LAPRAK FISWAN Analisa Semen
LAPRAK FISWAN Analisa Semen
LAPRAK FISWAN Analisa Semen
ANALISIS SEMEN
173112620150047
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
ANALISIS SEMEN
Semen merupakan cairan putih atau abu-abu yang dikeluarkan dari uretra pada
saat ejakulasi. Sperma terdapat atau bagian dari semen disamping cairan-cairan lainya.
Kuantitas dan kualitas penting sekali dalam fungsi reproduksi. Pada semen yang baik,
sperma akan dapat survive, berenang dan akhirnya mencapai sel ovum di saluran
reproduksi wanita. Sperma dan ovum akan bersatu dalam suatu proses yang disebut
fertilisasi (pembuahan) membentuk zygot. Zygot inilah calon individu baru yang
mewarisi setengah sifat ayah dan setengah sifat ibu.
a. Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi
(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel
sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
b. Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan
segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II. Sitokenesis pada
meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih
berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan
spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis
kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum,
maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan.
Cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, yakni semen (air mani),
mengandung sperma dan sekret vesikula seminalis, prostat, kelenjar Cowper, dan
mungkin kelenjar uretra. Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL setelah
beberapa hari tidak dikeluarkan. Volume semen dan hitung sperma menurun cepat bila
ejakulasi berkurang. Walaupun hanya diperlukan satu sperma untuk membuahi ovum,
setiap milliliter semen normalnya mengandung 100 juta sperma. Lima puluh persen
pria dengan hitung sperma 20-40 juta/mL dan pada dasarnya, semua pria dengan nilai
hitung yang kurang dari 20 juta/mL dianggap mandul. Adanya banyak spermatozoa
yang immotil atau cacat juga berkorelasi dengan infertilitas. Prostaglandin dalam
semen, yang sebenarnya berasal dari vesikula seminalis, kadarnya cukup, namun fungsi
turunan asam lemak in di dalam semen tidak diketahui.
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada
kasus infertilitas. Tujuan analisis semen adalah untuk mengetahui kondisi sperma,
hasilnya dapat menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil. Perkiraan
kompetensi fungsional sperma dapat dievaluasi melalui analisis semen. Empat kategori
utama cacat sperma mengarah ke diagnosis infertilitas laki-laki adalah jumlah sperma
yang sedikit (oligozoospermia), masalah pada motilitas sperma (asthenozoospermia),
cacat morfologi sperma (teratozoospermia), dan tidak adanya sperma dalam semen
(azoospermia), yang mungkin terjadi karena kurangnya produksi atau obstruksi.
Motilitas sperma adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam penentuan
sperma normal. Sperma yang normal memiliki lebih dari atau sama dengan 25%
motilitas yang progresif (A) atau lebih dari atau sama dengan 50% motilitas yang
progresif + motilitas non progresif (A+B). Beberapa faktor yang memengaruhi
motilitas sperma adalah usia, berat badan, stres, konsumsi alkohol, pekerjaan, radiasi
gelombang elektromagnetik, dan infeksi. Infeksi organ reproduksi laki-laki akan
meningkatkan jumlah leukosit di cairan semen yang nantinya memengaruhi motilitas
sperma.
1. Kepala
Pada bagian ini, sperma mengandung suatu lapisan tipis sitoplasma dan sebuah
inti berbentuk lonjong dan hampir mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian
depan disebut acrosom (memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dari
acrosin dan hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi) dan bagian belakang
dinamakan sentriol.
2. Leher
Daerah ini merupakan bagian yang penting dan mengndung sentriol depan dan
bagian depan filament poros.
3. Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitokondria dan sentriol
belakang berbentuk cincin, sehingga bagian badan ini disebut sebagai tenaga pusat
sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat
dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam
bentuk ATP.
4. Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor
mengandung banyak filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung
sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari Fibril-fibril yang seperti
cilia yang tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan
fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.
A. Pemeriksaan makroskopik
1. Warna semen
cairan semen yang sudah ada di amati warnanya. Warna semen yang normal ialah
warna lem kanji encer atau putih keabu-abuan. Makin banyak mengandung
spermatozoa, maka warna semakin gelap. Sebaliknya, jika sedikit atau tidak ada sama
sekali, maka semen terlihat bening jernih.
2. Bau semen
cairan semen yang ada di amati baunya dengan cara di angin-anginkan. Bau
semen ketika baru diejakulasi ialah khas, tajam, tidak busuk. Hal ini disebabkan oleh
oksidasi zat spermin yang dihasilkan oleh kelenjar prostat.
3. pH
Setetes sperma disebarkan secara merata diatas kertas Ph (kisaran Ph 6,4 – 8).
Setelah 30 detik warna daerah yang dibasahi akan merata dan kemudian dibandingkan
dengan skala PH universal. Jika pH semen > 8 maka hal tersebut menunjukan adanya
radang akut pada kelenjar atau pada epididimis.
