CSR Bab 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

RESUME CSR & JALAN KELUAR DARI KRISIS


Dosen Pengampu : Putu Purnama Dewi S.E., M.Si, CSRA

OLEH :

NAMA : NI GUSTI AYU SUARDANI


NIM : 1.18.2.10963
KELAS :C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
DENPASAR
2020
CSR DAN JALAN KELUAR DARI KRISIS
 Komunikasi Krisis Melalui CSR
Komunikasi krisis adalah proses dialog antara perusahaan dengan publik yang dilakukan
dengan tujuan untuk menangani krisis yang sedang melanda perusahaan. Strategi dan taktik
komunikasi yang digunakan organisasi ketika menghadapi krisis ini dapat memperbaiki citra
dan reputasi pasca krisis.
Krisis komunikasi terkait dengan penggunaan semua peralatan public relations yang ada,
dalam rangka memelihara dan memperkuat reputasi organisasi dalam jangka panjang serta
pada waktu ketika organisasi berada dalam kondisi bahaya. Setiap hari, organisasi selalu
berhadapan dengan masalah. Keterlambatan pengiriman barang, konsumen yang tidak puas,
peluang kerja yang tidak terpenuhi, meningkatnya harga, dan layanan yang kacau adalah
beberap tantangan yang sering dihadapi dunia usaha. Namun masalah tersebut tidak selalu
berarti mendatangkan krisis kepada perusahaan.
Krisis merupakan suatu permasalahan besar yang tidak terduga dan memiliki dampak
negatif sekaligus positif. Permasalahan ini bisa menghancurkan organisasi, karyawan, hingga
reputasi perusahaan. Namun jika krisis dapat ditangani dengan baik oleh organisasi atau
perusahaan, maka reputasi dan citra perusahaan tersebut justru akan menjadi lebih positif.
Krisis berbeda dengan masalah sehari-hari, krisis sering menarik minat dan menjadi
perhatian publik melalui liputan media. Keadaan seperti ni dapat mengganggu operasional
normal perusahaan dan dapat berdampak pada kehidupan di
bidang politik, hukum, keuangan, dan serta pemerintahan dalam perusahaan.
Tahapan-Tahapan Krisis
Ada lima tipe tahapan krisis menurut Firsan Nova dalam bukunya “Crisis Public relations:
Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan” (2009: 109 – 111), antara lain:
a) Tipe Tahapan Sebelum Krisis (Pra Krisis).
Adalah kondisi sebelum munculnya sebuah krisis, tetapi benih krisis sudah mulai tampak
sehingga jika terjadi satu kesalahan kecil saja, maka krisis akan dapat terjadi.
b) Tipe Tahapan Peringatan.
Merupakan salah satu tahapan yang paling penting dalam daur hidup krisis, karena
didalamnya, suatu masalah untuk pertama kali mulai dikenali, dipecahkan, lalu diakhiri
selamanya atau dibiarkan berkembang menuju kerusakan yang menyeluruh
c) Tipe Tahapan Krisis Akut.
Pada tahapan ini krisis biasanya mulai terbentuk, biasanya dicirikan dengan media dan
publik sudah mengetahui adanya krisis atau masalah. Pada tahapan ini, biasanya
perusahaan tidak tinggal diam dan mulai melakukan tindakan, karena sudah mulai
menimbulkan kerugian terhadap perusahaan.
d) Tipe Tahapan Pembersihan.
Tahapan ini merupakan pemulihan perusahaan dari semua kerugian. Baik menyelamatkan
apa saja yang tersisa, reputasi, citra perusahaan, kinerja, dan lini produksi.
e) Tipe Tahapan Sesudah Krisis.
Pada tahap ini dicirikan dimana perusahaan untuk memenangkan kembali kepercayaan
publik dan dapat beroperasi kembali dengan normal maka secara formal, tahap ini
dikatakan krisis telah berakhir.
Strategi Komunikasi Krisis
Strategi manajemen krisis disebut dengan komunikasi krisis dimana public relations ataupun
humas juga harus mementingkan / memprioritaskan keselamatan masyarakatnya(publik).
