tubuh yang berat, dan bisa menimbulkan perasaan
minder. Yang paling parah adalah komplikasi jantung. Selain itu anak berisiko diabetes juga
karena faktor genetik.
c. Kegemukan pada masa dewasa, kelompok ini sering ditemukan daripada kegemukan yang
timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering
antara 20-30 tahun pada saat seseorang mulai sibuk dalam karirnya. Karena kesibukan-
kesibukan menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan olahraga, maka bila kurang
hati-hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini (Wirakusumah, 1994). Orang dewasa
yang memiliki kegiatan padat membuat mereka jarang dan tidak miliki waktu untuk
berolahraga, maka terjadilah penimbunan lemak, dan jikalau ini konsisten dibiarkan sehingga
penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, kanker, dan lain sebagainya yang berisiko lebih
parah dan berujung kepada kematian mendadak.
d. Kegemukan pada masa lansia, benar adanya jika bahaya dari obesitas akan semakin
meningkat seiring bertambahnya umur seseorang. Meski begitu, beberapa ahli mengatakan
jika pengukuran BMI dianggap kurang tepat untuk mendeteksi obesitas pada lansia.
Dianjurkan jika pendiagnosaan sebaiknya menggunakan ukuran lingkar pinggang dan
panggul. Ini diakibatkan perubahan ukuran dan bentuk tubuh yang signifikan pada lansia.
Patokan yang digunakan adalah seseorang dikatakan mengalami obesitas jika lingkar
pinggangnya melebihi 80 cm (untuk wanita) dan 90 cm (untuk pria). Ketika terjadi pada
mereka yang sudah berusia lanjut, obesitas dapat membawa banyak sekali masalah yang
dapat mengancam kualitas hidup seseorang. Beberapa kecenderungan bahayanya adalah
sebagai berikut :
a) Diabetes: Kerja insulin dapat terganggu oleh jaringan lemak tubuh yang berada di bagian
dalam rongga perut. Hal inilah yang mengakibatkan lansia dengan obesitas dapat
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2.
b) Hipertensi: Orang lanjut usia yang punya berat badan berlebih cenderung sulit untuk
bergerak. Bahkan jantung penderita obesitas pada lansia saja memerlukan tenaga ekstra untuk
bekerja. Hal inilah yang dapat menyebabkan darah tinggi bisa terjadi pada orang-orang
obesitas.
c) Aterosklerosis: Penyempitan pembuluh darah adalah nama lain untuk penyakit yang terjadi
akibat obesitas pada lansia satu ini. Ini terjadi ketika kolesterol dan lemak banyak menumpuk
di arteri yang bisa menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke.
d) Kanker: Obesitas pada lansia yang berkelamin wanita dapat memicu risiko tinggi kanker
payudara, 37% lebih tinggi dibanding dengan mereka yang memiliki berat badan normal.
Sedangkan bagi pria, obesitas juga dapat menyebabkan kanker prostat jika jaringan lemak
sudah mencapai organ reporduksi tersebut
Tingginya penderita obesitas pada usia >25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan
oleh seiring bertambahnya usia timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme tubuh
menurun, dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat meningkatkan risiko
kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta menurunkan usia harapan
hidup.
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) karena
pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Menurut hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai risiko dua kali lebih
besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan normal
(Wirakusumah, 1994). Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja
jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen.
Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung.
b. Gangguan fungsi paru-paru
Timbunan lemak dapat menekan saluran pernafasan. Ini bisa menyebabkan terjadinya
henti nafas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat menyebabkan
gagal jantung juga akan berujung pada kematian.
c. Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu
timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes
mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita
diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Obesitas dianggap sebagai
bagian dalam kelompok faktor risiko utama yang sering terlihat untuk penyakit
kardiovasklular dan diabetes mellitus. Kelompok faktor risiko ini sering digambarkan sebgai
sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin. Faktor-faktor lainnya yang terdapat dalam
sindrom ini adalah kenaikan kadar glukosa, peningkatan kadar trigliserida, kadara HDL-
kolestrol yang rendah, dan hipertensi.
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Ini disebabkan timbulnya
gangguan fungsi insulin pada pengidapnya. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi
oleh tubuh. Fungsinya antara lain, memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh
untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat
masuk ke dalam sel sehingga tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula
darah yang meningkat. Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan
metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserinda, namun disertai penurunan
kolesterol HDL (kolesterol baik). Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar
kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis).
Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah sehingga menyebabkan penyakit
jantung koroner dan serangan stroke.
d. Gangguan persendian
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga berat.
Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan peradangan persendian
(osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada sendi diikuti dengan pembengkakan.
Sendi juga menjadi kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup
berjalan lagi. Osteoartritis lebih sering ditemukan diantara kaum perempuan daripada laki-
laki.
e. Gangguan sistem hormon
Obesitas juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis, obesitas
menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita dewasa, obesitas
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme) dan
gangguan siklus menstruasi. Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki)
meningkat. Akibatnya terjadi hirsutisme (tanda maskulinasi). Misalnya jerawatan, distribusi
bulu-bulu di wajah dan badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara
lelaki.
f. Meningkatkan risiko penyakit ganas
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami menopause, obesitas
meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium) dan kanker payudara.
Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan
kanker usus besar (kolorektal). Sebuah kelompok kerja dari IARC dan WHO menyimpulkan
adanya cukup bukti yang menunjukkan bahwa tindakan menghindari kenaikan berat badan
mempunyai efek preventif terhadap kanker.
Gambar di atas merangkumkan keterkaitan antara obesitas, faktor risiko, penyakit
kronis, dan mortalitas. Obesitas berhubungan dengan semua penyebab mortalitas serta
penyakit kanker dan bahkan tidak berhubungan lebih erat dengan onset diabeter tipe 2,
penyakit kardiovaskuler, kelainan muskuloskeletal, disabilitas kerja, serta sleep apnea.
Perbandingan risiko relatif untuk mortalitas, penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes
hanya disesuaikan menurut usia dan tidak pernah berdasarkan pada gabungan orang yang
bukan perokok serta perokok. Ini mungkin bukan risiko relatif yang paling tepat untuk
membandingkan dampak obesitas pada berbagai hasil akhir yang berbeda.
H. Pencegahan Obesitas
Dalam pencegahan obesitas diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan nutrisi dan pola makan
Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas tidak
hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat badan agar tetap
stabil dan mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah didapat. Kurangi makan
makanan berlemak, terutama lemak jenuh, karena lemak jenuh akan mempermudah
terjadinya gumpalan lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Konsumsilah
sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruhan kalori yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi
makanan tinggi karbohidrat dan lemak dan upayakan agar berat badan berada dalam batas
IMT normal. .
b. Perbanyak aktivitas
Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam penatalaksanaan
overweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian perubahan baik fisik
maupun psikologis yang sangat bermanfaat dalam mengendalikan berat badan. Olahraga
diperlukan untuk membakar kalori dan membuang lemak.
c. Modifikasi pola hidup dan perilaku
Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau memodifikasi pola
makan dan aktifitas fisik pada individu dengan overweight dan obese. Hindarilah atau
lakukan upaya untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah, melalui penataan
makanan. Untuk ini sebaiknya mintalah petunjuk ahli gizi. Dengan demikian diharapkan
upaya ini dapat mengatasi hambatan-hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan
sehat dan olahraga. Modifikasi kebiasaan dalam gaya hidup jangan hanya mengandalkan
nasihat personal semata tetapi harus pula menangani komponen lingkungan fisik, ekonomi
dan sosialkultural.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan
pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhannya.
b. Gejala obesitas antara lain mendengkur, sleep apnea, sesak napas, nyeri pada sendi lutut,
nyeri pada punggung bagian bawah, ruam, berkeringat berlebihan, mudah depresi, dan sering
ngantuk.
c. Klasifikasi untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan IMT.
d. Obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya penyakit
degenerasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain.
e. Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas ada dua yaitu secara langsungseperti faktor
lingkungan, faktor genetik, hormonal, asupan makan, psikologi dan faktor secara tidak
langsung seperti faktor pengetahuan gizi serta pengaturan makan.
f. Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengaturan nutrisi dan pola makan,
perbanyak aktivitas, dan modifikasi pola hidup dan perilaku.
B. Saran
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat
serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan meningkatkan aktifitas
fisik seperti memiliki jadwal olahraga rutin sehingga dapat meminimalkan risiko obesitas
yang merupakan cara alami yang murah meskipun tidak mudah untuk mempertahankan
dalam jangka waktu lama.