Bahan PBL Skenario 3 Muskuloskeletal
Bahan PBL Skenario 3 Muskuloskeletal
Bahan PBL Skenario 3 Muskuloskeletal
1102018106
1.2 MIKROKOSPIK
Tulang dewasa dan yang sedang berkembang mengandung 4 jenis sel berbeda. Yaitu :
Osteoprogenitor adalah sel induk pluripotent tidak berdiferensiasi yang berasal dari jaringan ikat
mesenkim. Sel ini terletak di lapisan dalam jar ikat periosteum dan di lapisan endosteum dalam
melapisi rongga sumsum, osteon (havers) dan kanalis. Fungsi utama kedua lapisan ini untuk menutrisi
tulang dan memberikan suplai bagi osteoblast baru untuk pertumbuhan. Dan kemudian berdiferensiasi
menjadi osteoblast yang menyekresi serat kolagen dan matriks tulang.
Osteoblast terdapat pada permukaan tulang yang berfungsi menyintesis, mengekskresi, dan
mengendapkan osteoid komponen tulang baru. Osteoid tidak mengandung mineral namun, osteoid
segera mengalami mineralisasi menjadi tulang.
Osteosit adalah bentuk matur osteoblast dan merupakan sel utama tulang. Sel ini berukuran lebih kecil
dari osteoblast. Osteosit terperangkap dalam matriks tulang yang diproduksi oleh osteoblast. Lokasinya
berada di bawah lacuna dan sangat dekat dengan pembuluh darah. Karena matriks tulang sudah
mengalami mineralisasi, nutrient dan metabolit tidak dapat bebas berdifusi menuju osteosit. Karena itu,
tulang sangat vascular dan memiliki system saluran khusus atau kanal halus yang disebut kanalikuli
yang bermuara kedalam osteon. Kanalikuli mengandung cairan ekstraseluler yang memudahkan
masing masing osteosit berhubungan dengan yang lainnya dan material dipembuluh darah. Ini
bertujuan untuk membentuk hubungan kompleks dengan sekitar pembuluh darah di osteon dan terjadi
pertukaran yang efisien. Kanalikuli menjaga osteosit tetap hidup dan osteosit sebaliknya . jika osteosit
mati, matriks tulang disekitarnya direabsorbsi oleh osteoklas.
Osteoklas adalah sel multinukleus besar yang terdapat di sepanjang permukaan tulang tempat
terjadinya resorpsi, remodeling dan perbaikan tulang. Osteoklas berasal dari penyatuan sel sel
progenitor homeopetik atau darah di sumsum tulang. Fungsi utamanya yaitu reabsorpsi tulang selama
remodeling.osteoklas sering terdapat didalam lekuk dangkal pada matriks tulang yang disebut lacuna
howship. Enzim lisosom yang dikeluarkan oleh osteoklas mengikis cekungan ini
(Victor P. Eroschenko, 2010)
Terdapat dua macam proses penulangan:Penulangan intramembranosa / desmal (tanpa dimulai dengan
pembentukan tulang rawan)
Macam zona
1. Zona Istirahat : terdapat di lempeng epifisis,terdiri atas sel tulang rawan primitif yang
tumbuh kesegala arah
2. Zona proliferasi : terletak di metafisis,terdiri atas kondrosit yang membelah,dan
menghasilkan sel berbentuk gepeng atau lonjong yang tersusun berderet-deret longitudinal
seperti tumpukan uang logam,sejajar dengan sumbu panjang model tulang rawan.
3. Zona maturasi dan hipertrofi kondrosit : ukuran kondrosit beserta lakunanya bertambah
besar
4. Zona klasifikasi : terjadi endapan kalsium fosfat didalam matriks tulang tawan.Matriks
menjadi basofil dan kondrosit banyak yang mati (perlekatan zat kapur,nutrisi kurang)
5. Zona degenerasi : kondrosit berdegenerasi,banyak yg pecah,lakuna kosong dan saling
berhubungan satu dnegan yang lainnya.Daerah matriks yang hancur diisi oleh sel
osteoprogenitor
6. Zona penulangan (osifikasi) : sel progenitor yang mengisi lakuna yang telah kosong
berubah menjadi osteoblas,yang mulai mensekresi matriks tulang,sehingga terbentuklah
balok-balok tulang. (dihancurkan oleh osteoklas)
1.3 KINESIOLOGI
1. Kinesiologi
Articulation coxae
Tulang: antara caput femoris dan acetabulum
Jenis sendi: enarthrosis spheroidea
Penguat sendi: terdapat tulang rawan pada facies lunata
Kelenjar havers terdapat pada acetabuli
Gerak sendi:
Fleksi : M. iliopsoas, M. pectineus, M. rectus femoris, M. adductor longus, M. adductor
brevis, M. adductor magnus pars anterior tensor fascia lata
Rotasi medialis : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. tensor fascia lata, M. adductor
magnus pars posterior
LO 2 MM FRAKTUR
2.1 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/ atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang atau pecah (ruptur) pada tulang.
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis yang
bersifat total maupun parsial.
2.2 ETIOLOGI
Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur
diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
2. Secara Spontan Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
2.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi :
a) Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R.
Gustillo), yaitu:
Derajat I :
i. Luka 1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
iii. Fraktur kominutif sedang
iv. Kontaminasi sedang
Derajat II :
i. Laserasi >1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
iii. Fraktur kominutif sedang
iv. Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular
serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:
i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi
luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh
trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi
masif.
iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.
1. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal.
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi
2.5 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan utama berupa:
a. Trauma, waktu terjadinya trauma, cara terjadinya trauma, lokasi trauma.
b. Nyeri, lokasi nyeri, sifat nyeri, intensitas nyeri, referred pain.
c. Kekakuan sendi
d. Pembangkakan
e. Deformitas
f. Ketidakstabilan sendi
g. Kelemahan otot
h. Gangguan sensibilitas
i. Hilangnya fungsi
j. Jalan pincang
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi (look)
Kulit, meliputi warna kulit, tanda peradangan dan tekstur kulit
Jaringan lunak, pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringanlemak, fasia,
kelenjar limfe.
Tulang dan sendi
Sinus dan jaringan parut
b. Palpasi (feel)
Suhu kulit, denyutan arteri
Jaringan lunak, mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot
Nyeri tekan,
Tulang, perhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang
Pengukuran anggota gerak
Penilaian deformitas
c. Pergerakan (move)
Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif, apakah gerakanmenimbulkan sakit dan
disertai krepitasi
Stabilitas sendi
ROM, abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi,
supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi, plantar fleksi, inversi,eversi.
Untuk setiap penderita yang diperkirakan fraktur, pemeriksaan radiologis yang Anda minta
hanya sebagai konfirmasi / diagnosis, rencana terapi dan kritik medicolegal pada tindakan
pertama yang dilakukan terhadap penderita tersebut serta perkiraan prognosis nya. Oleh
karena itu pada permintaan X-ray proyeksi dan daerah / ara yang diminta harus jelas.
Kadangkala proyeksi khusus seperti proyeksi oblik diperlukan atau sisi sehat guna
perbandingan terutama pada anakanak atau proyeksi stress guna menentukan adanya lesi pada
ligamen sebagai stabilitas sendi. Bahkan pemeriksaan yang lebih canggih seperti MRI, CT-
scan dan lainnya perlu dipikirkan untuk informasi yang rinci terhadap penderita. Ada beberapa
kesalahan yang harus Anda pikirkan seperti: fraktur scaphoid sukar dilihat dengan proyeksi
konvensional / standard maka perlu proyeksi khusus. Fraktur kalkaneus memerlukan
visualisasi tulang kalkaneus dengan proyeksi tangensial dengan ataupun tanpa proyeksi oblik
Pada pemotretan kolum femur yang kurang terpusat pada lehernya maka visualisasi fraktur
tersebut sukar dilihat. Demikian juga fraktur avulsi pada tibial spine yang tidak terfokus pada
daerah tersebut akan mengalami kesukaran dalam menilai lesi daerah itu.
TINDAKAN PEMBEDAHAN
1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur
Fraktur diperiksa dan diteliti
Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali
Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik
berupa; pin, sekrup, plate, dan paku
Keuntungan:
- Reduksi akurat
- Stabilitas reduksi tinggi
- Pemeriksaan struktu neurovaskuler
- Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
- Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat
- Rawat inap lebih singkat
- Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal
Kerugian:
- Kemungkinan terjadi infeksi
- Osteomielitis
2. EKSTERNAL FIKSASI
- Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada
ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama
- Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.
- Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang
- Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.
- Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
Obsevasi letak pen dan area
Observasi kemerahan, basah dan rembes
Observasi status neurovaskuler distal fraktur
2. Pencegahan
1. Nutrisi dan sinar matahari
Tubuh pada dasarnya membutuhkan asupan kalsium yang cukup untuk kesehatan tulang.
Sumber kalsium yang baik bisa Anda dapatkan dari susu, yoghurt, keju, dan sayuran berdaun
hijau gelap. Tubuh juga membutuhkan vitamin D untuk menyerap kalsium. Anda bisa
mendapatkan vitamin D dengan berjemur dibawah sinar matahari (disarankan dipagi hari),
makan telur, dan ikan berminyak.
2. Aktivitas fisik
Jika sering latihan menahan beban, semakin kuat dan padat tulang Anda. Latihan yang
membuat tulang Anda kuat misalnya berlari, berjalan, berlari, melompat, dan menari, atau
latihan apa pun itu yang dapat menguatkan tulang. Dengan begitu Anda dapat mencegah patah
tulang.
3. Menopause
Estrogen adalah hormon yang mengatur kalsium pada wanita. Hormon ini akan berkurang
selama menopause, yang membuat pengendalian kalsium jauh lebih sulit. Akibatnya, wanita
harus sangat berhati-hati pada tulangnya selama dan setelah menopause.
Tips berikut ini dapat membantu Anda mengurangi risiko osteoporosis setelah menopause:
Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas
sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak.
Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi tegak
Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi
tegak
Tipe III : garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi tegak
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1392633452