Ca. Colon
Ca. Colon
Ca. Colon
Fasilitator:
Imamatul Faizah, M.Tr.Kep
Oleh:
Nurul Kamilatul Hidayah
i
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan laporanpraktik Keperawatan Medikal Bedah
ini yang alhamdulillah dengan tepat waktu. Laporan ini berisikan
tentang informasi “Teori Asuhan Keperawatan Pada Penderita Ca.
Colon”.
Laporan ini di tulis dengan bahasa yang sederhana berdasarkan
berbagai literatur tertentu dengan tujuan untuk mempermudah
pemahaman mengenai teori yang dibahas. Kendati demikian, tak ada
gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini
terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis terbuka
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif dari
semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
2
3
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
3
4
2. Etiologi
Penyebab kanker kolon ini belum diketahui dengan pasti, tetepi ada
hubungannya dengan faktor makanan yang mengandung lemak tinggi, kadar
serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam kolon dengan
asam empedu dan makanan. Faktor-faktor tersebut akan memproduksi bahan
karsinogenik yang memicu kanker kolon (Wijayakusuma,2010). Selain itu ada
beberapa faktor resiko tinggi terkena kanker kolon menurut Wijayakusuma
(2010) antara lain :
a. Umur lebih dari 40 tahun dan memiliki riwayat gangguan pencernaan
b. Ada salah satu keluarga yang menderita karsinoma kolon
c. Kolitis ulseratif
d. Menderita poliposis atau ada keluarga yang menderita poliposis (multiple
polip dalam kolon)
Adapun faktor resiko dari kanker kolorektal berdasarkan National Cancer
Institute (2017) yaitu:
a. Usia
Menurut ACA (2017), resiko kanker kolorektal meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Genetik
Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama (orang tua, saudara
kandung atau anak) yang didiagnosis dengan kanker kolorektal memiliki
resiko 2 sampai 4 kali dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat
keluarga dengan penyakit tersebut.
c. Riwayat menderita adenoma berisiko tinggi (polip kolorektal yang
berukuran 1 sentimeter atau lebih besar atau memilikisel yang terlihat
abnormal di bawah mikroskop).
4
5
5
6
6
7
7
8
e. Laboratorium
8
9
6. Pathway
Faktor predisposisi
Faktor genetik Usia > 40 thn Kolitis ulseratif, merokok Konsumsi maknan yang
penyakit Crohn rendah serat, banyak lemak
Metilasi abnormal Fungsi organ Zat nikotin, tar, sumber dan protein
dari DNA karsinogenik
Material pembentukan
peristaltik usus Masuk kedalam saluran feses tidak lembut
Dispalasia pernafasan
Penurunan abs. Air, Bahan makanan, mineral,
Metaplasia vitamin,ekskresi Berdifusi bersama O2 & cairan, elektrolit
mucus, dan feses masuk kedalam tubuh menumpuk di usus
hyperplasia
Obstruksi
Tertampung dalam Menuju kolon
kolon
Preoplasia Perubahan metaplasi pada
Penurunan peristaltik dinding kolon
Terpapar dengan sel usus
karsinogen Penurunan abs. Vitain, lemak, Sel sel ganas dalam
air, natrium, & klorida usus
Meningkatkan sel
karsinogen ekresi mukus dan feses
9
10
B1 B2 B3 B4 B5 B6
10
11
Aspek psikososial
Resiko defisit
volume cairan
Gangguan respon
psikologik
Gelisah, cemas
Ansieta
s
11
12
7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Salah satu penatalaksanaan surgery pada pasien kanker kolon adalah
operasi kolostomi (pembuatan stoma) (Grace & Borley,2007). Kolostomi
adalah suatu prosedur pembedahan pengalihan feses dari usus besar
dengan menarik bagian usus melalui sayatan perut lalu menjahitnya dikulit
yang sering disebut stoma. Pembuatan stoma ini dapat bersifat permanen
atau sementara tergantung tujuan dari tindakan dan kondisi kanker yang
dialami (white et al, 2012). Letak stoma tergantung dari letak massa. Ada
tiga tempat pembuatan stoma menurut Daniels & Nicoll (2012) yaitu:
a) Asending colostomy
Jika letak massa pada usus desenden. Konsistensi feses yang keluar
bertektur lebih lembut karena enzyme pencernaan masih keluar pada
bagian ini. Pengeluaran fese tidak dapat diprediksi waktunya.
b) Tranverse colostomy
Jika letak massa pada usus transversedan sigmoid. Konsistensi feses
yang keluar bertektur lembut sedikit padat karena enzyme pencernaan
sudah mulai berkurang pada bagian ini. Pengeluaran feses waktunya
tidak terduga.
c) Desending colostomy
Jika letak massa pada usus bagian desenden, rektal dan sigmoid.