Karena itu, berikut prinsip-prinsip dalam strategi komunikasi krisis. (Kriyantono,2015:246):
1. Punya Tim Komunikasi
Adanya tim komunikasi merupakan salah satu tindakan awal yang harus dipersiapkan
dalam membangun manajemen krisis. Perencanaan dalam komunkasi krisis harus adanya
koordinasi yang sejalan dan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing. Tim krisis
tidak hanya mengambil di dalam organisasi, misal bisa dari pakar, konsultan eksternal
yang sudah ahli di bidangnya. Tim krisis bisa saja di pimpinpin oleh kepala, CEO,
pimpinan, direktur atau bisa dari manajer public relations.
2. Kontak Media Massa
Segera kontak dengan media massa untuk memberikan informasi awal. Tujuannya
mengurangi spekulasi khususnya di awal-awal krisis. Spekulasi yang dibiarkan akan
memunculkan rumor yang memungkinkan lebih dipercaya, memengaruhi persepsi, dan
dianggap sebagai kebeneran. Media massa adalah prioritas dalam komunikasi krisis,
karenanya segera membentuk media center dan secepat mungkin melakukan konferensi
pers. Sejak awal di usahakan komunikasi kriris dapat memberikan tiga informasi dasar,
yaitu:
- Inilah yang telah terjadi (termasuk siapa korban dan apa penyebabnya).
- Inilah yang telah kami lakukan (untuk mengatasi masalah dan dampaknya).
- Inilah yang kami rasakan tentang peristiwa yang telah terjadi (menyatakan
kesedihan, prihatin, bela sungkawa, mohon maaf terlepas salah atau benar).
3. Konferensi Pers Berkala
Konferensi pers perlu dilaukan secara berkala. Tujuannya untuk update informasi
sehingga tidak muncul kekurangan informasi serta mengonter berita-berita atau
publisitas negative di media.
4. Tidak Menutup Informasi
Terkait dengan meng-update informasi secara regular, organisasi jangan memilih-milih
informasi, informasi positif disampaikan dan yang negative disembunyikan, meskipun
negative, perlu di sampaikan dan jangan ditutup-tutupi. Kuncinya adalah cara
menyampaikan informasi negative ini jangan damapai membuat reputasi organisasi
menurun.
5. Komunikasi Reputasi
Melindungi perusahaaan dari kritik-kritik spekulasi, yang biasanya muncul dari
diskursus public media massa. Bersifat dapat dipercaya, keterbukaan dan komunikasi
berbasis keseimbangan kepentingan (Grunig, 2001, dikutip di Jin, Pang, & Cameron,
2010:2). Dengan secara berkala menyediakan danmenyebarkan informasi tentang apa
yang telah, sedang, dan akan dilakukan organisasi dalam mengatasi krisis, dan informasi
ini tersedia 24 jam. Strategi ini merupakan upaya komunikasi advocacy yaitu perusahaan
berkewajiban meluruskan informasi yang salah dan menjawab kritikan. Tentuu, upaya
advocacy ini mesti didukung fakta dan teteap memperhatikan keselamatan public.
6. Satu Suara
Memiliki sistem “one gate communication” melalui sebuah media center dengan satu
orang juru bicara. Juru bicara tidak harus CEO, biasanya praktisi public relations. Selain
public relatons, CEO adalah komunikator yang dianggap memiliki kredibilitas dan news
value tinggi.
7. Banyak Saluran Komunikasi
Membuka saluran-saluran komunikasi dengan semua pihak yang terdampak oleh krisis.
Sering kali terjadi kebersinggungan antara aspek komunikiasi dan hukum. Komunikasi
krisis mesti menggunakan pendekatan kominikasi bukan pendekatan hukum, meskipun
tetap harus berkonsultasi tentang dampak hukum dari suatu peristiwa. Artinya, jangan
sampai prinsip hukum mengebiri prinsip komunikasi untuk memberikan informasi
kepada public. Beberapa studi juga membuktikan gagalnya menyediakan informasi,
khususnya di saat awal terjadinya krisis, membuat krisis semakin memburuk.

 Manajemen Krisis Dan CSR


Manajemen krisis adalah proses yang membahas organisasi dengan sebuah peristiwa
besar yang mengancam merugikan organisasi, Pemangku kepentingan, atau masyarakat
umum. Ada tiga elemen yang paling umum untuk mendefinisi krisis: ancaman bagi
organisasi, unsur kejutan, dan keputusan waktu singkat. Berbeda dengan manajemen risiko,
yang melibatkan menilai potensi ancaman dan menemukan cara terbaik untuk menghindari
ancaman. Sementara manajemen krisis berurusan dengan ancaman yang telah terjadi. Jadi
manajemen krisis dalam pengertian yang lebih luas merupakan sebuah keterampilan teknis
yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang
serius, terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali.
Jadi esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan faktor ketidakpastian dan
faktor risiko hingga tingkat serendah mungkin, dengan demikian akan lebih mampu
menampilkan sebanyak mungkin faktor kepastiannya. Sebenarnya yang disebut manajemen
krisis itu diawali dengan langkah mengupayakan sebanyak mungkin informasi mengenai
alternatif-alternatif, maupun mengenai probabilitas, bahkan jika mungkin mengenai kepastian
tentang terjadinya, sehingga pengambilan keputusan mengenai langkah-langkah yang
direncanakan untuk ditempuh, dapat lebih didasarkan pada sebanyak mungkin dan selengkap
mungkin serta setepat mungkin informasinya. Tentu saja diupayakan dari sumber yang dapat
diandalkan (reliable), sedangkan materinya juga menyandang bobot nalar yang cukup.
Proses Manajemen Krisis
Manajemen krisis adalah sebuah proses sehingga tidak hanya terdiri dari satu bagian.
Sebaliknya, manajemen krisis justru dibagi menjadi beberapa fase seperti berikut ini:
 Pra-Krisis
Secepat apa pun tindakan yang harus dilakukan dalam mengatasi suasana kritis tidak
berarti mengabaikan berbagai langkah persiapan. Fase pra-krisis adalah fase
dilakukannya berbagai pencegahan dan persiapan. Tindakan pencegahan melibatkan
pencarian cara atau pendekatan untuk mengurangi risiko yang dapat berujung pada
krisis. Sementara itu, tindakan persiapan lebih menitikberatkan pada pembuatan
rencana manajemen krisis, memilih anggota tim manajemen krisis, termasuk melatih
anggota tim sehingga dapat beradaptasi dengan krisis nantinya.
 Respon Krisis
Seperti namanya, fase ini merupakan saat para seluruh tim manajemen krisis bertindak
langsung menangani krisis. Adapun yang respon krisis adalah perkataan maupun
perlakukan yang dilakukan oleh manajemen ketika krisis terjadi. 
 Pasca-Krisis
Ketika krisis telah dilalui, organisasi biasanya dapat kembali melakukan kegiatan
sebagaimana mestinya. Kendati demikian, tim manajemen krisis tidak lantas berhenti
melakukan pemantauan. Organisasi diharapkan dapat tetap memenuhi komitmen yang
telah disepakati ketika masa krisis. Jika komitmen tersebut dilakukan, maka perlu adanya
informasi berupa pemberitahuan yang disampaikan kepada beberapa pihak terkait atau
masyarakat. Di samping itu, pengelolaan krisis tersebut juga diharapkan menjadi
dorongan bagi organisasi untuk melakukan persiapan lebih baik bila terjadi krisis di masa
mendatang.
Tahapan-Tahapan Krisis
Sebuah krisis melalui berbagai tahapan sebelum akhirnya menimbulkan kekacauan. Adapun
tahapan krisis adalah sebagai berikut.
1. Tahap Prodromal
Tahap ini merupakan gejala krisis. Berbagai kejadian yang berpotensi menjadi krisis
masih diabaikan karena organisasi masih dapat beroperasi seakan tidak terjadi apa-apa.
Adapun beberapa contoh gejala krisis antara lain adanya perbedaan pendapat
antarmanajemen, adanya tuntutan kenaikan upah, dan sebagainya.
2. Tahap Akut
Tahap ini biasanya diindikasikan oleh munculnya berbagai kerusakan, reaksi mulai
berdatangan, dan isu-isu mulai menyebar luas. Adapun tantangan utama dalam
menangani tahap ini adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai
pihak.
3. Tahap Kronis
Organisasi telah merasakan dampak pada krisis yang terjadi dan bahkan tidak dapat
memprediksi kapan krisis akan berakhir. Di tahap inilah baru sebagian besar organisasi
melakukan introspeksi besar-besaran hingga melakukan reformasi melalui berbagai
kebijakan strategis.
4. Tahap Resolusi
Tahap ini merupakan tahap penyembuhan, yakni saat organisasi mampu melalui krisis.
Organisasi sudah dapat kembali melakukan operasional sebagaimana mestinya.

