Obesitas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

A.

           Pengertian Obesitas


Kata obesitas berasal dari bahasa latin ob artinya akibat dari, dan esum diartikan
sebagai makan, sehingga obesitas berarti makan berlebihan. Obesitas atau kegemukan adalah
kondisi kelebihan lemak tubuh sehingga berat badan jauh melebihi berat badan normal.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat
mengganggu kesehatan (WHO).
Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek yang disebabkan oleh banyak faktor
termasuk genetik  dan faktor lingkungan, dimana kejadian obesitas merupakan  kombinasi
dari kedua faktor tersebut (James, et al ., 2011: dalam Oetomo ,2011;5).
Secara patofisiologi, obesitas merupakan proses penimbunan triasilgliserol berlebihan
pada jaringan adipose karena imbance (ketidakseimbangan antara asupan energi dengan
penggunaannya), (Bays et al, 2008; dalam Oetomo 2011;3).
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya
aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007).
Kegemukan (obesitas) sebenarnya tidak identik dengan kelebihan berat badan,
melainkan terkait dengan komposisi tubuh di mana terjadi kelebihan lemak. Obesitas dan
overweight mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan
berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20%
dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight
(kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi
berat badan normal. Kelebihan tubuh lemak inilah yang berkaitan dengan kejadian metabolic
syndrome, yang merupakan risiko gangguan kesehatan pada obesitas. Telah diketahui bahwa
obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya penyakit
degenerasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, jantung koroner, stroke, kanker,
dan lain-lain.
Berdasarkan pemaparan di atas maka obesitas merupakan ketidakseimbangan jumlah
makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari
konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.

B.            Tipe - Tipe Obesitas


Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu tipe obesitas
berdasarkan kondisi selnya dan tipe obesitas berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh.
Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe (Purwati,
2001) yaitu :
a.              Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak
dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal
terjadi pada masa anak-anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa
anak-anak akan lebih sulit.
b.             Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan
ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk
menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
c.              Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel
melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung
sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang
paling sulit, karena dapat berisiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit
degeneratif.
Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada tiga tipe obesitas yaitu:
a.              Tipe buah apel (adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebih
dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada
umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk adalah
lemak jenuh.
b.             Tipe buah pear (genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah, yaitu
sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis
timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.
c.              Tipe ovid (bentuk kotak buah), tipe ini adalah besar di seluruh bagian badan. Tipe ovid
umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.

C.           Etiologi Obesitas


a.              Genetik : Anak-anak dari orangtua obesitas cenderung 3-8 kali menjadi obesitas
dibandingkan dari orang tua berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh
orang tua kandung.
b.             Lingkungan : Pengaruh keluarga, misalnya penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak boleh
makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring habis. Membantu
pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.
c.              Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka atau
depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar.
d.             Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini sering
menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan.
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori
yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan (Mary Coutney Moore, 1994).
Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas.
Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau energi didalam tubuh.
Penyebab ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas,
namun keadaan ini disertai oleh berbagai faktor yang dapat dihindari untuk mengelakkan
obesitas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas 70% dipengaruhi oleh lingkungan
dan 30% dipengaruhi oleh genetik.

D.           Gejala Obesitas


Gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang obesitas antara lain :
a.              Kebiasaan tidur dengan mendengkur, penumpukan lemak di leher juga memicu seseorang
mendengkur.
b.             Sesak napas,  rata-rata orang yang tubuhnya gemuk akan merasakan napasnya lebih berat.
Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas.
c.              Sleep apne, gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya
pernafasan untuk sementara waktu (sleep apnea), sehingga pada siang hari penderita sering
merasa ngantuk.
d.             Sering merasa ngantuk dan lelah
e.              Nyeri pada persendian lutut, dikarenakan faktor kelebihan berat badan yang dapat
menambah beban atau tekanan pada lutut dan pergelangan kaki.
f.              Nyeri punggung bawah (low back pain) dan biasanya memperburuk osteoartritis, banyak
dari penderita obesitas mengeluhkan akan sakit punggung. Hal ini disebabkan penambahan
beban tulang belakang oleh penumpukan lemak. Risiko fatal jika berat badan tidak kunjung
diturunkan, pada tulang punggung dapat meningkatkan risiko patah tulang dari dalam.
g.             Mudah depresi, lebih mudah tertekan pikirannya karena keadaan fisiknya.
h.             Ruam atau infeksi pada lipatan kulit, orang dengan obesitas lebih mungkin memiliki kulit
gelap dan terjadi lipatan-lipatan kulit. Mudah mengalami infeksi jamur dan bakteri di kulit
dengan tanda adanya ruam.
i.               Berkeringat secara berlebihan, seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan
tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh
tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.
E.            Klasifikasi Obesitas
Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT) seperti pada tabel 2.1. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus
matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat
badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman,
2007).
Rumus menentukan IMT : IMT = BB
TB²
Definisi derajat overweight dan obesitas memungkinkan pembandingan angka
prevalensi secara internasional. Ukuran antropometrik lainnya yang didasarkan pada lingkar
tubuh juga digunakan di bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio lingkar pinggang
terhadap lingkar panggul (waist hip ratio). WHR yang lebih merupakan indikator distribusi
lemak ketimbang jumlah total lemak tubuh seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Definisi kategori indeks massa tubuh (IMT)a dan lingkar perutb

Klasifikasi IMT (kg/m2)


Berat badan kurang (underweight) <18,5
Berat badan normal (normal weight) 18,5-24,9
Berat badan lebih (overweight) yang moderat 25,0-29,9
Berat badan lebih (overweight) ≥25
Preobese 25-29,9
Obesitas ≥30
Obese kelas I 30-34,9
Obese kelas II 35-39,9
Obese kelas III ≥40
Lingkaran Pinggang

Klasifikasi Laki-laki Perempuan


Di atas action level 1 ≥ 80 cm (~ 32 inci) ≥ 94 cm (~ 37 inci)
Di atas action level 2 ≥ 88 cm (~ 35 inci) ≥ 100 cm (~ 40 inci)
a
Kategori IMT didefinisikann menurut pedoman WHO.
b
Kategori lingkar pinggang diusulkan oleh Lean et al

Overweight atau kelebihan berat badan dan obesitas merupakan hal berbeda yang dapat
dilihat melalui jumlah IMT. Menurut standar kategori WHO, overweight adalah jika IMT 25
hingga 29 sedangkan kategori obesitas dengan IMT 30 hingga lebih. Sedangkan batasan
overweight dan obesitas di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2010 untuk overweight yakni
dengan IMT 25 hingga 27 sedangkan IMT diatas 27 digolongkan sebagai obesitas.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh
menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu
menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan
menggunakan meteran.
Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan menimbulkan
permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (Misnadierly, 2007).
Berat Badan Relatif = Berat badan x 100 %
Tinggi badan – 100
Keteragan :
90% - 110% : normal 120% - 130% : obesitas ringan
< 90% : kurang dari normal 130% - 140% : obesitas sedang
110% - 120% : lebih dari normal >140% : obesitas berat

Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat
badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4 obesitas berdasarkan tingkatan :
a.              Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh
sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan
hiperlipidemia.
b.             Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-30% dari berat
ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
c.              Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30-60%
dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita
penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
d.             Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih
dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan
kematian mendadak.
Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu kegemukan masa bayi
(infancy-onset obesity), masa anak-anak (childhood-onset obesity), dan masa dewasa (adult-
onset obesity), dan masa lansia.
a.              Kegemukan pada masa bayi yang perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah
bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih dari sepertiga
menjadi gemuk pada usia dewasa. Faktor penyebab obesitas pada bayi antara lain; keturunan,
ibu yang obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan, ibu
penyakit obesitas/ pradiabetes/. Dalam suatu riset terbaru dapat terungkap bahwa obesitas
diusia dini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan juga diabetes di kemudian
hari, terlebih lagi pada anak perempuan. Ternyata dalam sebuah penelitian menunjukkan
bahwa bayi perempuan yang obesitas (terlalu gemuk) cenderung memiliki lingkar pinggang
yang lebih besar, kadar insulin yang tinggi dan trigliserida (sejenis lemak yang biasa
ditemukan di dalam darah), juga kadar kolestrol baik “HDL” yang sangat rendah. Dr.
Haslam, seorang dokter yang juga anggota ESCO (Experts in Severe and Complex Obesity)
menyebutkan bahwa untuk menanggulangi masalah obesitas pada bayi sejak ibu mengandung
harus menjaga pola makan dengan baik.
b.             Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurangnya
aktifitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara dua tahun sampai usia remaja (pubertas).
Kegemukan terhadap periode ini yaitu akibat dari pola makan yang salah atau tidak sehat dan
kurangnya gerakan fisik yang sanggup menopang pembakaran lemak dalam badan, era yang
telah canggih dan serba modis yg menciptakan seluruh kegiatan jadi makin lebih gampang
akan menyebabkan anak malas lakukan gerakan fisik, dan kurangnya bimbingan dan
dukungan orang lanjut usia terhadap kesehatan anak. Jika terjadi obesitas pada anak tentu saja
ini merupakan tanggung jawab orang tua untuk menjaga dan mengatur pola makan anak
dengan tepat, banyak sekali masalah yang akan dihadapi anak jika ia mengalami kegemukan
atau obesitas. Secara umum obesitas pada anak berisiko lebih tinggi mengidap obesitas.
Obesitas pada anak juga mempengaruhi organ lain seperti saluran napas terganggu hingga
ngorok saat tidur, tulang menopang tubuh yang berat, dan bisa menimbulkan perasaan
minder. Yang paling parah adalah komplikasi jantung. Selain itu anak berisiko diabetes juga
karena faktor genetik.
c.              Kegemukan pada masa dewasa, kelompok ini sering ditemukan daripada kegemukan yang
timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering
antara 20-30 tahun pada saat seseorang mulai sibuk dalam karirnya. Karena kesibukan-
kesibukan menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan olahraga, maka bila kurang
hati-hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini (Wirakusumah, 1994). Orang dewasa
yang memiliki kegiatan padat membuat mereka jarang dan tidak miliki waktu untuk
berolahraga, maka terjadilah penimbunan lemak, dan jikalau ini konsisten dibiarkan sehingga
penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, kanker, dan lain sebagainya yang berisiko lebih
parah dan berujung kepada kematian mendadak.
d.             Kegemukan pada masa lansia, benar adanya jika bahaya dari obesitas akan semakin
meningkat seiring bertambahnya umur seseorang. Meski begitu, beberapa ahli mengatakan
jika pengukuran BMI dianggap kurang tepat untuk mendeteksi obesitas pada lansia.
Dianjurkan jika pendiagnosaan sebaiknya menggunakan ukuran lingkar pinggang dan
panggul. Ini diakibatkan perubahan ukuran dan bentuk tubuh yang signifikan pada lansia.
Patokan yang digunakan adalah seseorang dikatakan mengalami obesitas jika lingkar
pinggangnya melebihi 80 cm (untuk wanita) dan 90 cm (untuk pria). Ketika terjadi pada
mereka yang sudah berusia lanjut, obesitas dapat membawa banyak sekali masalah yang
dapat mengancam kualitas hidup seseorang. Beberapa kecenderungan bahayanya adalah
sebagai berikut :
a)             Diabetes: Kerja insulin dapat terganggu oleh jaringan lemak tubuh yang berada di bagian
dalam rongga perut. Hal inilah yang mengakibatkan lansia dengan obesitas dapat
meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2.
b)            Hipertensi: Orang lanjut usia yang punya berat badan berlebih cenderung sulit untuk
bergerak. Bahkan jantung penderita obesitas pada lansia saja memerlukan tenaga ekstra untuk
bekerja. Hal inilah yang dapat menyebabkan darah tinggi bisa terjadi pada orang-orang
obesitas.
c)             Aterosklerosis: Penyempitan pembuluh darah adalah nama lain untuk penyakit yang terjadi
akibat obesitas pada lansia satu ini. Ini terjadi ketika kolesterol dan lemak banyak menumpuk
di arteri yang bisa menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke.
d)            Kanker: Obesitas pada lansia yang berkelamin wanita dapat memicu risiko tinggi kanker
payudara, 37% lebih tinggi dibanding dengan mereka yang memiliki berat badan normal.
Sedangkan bagi pria, obesitas juga dapat menyebabkan kanker prostat jika jaringan lemak
sudah mencapai organ reporduksi tersebut
Tingginya penderita obesitas pada usia >25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan
oleh seiring bertambahnya usia timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme tubuh
menurun, dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat meningkatkan risiko
kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta menurunkan usia harapan
hidup.

F.            Faktor yang Mempengaruhi Obesitas


Ketidakseimbangan antara masukan kalori dan pemakaian dapat disebabkan banyak
faktor yaitu faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung dan tidak langsung. Faktor
yang menyebabkan secara langsung yaitu antara lain :
a.              Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya.
Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan.
Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan
faktor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001). Menurut penelitian, anak-anak dari
orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 % risiko kegemukan.
Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40
– 50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang faktor keturunan
menjadi 70–80% (Purwati, 2001).
b.             Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam tubuhnya
akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang.
Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga
mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya (Wirakusumah, 1997).
Selain hormon tiroid hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini
dikarenakan hormon insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel
tubuh. Orang yang mengalami peningkatan hormon insulin, maka timbunan lemak di dalam
tubuhnya pun akan meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormon leptin yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitari, sebab hormon ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme
dan nafsu makan serta fungsi hipotalamus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia
(Purwati, 2001).
c.              Asupan makan
Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang. Asupan
Energi yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan
lebih (overweight), dan obesitas. Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan makan, yaitu
kebiasaan makan, pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam keluarga.
Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowanie (RDA) tahun 1989 adalah
banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat.
Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan, tinggi badan,
genetik, dan keadaan hamil dan menyusui. Kecukupan gizi yang dianjurkan berbeda dengan
kebutuhan gizi (Karyadi, 1996).
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara
berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan meningkatkan
berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat mempengaruhi kenaikan
berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
a)             Karbohidrat merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi
utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama karbohidrat adalah sumber energi pemberi rasa manis dari
makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses
(altemaster, 2003). Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari
karbohidrat, kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energi cadangan, komponen
struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
b)            Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air. Protein terdiri atas
rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Protein ini
mempunyai fungsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta
memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59
gr/hari. Tergantung pada jenis kelamin dan umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14%
asupan energi selama masa anak dan remaja (Suandi, 2003).
c)             Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber energi, lemak
juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa
pencernaan dan metabolisme, memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital.
Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per hari
(Sayogo, 2006).
d.             Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku
atau pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta
bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi
dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
e.              Aktivitas fisik
Obesitas dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga
dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi, yaitu pola gaya
hidup tanpa banyak bergerak. Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik
antara lain adanya berbagai fasilitas dan kemajuan teknologi yang memberikan berbagai
kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. Orang-orang yang tidak aktif
memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya
lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
f.              Faktor obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.

g.              Faktor psikologi


Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk
gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
h.             Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang
menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat
dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi
jumlah lemak di dalam setiap sel.
Faktor yang menyebabkan obesitas secara tidak langsung yaitu antara lain :
a.              Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menggunakan pangan dengan baik
sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh
pendidikannya. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sangat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dengan berbekal pendidikan yang cukup, seseorang
akan lebih banyak memperoleh informasi dalam menentukan pola makan bagi dirinya
maupun keluarganya. Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, namun
juga dari informasi orang lain, media massa atau dari hasil pengalaman orang lain.
b.             Pengaturan Makan
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat gizi tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam waktu satu hari sesuai
dengan kecukupan tubuhnya (Departemen Kesehatan RI, 1996).
Faktor makanan yang mengandung banyak lemak juga merupakan salah satu faktor
penyebab. Beberapa penyebab yang menjadikan seseorang makan melebihi kebutuhan seperti
makan berlebih, kebiasaan mengemil makanan ringan, dan suka makan tergesa-gesa.

G.           Risiko Obesitas


Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Berikut ini risiko-
risiko penyakit atau gangguan bagi seseorang yang terkena obesitas antara lain :
a.              Gangguan jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh
darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar
88 % mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor risiko
penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang.
Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata
berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi
pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010). Obesitas merupakan penyebab terjadinya penyakit
jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan
beban kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus
bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja
jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya adalah
napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.

Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) karena
pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Menurut hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai risiko dua kali lebih
besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan normal
(Wirakusumah, 1994). Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja
jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen.
Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung.
b.             Gangguan fungsi paru-paru
Timbunan lemak dapat menekan saluran pernafasan. Ini bisa menyebabkan terjadinya
henti nafas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat menyebabkan
gagal jantung juga akan berujung pada kematian.
c.              Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu
timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes
mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita
diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Obesitas dianggap sebagai
bagian dalam kelompok faktor risiko utama yang sering terlihat untuk penyakit
kardiovasklular dan diabetes mellitus. Kelompok faktor risiko ini sering digambarkan sebgai
sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin. Faktor-faktor lainnya yang terdapat dalam
sindrom ini adalah kenaikan kadar glukosa, peningkatan kadar trigliserida, kadara HDL-
kolestrol yang rendah, dan hipertensi.
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Ini disebabkan timbulnya
gangguan fungsi insulin pada pengidapnya. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi
oleh tubuh. Fungsinya antara lain, memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh
untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat
masuk ke dalam sel sehingga tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula
darah yang meningkat. Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan
metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserinda, namun disertai penurunan
kolesterol HDL (kolesterol baik). Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar
kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis).
Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah sehingga menyebabkan penyakit
jantung koroner dan serangan stroke.
d.             Gangguan persendian
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga berat.
Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan peradangan persendian
(osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada sendi diikuti dengan pembengkakan.
Sendi juga menjadi kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup
berjalan lagi. Osteoartritis lebih sering ditemukan diantara kaum perempuan daripada laki-
laki.
e.              Gangguan sistem hormon
Obesitas juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis, obesitas
menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita dewasa, obesitas
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme) dan
gangguan siklus menstruasi. Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki)
meningkat. Akibatnya terjadi hirsutisme (tanda maskulinasi). Misalnya jerawatan, distribusi
bulu-bulu di wajah dan badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara
lelaki.
f.              Meningkatkan risiko penyakit ganas
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami menopause, obesitas
meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium) dan kanker payudara.
Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan
kanker usus besar (kolorektal). Sebuah kelompok kerja dari IARC dan WHO menyimpulkan
adanya cukup bukti yang menunjukkan bahwa tindakan menghindari kenaikan berat badan
mempunyai efek preventif terhadap kanker.
Gambar di atas merangkumkan keterkaitan antara obesitas, faktor risiko, penyakit
kronis, dan mortalitas. Obesitas berhubungan dengan semua penyebab mortalitas serta
penyakit kanker dan bahkan tidak berhubungan lebih erat dengan onset diabeter tipe 2,
penyakit kardiovaskuler, kelainan muskuloskeletal, disabilitas kerja, serta sleep apnea.
Perbandingan risiko relatif untuk mortalitas, penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes
hanya disesuaikan menurut usia dan tidak pernah berdasarkan pada gabungan orang yang
bukan perokok serta perokok. Ini mungkin bukan risiko relatif yang paling tepat untuk
membandingkan dampak obesitas pada berbagai hasil akhir yang berbeda.
H.           Pencegahan Obesitas
Dalam pencegahan obesitas diperlukan adalah sebagai berikut :
a.              Pengaturan nutrisi dan pola makan
Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas tidak
hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat badan agar tetap
stabil dan mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah didapat. Kurangi makan
makanan berlemak, terutama lemak jenuh, karena lemak jenuh akan mempermudah
terjadinya gumpalan lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Konsumsilah
sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruhan kalori yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi
makanan tinggi karbohidrat dan lemak dan upayakan agar berat badan berada dalam batas
IMT normal. .
b.             Perbanyak aktivitas
Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam penatalaksanaan
overweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian perubahan baik fisik
maupun psikologis yang sangat bermanfaat dalam mengendalikan berat badan. Olahraga
diperlukan untuk membakar kalori dan membuang lemak.
c.              Modifikasi pola hidup dan perilaku
Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau memodifikasi pola
makan dan aktifitas fisik pada individu dengan overweight dan obese. Hindarilah atau
lakukan upaya untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah, melalui penataan
makanan. Untuk ini sebaiknya mintalah petunjuk ahli gizi. Dengan demikian diharapkan
upaya ini dapat mengatasi hambatan-hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan
sehat dan olahraga. Modifikasi kebiasaan dalam gaya hidup jangan hanya mengandalkan
nasihat personal semata tetapi harus pula menangani komponen lingkungan fisik, ekonomi
dan sosialkultural.

BAB III

PENUTUP

A.           Kesimpulan

a.              Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan
pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhannya.
b.             Gejala obesitas antara lain mendengkur, sleep apnea, sesak napas, nyeri pada sendi lutut,
nyeri pada punggung bagian bawah, ruam, berkeringat berlebihan, mudah depresi, dan sering
ngantuk.
c.              Klasifikasi untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan IMT.
d.             Obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya penyakit
degenerasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain.
e.              Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas ada dua yaitu secara langsungseperti faktor
lingkungan, faktor genetik, hormonal, asupan makan, psikologi dan faktor secara tidak
langsung seperti faktor pengetahuan gizi serta pengaturan makan.
f.              Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengaturan nutrisi dan pola makan,
perbanyak aktivitas, dan modifikasi pola hidup dan perilaku.

B.            Saran
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat
serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan meningkatkan aktifitas
fisik seperti memiliki jadwal olahraga rutin sehingga dapat meminimalkan risiko obesitas
yang merupakan cara alami yang  murah meskipun tidak mudah untuk mempertahankan 
dalam jangka waktu   lama.

Anda mungkin juga menyukai