Dokumen tersebut memberikan definisi dari 57 istilah yang terkait dengan transportasi, seperti aksesibilitas, alat berat, angkutan, awak kendaraan, bandar udara, dan barang. Istilah-istilah tersebut mencakup berbagai aspek dalam transportasi darat, laut, udara, dan perkeretaapian.
100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
2K tayangan9 halaman
Dokumen tersebut memberikan definisi dari 57 istilah yang terkait dengan transportasi, seperti aksesibilitas, alat berat, angkutan, awak kendaraan, bandar udara, dan barang. Istilah-istilah tersebut mencakup berbagai aspek dalam transportasi darat, laut, udara, dan perkeretaapian.
Dokumen tersebut memberikan definisi dari 57 istilah yang terkait dengan transportasi, seperti aksesibilitas, alat berat, angkutan, awak kendaraan, bandar udara, dan barang. Istilah-istilah tersebut mencakup berbagai aspek dalam transportasi darat, laut, udara, dan perkeretaapian.
Dokumen tersebut memberikan definisi dari 57 istilah yang terkait dengan transportasi, seperti aksesibilitas, alat berat, angkutan, awak kendaraan, bandar udara, dan barang. Istilah-istilah tersebut mencakup berbagai aspek dalam transportasi darat, laut, udara, dan perkeretaapian.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9
BEBERAPA ISTILAH YANG ADA DI DALAM TRANSPORTASI ANTARA LAIN :
1. Aksesibilitas, tingkat pencapaian kemudahan yang dapat
dinyatakan dengan jarak, waktu atau biaya angkutan. 2. Alat Berat, barang yang karena sifatnya tidak dapat dipecah- pecah sehingga memungkinkan angkutannya melebihi muatan sumbu terberat (MST) dan/atau dimensinya melebihi ukuran maksimum kendaraan yang ditetapkan. 3. Alat Pembatas Kecepatan, kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membuat pengemudi kendaraan bermotor mengurangi kecepatan kendaraannya. 4. Alat Pembatas Tinggi dan Lebar Kendaraan, kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membatasi tinggi dan lebar kendaraan beserta muatannya memasuki suatu ruas jalan tertentu. 5. Alat Pemberi Isyarat Lalulintas (APILL), perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan. 6. Alat Penimbangan, seperangkat alat untuk menimbang kendaraan bermotor yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat dipindah-pindahkan yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta muatannya. 7. Alat Uji Asap, alat untuk mengukur ketebalan warna asap untuk mengetahui prosentase kadar karbon pada gas buang (asap) yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor bermesin diesel; smoke tester. 8. Alat Uji Cahaya, alat untuk mengukur kuat cahaya, dan penyimpangan arah sinar lampu kendaraan bermotor; head light tester. 9. Alat Uji Rem, pengukur kekuatan rem, yaitu alat untuk mengukur dan mengetahui unjuk kerja (performansi) dan kekuatan rem kendaraan bermotor; brake tester. 10. Alat Uji Sikap Roda, alat untuk mengukur, mengecek dan memeriksa sikap roda depan kendaraan; slide slip tester. 11. Alat Uji Suara, alat uji ukur untuk mengetahui tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor; noise tester. 12. Alur pelayaran, perairan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari 13. Angkutan, pemindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana tertentu. 14. Angkutan Antar Kota, angkutan dari satu kota ke kota lain dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. 15. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), angkutan antar kota yang melayani dari suatu kota ke kota lain yang melewati lebih dari satu propinsi. 16. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), angkutan antar kota yang melayani dari satu kota ke kota lain dalam satu propinsi. 17. Angkutan Barang, angkutan yang digunakan khusus untuk mengangkut barang. 18. Angkutan Kereta Api, pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ketempat lain dengan menggunakan kereta api yang seluruh jaringannya terletak dalam satu wilayah kota dan/atau lebih wilayah kota dan kabupaten yang berdekatan dan merupakan satu kesatuan ekonomi dan sosial. 19. Angkutan Khusus, angkutan barang atau orang yang digunakan untuk kepentingan golongan/organisasi atau barang tertentu. 20. Angkutan Kota, angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam wilayah kota dengan menggunakan bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. 21. Angkutan Laut, setiap kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan dalam satu perjalanan atau lebih dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut 22. Angkutan Lingkungan, angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada kawasan tertentu. 23. Angkutan Lintas Batas Negara, angkutan dari satu kota ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. 24. Angkutan Pariwisata, angkutan dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk mengangkut wisatawan ke dan dari daerah tujuan wisata. 25. Angkutan Penumpang, angkutan umum yang digunakan untuk menangkut penumpang. 26. Angkutan Penyeberangan, angkutan yang dilakukan untuk melayani lintas penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang terputus karena adanya perairan, untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya. 27. Angkutan Perairan, kegiatan memindahkan penumpang, barang dan/atau hewan dengan menggunakan kapal. 28. Angkutan Perbatasan, angkutan kota dan/atau angkutan perdesaan yang memasuki wilayah kecamatan yang berbatasan langsung pada Kabupaten atau Kota lainnya baik yang melalui satu propinsi maupun lebih dari satu propinsi. 29. Angkutan Perdesaan, angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam satu wilayah kabupatendengan menggunakan bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. 30. Angkutan Perintis, pelayanan angkutan yang ditujukan untuk membuka daerah yang terpencil/terisolir ataupun belum berkembang dan dalam pelayanannya tidak terikat dengan load factor 70% untuk membuka trayek baru. 31. Angkutan Perkotaan, angkutan dari suatu kawasan ke kawasan lain yang terletak dalam 2 (dua) atau lebih wilayah Kota dan Kabupaten yang berdekatan dan merupakan satu kesatuan ekonomi dan sosial dengan menggunakan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur yang mempunyai sifat perjalanan ulang alik (komuter). 32. Angkutan Sewa, angkutan dengan menggunakan kendaraan sewa yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa pengemudi dalam wilayah operasi yang tidak terbatas. 33. Angkutan Sungai Dan Danau, kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau. 34. Angkutan Taksi, angkutan yang merupakan pelayanan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas. 35. Angkutan Udara, setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara 36. Angkutan Umum, angkutan yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang yang disediakan untuk umum. 37. Armada, asset berupa kendaraan mobil bus/MPU yang merupakan tanggung jawab perusahaan, baik yang dalam keadaan siap guna dalam konservasi. 38. Awak Kendaraan, pengemudi dan pembantu pengemudi. 39. Awak kapal, orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil 40. Awak kereta api, mereka yang ditugaskan di dalam kereta api oleh pengangkut selama perjalanan kereta api. 41. Badan Jalan, bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu jalan. 42. Bahan Bakar Gas, gas alam yang sebagian besar dari metana (CH4) dan digunakan sebagai bahan bakar. 43. Bahan Berbahaya, setiap bahan atau benda yang karena sifat dan ciri khas serta keadaannya, merupakan bahaya terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta terhadap jiwa atau kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya; 44. Bahu Jalan, bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, pondasi atas, dan permukaan. 45. Bandar Udara, lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi 46. Barang, barang yang diangkut oleh sarana angkutan kecuali benda-benda pos, barang-barang kelengkapan dan bagasi. 47. Barang Khusus, barang yang karena sifat dan bentuknya harus dimuat dengan cara khusus. 48. Barang Terlarang, barang-barang yang menurut undang- undang tidak boleh diperjual-belikan secara bebas. 49. Barang Umum, bahan atau benda selain dari bahan berbahaya, barang khusus, peti kemas dan alat berat. 50. Batas Kecepatan, kecepatan kendaraanyang diizinkan pada lajur jalan di ruas tertentu. 51. Bengkel Umum Kendaraan Bermotor, suatu perusahaan yang menyelenggarakan pekerjaan pembetulan, perbaikan, perawatan kendaraan bermotor untuk umum dengan pembayaran. 52. Berhenti, keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara dan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya. 53. Biaya Tambahan, biaya yang dipungut berdasarkan peraturan yang berlaku sebagai tambahan berdasar dari biaya resmi yang ditentukan; toeslag, tuslah. 54. BPKB, buku pemilikan kendaraan bermotor, yaitu buku bukti pemilikan bagi pemegang/pemilik buku tersebut. 55. Bongkar Muat, kegiatan pemindahan muatan, dari atau ke sarana angkutan barang. 56. Buku Uji, tanda lulus uji berkala berbentuk buku yang berisi data dan legitimasi hasil pengujian setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan atau kendaraan khusus. 57. Bus (mobil bus), setiap kendaraan bermotor yang diperlengkapi dengan lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. 58. Bus Patas (cepat terbatas), kendaraan penumpang umumdenganmuatan terbatas sesuai dengan tempat duduk dan dengan kecepatan serta trayek tertentu. 59. Cermin tikungan, kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai alat untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor. 60. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, wilayah perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan umum yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. 61. Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara, wilayah daratan dan/atau perairan yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan Bandar udara; 62. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan umum yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan kepelabuhanan. 63. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan Penyeberangan, wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan penyeberangan yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan penyeberangan; 64. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Penyeberangan, wilayah perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan Penyeberangan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran; 65. Daerah Lingkungan Kerja Terminal, daerah yang diperuntukkan untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal. 66. Daerah Manfaat Jalan, suatu area yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. 67. Daerah Manfaat Jalan rel (Damaja Rel), jalan rel beserta bidang tanah atau bidang lain di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk konstruksi jalan rel. 68. Daerah Milik Jalan, sejalur tanah tertentu diluar daerah manfaat jalan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran derah manfaat jalan di kemudian hari, right of way. 69. Daerah Milik Jalan Rel (Damija Rel), daerah yang diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan kereta api dan pelebaran jalan rel maupun penambahan jalur dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan kontruksi jalan rel. 70. Daerah Pengawasan Jalan rel (Dawasja Rel), ruang sepanjang jalan rel di luar Damija rel yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu dan diperuntukkan bagi pengamanan dan kelancaran operasional kereta api. 71. Daerah Pengujian, wilayah pelayanan uji kendaraan bermotor wajib uji secara berkala yang disediakan untuk kendaraan bermotor yang berdomisili dalam kawasan wilayah kerja yang bersangkutan. 72. Daun Rambu, plat aluminium atau bahan logam lainnya tempat ditempelkan/dilekatkannya rambu. 73. Daya Angkut Maksimum, jumlah berat yang diperbolehkan untuk kendaraan bermotor atau kereta gandengan dikurangi dengan berat kendaraan itu. 74. Delineator (Patok Tikungan), suatu unit konstruksi yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya (reflektif) dan berfungsi sebagai pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari, bahwa disisi kiri atau kanan delineator tersebut adalah daerah berbahaya. 75. Durasi Parkir, lamanya suatu kendaraan parkir pada suatu lokasi parkir. 76. Emisi Gas Buang, gas atau asap yang dikeluarkan dari pipa gas buang (knalpot) kendaraan bermotor. 77. Emplasemen, kumpulan jalan rel di area stasiun dengan batas- batas tertentu dan dilengkapi dengan alat pengaman. 78. Faktor Muat, perbandingan antara kapasitas terjual dengan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen; load factor. 79. Fase, suatu kondisi dari APILL dalam satu waktu siklus yang memberikan hak jalan pada satu atau lebih gerakan lalu lintas tertentu; 80. Fasilitas parkir, lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. 81. Fasilitas parkir di badan jalan, fasilitas parkir yang menggunakan tepi jalan, on street parking 82. Fasilitas parkir di luar badan jalan, fasilitas parkir kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan yang dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung parkir, off street parking 83. Formulir 3-L, formulir yang dipakai oleh petugas Polisi Lalu Lintas (POLANTAS) untuk mencatat data kecelakaan; 84. Frekuensi, jumlah perjalanan kendaraan dalam satuan waktu tertentu yang dapat diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau rendah. 85. Frekuensi Pelayanan, banyaknya kendaraan penumpang umum per satuan waktu. Besarannya dapat dinyatakan dalam kendaraan/jam atau kendaraan/hari. 86. Gudang atau Lapangan Penumpukan Barang, bangunan dan/atau pelataran di dalam terminal barang yang disediakan untk menempatkan barang yang bersifat sementara 87. Guard Rail, lihat Pagar Pengaman Jalan 88. Halte, tempat perhentian kendaraan penumpang umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan penumpang yang bersifat segera yang dilengkapi dengan bangunan 89. Hambatan, waktu perjalanan yang tertunda karena suatu hambatan, besarnya dihitung dari perbedaan antara waktu perjalanan dengan waktu tempuh dalam arus bebas. 90. Helm, bagian dari perlengkapan kendaraan bermotor berbentuk topi pelindung kepala yang berfungsi melindungi kepala pemakainya apabila terjadi benturan. 91. Isyarat Lampu Lalu Lintas, isyarat lampu lalu lintas satu warna terdiri dari satu lampu menyala berkedip atau dua lampu yang menyala bergantian untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan, warning light 92. Izin Insidentil, izin yang dapat diberikan kepada perusahaan angkutan yang telah memiliki izin trayek untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang dari izin trayek yang dimiliki. 93. Izin Operasi, izin yang diberikan kepada perusahaan angkutan untuk melakukan kegiatan angkutan tidak dalam trayek. 94. Izin Trayek, izin untuk melakukan kegiatan angkutan dalam trayek tetap dan teratur. 95. Izin Usaha Angkutan, izin untuk melakukan usaha angkutan umum. 96. Jalan, suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas. 97. Jalan Arteri, jalan yang melayani angkutan utama dengan cirri- ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. 98. Jalan Arteri Primer, jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang ke dua. 99. Jalan Arteri Sekunder, jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder ke satu atau menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder ke satu atau kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder ke dua. 100. Jalan bebas hambatan (freeway),jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median;