 Strategi CSR
Strategi CSR adalah pendekatan yang mensinergikan CSR dengan strategi perusahaan
secara keseluruhan. sinergi ini diperoleh ketika perusahaan memberi kontribusi pada
lingkungan sosialnya sesuai dengan core competency-nya atau kata lainnya adalah CSR harus
juga memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Michael Porter mencatat bahwa strategi CSR memiliki potensi untuk berkontribusi pada
lima penggerak produktivitas, yaitu investasi, inovasi, skill, organisasi dan kompetisi. Selain
itu, strategi CSR dapat mempengaruhi lingkungan
hidup, ekonomi, dan social, atau lebih komplitnya dapat
dilihat pada bagan di bawah ini:

Dalam lingkungan hidup misalnya perusahaan dapat menerapkan produk yang ramah


lingkungan atau menerapkan pengolahan limbah yang ramah lingkungan atau bisa juga
perusahaan memilih penggunaan energi yang ramah lingkungan untuk mengurangi efek dari
global warming yang sekarang efeknya sudah mendunia, atau perusahaan peduli terhadap
lingkungan misalnya peduli terhadap terumbu karang atau coral reef yang sekarang mulai
banyak yang rusak perusahaan misalnya juga dapat berperan aktif di dalam konservasinya
Di dalam bidang sosial misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi terhadap para
kaum miskin lewat pelatihan-pelatihan dan memberikan akses pendidikan kepada mereka
sehingga mereka tidak akan merasa termajinalkan oleh industrialisasi atau perusahaan juga
dapat menciptakan sumber daya yang terjangkau bagi masyarakat lemah. di dalam hal ini bisa
juga penerapan CSR secara internal yaitu keterpedulian terhadap karyawan perusahaan.
Di dalam lingkungan ekonomi atau pasar misalnya perusahaan tetap menjaga hubungan
yang baik dengan supplier ataupun distributor tidak malahan mengakali mereka dan
mengabuse mereka, tetapi berikanlah penghargaan kepada mereka atas kontribusi mereka
terhadap perkembangan perusahaan.
Intinya CSR adalah strategi yang melibatkan keseluruhan dari stakeholder perusahaan tidak
bisa berjalan sendiri dan terpisah karena ini adalah suatu sistem. Keuntungan dari penerapan
strategi CSR ini di dalam perusahaan adalah terciptanya reputasi perusahaan yang baik yang
akan memberikan value added bagi perusahaan dalam jangka waktu yang lama, karena ini
adalah masalah membangun image perusahaan yang peduli dengan keseluruhan
stakeholdernya dan akan mempengaruhi customer dalam membeli produk-produk dari
perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai