Broadband

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Nama: Richa Nabila Maharani

NIM: 101118061

Broadband Seismic
Broadband merupakan istilah yang digunakan dalam perekaman seismic laut dimana
stremer berada pada kedalaman yang berbeda dibawah permukaan air yang berfungsi untuk
merubah posisi ghost notch penerima dalam spektrum frekuensi sehingga range frekuensi
rendah selesai ketika jejak dari receiver yang berbeda pada kedalaman yang berbeda
digabungkan dalam pemrosesan.
Dalam eksplorasi seismic, broadband mengacu pada bandwidth frekuensi gelombang
seismik yang lebih lebar dibandingkan dengan seismic konvensional. Keuntungan
menggunakan broadband seismic pada eksplorasi adalah yaitu meningkatkan resolusi  event
seismic dan berperan dalam menekan side lobes.

Gambar 1.1 Hubungan frekuensi dan wavelet gelombang seismic (courtesy GEO ExPro).
Pada gambar diatas dijelaskan bawah sebelah kiri jika frekuensi semakin melebar
kearah frekuensi tinggi, resolusi temporal wavelet akan meningkat namun tidak berhubungan
langsung dengan kemampuan menekan sidelobes, sedangkan (kanan), jika frekuensi semakin
melebar ke arah frekuensi rendah, sidelobes akan semakin tertekan.
Dalam kasus kelautan system akuisisi konvensional biasanya akan memberikan
bandwidth yang dapat digunakan antara 8 hinngs 80 Hz, sedangkan pasa seismic broadband
akan memberikan ferkuensi sebesar 2,5 Hz hingga 200 HZ. Namun apabila vibrator di dart
akan dapat mengahasilkan frekuensi sinyal hingga 1,5 Hz.
Data frekuensi rendah akan memberukan penetrasi yang lebih dalam yang berguna
untuk membuat pencitraan target yang dalam dan akan memberikan stabilitas inversi yang
jauh lebih besar juga. Baik frekuensi rendah dan tinggi diperlukan untuk pencitraan resolusi
tinggi fitur dangkal yang penting seperti lapisan tipis dan perangkap sedimen kecil.

Gambar 1.2  Courtesy GEO ExPro


Pada diatas merupakan model wedge serta seismogram sintetik dengan entang
frekuensi wavelet 2.5-50Hz dengan 10-50Hz. Terlihat bahwa jika frekuensi melebar ke arah
frekuensi rendah 2.5-50Hz, definisi event wedge model jauh lebih sempurna. Pada gambar
1.3 merupakan perbandingan antara stack data seismic konvensional dengan broadband
seismic. Dimana event sedimen infill akan lebih dapat terdefinisikan disamping itu
kandungan frekuensi rendah sebagai 'real' event masih bisa dipertahankan.
Gambar 1.3 perbandingan antara stack data seismic konvensional dengan broadband
seismic.
Processing pada broadband seismic:
Salah satu kendala seismic laut untuk mendapatkan sinyal broadband seismic adalah
ghost. Ghost merupakan fenomena karena posisi kedalaman sumber dan penerima di bawah
permukaan laut. Ghost pada rekaman seismik dapat menyebabkan hilangnya nilai bandwidth
frekuensi tertentu (ghost notch) oleh karena itu data seismik akan menjadi band-limited.
Untuk mengurangi efek ini, teknik akuisisi untuk seismik laut adalah dengan menggunakan
receiver atau streamer yang berada pada satu level kedalaman (multi level streamer).
Penggunaan multi level streamer dapat mengurangi efek ghost untuk mendapatkan data
seismik broadband. Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh hasil bahwa teknik dual
streamer menyediakan bandwidth terluas. Dalam studi ini, pemodelan seismik digunakan
untuk memahami fenomena ghost dan teknik mereduksi ghost untuk mendapatkan seismik
broadband dengan multi level streamer pada akuisisi data.
Setelah pengambilan data maka akan dilakukan pemodelan wavelet input pada pemodelan ini
adalah source signature tanpa ghost. Langkah pertama yaitu perhitungan ghost operator
diikuti dengan konvolusi antara wavelet dan ghost operator menghasilkan wavelet dengan
source ghost dan ghost receiver. Kemudian Fourier Transform dilakukan untuk melihat ghost
notch pada domain frekuensi.
Gambar 1.4 Wavelet without ghost

Tahap selanjutnya yaitu proses pemodelan untuk mendapatkan data sintetik. Geometrinya
berguna untuk menggabungkan data sesimik dan survey navigasi. Sedangkan pada
Preprocessing digunakan untuk mengurangi noise pada data seperti gelombang langsung.
Variasi kedalaman streamer memberikan konsekuensi penundaan waktu kedatangan yang
lebih dalam streamer, oleh karena itu koreksi statik dilakukan sebagai upaya pergeseran
waktu ke acuan waktu. Setelah masing-masing Data memiliki waktu referensi yang sama,
mode penjumlahan digunakan untuk mendapatkan data broadband. Ide tentang ini mode
penjumlahan sama dengan menumpuk, yaitu meratakan jejak yang sama dengan posisi yang
sama untuk setiap kedalaman streamer.
Result
Pemodelan pada wavelet yang berisi ghost source dan ghost receiver dengan kedalaman
streamer yang bervariasi akan menghasilkan wavelet yang baik dalam domain waktu maupun
domain frekuensi. Hasil pemodelan wavelet pada domain waktu seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1.5, terlihat bahwa semakin dalam streamer, semakin panjang wavelet
kompositnya yang akan diproduksi, ini menunjukkan waktu tunda semakin besar karena

semakin dalam.
Gambar 1.5 hasil wavelet pada time domain

Gambar 1.6 hasil wavelet pada frequency domain


Pada domain frekuensi terlihat adanya variasi kedalaman streamer akan menghasilkan variasi
ghost notch yang tidak tumpang tindih dan akan menghasilkan ghost notch yang lebih banyak
pada receiver yang lebih dalam. Rata-rata dari setiap spektrum frekuensi memberikan
pemulihan ghost. Sebagai tambahan, spektrum rata-rata memberikan peningkatan frekuensi.

Gambar 1.7 komparasi antara (a) frequency spectrum, (b) shot gather, and (c) stack section
untuk synthetic data dengan streamers pada kedalaman 7.5 m, 10.m, 15m.
Conclusion
Ghost muncul karena posisi sumber dan penerima di beberapa kisaran kedalaman di bawah
permukaan laut. Variasi kedalamannya akan memberikan respon seismik yang berbeda, baik
dalam domain waktu maupun frekuensi. Teknik multilevel streamer akan menghasilkan data
seismik dengan variasi ghost notch, oleh karena itu digunakan mode penjumlahan, ghost
notch berkurang dan frekuensi konten ditingkatkan. Streamer multi-level Teknik ini bisa
menjadi solusi untuk mendapatkan data seismik broadband.
CGG,PGS, dan Schlumberger
CGG mengembangkan teknologi broadband pada tahun 2010 yang dinamai dengan
broadseis, dimana broadseis sendiri merupakan kombanasi dari 3 bagian yang berbeda .
broadseis sendiri mampu menghasilkan wavelet tanda side lobes sehingga menghasilkan
single peaks atau troughs. Broadsieis juga mampu memodelkan reservoir dengan lebih baik
karan mampu menngkatkan data dari 3D menjadi 4D serta mampu meningkatkan nilai pada
hasil eksplorasi dan produksi.
PGS mengembangkan teknologi broadband yang dinamai dengan Geostream yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan seismic imaging dan penggambaran kondisi geologi yang cukup
rumit. Metode ini memiliki kedalaman yang dapat dikatakan lebih dai pada metode lain, dan
metode ini juga mampu menganalisis geo haxard yang dangkal, melakukan atenuasi pada
undulasi, mengurangi noise pada surfaced related 4D.
Schlumberger mengembangkan teknologi broadband yang dinamai dengan isometrix dan
merupakan broadband yang paling maju diantara broadband lainnya karena kemampuannya
dalam meningkatakan efisiensi tanpa sampling atau bandwidth yang dapat mengurangi nilai
dari data akuisisi. Isometrix juga dapat melakukan fine spatial sampling ke segala arah dan
merekontruksi deghosted wavefield dalam bentuk 3D.
Referensi
[1] Abdullah, Agus.2007. Ensiklopedi Seismik Online. Diakses melalui
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/ pada 19/09/2020
[2] Bayly M P, Chandola S K, Loo C F, Muhamad A A and Ng S L.2013.Broadband marine
seismic, does acquisition make a difference Petroleum Geoscience Conf. & Exhibition 2013
(Kuala Lumpur, Malaysia)
[3] Moldoveanu N, Combee L, Egan M, Hampson G, Sydora L and Abriel W. 2007. The
Leading Edge 26 41–58
[4] Yilmaz, O. 1987. Seismic Data Processing. Society of Exploration Geophysicist: Tulsa

Anda mungkin juga menyukai