Teokommas 3
Teokommas 3
Teokommas 3
Menurut Dennis McQuail (1987), jenis dan teori komunikasi massa adalah sebagai berikut:
1. Teori Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Scientific Theory)
Teori ini berdasarkan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sifat dasar,
cara kerja, dan pengaruh komunikasi massa yang bersumber dari observasi sistematis yang
sedapat mungkin diupayakan bersifat objektif. Sumber teori ini merupakan kenyataan
tentang media. Dalam penerapannya jenis teori ini sering bergantung pada ilmu sosial
lainnya.
2. Teori Normatif (Normative Theory)
Teori ini berkenaan dengan masalah bagaimana seharusnya media berperan ketika
serangkaian nilai sosial ingin diterapkan dan dicapai sesuai dengan sifat dasar nilai-nilai
sosial tersebut. Jenis teori ini begitu pennting karena berperan dalam membentuk institusi
media. Bahkan media berpengaruh besar dalam membatu apa yang diharpkan oleh publik
media, organisasi, serta pelaksana organisasi sosial itu sendiri.
3. Teori Praktis (Operational Theory)
Pada awalnya teori ini dikembangkan oleh para praktisi media. Teori ini
menyuguhkan penuntun tentang tujuan media, cara kerja yang seharusnya diharapkan agar
seirama dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan sosial yang sifatnya lebih abstrak, serta
cara-cara pencapaian beberapa sasaran tertentu. Sebuah teori masuk dalam rumpn teori
praktis karena bisa membentu menemukan jawaban masalah.
4. Teori Akal Sehat (Commonsense Theory)
Teori ini merupakan pengetahuan (dan gagasan) yang dimiliki oleh setiap orang
dengan begitu saja atau melalui pengalaman langsung dengan masyarakat. Setiap pembaca
surat kabar atau penonton televisi mempunyai teori sendiri (mempunyai seperangkat
gagasan) tentang media tersebut.
5. Teori Masyarakat Massa
Teori ini menekankan ketergantungan timbal balik antar institusi yang memegang
kekuasaan dan integrasi media terhadap sumber kekuasaan sosial dan otoritas. Dengan
demikian isi media cenderung melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik-
ekonomi. Namun demikian, meskipun media tidak bisa diharapkan menyuguhkan
pandangan kritis atau tinjauan lain menyangkut masalah kehidupan, media tetap memiliki
kecenderungan untuk membentu publik bebas dalam menerima keberadaannya
sebagaimana adanya.
6. Teori Media Politik-Ekonomi
Teori media politik-ekonomi merupakan nama lama yang dihidupkan kembali
untuk digunakan dalam menyebutkan sebuah pendekatan yang memusatkan perhatian lebih
banyak pada struktur ekonomi daripada muatan (isi) ideoligis media. Teori ini
mengemukakan ketergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan
perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur pemilikan dan mekanisme kerja
keuatan pasar media. Menurut tinjauan ini, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari
sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik.
7. Teori Hegemoni Media
Teori ini kurang memusatkan perhatian pada faktor ekonomi dan struktur ideologi
itu sendiri, bentuk ekspresi, cara penerapan, dan mekanisme yang dijalankannya untuk
mempertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya (terutama
kelas pekerja), sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran
mereka. Perbedaan teori ini dengan pendekatan Marxis klasik dan pendekatan politik-
ekonomi terletak pada pengakuannya terhadap lebih besarnya kadar
ketidaktergantungannya pada kekuatan ekonomi.
Ideologi sebagai salah satu definisi reaalitas yang kabur dan gambaran hubungan
antarkelas, atau hubungan inajiner para individu dengan kondisi keberadaan mereka yang
sebenarnya tidaklah dominan dalam pengertian bahwa ideologi itu dipaksakan oleh kelas
penguasa, tetapi merupakan pengaruh budaya yang disebarkan secara adar dan dapat
meresap, serta berperan dalam menginterpretasikan pengalaman tentang kenyataan. Proses
interpretasi ini berlangsung secara tersembunyi, tetapi terjadi secara terus-menerus.
8. Teori Masyarakat Informasi
Pada dasarnya masyarakat informasi(masyarakat pascaindustri) adalah masyarakat
yang menilai informasi sebagai sumber daya, sarana produksi, dan produk utama yang
paling berharga. Oleh karena itu, mayoritas tenaga kerjanya adalah pekerja informasi. Di
samping itu, berdasarkan beberapa indikasi lainnya informasi mengandung nilai ekonomi
dn sosial yang dominan. Kategori pekerjaan informasi memiliki lingkup yang sangat luas,
termasuk semua orang yang pekerjaannya berkaitan dengan produksi, pengolahan dan
distribusi informasi atau produksi teknologi informasi. Pada semua masyarakat maju
semua bidang tersebut cenderung mengalami perkembangan yang sangat cepat.
Walaupun peran media masssa dalam kenaikan produksi informasi tersebut sulit
dipastikan, namun menurut beberapa perkiraan perannya dapat dikatakan besar. Media
massa memang cukup banyak terlibat dalam proses perubahan tersebut, sehingga mendapat
perhatian besar dalam teori tentang masyarakat innfomasi. Dapat dikatakan bahwa media
massa semakin berkembang dan efisisen dalam memproduksi dan mendistribusikan
informasi, dalmm pengertian luas, media massa merupakan perangsang penting terhadap
penilaian dan konsumsi informasi, media massa menunjang upaya produksi, perolehan
teknologi komunikasi dan pengembangan teknologi baru, media massa merupakan sektor
pekerjaan yang semakin membuka kesempatan bagi para pekerja informasi.
Teori-teori lain :
1. Teori Jarum Suntik (Hypodermic Needle Theory)
Teori ini ditampilkan tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran kaledioskop
stasiun radio siaran CBS di Amerika berjudul The Invansion from Mars. Teori ini
mengasumsikan bahwa media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga
khalayak tidak mampu membendung informasi yang dilancarkannya. Sedangkan khalayak
dianggap pasif, sehingga tidak bisa bereaksi apapun kecuali hanya menerima begitu saja
semua pesan yang disampaikan media massa.
Teori ini di samping mempunyai pengaruh yang sangat kuat juga mengasumsikan
bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang yang lebih pintar dibanding khalayak.
Akhirnya, khalayak bisa dikelabui sedemikian rupa dari apa yang disiarkannya. Teori ini
mengasumsikan media massa mempunyai pemikiran bahwa khalayak bisa ditundukkan
atau bahkan bisa dibentuk dengan cara apapun yang dikehendaki media.
Contoh kasus:
Adegan yang ada di film bergenre action sedikit banyak telah mempengaruhi perilaku
anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya. Apabila mereka berkelahi tak jarang mereka
melakukan sama persis dengan apa yang dilakukan oleh aktir dalam film yang ditontonnya.
Oleh karena itu, pengawasan orang tua dirasa sangat diperlukan dalam hal ini.
2. Teori Kutivasi (Cultivation Theory)
Teori ini ppertama kali dikenalkan oleh Profesor george Gerbner ketika ia menjadi
Dekan Anneberg School of Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat.
Tulisan pertamanya yang memperkenalkan teori ini adalah Living with Television: The
Violenceprofile, Journal of Communication.
Menurut teori ini, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penontonn
televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Teori kultivasi ini di awal
perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan khalayak,
khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Para pecandu berat televisi
akan menganggaop bahwa apa yang terjadi di televisi adalah dunia yang senyatanya.
Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa merupakan agen sosialisasi dan
menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai apa yang disajikan televisi
daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya.
Contoh kasus:
Program acara sinetron yang ditayangkan televisi swasta semisal Diam-diam Suka, Cinta
yang sama, dll ini masing-masing membahas kehidupan remaja yang menonjolkan masalah
percintaan, gaya hidup remaja yang glamour, kenakalan remaja, dll. Para pecandu berat
televisi akan mengatakan bahwa di masyarakat sekarang khususnya kehidupan para
remajanya istilah pacaran bukanlah hal yang tabu, bahkan sudah sampai pada taraf yang
tidak semestinya, yakni adanya fenomena remaja hamil di luar nikah dan aborsi. Hal ini
terjadi karena sinetron yang ditontonnya menonjolkan kasus tersebut. Pendapat itu
mungkin memanng tidak salah, tetapi ia terlalu menggeneralisasikan ke seluruh lapisan
masyarakat. Bahkan pecandu sinetron sangat percaya bahwa apa yang terjadi pada
masyarakkat sama seperti yang dicerminkan dalam sinetron-sinetron tersebut.
Referensi:
Denis McQuail. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengentar Edisi Kedua. Terjemahan
Agus Dharma,dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1987
Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media. 2007
Nuruddin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007
Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta. 2009