Konsistensis feses yang keluar berbentuk lebih padat dan berwarna
coklat. Pengeluaran feses lebih teratur. Drainase dari kolostomi ini
lebih baik dibandingkan dengan kolostomi transverse. Pada bagian ini
enzyme pencernaan sudah tidak keluar.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan kanker secara farmakologi menggunakan
obat yang bersifat toksik yang dimasukkan melalui pembuluh darah. Obat
kemoterapi ini masuk kedalam tubuh bersifat sistemik, mengalir melalui
pembuluh darah menuju sel kanker dan organ tubuh yang sehat. pemberian
12
13
obat kemoterapi ini berdasarkan stadium kanker kolon uang diderita serta
kondisi klien dalam pemberian obat kemoterapi (Billiau, 2013).
a) Definisi dan tujuan kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel-sel tumor
dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler.
Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan dan
paliatif sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan
medikasi yang digunakan dan keagresifan rencana pengobatan. Obat
yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme
proliferasi sel, obat ini bersifat toksik bagi sel tumor maupun sel
normal yang berproliferasi khususnya pada sumsum tulang, epitel
gastrointestinal dan folikel rambut (Neal, 2009).
b) Jenis kemoterapi
Menurut Ganiswarna (2010) pemberian kemoterapi dapat diberikan
dengan satu macam atau dengan kombinasi sehingga dikenal iga maca
bentuk kemoterapi kanker yaitu :
1. Monoterapi (kemoterapi tunggal)
Monoterapi yaitu kemoterap yang dilakukan dengan satu macam
sitostatika. Sekarang banyak ditinggalkan karena polikemoterapi
memberi hasil yang lebih memuaskan.
2. Polikemoterapi (kemoterapi kombinasi)
Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat- obat yang
diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila
diberikan secara tunggal, tetapi masing-masing obat bekerja pada
fase siklus sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel
kanker yang terbunuh. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker
toksisitas. Kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau
menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obatabn ini.
3. Kemoterapi lokal
13
14
14
15
15
16
8. Komplikasi
Komplikasi bisa muncul akibat proses pengobatan. Komplikasi tersebut antara
lain :
a. Retensi urine
b. Kebocoran dari lokasi bedah
c. Nyeri
d. Reaksi alergi kulit atau sensasi terbakar
e. Penyumbatan mekanis (penyempitan)
f. Perdarahan dan radionekrosis (kerusakan jaringan akibat energi radiasi)
g. Mual dan muntah
h. Diare
i. Ketidakmampuan melawan infeksi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses
keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau
perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada, (Azmi Alimul, 2010). Hal-hal
yang perlu dikaji pada tahapan ini adalah:
a. Identitas pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain:
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Agama, Status
mental, Suku, Keluarga atau orang terdekat, Alamat, Nomor
Regristasi.
b. Aktivitas/ Istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak
nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan
penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola
istirahat dan tidur.
c. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja,
16
17
17
18
i. Pernapasan
1) Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea, ortopnea, dispnea nocyural proksirnal, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.
j. Keamanan
1) Gejala: pemanjanan pada kimia toksik, karsinogen,
pemanjanan matahari lama atau berlebihan, gangguan
koordinasi, cara jalan.
2) Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
k. Seksualitas
Gejala : masalah seksual misalnya dampak pada hubungan
perubahan pada tingkat kepuasan.
l. Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/ kelemahan sistem pendukung
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan mengeluh nyeri di perut bagian bawah
b. Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang sering, cair dan
tidakberbentuk
c. Ansietas berhubungan dengan merasa khawatir dengan akibat dan
kondisi yang dihadapi
18
19
3. Intervensi keperawatan
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
tindakan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil diamati) dengan tujuan dan
24
25
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2017). Colorectal Cancer. Facts & Figures 2017-
2019. Atlanta: American Cancer Society.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Douchterman, J. M., & Wagner, C, M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsivier
Herdman, T. H,. & Kamitsuru, S. (2015). Nanda Internasional Inc. Nursing
Diagnoses : Definitions & Classification 2015-2017. Jakarta: EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E.(2013). Nursing
Outcomes Clasifications (NOC). Singapore: Elsevier
Smeltzer, S, C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta
: EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
25
26
26