Asuhan Keperawatan Pasien Covid - Adam PDF
Asuhan Keperawatan Pasien Covid - Adam PDF
Asuhan Keperawatan Pasien Covid - Adam PDF
[email protected]
Ringan Infeksi saluran napas tidak berkomplikasi
[email protected]
Masa inkubasi dilaporkan rata-rata 5,2 hari setelah infeksi. Tapi
variasinya bisa antara 2,5 hari sampai 14 hari pasca-infeksi.
2 meter
Penyebaran
Virus
• Penyebaran SARS-CoV-2
dari manusia ke manusia
menjadi sumber transmisi
utama sehingga
penyebaran menjadi lebih
agresif.
• Penyebaran SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet
yang keluar saat batuk atau bersin.
• Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan pada aerosol
(dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam.
Sumber: Han & Yang (2020), van Doremalen et al (2020); Susilo et al (2020)
[email protected]
Penyebaran Virus (Lanjutan)
[email protected]
• SARS-CoV-2 ditemukan pada pencemaran
lingkungan yang luas pada kamar dan toilet pasien
Covid-19 dengan gejala ringan.
• SARS-CoV-2 juga dapat terdeteksi pada gagang
pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari,
hingga kipas ventilasi, namun tidak terdapat pada
sampel udara.
COVID-19
Diagnosis Keperawatan
Covid-19 dengan Gejala Ringan - Sedang
Ansietas
• b/d krisis situasional, ancaman terhadap kematian
Sumber:
SDKI (2016), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014)
[email protected]
Diagnosis Keperawatan
Covid-19 dengan Gejala Berat dan Kritis
Risiko Syok
• d/d hipoksia, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik
Sumber:
SDKI (2016), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014)
[email protected]
ALGORITMA PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA
PASIEN COVID-19
SESAK NAPAS
Validasi data tambahan
[email protected]
Gangguan Dalam 2 – 4 jam, Pertukaran Gas Meningkat
Pertukaran dengan kriteria:
Gas RR 12-20 kali/menit, SpO2 ≥90%, PaO2 >80 mmHg,
PaCO2 35-45 mmHg, pH 7.35-7.45, ronkhi menurun.
[email protected]
Dalam 8 jam, Tingkat Syok Menurun dengan kriteria:
Risiko Syok Output urine >0,5 mL/kg/jam, akral hangat, pucat
menurun, TDS >90 mmHg, MAP ≥65 mmHg, CVP 2-12
mmHg (+3 jika terpasang ventilasi tekanan positif)
[email protected]
dehidrasi
• Monitor kemampuan batuk efektif untuk menilai kemampuan mengeluarkan sekret dan
mempertahankan jalan napas tetap paten
• Posisikan semi-Fowler/Fowler untuk meningkatkan ekskursi diafragma dan ekspansi paru
• Berikan minum hangat untuk memberikan efek ekspektorasi pada jalan napas
• Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik untuk mengeluarkan sekret jika batuk
tidak efektif
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi, untuk meningkatkan aktivitas
silia mengeluarkan sekret dan kondisi dehidrasi dapat meningkatkan viskositas sekret
• Ajarkan teknik batuk efektif untuk memfasilitasi pengeluaran sekret
• Kolaborasi bronkodilator dan/atau mukolitik, jika perlu
Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et al (2020)
Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif Manajemen Isolasi
• Identifikasi pasien-pasien yang membutuhkan isolasi
• Tempatkan satu pasien untuk satu kamar untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi silang
(cross infection)
• Sediakan seluruh kebutuhan harian dan pemeriksaan sederhana di kamar pasien untuk
meminimalkan mobilisasi pasien dan staf yang merawat pasien
[email protected]
• Dekontaminasi alat-alat kesehatan sesegera mungkin setelah digunakan untuk
menghilangkan virus yang mungkin menempel pada permukaan alat kesehatan
• Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment untuk menurunkan transmisi virus
• Pasang alat proteksi diri sesuai SPO (mis. sarung tangan, masker N95, gown coverall,
apron) untuk memutuskan transmisi virus kepada staf
• Lepaskan alat proteksi diri segera setelah kontak dengan pasien untuk meminimalkan
peluang terjadinya transmisi virus kepada staf
• Minimalkan kontak dengan pasien, sesuai kebutuhan untuk menurunkan transmisi virus
kepada staf yang merawat pasien
• Anjurkan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari (pada pasien tanpa gejala dan dengan
gejala ringan) atau isolasi di RS Darurat Covid (pada pasien gejala sedang), atau isolasi di
RS Rujukan (pada pasien gejala berat/kritis).
Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et al (2020)
Gangguan Pertukaran Gas Terapi Oksigen
• Monitor bunyi napas untuk menilai adanya wheezing akibat inflamasi dan penyempitan
jalan napas, dan/atau ronkhi basah akibat adanya penumpukan cairan di interstisial atau
alveolus paru.
• Monitor kecepatan aliran oksigen untuk memastikan ketepatan dosis pemberian oksigen
• Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen untuk mengidentifikasi
terjadinya iritasi mukosa akibat aliran oksigen
[email protected]
• Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, AGD) karena SpO2 ↓, PO2 ↓ & PCO2 ↑
dapat terjadi akibat peningkatan sekresi paru dan keletihan respirasi
• Monitor rontgen dada untuk melihat adanya peningkatan densitas pada area paru yang
menunjukkan terjadinya pneumonia
• Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu untuk menghilangkan obstruksi
pada jalan napas dan meningkatkan ventilasi
• Berikan oksigen untuk mempertahankan oksigenasi adekuat. Dimulai 5 L/menit dengan
target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil & ≥92-95% pada pasien hamil
• Gunakan perangkat oksigen yang sesuai seperti high flow nasal canulla (HFNC) atau
noninvasive mechanical ventilation (NIV) pada pasien ARDS atau efusi paru luas
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian oksigen untuk meningkatkan keterlibatan dan
kekooperatifan pasien terhadap terapi oksigen
• Kolaborasi penentuan dosis oksigen untuk memperjelas pemberian terapi oksigen sesuai
kondisi dan kebutuhan pasien
Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et al (2020)
Alur Penentuan
Alat Bantu
Napas Mekanik
[email protected]
Keterangan:
Jika HFNC tidak
tersedia, maka pasien
langsung diintubasi dan
mendapatkan NIV.
Sumber:
Burhan et al (2020). Protokol Tatalaksana Covid-19. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI
High Flow Nasal Canulla (HFNC) • HNFC memberikan oksigen
dengan tekanan ekspirasi
akhir positif yang telah
dilembapkan dan dihangatkan
sebelum melalui nasofaring
sehingga dapat menurunkan
kerja metabolisme
• HFNC dapat menurunkan
kebutuhan intubasi dan
memperbaiki kondisi klinis
pada pasien gagal napas akut.
• HNFC juga lebih mudah
digunakan, dampak
kecemasan lebih rendah dan
menurunkan risiko transmisi
Sumber: Geng et al (2020); Hugo et al (2012).
melalui udara karena
pembentukan aerosol minimal.
[email protected]
High Flow Nasal Canulla (HFNC) (Lanjutan)
Pemberian HFNC
• Batasi flow agar tidak melebihi 30 liter/menit.
• Lakukan pemberian HFNC selama 1 jam, kemudian lakukan
[email protected]
evaluasi.
• Jika indeks ROX >4.88 menandakan perbaikan dan
ventilasi aman pada jam ke-2, 6, dan 12 maka pasien tidak
membutuhkan ventilasi invasif
• Jika indeks ROX <3.85 menandakan risiko tinggi untuk
kebutuhan intubasi.
[email protected]
• Dengarkan dengan penuh perhatian untuk mendorong keterbukaan dan perasaan
diperhatikan
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan untuk meningkatkan stabilitas
perasaan pasien
• Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami. Informasi yang adekuat
dapat menurunkan kecemasan akibat ketidaktahuan
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi untuk memberikan kejelasan
persepsi dan perasaan serta meningkatkan koping
• Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat untuk meningkatkan rasa
pengendalian (sense of control) dan mekanisme koping
• Latih teknik relaksasi untuk menurunkan stres dan ketegangan
[email protected]
• Monitor adanya aritmia karena aritmia dapat terjadi akibat hipoksemia, pelepasan
katekolamin, dan asidosis.
• Pertahankan kepatenan jalan napas untuk menjamin ventilasi adekuat
• Berikan posisi semi Fowler atau Fowler untuk meningkatkan ekskursi diafragma dan
ekspansi paru
• Berikan posisi pronasi (tengkurap) pada pasien sadar dengan gangguan paru difus
bilateral untuk mengoptimalkan perfusi pada anterior paru yang biasanya
gangguannya lebih minimal dibandingkan posterior
• Gunakan bag-valve mask, jika perlu untuk memperbaiki ventilasi dengan memberikan
napas buatan pada pasien yang tidak mampu napas spontan
• Kolaborasi tindakan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu untuk mempertahankan
ventilasi dan oksigenasi adekuat serta mencegah kondisi mengancam nyawa
Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et al (2020)
Strategi Ventilasi Mekanik
Society of Critical Care Medicine pada Surviving
Sepsis Campaign merekomendasikan:
• Pertahankan volume tidal rendah (4-8 mL/kgBB)
• Target plateau pressure (Pplat) < 30 cmH2O
• PEEP lebih tinggi pada pasien ARDS berat dan
[email protected]
waspada barotrauma
• Ventilasi posisi pronasi selama 12-16 jam
(dikerjakan tenaga ahli)
• Agen paralitik dapat diberikan pada ARDS sedang
atau berat untuk proteksi ventilasi paru
• Hindari infus kontinu agen paralitik. Bolus
intermiten lebih dipilih.
Society of Critical Care Medicine (2020). Surviving Sepsis Campaign: Guidelines on the
Management of Critically Ill Adults with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Critical Care
Medicine. https://www. sccm.org/SurvivingSepsisCampaign/Guidelines/COVID-19
Risiko Syok Pencegahan Syok
• Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
TD, MAP) untuk mengidentifikasi penurunan volume sistemik
• Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) untuk mendeteksi perubahan
oksigenasi dan gangguan asam-basa
• Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT) untuk
[email protected]
mengetahui keadekuatan volume cairan sistemik dan kebutuhan cairan
• Monitor tingkat kesadaran untuk mendeteksi tanda awal hipoksia serebral
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >90%
• Pasang jalur IV sebagai akses untuk mengoreksi atau mencegah defisit cairan
• Pasang kateter urine, jika perlu untuk menilai perfusi ginjal dan produksi urine
• Batasi resusitasi cairan terutama pada pasien edema paru karena resusitasi
agresif dapat memperburuk oksigenasi
• Kolaborasi pemberian kristaloid 30 mL/kg BB jika terjadi syok untuk
mengoptimalkan perfusi jaringan dan mengoreksi defisit cairan
• Kolaborasi pemberian antibiotik dalam waktu 1 jam jika sepsis dicurigai infeksi
bakteri
Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et al (2020)
Gangguan Sirkulasi
Spontan Code Management
• Amankan lingkungan (pasang APD lengkap dan batasi personil resusitasi)
• Panggil bantuan jika pasien tidak sadar dan aktifkan code blue
• Pastikan nadi tidak teraba dan napas tidak ada
• Lakukan resusitasi jantung paru, jika perlu
[email protected]
• Pastikan jalan napas terbuka dan berikan bantuan napas, jika perlu
• Pasang monitor jantung
• Minimalkan interupsi pada saat kompresi dan defibrilasi
• Pasang akses vena, jika perlu
• Siapkan intubasi, jika perlu
• Akhiri tindakan jika ada tanda-tanda sirkulasi spontan (mis. nadi karotis
teraba, kesadaran pulih)
• Kolaborasi pemberian defibrilasi, jika perlu
• Kolaborasi pemberian epinefrin atau adrenalin, jika perlu
• Kolaborasi pemberian amiodaron, jika perlu
• Lakukan perawatan post cardiac arrest
[email protected]
dapat mengalami henti
jantung sehingga BHD.
[email protected]
Kotak-kotak baru yang
spesifik untuk COVID-19
diberi warna kuning, dan
panduan yang spesifik
untuk COVID-19 dicetak
tebal dan digaris bawah.
Sumber:
PERKI (2020). Pedoman BHD dan BHJL pada COVID-19.
http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2020/4/13
/pedoman_bhd_dan_bhjl_pada_covid_19.
Komplikasi, Pencegahan &
Prognosis COVID-19
Komplikasi Covid-19
[email protected]
• Menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala
batuk/bersin. Rekomendasi jarak minimal satu meter.
• Melakukan etika batuk atau bersin.
• Berobat jika ada keluhan yang sesuai kategori suspek.
• Pasien rawat inap dengan kecurigaan COVID-19
juga harus diberi jarak minimal satu meter dari
pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan
etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci tangan.
Sumber: World Health Organization (2020); World Health Organization (2020a)
Prognosis
• Prognosis COVID-19 dipengaruhi
banyak faktor
• Tingkat mortalitas pasien COVID-19
[email protected]
[email protected]
Referensi
Baird MS (2016). Manual of Critical Care Nursing (7th ed.). Philadelphia: Elsevier Saunders.
Burhan, E., Susanto, A. D., Nasution, S. A., et al (2020). Protokol Tatalaksana Covid-19. Jakarta:
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
Geng, S., Mei, Q., Zhu, C., Yang, T., Yang, Y., Fang, X., & Pan, A. (2020). High flow nasal
cannula is a good treatment option for COVID-19. Heart & lung : the journal of critical care,
S0147-9563(20)30113-8.
Han Y, Yang H. (2020). The transmission and diagnosis of 2019 novel coronavirus infection
[email protected]
disease (COVID-19): A Chinese perspective. J Med Virol.
Hugo et al (2012). Humidified High Flow Nasal Oxygen During Respiratory Failure in the
Emergency Department: Feasibility and Efficacy. Respiratory Care, 57 (11) 1873-1878
Li G, Fan Y, Lai Y, Han T, Li Z, Zhou P, et al (2020). Coronavirus infections and immune
responses. J Med Virol, 92(4):424-32.
Liu F, Xu A, Zhang Y, Xuan W, Yan T, Pan K, et al. (2020). Patients of COVID-19 may benefit
from sustained lopinavir-combined regimen and the increase of eosinophil may predict the
outcome of COVID-19 progression. Int J Infect Dis; published online March 12.
Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. (2020). Air, Surface
Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination by Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a Symptomatic Patient. JAMA;
published online March 4.
PERKI (2020). Pedoman BHD dan BHJL pada COVID-19.
http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2020/4/13/pedoman_bhd_dan_bhjl_pada_
covid_19.
Referensi (Lanjutan)
PERKI (2020). Pedoman BHD dan BHJL pada COVID-19.
http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2020/4/13/pedoman_bhd_dan_bhjl_pada_
covid_19
Rothan, H. A., & Byrareddy, S. N. (2020). The epidemiology and pathogenesis of coronavirus
disease (COVID-19) outbreak. Journal of autoimmunity, 109, 102433.
Susilo A, Rumede CM, Pitoyo CW, et al (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. Juenal Penyakit Dalam Indonesia, 7, 1.
van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN, et al.
[email protected]
(2020). Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. N
Engl J Med, published online March 17.
World Health Organization (2020). Clinical management of severe acute respiratory infection
when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva: World Health
Organization.
World Health Organization (2020a). Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public
[Internet]. https://www.who.int/emergencies/diseases/ novel-coronavirus-2019/advice-for-
public.
Wu, F., Zhao, S., Yu, B. et al. (2020). A new coronavirus associated with human respiratory
disease in China. Nature 579, 265–269.
Xu Z, Shi L, Wang Y, Zhang J, Huang L, Zhang C, et al. (2020). Pathological findings of COVID-
19 associated with acute respiratory distress syndrome. Lancet Respir Med; published
online February 18.
Yang X, Yu Y, Xu J, et al (2020). Clinical course and outcomes of critically ill patients with SARS-
CoV-2 pneumonia in Wuhan, China: a single-centered, retrospective, observational study.
Lancet Respir Med.