Inflasi Stabilitas Nilai Uang Domestik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN KE VII

Inflasi dan Nilai Tukar


Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah tetap terkendali di periode ketidakpastian
global yang meningkat pada 2018. Respons antisipatif kebijakan moneter Bank
Indonesia, serta koordinasi erat dengan Pemerintah dan otoritas lainnya
berkontribusi pada perkembangan tersebut. Respons kebijakan yang ditempuh
bersamaan dengan perbaikan struktural karakter inflasi juga mendorong inflasi
2018 tetap rendah dalam rentang sasaran 3,5±1%.

2018
PERTEMUAN KE VII
Inflasi dan Nilai Tukar

K
etidakpastian global yang tinggi dan tukar Rupiah pada triwulan IV 2018. Aliran masuk modal
memberikan tekanan kepada neraca asing kembali meningkat pada triwulan IV 2018 sejalan
pembayaran Indonesia (NPI) banyak
memengaruhi dinamika nilai tukar
Rupiah pada 2018. Ketidakpastian tersebut dipicu
oleh berlanjutnya kenaikan Federal Funds Rate
(FFR) dan ketidakpastian pasar keuangan global.
Kondisi ini mengakibatkan aliran masuk modal
asing ke negara
berkembang berkurang, termasuk Indonesia. Akibatnya,
nilai tukar Rupiah mengalami tekanan sampai dengan
Oktober 2018, dengan tekanan terbesar terjadi pada
Juli 2018. Tekanan depresiasi terhadap Rupiah juga
searah dengan pelemahan banyak mata uang negara
berkembang lain, sejalan dengan dampak ketidakpastian
global yang meningkat tersebut.

Bank Indonesia menempuh langkah antisipatif untuk


menjaga stabilitas perekonomian, khususnya nilai
tukar Rupiah. Sebagaimana disampaikan secara
lengkap pada Bab 5, kebijakan moneter ditempuh
secara pre-emptive, front loading, dan ahead of the
curve guna menjaga daya tarik aset pasar keuangan
Indonesia dan mengendalikan defisit transaksi berjalan
berada pada level yang sehat. Suku bunga kebijakan,
Bank Indonesia 7-Day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR),
naik 175 basis points (bps) sepanjang 2018. Kebijakan
nilai tukar juga ditempuh untuk menjaga stabilitas nilai
tukar sesuai nilai fundamentalnya, dengan tetap
mendorong mekanisme pasar. Kebijakan nilai
tukar turut didukung oleh inisiatif pendalaman pasar
keuangan termasuk pemberlakuan transaksi
domestic non-deliverable forward (DNDF) mulai 1
November 2018, yang secara tidak langsung
memengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah menjadi
lebih stabil. Kebijakan
nilai tukar ditopang pula upaya untuk menjaga
kecukupan likuiditas di pasar valas domestik
sehingga meminimalkan risiko lanjutan kepada nilai
tukar Rupiah. Terakhir, Bank Indonesia terus
memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan
otoritas terkait dan mendukung serangkaian
kebijakan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) untuk pengendalian defisit transaksi berjalan
melalui peningkatan ekspor dan pengendalian impor.

Respons kebijakan yang ditempuh dalam


perkembangannya mendukung terkendalinya nilai

56 | PERTEMUAN KE VII | EKONOMI MAKRO


dengan interest rate differential yang tetap 2018. Perkembangan yang tidak menguntungkan
menarik dan prospek perekonomian domestik tersebut kemudian meningkatkan perilaku risk averse
yang stabil. penempatan dana di negara
Impor juga mulai melambat sejalan dengan
dampak penyesuaian ekonomi terhadap nilai
tukar yang bergerak fleksibel. Perkembangan ini
pada gilirannya mendorong NPI triwulan IV 2018
mencatat surplus dan akhirnya mendorong
Rupiah kembali dalam tren menguat. Secara
keseluruhan tahun, Rupiah pada 2018 secara
rerata melemah 6,05% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan pelemahan mata uang lain
dan diikuti dengan volatilitas yang lebih
terkendali.

Di tengah kondisi meningkatnya tekanan


terhadap nilai tukar Rupiah, inflasi 2018 tetap
rendah dan terkendali dalam sasaran
3,5±1%. Inflasi indeks harga konsumen (IHK)
pada akhir 2018 tercatat 3,13% (yoy),
sehingga dalam 4 tahun berturut-turut berada
dalam
kisaran sasaran. Di satu sisi, faktor siklikal
seperti harga komoditas pangan global yang
menurun dan permintaan yang terkendali
memengaruhi tekanan inflasi yang terus
menurun (Diagram 4.1). Di sisi lain, perbaikan
struktural karakter inflasi Indonesia juga
berpengaruh positif, seperti kebijakan moneter
yang konsisten, struktur pasar yang semakin
kompetitif, serta distribusi dan logistik barang
yang lebih lancar. Selain itu, koordinasi dengan
Pemerintah Pusat dan Daerah yang semakin
erat juga berkontribusi pada perbaikan karakter
inflasi tersebut. Perbaikan struktur inflasi pada
gilirannya memengaruhi perilaku inflasi seperti
ekspektasi yang makin rendah, dampak lanjutan
kenaikan inflasi volatile food (VF) dan
administered prices (AP) terhadap inflasi yang
semakin rendah, serta dampak pelemahan kurs
terhadap inflasi yang menurun.

Tekanan Nilai Tukar Terkendali


Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah 2018
banyak dipicu meningkatnya ketidakpastian
global, akibat kenaikan FFR dan ketidakpastian
pasar keuangan global yang tinggi. Kondisi ini
mengakibatkan mata uang dolar AS menguat
secara global, tercermin pada peningkatan
indeks dolar (DXY) dari rerata 93,4 pada
Desember 2017 menjadi 95,5 pada Agustus
PERTEMUAN KE VII EKONOMI MAKRO DI INDONESIA | 57
bar 5.1. Lorem4.1.Determinan Inflasi 2018
Diagram
Ipsum

Faktor Eksternal:
Harga pangan global turun Faktor Domestik:
Inflasi besi, baja, dan emas turun Inti 3,07% Tekanan permintaan dapat direspons oleh sisi produksi
Inflasi minyak dan kapas naik Ekspektasi inflasi terjangkar dalam sasaran inflasi
Depresiasi nilai tukar meningkat Exchange rate pass through rendah

Kebijakan AP Minimal: IHK 3,13%


Penurunan tarif angkutan darat dan rokok
Terbatasnya dampak kenaikan harga minyak dunia melalui BBM nonsubsidi
AP 3,36% VF 3,39% Pasokan Pangan Terjaga:
Berlakunya dampak kenaikan inflasi listrik 2017 (base effect) Pasokan didukung dari dalam dan luar negeri
3,5% -+ 1% Harga pangan global turun
Pemantauan & pengawasan distribusi

Koordinasi Pengendalian Inflasi dalam TPIP dan TPID

KEBIJAKAN PEMERINTAH:

4K
KEBIJAKAN BANK INDONESIA:
1. Keterjangkauan Harga
1. Kebijakan moneter konsisten dengan sasaran inflasi
2. Ketersediaan Pasokan
2. Stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai fundamental
3. Kelancaran Distribusi
3. Kebijakan operasional moneter untuk kecukupan likuiditas
4. Komunikasi Efektif
4. Kebijakan pendalaman pasar keuangan
5. Koordinasi pengendalian inflasi

berkembang, seperti tergambar pada peningkatan kenaikan impor sampai dengan triwulan III 2018
volatility index (VIX) (Grafik 4.1).1 Indeks komposit sejalan dengan permintaan domestik yang solid.
premi risiko negara berkembang seperti J.P. Morgan Impor nonmigas sampai dengan triwulan III 2018
emerging market bond index plus (JP EMBI+) dan credit tumbuh rata-rata
default swap (CDS) negara berkembang, termasuk CDS 22,5%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
Indonesia, turut meningkat (Grafik 4.2). Akibatnya, arus sebelumnya sebesar 13,9%. Sisi lain, pasokan valas
masuk modal asing ke negara berkembang menurun dari kinerja ekspor mulai menurun pada semester II
tajam pada 2018. Data Institute of International 2018 seiring dengan pertumbuhan ekonomi global
Finance (IIF) menunjukkan penempatan modal asing yang melambat dan harga komoditas yang menurun.
ke negara berkembang turun dari 102 triliun dolar AS Ekspor nonmigas pada semester II 2018 tumbuh
pada 2017 menjadi 8 triliun dolar AS pada 2018. 4,0%, lebih rendah dari pertumbuhan pada 2017
sebesar 16,7%.
Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah juga
dipengaruhi kinerja ekspor neto Indonesia yang Kedua perkembangan dari global dan domestik
menurun pada 2018. Satu sisi, permintaan terhadap tersebut pada gilirannya meningkatkan permintaan
valas tinggi dipengaruhi neto valas dan memberikan tekanan terhadap Rupiah
mulai Februari 2018 sampai dengan Oktober 2018.
Nilai tukar Rupiah

Grafik 4.1. CDS dan Grafik 4.1. VIX dan DXY Grafik 4.2. CDS Indonesia dan
VIX Peer

Grafik 4.2. CDS Indonesia dan Negara Berkembang Lain

Indeks Indeks bps


38 98 350

97
33 300
DXY (skala kanan) 96
VIX
95 250
28
94
200
23 93
150
92
18
91 100
90
13
50
89
Brazil
8 2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Afrika Selatan
Malaysia

IndiaFilipina
Thailand

88 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12 2017 2018

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

1 VIX digunakan untuk mengukur ekspektasi volatilitas pelaku pasar saham S&P 500

pada periode ini terdepresiasi 12,5%, dimana Rupiah dan Argentina juga berdampak pada peningkatan
sempat mencapai level Rp15.235 per dolar AS. persepsi risiko terhadap negara berkembang lainnya.
Volatilitas Rupiah juga meningkat secara rerata
menjadi 8,1%, dari semula 7,0% pada Januari 2018. Tensi geopolitik di Timur Tengah yang meningkat turut
memicu kenaikan harga minyak dan ekspektasi inflasi
Pada Februari-Oktober 2018, tekanan terhadap
Rupiah yang tinggi dipicu meningkatnya ekspektasi
terhadap kenaikan FFR yang lebih cepat. Ekspektasi
terhadap kenaikan FFR yang lebih cepat antara lain
didorong membaiknya data pasar tenaga kerja AS
yaitu non-farm payroll yang melebihi ekspektasi pasar.
Persepsi kenaikan FFR juga dipengaruhi ketidakpastian
kebijakan fiskal AS yang mereda akibat kongres AS
menyetujui tambahan stimulus fiskal, pemotongan
pajak terutama pada korporasi di AS, dan
penghilangan batas atas utang (debt ceiling) AS.

Tekanan terhadap Rupiah juga bersumber dari


dampak peningkatan tensi perdagangan antara AS dan
Tiongkok, yang turut mendorong kenaikan premi risiko
negara berkembang. Kebijakan AS yang menerapkan
pengenaan tarif impor sebesar 25% terhadap produk
impor dari Tiongkok pada April 2018 kemudian
memicu retaliasi Tiongkok dalam bentuk penerapan
tarif terhadap 106 produk impor dari AS.

Selain dengan Tiongkok, tensi hubungan


perdagangan antara AS dengan beberapa negara mitra
dagang lainnya juga meningkat. AS berencana akan
menaikkan dua kali lipat tarif impor baja dan
alumunium yang memberikan konsekuensi besar
terhadap negara-negara eksportir produk tersebut,
terutama Turki. Nilai tukar lira melemah sangat dalam
hingga mencapai depresiasi harian sebesar 7,02%
pada 15 Agustus 2018. Kondisi tersebut pada
akhirnya meningkatkan premi risiko dan berdampak
langsung terhadap depresiasi nilai tukar negara
berkembang, termasuk Rupiah.

Kenaikan premi risiko negara berkembang yang


dipengaruhi isu geopolitik juga memengaruhi
tekanan Rupiah di periode Februari-Oktober 2018. Isu
geopolitik yang mengemuka antara lain berkaitan
dengan eskalasi ketegangan di semenanjung Korea
dan Timur Tengah, dinamika perundingan Brexit
antara Inggris dan Uni Eropa, dan permasalahan
ekonomi di Italia. Krisis yang sempat terjadi di Turki
AS. Pada awal 2018, harga minyak dunia level Rp14.380 per dolar AS pada akhir 2018. Namun
mengalami peningkatan akibat pemotongan demikian, pelemahan Rupiah tersebut masih lebih
produksi oleh Organization of the Petroleum rendah dibandingkan dengan depresiasi mata uang
Exporting Countries (OPEC) dan beberapa negara negara lain seperti rupee India, rand Afrika Selatan,
non-OPEC, serta gangguan produksi di Venezuela real Brazil, dan lira Turki (Grafik 4.3). Volatilitas
dan Libya. Tekanan kenaikan harga minyak lebih Rupiah pada 2018 meningkat dari 3,0% pada 2017
lanjut terjadi pada triwulan II dan III 2018 menjadi berada pada level 8,5%. Volatilitas rupiah
terutama dipicu oleh isu pasokan Iran akibat pada 2018 juga
pengenaan sanksi oleh AS.

Tekanan terhadap Rupiah menurun pada November


– Desember 2018 seiring respons antisipatif
kebijakan moneter dalam melakukan stabilisasi
nilai tukar Rupiah, sebagaimana disampaikan
pada Bab 5 – Kebijakan Moneter. Respons
kebijakan moneter yang pre-emptive, front loading
dan ahead of the curve dapat meningkatkan daya
tarik aset keuangan domestik dan meningkatkan
aliran masuk modal asing. Aliran masuk modal
asing juga dipengaruhi prospek perekonomian
Indonesia yang tetap terjaga. Perkembangan ini
pada gilirannya mendorong penguatan Rupiah
yang pada November – Desember 2018 sebesar
4,7%.

Tren penguatan Rupiah pada November –


Desember 2018 juga dipengaruhi oleh
ketidakpastian global yang berkurang.
Beberapa perkembangan positif dari global di
periode ini ialah hasil pemilu sela di AS yang
sesuai dengan ekspektasi pasar. Kebijakan
Presiden AS juga diperkirakan masih sejalan
dengan agenda partai
terpilih baik di tingkat dewan perwakilan rakyat
(House of Representatives) maupun senat. Selain
itu, tensi hubungan perdagangan yang mereda
pada Desember 2018 dengan kesepakatan
untuk menghindari tambahan pengenaan tarif
selama 90 hari berkontribusi pada
ketidakpastian global yang berkurang. Sinyal
arah kebijakan the Fed pada Desember 2018
yang cenderung less hawkish juga menyebabkan
minat investor terhadap mata uang dolar AS
berkurang dan mengalihkan aliran dana ke
negara berkembang, sehingga turut mendorong
apresiasi Rupiah.

Dengan dinamika tersebut, nilai tukar Rupiah


pada 2018 secara rerata melemah 6,05% (yoy) ke
level Rp14.246 per dolar AS dari Rp13.385 per
dolar AS pada 2017. Secara point-to-point (ptp),
nilai tukar Rupiah melemah 5,65% dan ditutup di
Grafik4.3.
Grafik 4.3.Perubahan
PerubahanNilai
NilaiTukar
TukarRata-Rata Rupiah dan Grafik
Grafik 4.4.
4.4. Volatilitas Nilai Tukar
Volatilitas Rupiah dan
Peer Peer
Akhir Tahun Rerata
2017 2018
TRY BRL ZAR INR IDR MYR SGD KRW THB PHP PHP MYR SGD THB
INR IDR
KRW BRL ZAR
TRY

persen persen

-30 -25 -20 -15 -10 -5 5 0 5 10 15 20 25 30 35


0

10

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah Sumber: Bank Indonesia

lebih rendah dibandingkan dengan kondisi beberapa


penawaran valas neto pada triwulan IV 2018 hingga
mata uang lain, dengan volatilitas tertinggi terjadi di
mencapai 4,5 miliar dolar AS, tertinggi sepanjang
Turki yakni 30,4% (Grafik 4.4).
tahun 2018. Secara keseluruhan tahun 2018,
penawaran
valas neto nonresiden tercatat 2,9 miliar dolar AS
Pasar Valas Kembali Membaik turun dibandingkan dengan capaian tahun 2017 yang
tercatat 16,7 miliar dolar AS.
Dinamika nilai tukar Rupiah pada 2018 tergambar
dari kondisi permintaan neto di pasar valas Penurunan penawaran nonresiden tercermin pada
domestik. Permintaan valas cukup besar terjadi penurunan aliran modal masuk ke instrumen
pada triwulan II dan III 2018 sebagai akibat aliran keuangan. Aliran dana masuk nonresiden ke
modal keluar dari aset domestik. Dalam periode instrumen keuangan secara keseluruhan tahun 2018
triwulan II dan III, pasar valas tercatat 248 juta dolar AS, lebih rendah dari aliran
mencatat kelebihan permintaan secara neto (net dana masuk sebesar 9,7 miliar dolar AS pada 2017
demand) yakni masing-masing 6,6 miliar dolar AS dan (Grafik 4.5). Aliran dana masuk dari nonresiden terjadi
4,4 miliar dolar AS, sehingga memberikan tekanan terutama pada triwulan IV 2018 sebesar 3,0 miliar
kepada Rupiah pada periode tersebut. Namun, pasar dolar AS sejalan dengan penjualan valas nonresiden
valas kembali mencatat kelebihan penawaran (net neto.
supply) pada triwulan IV 2018 sejalan dengan aliran
masuk modal asing yang kembali meningkat. Dengan
berbagai perkembangan tersebut, pasar valas 2018
Grafik
Grafik 4.5.
4.8. Aliran DanaMasuk
Aliran Dana Masuk ke SUN,
SBI. Aset Domestik
SBSN, dan
mengalami net demand sebesar 13,2 miliar dolar AS,
Saham
berbalik dari net supply
Miliar dolar AS Rupiah/dolar AS
sebesar 14,5 miliar dolar AS pada 2017. Pada yang
periode ini, dipero
Berdasarkan pelaku, tekanan di pasar valas nonresiden leh
domestik pada 2018 tergambar pada penurunan juga dari
penawaran neto dari pelaku nonresiden. melakukan aset
Permintaan valas neto nonresiden sempat terjadi pembelian dome
pada triwulan II 2018 hingga mencapai 3,9 miliar valas untuk stik,
dolar AS akibat ketidakpastian global yang tinggi, mengalihka yaitu
sehingga nonresiden mengalihkan kepemilikan aset n divide
domestik dari negara berkembang. pendapatan n dan
kupon, ke mata uang dolar AS. Pelaku nonresiden 3,500 SBISUN Saham 15,500

mencatatkan kembali Nilai Tukar Rupiah (skala kanan)


2,500
15,000

1,500
14,500

500

14,000
-500

13,500
-1,500

-2,500 13,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
201620172018

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan jenis instrumen, aliran dana terutama spread pada 2017 yang sebesar 5 Rupiah per dolar AS
masuk pada instrumen surat utang negara (SUN) (Grafik 4.6). Kondisi pasar yang efisien ini pada gilirannya
yang mencapai 4,1 miliar dolar AS dipengaruhi oleh berkontribusi pada transaksi pasar spot yang meningkat
imbal hasil yang cukup menarik. Instrumen SUN yang dari 3,36 miliar dolar AS per hari pada 2017 menjadi 3,59
meningkat cukup besar terutama dalam bentuk obligasi miliar dolar AS per hari pada 2018 (Grafik 4.7).
negara (ON) mencapai 4,1 miliar dolar AS, sedangkan
instrumen surat perbendaharaan negara (SPN) Risiko pasar juga tetap terkendali ditopang peningkatan rasio
mengalami aliran dana keluar untuk keseluruhan lindung nilai dan rasio likuiditas oleh korporasi pelapor.
tahun 2018. Sementara itu, nonresiden mencatat Perkembangan ini tergambar dari peningkatan kepatuhan
aliran dana masuk sebesar 62 juta dolar AS pada terhadap kegiatan penerapan prinsip
instrumen sertifikat Bank Indonesia (SBI). kehati-hatian (KPPK). Data triwulan III 2018 menunjukkan

Di tengah kondisi penawaran valas nonresiden yang


menurun, permintaan valas dari residen tetap tinggi
pada 2018. Residen mencatat permintaan valas neto
sebesar 16,1 miliar dolar AS, meningkat dari tahun
sebelumnya sebesar 2,1 miliar dolar AS. Peningkatan
permintaan valas residen antara lain disebabkan
dampak kenaikan harga minyak terutama pada paruh
pertama 2018. Selain itu, permintaan valas residen
juga dipengaruhi oleh permintaan domestik yang kuat,
sehingga mendorong impor yang tetap tinggi.
Permintaan domestik yang kuat pada akhirnya
menyebabkan permintaan valas residen tetap tinggi di
periode ketiga saat Rupiah mengalami apresiasi.
Pada November 2018, residen mencatat permintaan
valas neto sebesar 3,5 miliar dolar AS.

Struktur Pasar Valas Efisien


Tekanan terhadap Rupiah yang tetap terkendali di
tengah ketidakpastian global yang tinggi tidak terlepas
dari struktur pasar valas yang tetap efisien.
Perkembangan
ini tercermin dari bid-ask spread transaksi spot Rupiah
terhadap dolar AS yang berada di level yang rendah,
meskipun sedikit meningkat. Rerata bid-ask spread
pada 2018 berada pada level 7 Rupiah per dolar AS,
tidak berbeda jauh dibandingkan dengan rerata
Grafik 4.6. Bid-Ask Spread Transaksi Spot Rupiah/Dolar 2018.
GrafikSementara
4.10. Bid-Askitu, rasio
Spread Transaksi Spot
Rupiah/Dolar
kepatuhan pemenuhan rasio lindung nilai untuk 3-6
Rupiah per dolar AS bulan dan rasio kepatuhan pemenuhan likuiditas
16 korporasi
14 juga mencapai level tertinggi pada triwulan III 2018 yaitu
12
masing-masing sebesar 95,2% dan 88,3%.
Rerata 2014-2018
10
Sejalan dengan rasio kepatuhan KPPK yang meningkat,
8
volume transaksi di pasar derivatif valas meningkat di
6

4
Grafik 4.7. Volume
Grafik 4.9. Transaksi
Perkembangan SpotTransaksi
Volume
2 Spot
0 Miliar dolar AS
6 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Bloomberg

utang luar negeri (ULN) pelapor KPPK sudah


4 Rerata tahunan
mencakup 85,5% dari posisi ULN. Bersamaan
dengan itu, mitigasi risiko nilai tukar (currency 3
mismatch) oleh korporasi dengan ULN juga
membaik. Hal ini tercermin dari rasio 2
kepatuhan pemenuhan lindung nilai untuk 0-3
bulan yang meningkat hingga 89,3% pada 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
triwulan II 2018 dan 90,2% pada triwulan III 20172018

Sumber: Bank Indonesia

hampir seluruh jenis instrumen derivatif. Peningkatan


volume derivatif terutama terjadi pada Juni 2018 yang Peningkatan volume transaksi di pasar derivatif,
mencapai 3,04% (ptp), dengan korporasi nonbank khususnya transaksi forward, pada 2018 juga
sebagai pelaku utama lindung nilai. Volume rerata didukung transaksi forward jenis DNDF sebagai
harian transaksi forward tumbuh 23% ke level 302 tambahan variasi instrumen lindung nilai pada pasar
juta dolar AS pada 2018, sementara transaksi option derivatif valas. Sejak 1 November 2018, pelaku pasar
tumbuh sebesar 30% ke level 27 juta dolar AS (Grafik mulai bertransaksi DNDF setelah diterbitkannya PBI
4.8). No.20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestic Non-
Deliverable Forward. Aktivitas
Di pasar call spread option (CSO), volume rerata
harian transaksi CSO meningkat 7 kali lipat dari
sebesar 2 juta dolar AS per hari pada 2017
menjadi 14 juta dolar AS per hari pada 2018.
Kondisi ini mendorong posisi CSO meningkat dari
sekitar 309 juta dolar AS pada 2017 menjadi
sekitar 1,4 miliar dolar AS pada 2018.2 Peningkatan
volume transaksi CSO yang signifikan dipengaruhi
biaya yang lebih efisien dibandingkan dengan biaya
instrumen lainnya. Volume rerata harian transaksi
cross currency swap (CCS) juga tumbuh 7,9% ke
level 68 juta dolar AS. Namun, volume transaksi
instrumen lainnya yaitu foreign exchange swap turun
4% ke level 1,62 miliar dolar AS. Secara
keseluruhan, komposisi transaksi derivatif
terhadap total transaksi valas pada 2018 mencapai
sebesar 36,4%.
di pasar DNDF yang berkelanjutan mendorong uang lokal dengan beberapa negara. Sejak efektifnya
posisi DNDF meningkat hingga berada di sekitar kerangka operasional LCS, pembayaran penyelesaian
637 juta dolar AS pada 2018. Peningkatan likuiditas perdagangan dalam mata uang lokal yaitu Thailand
transaksi DNDF turut didukung oleh pelaksanaan baht (THB) dan Malaysia ringgit (MYR) melalui
lelang DNDF dalam operasi moneter Bank Indonesia. skema LCS telah digunakan oleh korporasi.3
Peningkatan likuiditas instrumen ini menunjukkan Perkembangan ini ditunjukkan oleh transaksi
perkembangan positif atas upaya terpenuhinya pembelian THB dan MYR
beragam kebutuhan lindung nilai oleh pelaku pasar. melalui tujuh bank appointed cross currency dealer
(ACCD) yang mengalami peningkatan (Grafik 4.9).
Struktur pasar valas yang baik juga ditopang Data volume transaksi pembelian THB dan MYR
berlanjutnya berbagai upaya untuk mengurangi sepanjang 2018 mengindikasikan bahwa penggunaan
konsentrasi permintaan domestik terhadap mata uang skema LCS telah menjadi alternatif penyelesaian
dolar AS. transaksi perdagangan oleh korporasi. Penggunaan
Hal tersebut ditempuh melalui penggunaan skema mata uang lokal melalui skema LCS diharapkan
local currency settlement (LCS) oleh korporasi dalam secara perlahan mengurangi konsentrasi penggunaan
penyelesaian transaksi perdagangan menggunakan mata mata uang dolar AS dalam transaksi ekspor-impor.

Grafik 4.8. Volume Transaksi Derivatif


Grafik 4.11. Perkembangan Volume Transaksi Grafik
Grafik 4.9.
4.14.Penggunaan THB
Perkembangan dan MYR THB
Penggunaan dalam Mekanisme
dan
Derivatif MYR dalam LCSmekanisme
ACCD LCS ACCD
Miliar dolar AS Miliar dolar Ribu dolar AS
AS
0,8 2,5 40
ForwardOptionCross Currency swap Call Spread Option THBMYR

0,7 35
Swap (skala kanan)
2,0
0,6 30

0,5 25
1,5

0,4 20

1,0
0,3 15

0,2 10
0,5
0,1 5

0,0 0,0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1234 56 789101112
201620172018 2018

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

3 Kerjasama LCS disepakati oleh tiga bank sentral yaitu Bank Indonesia, Bank of
Thailand dan Bank Negara Malaysia pada tanggal 11 Desember 2017. Namun
2 Data transaksi CSO telah mengakomodir perubahan data yang dilaporkan oleh Bank demikian, kerangka operasional skema LCS untuk penyelesaian perdagangan dalam
untuk periode 2017 mata uang lokal dengan Thailand dan Malaysia mulai berlaku efektif pada 2 Januari
2018.

CATATAN
DARI MATERI DI ATAS ANDA BACA DAN ANDA
PAHAMI, KEMUDIAN ANDA BUAT 10 (SEPULUH )
PERTANYAAN DAN LANGSUNG ANDA
SELESAIKAN PERTANYAANYA !. SELAMAT
BELAJAR UNTUK PERTEMUAN KE VII SOMOGA
ANDA SUKSES.

Inflasi Tetap Rendah berturut-turut (Grafik 4.10). Inflasi 2018 tercatat rendah,
baik bila dibandingkan dengan capaian inflasi tahun 2017
Inflasi pada 2018 tetap rendah terkendali dalam (3,61%) maupun dengan rerata historis empat tahun terakhir
rentang sasaran 3,5±1%, meskipun pada saat (4,59%).
bersamaan Rupiah mengalami depresiasi. Inflasi IHK
pada akhir 2018 tercatat 3,13%, sehingga membuat Inflasi yang rendah satu sisi dipengaruhi faktor siklikal dari
inflasi berada dalam kisaran sasaran dalam 4 tahun global dan domestik. Dari global, inflasi yang rendah
dipengaruhi oleh harga pangan global yang menurun,
Perbaikan struktural lain yang memengaruhi
yang kemudian berpengaruh positif pada tetap
penurunan inflasi ialah distribusi dan logistik barang
terkendalinya harga pangan domestik. Dari domestik,
yang lebih lancar. Kondisi ini tidak terlepas dari dampak
permintaan
positif koordinasi erat bank Indonesia dengan
yang terkendali juga memengaruhi tekanan inflasi
Pemerintah Pusat dan
yang terus menurun. Inflasi VF yang rendah dan inflasi
Daerah melalui tim pengendalian inflasi pusat (TPIP)
AP yang minimal juga berpengaruh pada rendahnya
dan tim pengendalian inflasi daerah (TPID).
inflasi 2018.
Perkembangan ini pada gilirannya memengaruhi
perilaku kelancaran pasokan barang, terutama
Lebih jauh dari itu, inflasi yang rendah pada sisi lain
bahan pangan. Selain itu,
tidak terlepas dari pengaruh perbaikan struktural
reformasi subsidi energi sejak awal 2015 juga
karakter inflasi Indonesia dalam beberapa tahun
memengaruhi menurunnya dampak rambatan kenaikan
terakhir.
inflasi AP terhadap inflasi lain.
Perbaikan struktural dipengaruhi oleh kebijakan moneter
yang konsisten menjangkar ekspektasi inflasi pelaku
Berbagai perbaikan struktur inflasi tersebut pada
ekonomi. Struktur pasar yang semakin kompetitif juga
gilirannya berdampak positif pada perilaku inflasi.
sejalan dengan struktur persaingan pasar ritel yang
Konsistensi kebijakan moneter berdampak tetap
makin kompetitif di tengah perkembangan e-commerce
terjangkarnya ekspektasi inflasi sesuai dengan sasaran
yang makin pesat. Selain itu, perbaikan transparansi
inflasi. Hasil estimasi Bank Indonesia menunjukkan
pembentukan harga pangan di tingkat konsumen, seperti
bobot forward looking expectation dalam pembentukan
dengan adanya Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
inflasi semakin besar. Perkembangan ini kemudian
(PIHPS), juga memengaruhi penurunan tren inflasi.
berpengaruh kepada persistensi inflasi yang menurun
dan sensitivitas pengaruh pelemahan kurs terhadap
inflasi (exchange rate pass- through to inflation) yang
berkurang. Terakhir, dampak lanjutan (second round
Grafik
Grafik 4.10.
4.15. Realisasi InflasiIHK
Realisasi Inflasi IHK dan
dan Sasaran Inflasi
Sasaran effect) kenaikan inflasi VF dan inflasi AP terhadap
Inflasi inflasi keseluruhan, termasuk inflasi inti, juga semakin
Persen, yoy rendah. Perkembangan second round effect inflasi AP
16
IHK
juga dipengaruhi dampak positif reformasi subsidi energi
14 pada awal 2015 tersebut.
12
Administered Prices
10 Volatile Food Berbagai perkembangan siklikal yang positif dan
8
perubahan struktural yang membaik mendorong
penurunan berbagai komponen inflasi IHK 2018. Inflasi
6

Inti
inti 2018 tetap rendah yakni 3,07% (yoy). Inflasi VF
4
Kisaran sasaran inflasi
juga tercatat rendah yakni sebesar 3,39%, sehingga
2
berada di bawah rerata historis
0
tiga tahun terakhir. Inflasi AP tercatat 3,36%, menurun
-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 jauh dibandingkan inflasi AP pada 2017.
2015201620172018

Sumber: BPS

Inflasi Inti
Inflasi inti 2018 yang terjaga pada level rendah
3,07%, dipengaruhi berbagai perkembangan positif.
Permintaan yang meningkat pada 2018 sejalan
dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi dapat
dikelola dan direspons memadai sisi penawaran
memengaruhi kondisi ini.
Dampak rambatan dari depresiasi nilai tukar terhadap
inflasi juga minimal. Selain itu, ekspektasi inflasi yang
semakin terjangkar dan dampak lanjutan kebijakan AP
yang minimal, juga mendukung inflasi inti yang tercatat
rendah. Perkembangan ini mengakibatkan inflasi yang rendah, meskipun sedikit meningkat dibandingkan
inti pada 2018 berada dalam periode inflasi inti dengan inflasi
tahun sebelumnya (2,95%).4 Tekanan inflasi inti yang Grafik
Grafik 4.12.
4.18. Indikator Permintaan,
Indikator Permintaan, Inflasi
Inflasi Inti Inti Barang
rendah juga tercermin pada dinamika inflasi inti Barang Durable, dan Demand Sensitive to Inflation
bulanan yang terkendali di bawah rerata historis Durable dan Demand Sensitive To Inflation
Persen, yoy Persen, yoy
empat tahun
terakhir (Grafik 4.11). 14
Indikator Permintaan
4,5

Inflasi Inti 4,0


12 Barang Non Durable
Demand Sensitive to Inflation
Berbagai indikator menunjukkan peningkatan permintaan (skala kanan) 3,5

dapat dipenuhi dengan memadai oleh penawaran. 10 3,0

Satu sisi, permintaan dalam tren meningkat Inflasi Inti Barang Durable 2,5
8
tergambar pada beberapa indikator permintaan yang 2,0
sejak triwulan kedua 2018 menunjukkan peningkatan 6 1,5
(Grafik 4.12).5 Hal ini juga tercermin pada pergerakan 1,0
komponen inflasi inti pada kelompok demand sensitive 4
0,5
to inflation yang meningkat sejak April 2018.6 Namun
2 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
sisi lain, indikator penawaran juga meningkat 2015201620172018
sehingga kenaikan permintaan tidak memberikan Sumber: BPS, diolah
tekanan berlebihan kepada inflasi.

Kenaikan permintaan yang tetap terkendali pada


2018
terlihat dari perkembangan inflasi inti kelompok nilai tukar dan perkembangan harga komoditas pangan
barang. Inflasi inti kelompok barang tercatat 3,16%, strategis domestik.
terutama didorong oleh kenaikan inflasi kelompok
barang durable sejak triwulan II 2018 (Grafik 4.13). Kelompok inflasi inti lain juga menunjukkan
Selain itu, inflasi kenaikan permintaan yang terkendali. Inflasi inti
inti kelompok barang non-durable yang mencakup jasa tercatat 2,92% lebih rendah dibandingkan
subkelompok makanan jadi dan sandang dengan inflasi tahun sebelumnya. Perkembangan
menunjukkan kenaikan yang terkendali. Peningkatan ini dipengaruhi penurunan inflasi jasa
ini dipengaruhi oleh kenaikan biaya produksi sejalan telekomunikasi terkait dengan
dengan pelemahan tarif pulsa ponsel (Grafik 4.14). Perkembangan tersebut

Grafik
Grafik 4.11.
4.17. Inflasi Inti
Perkembangan Inflasi Grafik
Grafik 4.13.
4.20. Sumbangan Inflasi Inti Kelompok Barang
Inflasi Tarif Angkutan
Inti Udara
Persen, mtm Kontribusi terhadap inflasi inti barang, yoy persen, yoy
0,6 6 8
2018 Rerata Historis 2014 -2017 Inti Barang Non DurableInti Barang Durable

0,5 5 7

6
Inti Barang
0,4 4
Non Durable, yoy (skala kanan) 5
Durable (skala kanan)

0,3 34

0,2 3
2
2
0,1 1
1

0 0 0
123456789101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017 2018

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

4 Rezim inflasi inti yang lebih rendah dari perilaku historis dimulai tahun 2016 dengan
rerata inflasi inti sebesar 3,28%. Selengkapnya lihat LPI 2017 Boks 5.1 Rezim Rendah
Inflasi Inti, hal. 87-88.
5 Indikator permintaan merupakan indeks komposit yang disusun menggunakan
metode principal component analysis (PCA) dengan variabel pembentuk terdiri dari,
antara lain, indeks keyakinan konsumen, yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun,
dan uang beredar (M2).

6 Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti nonpangan pada
keranjang IHK, antara lain, kelompok sandang, kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

Grafik 4.14. Sumbangan Inflasi Inti Kelompok Jasa


Grafik 4.21. Sumbangan Inflasi Kelompok provinsi (UMP) dan perkembangan PDB sektor konstruksi
Jasa yang kuat.7
Kontribusi terhadap inflasi inti jasa, yoy
5,0

4,5
Jasa KesehatanJasa PerumahanJasa Komunikasi Jasa PendidikanJasa PerbankanJasa Lainnya Dampak pelemahan Rupiah terhadap inflasi inti
4,0 yang terbatas juga tergambar pada beberapa
3,5 indikator. Sejak awal tahun hingga bulan Desember
3,0 Inflasi Inti Jasa 2018, rerata inflasi inti sebesar 2,81%, lebih rendah
2,5
dibandingkan dengan rata-rata depresiasi nilai tukar
2,0
Rupiah sebesar 6,34% (Grafik 4.16).8 Dampak
1,5
pelemahan Rupiah terutama
1,0

0,5
terlihat di tingkat pedagang besar sebagaimana tercermin
0,0 dari indeks harga perdagangan Besar (IHPB) impor
-0,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
yang meningkat (Grafik 4.17). Inflasi IHPB meningkat
2015201620172018
seiring dengan kenaikan biaya produksi yang juga
Sumber: BPS, diolah dipengaruhi kenaikan harga minyak dan besi baja.
Namun demikian, dampak pelemahan Rupiah tersebut
tidak seluruhnya dibebankan kepada konsumen,
mengkompensasi kenaikan harga pada kelompok
tergambar pada inflasi IHK yang terbatas.
jasa lain dalam tren meningkat seperti kelompok
Perkembangan ini tidak terlepas
jasa perumahan yang bersumber dari inflasi sewa
dari dampak positif berbagai perbaikan struktural
rumah, kontrak rumah, dan upah terkait
yang disebutkan sebelumnya.
perumahan (Grafik 4.15). Sejak triwulan II 2018,
inflasi sewa rumah dan kontrak rumah terus
Peran ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam
mengalami kenaikan sejalan dengan peningkatan
rentang sasaran inflasi juga tergambar pada
permintaan domestik. Faktor lain yang turut
beberapa indikator. Ekspektasi inflasi dari pasar
mendorong inflasi jasa pada 2018 yaitu
keuangan dan sektor riil yang tercermin dari
peningkatan inflasi upah sektor perumahan seiring
consensus forecast terus mengalami penurunan dari
dengan implementasi formula baru upah minimum
3,6% pada awal 2018 menjadi 3,3% pada akhir 2018
(Grafik 4.18). Demikian pula halnya dengan indikator
ekspektasi dari hasil survei konsumen Bank
Indonesia yang menunjukkan penurunan. Ekspektasi

Grafik
Grafik 4.15.
4.22. Komponen Inflasi
Komponen Inflasi Jasa Perumahan
Jasa Grafik
Grafik 4.16.
4.23. Inflasi IntiTraded,
Inflasi Inti Traded,Nilai
NilaiTukar,
Tukar, dan
Perumahan dan Harga Komoditas Global Global
Harga Komoditas
Persen, yoy Persen, yoy Persen,
yoy
10 5,0
Jasa Perumahan 50
Apresiasi(-)/Depresiasi(+) RupiahIHIM
9 4,5
40
8 4,0
30
7 Upah Pembantu rumah tangga 3,5

6 20 Inflasi Inti Traded (skala kanan) 3,0


IHPB Impor
5 10 2,5
Sewa Rumah Upah Tukang Bukan Mandor
4 Kontrak Rumah 0 2,0

3 -10 1,5

2 1,0
-20
1 0,5
-30
0 0,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015201620172018 -40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015201620172018
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, Bank Indonesia

7 Penetapan formula baru UMP di sektor formal yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan ditengarai turut mendorong
kenaikan upah di sektor informal, antara lain pembantu rumah tangga dan baby
sitter.

8 Rerata pergerakan nilai tukar Rupiah pada periode Januari – Desember 2018.
Grafik
Grafik 4.17.
4.24. Inflasi PedagangBesar
Inflasi Pedagang Besardan
danInflasi
Inflasi Inti Grafik
Grafik 4.19. InflasiVF
4.27. Inflasi Volatile Food
Inti Bulanan
Persen, yoy Persen, yoy
Persen, mtm
12 IHPB 3,0
Inti (skala kanan) IHPB Impor 2,5
6
2,0
10
1,5
8
1,0

5 0,5

6 0

-0,5
Inti Traded (skala kanan) -1,0
4
4 -1,5
2 -2,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 -2,5 20172018
3 2015201620172018

0
-2 Rerata historis 2014-2017

-4

1
-6

-8

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

inflasi yang terjangkar tersebut tidak terlepas dari 2

konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia


dalam menjaga inflasi sesuai sasaran dan berbagai
perubahan struktural lainnya.

Inflasi Volatile Food


Berbagai faktor memengaruhi inflasi VF 2018 cukup
rendah yakni sebesar 3,39%, dan berada di bawah
rerata historis tiga tahun terakhir sebesar 5,58%
(Grafik 4.19).9

Grafik
Grafik 4.18. EkspektasiInflasi
4.25. Ekspektasi Inflasi
2018
Persen, yoy
8

7
Rerata Inflasi Januari-Desember

Ekspektasi Inflasi 12 bulan


5 Ekspektasi Inflasi 24 bulan

4
Inflasi VF yang terkendali tidak terlepas dari Ketersediaan pasokan pangan menjadi faktor
perbaikan ketersediaan pasokan baik dari dalam penopang inflasi VF yang terjaga. Secara umum, koreksi
negeri maupun luar negeri di tengah perbaikan harga pangan pasca periode HBKN menjadi faktor
distribusiSasaran
pangan. Selain itu, inflasi VF yang
Target Inflasi pendukung inflasi VF yang terkendali hingga akhir
terkendali juga didukung oleh koordinasi kebijakan 2018. Koreksi harga tersebut dipengaruhi oleh harga
pengendalian inflasi yang ditempuh oleh Bank daging ayam ras dan telur ayam ras yang kembali
Indonesia dan Pemerintah, baik di tingkat pusat turun setelah sempat mengalami kenaikan tajam pada
maupun daerah. Langkah-langkah koordinasi Juli 2018 (Grafik 4.20).10 Koreksi harga daging ayam
tersebut dapat mengendalikan kenaikan tekanan ras dan telur ayam ras disebabkan oleh peningkatan
inflasi VF yang sempat terjadi pada periode Januari- pasokan yang bersumber dari surplus produksi, serta
Maret 2018 dan pada hari besar keagamaan nasional upaya koordinatif pemerintah di berbagai wilayah sentra
(HBKN). Tekanan inflasi VF yang terkendali juga turut produksi. Pasokan komoditas pangan strategis, antara
dipengaruhi penurunan harga pangan global sejak lain bawang merah, aneka cabai, dan beras juga lebih
Maret 2018. 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 tinggi dibandingkan dengan pasokan tahun
sebelumnya.

Sumber: Bank Indonesia, Consensus Forecast

10 Kenaikan tajam inflasi telur ayam ras dan daging ayam ras pada bulan Juli 2018
didorong oleh beberapa faktor, yakni: (1) kenaikan permintaan masyarakat yang
didorong oleh HBKN dan implementasi kebijakan bantuan pangan nontunai (BPNT)
dalam bentuk paket komoditas pangan yang salah satunya adalah telur ayam ras; (2)
kenaikan harga pakan ternak seiring dengan kenaikan harga jagung global dan
pelemahan nilai tukar Rupiah; dan (3) pelarangan penggunaan antibiotic growth
promotor (AGP) yang menyebabkan penambahan waktu masa panen dari 30 hari
9 Rerata inflasi VF periode Januari 2015 – Desember menjadi 35 hari, serta kenaikan deplesi atau tingkat kematian DOC dari 6% menjadi
2017 10%.

Grafik dampak
Grafik 4.29.4.20. Inflasi Daging
Perkembangan Ayam
Harga Ras dan
Daging Telur Ayam Ras
Ayam
Ras dan Telur Ayam Ras positif kebijakan stabilitas harga pangan dan koordinasi

Persen
15
Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras Inflasi Bulanan Telur Ayam Ras

Rerata
104 Tahun Terakhir
- Daging Ayam Ras

-5
Rerata 4 Tahun Terakhir
- Telur Ayam Ras

-10
123456789101112
2018

Sumber: BPS, diolah

Faktor harga pangan global yang turun pada 2018 juga


turut memengaruhi perkembangan harga komoditas
pangan domestik. Penurunan harga komoditas global
tersebut berdampak pada penurunan tekanan inflasi
minyak goreng, gula pasir, dan bawang putih. Namun,
tren penurunan harga pangan domestik tidak bisa
sekuat penurunan harga pangan global karena saat
bersamaan nilai tukar Rupiah dalam tren melemah
(Grafik 4.21).

Inflasi VF yang terkendali juga tidak terlepas dari


kebijakan pengendalian inflasi yang kuat, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Salah satu Kebijakan pemerintah di tingkat pusat untuk
kebijakan yang dilakukan adalah melalui operasi mengendalikan inflasi pangan antara lain ditempuh
pasar (OP) komoditas beras. Selama tahun 2018, melalui empat langkah. Pertama, penguatan regulasi
penyaluran cadangan beras pemerintah melalui beberapa kebijakan.11 Kedua, penguatan
(CBP) telah mencapai 544.124 ton. Jumlah OP koordinasi dilakukan bersama dengan Pemerintah Daerah,
yang besar tersebut, terkait dengan instansi terkait, dan pelaku usaha untuk membahas
berkurangnya pasokan dari panen. Stok beras upaya pemenuhan stok, evaluasi harga pangan, dan
di Bulog masih terjaga di level 2,17 juta ton, kebijakan yang ditempuh dalam pengendalian harga.
ditopang pasokan impor dan penyerapan Ketiga, Pemerintah memantau dan mengawasi
produksi domestik. Pelaksanaan OP secara stabilisasi bahan pokok di seluruh wilayah Indonesia.
intensif oleh Bulog tersebut mendorong Langkah ini untuk memastikan ketersediaan pasokan
dinamika inflasi bulanan beras lebih dan stabilisasi harga, termasuk menjamin
rendah dibandingkan rerata historis 2012 – 2016 sejak pendistribusian bahan pokok. Keempat, upaya khusus
Maret
dengan melakukan penetrasi pasar dalam bentuk pasar
2018 (Grafik 4.22). murah menjelang periode HBKN (Tabel 4.1).

Grafik
Grafik 4.26. 4.21. Penyumbang
Kelompok Sumbangan Inflasi
Inflasi Volatile
VF PadaFood Grafik 4.33. Inflasi Beras
2018 Bulanan

Grafik 4.22. Inflasi Beras Bulanan

Kontribusi Terhadap VF Persen, mtm


12 7
Padi-padianIkanDagingTelur & SusuSayur-sayuran 20172018
Bumbu-bumbuanBuah-buahanMinyak & Lemak 6
10

8 5

6 Rerata Historis 2015-2017 4

4 3

2
2
Historis 2012 - 2016
1
0
0
-2
-1
-4
-2
-6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 -3
123456789101112

2015201620172018
Sumber: BPS Sumber: BPS, diolah

11 Penguatan regulasi beberapa kebijakan sebagai berikut: (i) penguatan regulasi tanda
daftar pelaku usaha distribusi (TDPUD) untuk mengoptimalkan pengendalian dan
distribusi barang kebutuhan pokok; (ii) kebijakan penguatan ketersediaan pasokan
komoditas pangan; (iii) kebijakan stabilisasi harga melalui penetapan harga eceran
tertinggi dan harga khusus pada saat HBKN; (iv) penataan dan pembinaan gudang
untuk memantau kondisi pasokan dan mencegah adanya penimbunan bahan pangan;
dan (v) memberikan himbauan agar Kepala Daerah tidak membatasi perdagangan
pangan antarwilayah (borderless), sehingga tidak terdapat disparitas harga yang tinggi
antardaerah.
Tabel 4.1. Kebijakan Pasokan dan Stabilitas Harga per Jenis Komoditas

Komoditas Kebijakan Pasokan & Stabilisasi Harga


• Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 59 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Pencantuman Label Kemasan
Beras
Beras
tanggal 25 Mei 2018 dan berlaku tiga bulan setelahnya.
• Beberapa hal yang dicantumkan pada label kemasan adalah merk, jenis, butir patah, menir, derajat sosoh,
campuran, neto, tanggal pengemasan, nama, dan alamat pengemas/importir.
• Peningkatan pengawasan implementasi kebijakan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp12.500/kg.
Gula
• Pengaturan distribusi komoditas gula sebelum HBKN.
• Seluruh produsen minyak goreng wajib mengalokasikan 20% dari total produksi minyak goreng nasional
Minyak Goreng diproduksi
dalam minyak goreng kemasan sederhana dengan HET Rp11.000/l dan minyak goreng curah Rp10.500/l.
• