Materi Kerajinan Bahan Keras Dan Wirausaha
Materi Kerajinan Bahan Keras Dan Wirausaha
Materi Kerajinan Bahan Keras Dan Wirausaha
Pada materi semester ganjil, kamu mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang
produk kerajinan dari bahan lunak. Apa yang kamu rasakan? Bagaimanakah pendapat kamu
tentang kekayaan produk kerajinan Nusantara? Bagaimanakah produk kerajinan yang ada di
daerah kamu? Apakah kamu ingin mengembangkan produk-produk kerajinan tersebut agar lebih
bermutu dan berkualitas? Sebagai warga negara yang baik, kamu tentunya harus memiliki
tanggung jawab mengembangkan produk kerajinan tersebut agar menjadi kekayaan budaya
Nusantara. Pada materi berikut ini, kamu akan mempelajari produk kerajinan dari bahan keras
dan pengemasannya. Kamu diharapkan dapat mengembangkan kreativitas agar produk
kerajinan yang ada di wilayahmu dapat diolah sedemikian rupa sehingga menjadi karya yang
lebih inovatif dan bermutu. Kamu diharapkan selalu menggali informasi dari berbagai sumber/
referensi mengenai produk kerajinan dari bahan keras dan pengemasannya.
a. Kerajinan Logam
Kerajinan logam menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas, perak, dan
lain-lain. Teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Bahan logam banyak dibuat sebagai perhiasan
atau aksesoris, kemudian berkembang pula sebagai benda hias dan benda fungsional
lainnya, seperti: gelas, kap lampu, perhiasan, wadah serbaguna bahkan sampai piala
sebagai symbol kejuaraan. Logam memiliki sifat keras, sehingga dalam pengolahannya
memerlukan teknik yang tidak mudah, seperti diolah dengan teknik bakar/ pemanasan
dan tempa.
b. Kerajinan Kayu
Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang sebagian besar wilayahnya diisi oleh
lautan dan juga hutan. Hutan yang tersebar di banyak tempat di Indonesia tentu menjadi
keuntungan tersendiri bagi para perajin. Karya kerajinan ukir kayu adalah karya kerajinan
yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah
ukir. Kerajinan ukiran memang lebih banyak menggunakan bahan baku kayu sebagai
bahan utamanya. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo,
nangka, dan lain-lain. Berikut ini merupakan contoh karya kerajinan ukir kayu.
c. Kerajinan Bambu
Bambu dapat dijadikan berbagai produk kerajinan yang bernilai estetis dan ekonomi
tinggi. Sejak ratusan tahun lalu, orang Indonesia telah menggunakan bambu untuk
berbagai kebutuhan, mulai dari yang paling sederhana sampai yang rumit. Sampai saat
ini, bambu masih digunakan untuk keperluan tersebut. Bahkan saat ini, produk kerajinan
bambu tampil dengan desain lebih menarik dan artistik. Beberapa teknik dalam
pembuatan kerajinan bahan alam dari bambu adalah teknik anyaman dan teknik tempel
atau sambung. Anyaman Indonesia sangat dikenal di mancanegara dengan berbagai
motif dan bentuk yang menarik. Berikut contoh kerajinan dari bambu.
d. Kerajinan Rotan
Rotan merupakan hasil kekayaan alam yang sangat besar di Indonesia. Pulau yang
paling banyak menghasilkan rotan adalah Kalimantan. Tumbuhan rotan bersifat kuat dan
lentur sehingga sangat cocok sebagai benda kerajinan dengan teknik anyaman. Contoh
produk kerajinan dari bahan rotan banyak digunakan pada meja kursi, almari, tempat
makanan, dan lain-lain. Berikut contoh karya kerajinan dari bahan rotan.
e. Kerajinan Batu
Indonesia sangat kaya dengan bebatuan, jenisnya beraneka ragam. Daerah Kalimantan
merupakan penghasil batu warna yang dinilai sangat unik. Banyak daerah di Indonesia
menjadikan bebatuan warna sebagai produk kerajinan seperti: aksesoris pelengkap
busana, juga sebagai penghias benda. Batu hitam yang keras dan batu padas berwarna
putih/cokelat yang lunak banyak dimanfaatkan untuk produk kerajinan. Teknik
pengolahan untuk batu hitam dan batu padas banyak menggunakan teknik pahat dan
teknik ukir. Kerajinan batu banyak digunakan untuk hiasan interior dan eksterior. Berikut
contoh kerajinan dari batu.
TEKNIK PEMBUATAN
1. Teknik Pembuatan Produk Kerajinan dari Bahan Keras
Beberapa teknik pembuatan produk kerajinan dari bahan keras, antara lain seperti berikut.
a. Teknik Cor (cetak tuang) Teknik cor sudah ada ketika kebudayaan perunggu mulai
masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia mulai mengenal teknik pengolahan perunggu.
Terdapat beberapa benda kerajinan dari bahan perunggu seperti gendering perunggu,
kapak, bejana, dan perhiasan. Berikut ini contoh pembuatan benda kerajinan dari bahan
lunak dengan teknik cor (cetak tuang).
1) Teknik Tuang Berulang (bivalve)
Disebut teknik menuang berulang kali (bivalve), karena menggunakan dua keping
cetakan yang terbuat dari batu dan dapat dipakai berulangkali sesuai dengan
kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk
mencetak benda-benda yang sederhana, baik bentuk maupun hiasannya.
2) Teknik tuang sekali pakai (a cire perdue)
Teknik tuang sekali pakai (a cire perdue) dibuat pada benda perunggu yang bentuk
dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan
membuat model dari tanah liat. Selanjutnya model dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan
tanah liat, kemudian benda dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah
rongga. Tuangkan perunggu ke dalamnya. Setelah dingin, cetakan tanah liat dapat
dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Di samping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari
perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi
benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak
terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat
terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota GedeYogyakarta dan kerajinan kuningan
yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.
b. Teknik Etsa
Kata etsa berasal dari bahasa Belkamu atau Jerman, yaitu etch yang berarti
memakan, berkorosi, atau berkarat, Kata etching berarti mengetsa. Benda dari logam
dapat dietsa dengan merendam dalam larutan etsa (larutan asam). Untuk melindungi
bagian yang tidak ingin teretsa oleh pengikisan larutan asam ini, seluruh permukaannya
dilapisi dengan bahan penolak asam, yaitu resist (bahan pelindung). Sementara itu,
bagian-bagian yang terpilih untuk dietsa sesuai dengan desain dibiarkan terbuka dan
terkena pengikisan asam. Secara perlahan-lahan, asam akan melarutkan dan mengikis
tempat-tempat yang terbuka sampai tingkat yang diinginkan sehingga permukaannya
turun sampai dibawah permukan aslinya. Sementara bagian logam yang dilindungi tetap
utuh. Beberapa larutan atau bahan kimia yang secara terpisah dapat menggigit, mencerna,
dan melarutkan logam, sangat bergantung pada jenis logam yang akan dietsa.
Larutan pengetsa ini terdiri atas larutan asam organik, asam mineral anorganik, atau
campuran dari keduanya. Sebagian asam mempunyai daya kikis yang sangat baik untuk
logam-logam tertentu, sedangkan sebagian asam lain ternyata hanya sedikit atau bahkan
tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadap logam-logam tertentu lainnya.
Kombinasi dari keduanya justru dapat melarutkan logam-logam di dalam larutan tersebut.
Sukses tidaknya mengetsa ini bergantung pada pengendalian yang sangat hati-hati
terhadap kekuatan larutan asam pengetsa. Penerapan bahan penolak asam pada
logamnya, cara dan keterampilan dalam membuat desainnya agar tetap terbuka melalui
penggunaan resist (bahan pelindung), sertaperhitungan waktu untuk pengukuran dan
pengikisan asamnya perlu diperhatikan, agar gambar etsa muncul di permukaan logam
dengan derajat keteraturan dan kedalaman yang diinginkan.
c. Teknik Ukir
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak Zaman Batu Muda. Pada masa itu,
banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda
dari gerabah atau kayu. Bendabenda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal,
lingkaran, garis, swastika, zig-zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai
hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius. Dilihat dari jenisnya, ada beberapa
jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, ukiran tinggi (timbul),
dan ukiran utuh.
f. Teknik Anyam
Anyaman adalah seni kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengangkat dan
menumpangtindihkan atau menyilang-nyilangkan bahan sehingga menjadi suatu karya
anyaman. Bahan keras dari karya kerajinan yang dapat menggunakan teknik anyaman,
antara lain: bambu, rotan, dan plastik.
Indonesia sangat kaya dengan hasil karya kerajinan yang tersebar di seluruh daerah.
Keanekaragaman karya kerajinan tersebut harus kita syukuri sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa. Sebagai warga negara yang bangga terhadap budaya nusantara, kita berkewajiban
untuk melestarikan dan mengembangkannya. Berikut ini akan dibahas proses produksi
kerajinan dari bahan keras, yaitu pembuatan karya kerajinan kayu. Proses pembuatan karya
kerajinan kayu berikut ini merupakan alternatif dalam berkarya kerajinan dari bahan keras, kamu
boleh mencari alternatif lain disesuaikan dengan kekayaan alam yang ada di daerah kamu.
Prosedur pembuatan karya kerajinan ukir kayu dapat digambarkan pada diagram berikut ini:
Penjelasan prosedur pembuatan karya kerajinan ukir kayu.
1) Pahat Penguku
a) Pahat penguku dalam satu set pahat ukir berjumlah 20 bilah
b) Ukuran lebar pahat dimulai dari paling kecil 1,5 mm sampai dengan 40mm.
c) Panjang pahat 220-250 mm, tebal kurang lebih 1,5 mm.
d) Fungsi pahat penguku digunakan untuk membuat ukiran
bentuk lengkung, melingkar, membuat bentuk cembung,
cekung, ikal, dan pecahan/cawenan
3) Pahat Pengot
a) Pahat pengot dalam 1 set pahat ukir berjumlah 1- 3 bilah
b) Bentuk mata pahat miring menyudut,ukuran yang biasa
dipakai antara 4 mm sampai dengan 10 mm,
panjang 220-250 mm, tebal kurang lebih 1,5 mm.
c) Pahat pengot digunakan untuk membersihkan sudut/ sela-sela
dasaran ukiranyang sulit dijangkau dengan pahat perata/penyilat
4) Pahat Kol
a) Pahat kol dalam 1 set pahat berjumlah 5 -10 bilah
b) Ukurannya mulai dari paling kecil 5 mm sampai dengan 45 mm, panjang 220-250
mm, tebal kurang lebih 0,75 mm.
c) Fungsi pahat kol untuk membuat pahatan/ukiran bentuk cekung yang dalam
seperti alur lengkung, juga biasa untuk membuat hiasan texture untuk karya seni.
Pahat ini juga digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian cekung yang tidak
dapat dikerjakan dengan pahat penguku.
5) Pahat Coret
a) Pahat coret dalam 1 set pahat ukir berjumlah 1 – 3 bilah.
b) Ukuran lebar dimulai dari yang paling kecil 3 mm sampai dengan1,5 cm.
c) Fungsi pahat coret untuk membuat pahatan/ukiran isian/hiasan daun atau bunga,
dan texture untuk karya seni.
b. Palu Kayu: Palu kayu merupakan alat yang penting dalam kerja
ukiran kayu. Ada 2 macam palu: terbuat dari bahan kayu dan dari
bahan karet. Dua jenis palu tersebut dapat digunakan untuk
memukul pahat, tetapi lebih tepat jika menggunakan palu kayu,
karana lebih lembut dan kenyal.
e. Sikat Ijuk: Dalam kerja ukiran diperlukan pula sikat ijuk yang
berfungsi untuk membersihkan kotoran kayu pada ukiran yang telah
selesai diukir.
g. Pensil: Pensil merupakan peralatan yang digunakan untuk membuat desain sebelum
praktik dilakukan, pensil juga berfungsi untuk memberi kamu atau keterangan pada
bagian-bagian yang diperlukan.
i. Kertas Gambar: Untuk membuat desain, diperlukan kertas sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu diperlukan juga kertas tipis sejenis kertas kalkir, berfungsi untuk memindahkan
desain yang kemudian ditempel pada papan yang akan diukir
j. Lem Kayu: Lem sangat perlu disediakan dalam proses kerja mengukir. Lem kayu
berguna untuk menempelkan kertas pola pada papan yang akan diukir. Lem kayu juga
berguna untuk mengantisipasi jika terjadi ukirannya patah atau kayunya retak, sehingga
dapat segera dilem menjadi bagus kembali.
k. Kertas Ampelas: Kertas ampelas digunakan untuk proses penghalusan ukiran setelah
proses pemahatan selesai. Kertas ampelas memiliki jenis tekstur halus dan kasar yang
berbeda dan biasanya dibedakan dengan ukuran nomor. Jika nomornya rendah biasanya
jenis ampelasnya kasar. Makin banyak ukuran nomor, makin halus jenis teksturnya.
d. Menyiapkan Pola
Prinsip penyiapan pola adalah menyiapkan atau
membuat g ambar sesuai bentuk dan ukuran yang akan
diukir. Gambar pola ini sekaligus akan digunakan sebagai
acuan/pedoman untuk kerja mengukir supaya bentuk dan
ukuran tidak menyimpang dari ketentuan.
i. Membentuk ukiran
Proses ini merupakan proses pembentuka n tinggi
rendahnya motif, atau timbul cekungnya motif sehingga
membentuk sebuah ukiran yang indah dan menarik.
k. Mengampelas (menghaluskan)
Pengampelasan dilakukan setelah proses
mengukir selesai. Pengampelasan harus dilakukan
dengan hatihati karena jika pengampelasan dilakukan
sembarangan, pengampela san akan merusak bentuk
ukiran yang sudah bagus. Pemilihan kasar halusnya
kertas ampelas juga harus benar, jangan sampai ukiran
yang sudah halus kemudian rusak akibat penggunaan
kertas ampelas yang kasar.
l. Finishing
Finishing sangat menentukan hasil akhir dari pembuatan karya ukiran. Oleh
karena itu tahap ini harus dilakukan secara hati-hati dan benar supaya hasil akhir
menjadi lebih baik. Finishing merupakan proses penyelesaian akhir sebuah
pekerjaan. Finishing pada contoh proses berkarya di atas dapat menggunakan
bahan politur teknik kuas dan oles. Jika proses finishing selesai dilanjutkan dengan
pemasangan gantungan.