Ca. Colon

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA CA


COLON

Fasilitator:
Imamatul Faizah, M.Tr.Kep

Oleh:
Nurul Kamilatul Hidayah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

i
2

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan laporanpraktik Keperawatan Medikal Bedah
ini yang alhamdulillah dengan tepat waktu. Laporan ini berisikan
tentang informasi “Teori Asuhan Keperawatan Pada Penderita Ca.
Colon”.
Laporan ini di tulis dengan bahasa yang sederhana berdasarkan
berbagai literatur tertentu dengan tujuan untuk mempermudah
pemahaman mengenai teori yang dibahas. Kendati demikian, tak ada
gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini
terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis terbuka
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif dari
semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surabaya , 15 April 2020

Penulis

2
3

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Ca. Colon


1. Definisi
Kolon adalah bagian terbesar dari usus besar. Panjangnya hampir 5 kaki.
Kolon memiliki empat bagian yaitu kolon ascending, transverse, descending,
dan sigmoid. Dindingnya memiliki empat lapisan utama yaitu
mukosa,submukosa, muskularis propia, dan serosa atau adventitia. Kanker
adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang abnormal, bila
hal ini terjadi di usus besar atau rectum maka disebut kanker kolorektal
(American Cancer Society,2017).
American Cancer Society(2016), menjelaskan bahwa kanker kolorektal
adalah kanker yang dimulai di usus besar atau rektum. Kanker ini juga bisa
disebut kanker usus besar atau kanker rektum, tergantung tempat bermulanya.
Kanker usus besar dan kanker rektum sering dikelompokkan bersama karna
memiliki banyak kesamaan.
Kanker kolon atau usus besar merupakan kanker yang menyerang daerah
usus besar. Perkembangan kanker ini sangat sangat lambat, sehingga serin
diabaikan oleh penderita. Pada stadium ini, sering sekali tidak ada keluhan dan
tidak ada rasa sakit yang berat. Penderita kanker jenis ini umumnya datang ke
dokter setelah timbul rasa sakit yang berlebihan (stadium lanjut), sehingga
pengobatannya menjadi sulit (Mangan,2009).
Hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma.
Adenokarsinoma adalah kanker sel yang melapisi kelenjar dan dalam kanker
usus besar, memproduksi lendir (National Comprehensive Cancer Network,
2016). Awalnya kanker kolorektal dapat muncul sebagai polip jinak

3
4

tetapidapat menjadi ganas, menginvasi dan menghancurkan jaringan normal


dan meluas ke struktur sekitarnya (Smeltzer, 2015).

2. Etiologi
Penyebab kanker kolon ini belum diketahui dengan pasti, tetepi ada
hubungannya dengan faktor makanan yang mengandung lemak tinggi, kadar
serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam kolon dengan
asam empedu dan makanan. Faktor-faktor tersebut akan memproduksi bahan
karsinogenik yang memicu kanker kolon (Wijayakusuma,2010). Selain itu ada
beberapa faktor resiko tinggi terkena kanker kolon menurut Wijayakusuma
(2010) antara lain :
a. Umur lebih dari 40 tahun dan memiliki riwayat gangguan pencernaan
b. Ada salah satu keluarga yang menderita karsinoma kolon
c. Kolitis ulseratif
d. Menderita poliposis atau ada keluarga yang menderita poliposis (multiple
polip dalam kolon)
Adapun faktor resiko dari kanker kolorektal berdasarkan National Cancer
Institute (2017) yaitu:
a. Usia
Menurut ACA (2017), resiko kanker kolorektal meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Genetik
Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama (orang tua, saudara
kandung atau anak) yang didiagnosis dengan kanker kolorektal memiliki
resiko 2 sampai 4 kali dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat
keluarga dengan penyakit tersebut.
c. Riwayat menderita adenoma berisiko tinggi (polip kolorektal yang
berukuran 1 sentimeter atau lebih besar atau memilikisel yang terlihat
abnormal di bawah mikroskop).

4
5

d. Riwayat menderita kolitis ulserativa kronis atau penyakit Crohn selama 8


tahun atau lebih. Penyakit Crohn juga sering di sebut colitis granulomatois
atau colitis transmural, merupakan peradangan di seluruh dinding
granulomatois, sedangkan colitis ulseratif secara primer adalah inflamasi
yang terbatas di selaput lendir kolon. Resiko terjadinya kanker kolon pada
Crohn lebih besar.
e. Mengonsumsi alkohol
Konsumsi alkohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari, sekitar satu
minuman) dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kolon.
Dibandingan dengan seseorang yang tidak minum alkohol dan
mengkonsumsi sesekali, seseorang yang rata-rata mengkonsumsi 2 sampai
3 minuman beralkohol perhari memiliki resiko kanker 20% lebih tinggi,
dan yang mengkonsumsi lebih dari 3 minuman perhari memilki sekitar
40% peningkatan resiko.
f. Merokok
Badan penelitian kanker internasional pada november 2009 melaporkan
bahwa merokok dapat menyebabkan kanker kolorektal. Kaitan terhadap
rektum lebih besar dibandingkan dengan kolon.
g. Gaya hidup (obesitas)
Obesitas dapat meningkatkan resiko kanker kolon yang lebih tinggi pada
pria dibandingkan wanita. Secara khusus seseorang dengan berat badan
normal, pria obesitas memiliki 50% resiko kanker kolon lebih tinggi dan
kanker rectal 20%, sedangkan wanita obesitas memiliki sekitar 20%
peningkatan resiko kanker kolon dan resiko kanker rectal 10%. Obesitas
dapat berdampak negative pada kesehatan metabolic yang merupakan
fungsi utama dari semua proses biokimia di dalam tubuh.
3. Staging kanker kolon
Staging kanker kolon yang sering digunakan adalah system TNM
(Tumor,Limphanodi, Metastase). Staging dapat dilakukan sebelum dilakukan
pengobatan. T (tumor) akan dibagi menjadi 4 skala besar yaitu T1-T4. N
(limphanodi) dan M (metastase) memiliki 2 kategori yaitu 0 atau 1 yang

5
6

menunjukkan adanya kehadiran tumor atau ketidakhadiran tumor. Staging


kanker kolon akan dibedakan sebagai berikut (Cuschieri & Hanna, 2015):
a. Stadium 0
Pada stadium ini akan ditulis T1, N0, M0 artinya kanker ganas yang
terbatas pada mukosa yang tidak menyerang submukosa.
b. Stadium 1
Pada stadium ini akan ditulis T1, N0, M0 artinya kanker ganas menyerang
submukosa, belum ada metastase.
c. Stadium II
Pada stadium IIA akan ditulis T2, N0, M0 yang artinya kanker menyerang
melalui propria muskularis ke sub serosa jaringan sekitarnya. Stadium IIB
akan ditulis T3, N0, M0 yang artinya kanker telah menembus peritonium
visceral dan menyerang organ diruang intraperitoneal.
d. Stadium III
T berapapun, N1 dan 2, M0 artinya kanker telah menyebar pada kelenjar
getah bening disekitarnya.
e. Stadium IV
T berapapun, N berapapun, M1 yang artinya kanker telah menyebar ke
organ yang lebih jauh dan menyebar pada kelenjar getah bening
disekitarnya.
4. Manifestasi Klinik
Kanker kolon seringkali dapat dideteksi degan prosedur skrining, adapun
manifestasi klinis dari kanker kolon menurut (Netwoek,2016) yaitu:
a. Anemia
b. Perdarahan pada rectum
c. Nyeri abdomen
d. Perubahan kebiasaan defekasi
e. Obstruksi usus atau perforasi
Sementara (Smeltzer,2015) menjelaskan manifestasi klinik dari kanker
kolon mauoun kanker rektum yaitu :
a. Keluarnya darah dari dalam atau pada feses

6
7

b. Penurunan berat badan dan keletihan


c. Lesi disisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang
tumpul dan melena
d. Lesi disisi kiri dikaitkan dengan obstruksi (nyeri dan kram abdomen,
penyempitan ukuran feses, konstipasi dan diare secara bergantian, feses
berdarah
e. Tanda-tanda komplikasi : obstruksi usus parsial atau komplet, ekstensi
tumor dan ulserasi ke pembuluh darah sekitar (perforasi, pembentukan
abses, peritonitis,sepsis, atau syok)
f. Dalam banyak kasus gejala tidak muncul sampai kanker kolorektal berada
dalam stadium lanjut.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat
dilihat dengan jelas pada endoskopi dan untuk menegakkan diagnosis
perlu dilakukan biopsi.
b. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yag dapat dikerjakan antara lain adalah foto dad
dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan barium enema mungkin
dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes
ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana
terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil
kemungkinan tidak terindentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara
umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
c. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker
kelenjar getah bening di abdomen dan dihati.
d. Histopatologi
Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biospi di beberapa
tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.

7
8

e. Laboratorium

8
9

6. Pathway

Faktor predisposisi

Faktor genetik Usia > 40 thn Kolitis ulseratif, merokok Konsumsi maknan yang
penyakit Crohn rendah serat, banyak lemak
Metilasi abnormal Fungsi organ Zat nikotin, tar, sumber dan protein
dari DNA karsinogenik
Material pembentukan
peristaltik usus Masuk kedalam saluran feses tidak lembut
Dispalasia pernafasan
Penurunan abs. Air, Bahan makanan, mineral,
Metaplasia vitamin,ekskresi Berdifusi bersama O2 & cairan, elektrolit
mucus, dan feses masuk kedalam tubuh menumpuk di usus
hyperplasia
Obstruksi
Tertampung dalam Menuju kolon
kolon
Preoplasia Perubahan metaplasi pada
Penurunan peristaltik dinding kolon
Terpapar dengan sel usus
karsinogen Penurunan abs. Vitain, lemak, Sel sel ganas dalam
air, natrium, & klorida usus
Meningkatkan sel
karsinogen ekresi mukus dan feses

9
10

Resiko infeksi Stadium 1 Tertumpuk


dalam kolon
Stadium 2
Perawatan luka Luka pasca
tidak intensif, bedah Stadium 3 Terpapar dalam
Stadium 4 sel karsinogen
Kerusakan Pasca
integritas kulit pembedahan
Intervensi bedah Meningkatkan
kolostomi sel karsinogen Obstruksi kolon
Supresi jaringan
Gangguan sigmoid
Ca Colon
citra diri Intervensi
radiasi dan Konstipasi Feses bertahan
Meningkatny
a kepekaan kemoterapi
Rambut rontok
sel-sel rambut Infasi jaringan dan efek
kompresi oleh tumor

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Aliran balik ke Kompresi Infiltrasi lansung ke Anoreksia Kerusakan


Mestastase melalui
vena hemoroidalis saraf lokal kandung kemih jaringan vaskular
system sirkulasi
lokal

10
11

Masuk ke paru & Vasodilatasi Nyeri dangkal Merusak jaringan Intensitas


Asupan
merusak jaringan abdominal dikandungan feses tidak
nutrisi tidak
paru-paru kemih berbentuk
Hemoroid adekuat
atau cair
Nyeri akut
Fungsi paru Fungsi kandungan Nutrisi
Tekanan
kemih kurang dari Diare
Ca. Paru
kebutuhan
Pembuluh
tubuh kelemahan
darah pecah
Kematian
Intoleransi
BAB bercampur aktivitas
darah

Aspek psikososial
Resiko defisit
volume cairan
Gangguan respon
psikologik

Gelisah, cemas

Ansieta
s

11
12

7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Salah satu penatalaksanaan surgery pada pasien kanker kolon adalah
operasi kolostomi (pembuatan stoma) (Grace & Borley,2007). Kolostomi
adalah suatu prosedur pembedahan pengalihan feses dari usus besar
dengan menarik bagian usus melalui sayatan perut lalu menjahitnya dikulit
yang sering disebut stoma. Pembuatan stoma ini dapat bersifat permanen
atau sementara tergantung tujuan dari tindakan dan kondisi kanker yang
dialami (white et al, 2012). Letak stoma tergantung dari letak massa. Ada
tiga tempat pembuatan stoma menurut Daniels & Nicoll (2012) yaitu:
a) Asending colostomy
Jika letak massa pada usus desenden. Konsistensi feses yang keluar
bertektur lebih lembut karena enzyme pencernaan masih keluar pada
bagian ini. Pengeluaran fese tidak dapat diprediksi waktunya.
b) Tranverse colostomy
Jika letak massa pada usus transversedan sigmoid. Konsistensi feses
yang keluar bertektur lembut sedikit padat karena enzyme pencernaan
sudah mulai berkurang pada bagian ini. Pengeluaran feses waktunya
tidak terduga.
c) Desending colostomy
Jika letak massa pada usus bagian desenden, rektal dan sigmoid.
Konsistensis feses yang keluar berbentuk lebih padat dan berwarna
coklat. Pengeluaran feses lebih teratur. Drainase dari kolostomi ini
lebih baik dibandingkan dengan kolostomi transverse. Pada bagian ini
enzyme pencernaan sudah tidak keluar.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan kanker secara farmakologi menggunakan
obat yang bersifat toksik yang dimasukkan melalui pembuluh darah. Obat
kemoterapi ini masuk kedalam tubuh bersifat sistemik, mengalir melalui
pembuluh darah menuju sel kanker dan organ tubuh yang sehat. pemberian

12
13

obat kemoterapi ini berdasarkan stadium kanker kolon uang diderita serta
kondisi klien dalam pemberian obat kemoterapi (Billiau, 2013).
a) Definisi dan tujuan kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel-sel tumor
dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler.
Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan dan
paliatif sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan
medikasi yang digunakan dan keagresifan rencana pengobatan. Obat
yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme
proliferasi sel, obat ini bersifat toksik bagi sel tumor maupun sel
normal yang berproliferasi khususnya pada sumsum tulang, epitel
gastrointestinal dan folikel rambut (Neal, 2009).
b) Jenis kemoterapi
Menurut Ganiswarna (2010) pemberian kemoterapi dapat diberikan
dengan satu macam atau dengan kombinasi sehingga dikenal iga maca
bentuk kemoterapi kanker yaitu :
1. Monoterapi (kemoterapi tunggal)
Monoterapi yaitu kemoterap yang dilakukan dengan satu macam
sitostatika. Sekarang banyak ditinggalkan karena polikemoterapi
memberi hasil yang lebih memuaskan.
2. Polikemoterapi (kemoterapi kombinasi)
Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat- obat yang
diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila
diberikan secara tunggal, tetapi masing-masing obat bekerja pada
fase siklus sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel
kanker yang terbunuh. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker
toksisitas. Kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau
menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obatabn ini.
3. Kemoterapi lokal

13
14

Kemoterapi lokal digunakan untuk pengobatan terhadap efusi


akibat kanker. Pengobatan langsung intra dan peri tumor serta
pengobatan intratekal.
c) Cara pemberian kemoterapi
Menurut (Miller,2008) obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara
sebagai berikut:
1. Oral
Obat kemoterapi diberiakan secara oral yaitu dalam bentuk tablet
atau kapsul, harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
2. Intramuskuler
Caranya dengan menyuntikan ke dalam otot. Pastikan untuk pindah
tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang sudah
mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam
penyembuhannya.
3. Intratekal
Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam otak
atau disuntikan ke dalan cairan tulang belakang
4. Intrakavitas
Memasukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter atau
melalui selang dada ke dal rongga pleura.
5. Intravena
Diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer,cara
ini paling banyak digunakan.
d) Siklus kemoterapi
Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk pemberian satu
kemoterapi. Untuk satu siklus umumnya setiap 3 atau 4 minggu sekali,
namun ada juga yang setiap minggu. Sudah ditentukan untuk masing-
masing jenis kanker berapa siklus harus diberikan dan berapa interval
waktu antar siklusnya. Sebagai contoh kanker kolon diberikan 6 siklus
kemoterapi dengan interval antar siklus adalah setiap 3 minggu
(Heriyadi, 2010).

14
15

Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk masing-


masing kanker. Ada yang 4 kali, 6 kali, 12 kali, dsb. Jumlah pemberian
ini tidak boleh ditawar-tawar, misalnya bila hanya diberikan satu atau
dua kali saja lalu berhenti, tidak ada manfaatnya, karena kanker tidak
akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau resisten
terhadap pemberian kemoterapi berikutnya. Selain itu efek sampingnya
juga hebat namun tidak memberikan manfaat, juga secara ekonomi
memboroskan biaya yang tidak perlu dan hanya membuang-buang
waktu saja (Heriyadi, 2010).
e) Efek samping kemoterapi
Umumnya efek samping kemoterapi meliputi gangguan saluran cerna,
mulut, lambung dan usus menyebabkan sariawan, mual, muntah, dan
diare. Penekanan sumsum tulang belakang memberi pengaruh terhadap
sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Pada kulit dan rambut
pemberian kemoterapi menyebabkan hiperpigmentasi kulit, kering dan
gatal, rambut rontok. Sedangkan dampak pada bagain genetalia
biasanya berpengaruh terhadap menstruasi dan kesuburan pada wanita,
dan berpengaruh terhadap spermatogenesis dan menurunkan nafsu
seksual pada pria. Akibat dari dampak yang tidak diinginkan atau
dampak yang tidak menguntungkan dari pemberian kemoterapi, maka
pasien akan mengalami gangguan fisik atau kelelahan fisik sehingga
akan lebih mudah mengalami stres atau kecemasan (Gale & Charetta,
2009).
c. Radioterapi
Radioterapi bertujuan membunuh sel kanker dengan menggunakan
ionizing irradiation. Radioterapi mempunyai peran yang tidak begitu besar
dalam pengobatan kanker kolon, karena berpotensi melukai pembuluh
darah abdominal. Radioterapi diberikan sesuai dengan stadium kanker
kolon dan kondisi klien. Radioterapi dapat diberikan dengan terapi tunggal
atau dikombinasikan dengan pemberian kemoterapi (Billiau,2013)

15
16

8. Komplikasi
Komplikasi bisa muncul akibat proses pengobatan. Komplikasi tersebut antara
lain :
a. Retensi urine
b. Kebocoran dari lokasi bedah
c. Nyeri
d. Reaksi alergi kulit atau sensasi terbakar
e. Penyumbatan mekanis (penyempitan)
f. Perdarahan dan radionekrosis (kerusakan jaringan akibat energi radiasi)
g. Mual dan muntah
h. Diare
i. Ketidakmampuan melawan infeksi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses
keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau
perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada, (Azmi Alimul, 2010). Hal-hal
yang perlu dikaji pada tahapan ini adalah:
a. Identitas pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain:
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Agama, Status
mental, Suku, Keluarga atau orang terdekat, Alamat, Nomor
Regristasi.
b. Aktivitas/ Istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak
nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan
penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola
istirahat dan tidur.
c. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja,

16
17

perubahan pada tekanan darah, hipotensi postural,


takikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin.
d. Integritas Ego
1) Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
factor stress.
2) Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
kontineu perhatian, tangisan yang meledak, otot muka
tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
e. Eliminasi
1) Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi
perubahan defekasi, konstipasi, dan diare.
2) Pada pasien dengan kanker kolorektal dapat dilakukan
pemeriksaan fisik
3) Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat
metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal,
pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula,
pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut
dan colok dubur.
f. Makanan atau Cairan
1) Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
2) Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema.
g. Neurosensori
1) Gejala: keluhan pusing, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, gangguan penglihatan, episode epistaksis.
2) Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan
genggaman, perubahan retinal optic.
h. Nyeri atau Ketidaknyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen.

17
18

i. Pernapasan
1) Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea, ortopnea, dispnea nocyural proksirnal, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.

j. Keamanan
1) Gejala: pemanjanan pada kimia toksik, karsinogen,
pemanjanan matahari lama atau berlebihan, gangguan
koordinasi, cara jalan.
2) Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
k. Seksualitas
Gejala : masalah seksual misalnya dampak pada hubungan
perubahan pada tingkat kepuasan.
l. Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/ kelemahan sistem pendukung
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan mengeluh nyeri di perut bagian bawah
b. Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang sering, cair dan
tidakberbentuk
c. Ansietas berhubungan dengan merasa khawatir dengan akibat dan
kondisi yang dihadapi

18
19

3. Intervensi keperawatan

No Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi


. Keperawatan Indonesia Indonesia (SLKI) Keperawatan Indonesia (SIKI)
(SDKI)
1. BAB : IV Tingkat Nyeri (L.08066) Perawatan Nyeri (I.08238)
Kategori : Psikologis
Sub Kategori : Nyeri dan Definisi: Definisi:
Kenyamanan Pengalaman sensorik atau emosional Mengidentifikasi dan mengelola
Kode : D.0077 yang berkaitan dengan kerusakan pengalaman sensorik atau
Nyeri Akut jaringan aktual atau fungsional dengan emosional dengan onset
Definisi: onset mendadak atau lambat dan mendadak atau lambat dan
Pengalaman sensorik atau berintensitas ringan hingga berat dan berintensitas ringan hingga berat
emosional yang berkaitan konsisten. dan konsisten.
dengan kerusakan jaringan Ekspektasi: Menurun Tindakan
aktual atau fungsional, dengan Kriteria Hasil: Observasi
onset mendadak atau lambat dan 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
berintegritas ringan hingga berat Keterangan: durasi, frekwensi, kualitas,
yang berlangsung kurang dari 3 1 = Menurun intensitas nyeri
bulan. 2 = Cukup Menurun 2. Identifikasi skala nyeri
Penyebab 3 = Sedang 3. Identivikasi respon nyeri non
1. Agen pencedra fisiologis (mis, 4 = Cukup Meningkat verbal
inflamasi, iskemia, neoplasma) 5 = Meningkat 4. Identifikasi faktor yang
2. Agen pencedra kimiawi (mis, 2. Keluhan nyeri memperberat dan
terbakar, bahan kimia iritan) 3. Meringis memperingan nyeri
3. Agen pencedra fisik (mis, 4. Sikap protektif 5. Identifikasi pengetahuan dan
abses amputasi terbakar, 5. Gelisah keyakinan tentang nyeri
terpotong, mengangkat beban 6. Kesulitan tidur 6. Identifikasi pengaruh budaya
berat, prosedur operasi, 7. Menarik diri terhadap respon nyeri
trauma latihan fisik yang 8. Berfokus pada diri sendiri 7. Identifikasi pengaruh nyeri
berlebihan) 9. Diaforesis terhadap kualitas hidup
Gejala dan Tanda Mayor 10. Perasaan depresi (tertekan) 8. Monitor keberhasilan terapi

19
20

a. Subjektif 11. Perasaan takut mengalami komplementer yang sudah


1. Mengeluh nyeri cedera berulang diberikan
b. Objektif 12. Anoreksia 9. Monitor efek samping
1. Tampak meringis 13. Perineum terasa tertekan penggunaan analgetik
2. Bersikap protektif (mis. 14. Uterus teraba membulat Terapeutik
Waspada, posisi 15. Ketegangan otot 1. Berikan teknik non
menghindari nyeri) 16. Pupil dilatasi farmakologis untuk
3. Gelisah 17. Muntah mengurangi rasa nyeri (mis.
4. Frekwensi nadi meningkat 18. Mual TENS, hypnosis, akupresur,
5. Sulit Tidur Keterangan: terapi musik, biofeedback,
Gejala dan Tanda Minor 1 = Meningkat terapi pijat, aroma terapi,
a. Subjektif 2 = Cukup Meningkat teknik imajinasi terbimbing,
(tidak tersedia) 3 = Sedang kompres hangat atau dingin,
b. Objektif 4 = Cukup Menurun terapi bermain)
1. Tekanan darah meningkat 5 = Menurun 2. Kontrol lingkungan yang
2. Pola napas berubah 19. Frekwensi nadi memperberat rasa nyeri (mis.
3. Nafsu makan berubah 20. Pola napas Suhu ruangan, pencahayaan,
4. Proses berfikir terganggu 21. Tekanan darah dan kebisingan)
5. Menarik diri 22. Proses berpikir 3. Fasilitasi istirahat tidur
6. Berfokus pada diri sendiri 23. Fokus 4. Pertimbangkan jenis dan
7. Diaforesis 24. Fungsi berkemih sumber nyeri dalam pemilihan
Kondisi Klinis Terkait 25. Perilaku strategi meredakan nyeri
1. Kondisi pembedahan 26. Nafsu makan Edukasi
2. Cedera traumatis 27. Pola tidur 1. Jelaskan penyebab, periode,
3. Infeksi Keterangan: dan pemicu nyeri
4. Sindroma coroner akut 1 = Memburuk 2. Jelaskan strategi meredahkan
5. Glaukoma 2 = Cukup Memburuk nyeri
3 = Sedang 3. Anjurkan memonitor nyeri
4 = Cukup Membaik secara mandiri
5 = Membaik 4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik non
farmakologis untuk

20
21

mengurangi rasa nyeri


Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. BAB : IV Eliminasi Fekal (L.04033) Manajemen Diare (1.03101)
Kategori : Fisiologis Definisi: Definisi:
Sub Kategori : Nutrisi dan Proses defekasi normal yang disertai Mengidentifikasi dan mengelola
Cairan dengan pengeluaran feses mudah dan diare dan dampaknya
Kode : D.0020 kosistensi, frekuensi serta bentuk feses Tindakan
Diare normal. Observasi
Definisi: Ekspektasi: Membaik 1. Identifikasi penyebab diare
Pengeluaran feses yang sering, Kriteria Hasil: (mis. Inflamsi gastrointestinal,
lunak, dan tidak berbentuk. 1. Kontrol pengeluaran feses iritasi gastrointestinal, infeksi,
Penyebab Keterangan : malabsorpsi, ansietas, stres,
Fisiologis 1 = Menurun efek obat-obatan, pemberian
1. Inflamasi gastrointestinal 2 = Cukup Menurun botol susu)
2. Iritasi gastrointestinal 3 = Sedang 2. Indetifikasi pemberian
3. Proses infeksi 4 = Cukup Meningkat makanan
4. Malabsorpsi 5 = Meningkat 3. Monitor warna, volume,
Psikologis 2. Keluhan defekasi lama dan sulit frekuensi, dan konsitensi tinja.
1. Kecemasan mengejan saat defekasi 4. Monitor jumlah pengeluran
2. Tingkat stres tinggi 3. Distensi abdomen diare
Gejala dan Tanda Mayor 4. Teraba massa pada rektal
a. Subjektif 5. Urgency Terapeutik
(tidak tersedia ) 6. Nyeri abdomen 1. Berikan asupan cairan oral
b. Objektif 7. Kram abdomen 2. Pasang jalur intravena
1. Defekasi lebih dari tiga kali Keterangan:
dalam 24 jam 1 = Menurun Edukasi
2. Feses lembek atau cair 2 = Cukup Menurun 3. Anjurkan menghindari makan
Gejala dan Tanda Minor 3 = Sedang pembentuk gas, pedas dan
c. Subjektif 4 = Cukup Meningkat mengandung laktosa
1. Urgency 5 = Meningkat
2. Nyeri/ kram abdomen 8. Konsistensi feses

21
22

d. Objektif 9. Frekuensi defekasi


1. Frekuensi peristaltik 10. Peristalitik usus
meningkat Keterangan:
2. Bising usus hiperaktif 1 = Meningkat
Kondisi Klinis Terkait 2 = Cukup Meningkat
1. Kanker kolon 3 = Sedang
2. Diverticulitis 4 = Cukup Menurun
3. Iritasi usus 5 = Menurun
4. Crohn’s disease
5. Ulkus peptikum
6. Gastritis
7. Spasme kolon
8. Kolitis ulseratif
9. Hipertiroidisme
10. Demam typoid
11. Malaria
12. Sigelosis
13. Kolera
14. Disentri
15. Hepatitis
3. BAB : IV Tingkat Ansietas (L.09093) Terapi Relaksasi (1.09326)
Kategori : Fisiologis Definisi:
Sub Kategori : Integritas Ego Kondisi emosi dan pengalaman Definisi:
Kode : D.0080 subjektif individu terhadap objek yang Menggunakan tehnik peregangan
Ansietas tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi untuk mengurangi tanda dan
Definisi: bahaya yang memungkinkan individu gejala ketidaknyamanan seperti
Kondisi emosi dan pengalaman melakukan tindakan untuk menghadapi nyeri, ketegangan otot, atau
subjektif individu terhadap objek ancaman kecemasan.
yang tidak jelas dan spesifik Ekspektasi: Menurun Tindakan
akibat antisipasi bahaya yang Kriteria Hasil: Observasi
memungkinkan individu 1. Verbalisasi kebingungan 1. Identifikasi penurunan tingkat
melakukan tindakan untuk 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi energi, ketidakmampuan
menghadapi ancaman yang dihadapi berkonsentrasi, atau gejala lain

22
23

Penyebab 3. Perilaku gelisah yang mengganggu


1. Ancaman terhadap konsep diri 4. Perilaku tegang kemampuan kognitif.
2. Ancaman terhadap kematian 5. Tekanan darah 2. Identifikasi tehnik relaksasi
3. Kekhawatiran mengalami Keterangan: yang pernah efektif digunakan
1 = Meningkat 3. Monitor respons terhadap
kegagalan Gejala dan Tanda
2 = Cukup Meningkat terapi relaksasi
Mayor 3 = Sedang Terapeutik
a. Subjektif 4 = Cukup Menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang
1. merasa bingung 5 = Menurun dan tanpa gangguan dengan
2. merasa khawatir dengan 6. Konsentrasi pencahayaan dan suhu yang
kondisi yang dihadapi 7. Perasaan keberdayaan nyaman jika memungkinkan
b. Objektif Keterangan: 2. Berikan informasi tertulis
1. Tampak gelisah 1 = Menurun tentang persiapan dan
2. Tampak tegang 2 = Cukup Menurun prosedur tehnik relaksasi
Gejala dan Tanda Minor 3 = Sedang 3. Gunakan suara yang lembut
a. Subjektif 4 = Cukup Meningkat dengan irama lambat dan
1. Merasa tidak berdaya 5 = Meningkat berirama
b. Objektif Edukasi
1. Tekanan darah meningkat 1. Tujuan, manfaat, batasan dan
Kondisi Klinis Terkait jenis relaksasi yang tersedia
1. Penyakit kronis (mis, kanker, 2. Jelaskan secara rinci intervensi
penyakit autoimun) relaksasi yang pilih
2. Penyakit akut 3. Anjurkan rileks dan merasakan
3. Hospitalisasi sesasi relaksasi
4. Rencana operasi 4. Anjurkan mengambil posisi
5. Kondisi diagnosis belum jelas nyaman
6. Penyakit neutologis 5. Anjurkan sering mengulangi
7. Tahap tumbuh kembang atau melatih tehnik yang dipilih

23
24

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari

masalah atau status kesehatan yang dihadapinya kestatus

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang

diberikan kepada pasien dengan lingkungan, pengobatan,

tindakan untuk memperbaiki kondisi, tindakan untuk

keluarga pasien atau tindakan untuk mencegah masalah

kesehatan yang muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan

pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan

rencana keperawatan, perawat harus mempunyai

kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam

hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan

tindakan.

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nikmatur Rohmah &

Saiful Walid, 2014). Proses pelaksanaan implementasi harus

berpusat pada kebutuahn pasien, faktor-faktor lain yang

mempunyai kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan dan kegiatan komunikasi.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil diamati) dengan tujuan dan

24
25

kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur


Rohmah & Saiful Walid, 2014). Melalui kegiatan evaluasi, kita
dapat menilai capaian tujuan yang diharapkan dan tujuan
yang telah dicapai oleh keluarga. Apabila tercapai sebagian
atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu
melakukan

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2017). Colorectal Cancer. Facts & Figures 2017-
2019. Atlanta: American Cancer Society.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Douchterman, J. M., & Wagner, C, M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsivier
Herdman, T. H,. & Kamitsuru, S. (2015). Nanda Internasional Inc. Nursing
Diagnoses : Definitions & Classification 2015-2017. Jakarta: EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E.(2013). Nursing
Outcomes Clasifications (NOC). Singapore: Elsevier
Smeltzer, S, C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta
: EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia Definisi dan Kriteria hasil Kepreawatan. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

25
26

26

Anda mungkin juga menyukai