4. Viskositas
Mencelupkan tusuk gigi ke semen yang diteteskan ke atas gelas objek, semen
diangkat secara pelan-pelan, diukur tinggi benang yang tertarik oleh tusuk gigi sampai
batas putus. Viskositas normal bila panjang benang sekitar 3-5 cm.
5. Volume
Volume harus diukur dengan suatu gelas ukur, atau dengan cara menyedot
seluruh siapan ke dalam suatu semprit atau pipet ukur. tumpahkan cairan semen yang
diperoleh pada gelas ukur, kemudian baca volume yang diperoleh. Volume normal
dalam sekali ejakulasi adalah 2-3 ml. jika < 1 ml, kemungkinan ada kelainan pada
kelenjar prostat.
6. Likuifaksi
Semen dianalisis setelah mengalami likuifaksi, biarkan semen sekitar 20 menit.
Semen mengalami likuifaksi karena adanya enzim lisis seminin yang dihasilkan oleh
kelenjar prostat.
B. Pemeriksaan Mikroskopik
1. Gerak sperma (Motility)
Semen diteteskan diatas kaca objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan
kaca tutup. Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40. Motilitas setiap
sperma yang dijumpai dicatat. Biasanya diamati pada beberapa lapang pandang
terhadap 100 ekor spermatozoa ( jumlah total presentase adalah 100%).
Motilitas digolongkan menjadi beberapa kriteria sbb :
Progresif lurus : beregerak lurus kedepan lincah dan cepat
Progresif lambat : bergerak ke depan tetapi lambat.
Gerak di tempat : gerakan tidak menunjukkan perpindahan tempat, biasanya
bergetar di tempat, berputar atau melompat.
Tidak bergerak : tidak ada gerakan sama sekali atau diamditempat.
2. Jumlah spermatozoa
Semen yang sudah mencair dihisap dengan pipet leukosit sampai angka 0,5 lalu
diteruskan dengan menghisap aquades hingga angka 11, lalu dikocok sampai homogen.
Cairan yang dihomogenkan dimasukkan ke dalam bilik hitung, periksa dibawah
mikroskop. Jumlah normal ± 70-100 juta/ml (normospermia). Jika >250 juta/ml maka
disebut polizoospermia, jika < 40 juta/ml disebut oligozoospermia, dan jika 0/ml maka
disebut azoospermia.
V. Hasil percobaan
Nama OP : Mr. X
Umur : 25 thn
Tanggal Pemeriksaan : 7 jan 2020
Waktu Pemeriksaan : 13:25
Normal
100%
Abnormal 0%
Kepala Normal
Inti Tidak pecah
Ekor Pendek
10 Gambar spermatozoa normal dan abnormal
VI. Pembahasan
Dari hasil praktikum didapatkan warna sperma yang putih keabu-abuan, hal ini
menunjukkan bahwa warna sperma normal karena warna sperma yang normal adalah
seperti lem kanji encer yaitu putih keabu-abuan. Volume sampel sperma Mr.X adlah
sebesar 10ml. Bau semen ketika baru diejakulasi ialah khas, tajam, tidak busuk. Hal ini
disebabkan oleh oksidasi zat spermin yang dihasilkan oleh kelenjar prostat. pH yang
didapat adalah 9, Jika pH semen > 8 maka hal tersebut menunjukan adanya radang akut
pada kelenjar atau pada epididimis. Viskositas yang didapat normal bila panjang
benang sekitar 3-5 cm. semen mengalami likuifaksi setelah didiamkan selama 15 menit,
Semen mengalami likuifaksi karena adanya enzim lisis seminin yang dihasilkan oleh
kelenjar prostat. jumlah spermatozoanya termasuk kedalam normospermia, yaitu
sebanyak 88 juta/ml (normal). Morfologi spermatozoa terlihat normal.
VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada sperma yang
telah diamati didapatkan sperma dengan pH >8, dimana mengindikasikan bahwa
adanya radang akut pada kelenjar atau pada epididimis. Viskositas pada sperma
adalah normal, yaitu 3 cm. likuifaksinya normal, yaitu 15 menit. Motilitas
spermatozoanya aktif. Dan jumlah spermatozoanya termasuk kedalam normospermia,
yaitu sebanyak 88 juta/ml.
Daftar pustaka
Adnan. 2008. Fisiologi Hewan. Makassar: Universitas Negeri Makassar Press,
Departemen Biologi Kedokteran FKUI. 2005. Standarisasi Analisis Semen dan
Interpretasi Hasil. Workshop. Hotel Borobudur, Jakarta.
Ganong, W.F. 2002. Fisiologi kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Alih
bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sulastri. 2016. Laporan Praktikum Fisiologi Manusia; Analisis Semen. Universitas
Nasional. Jakarta.
Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.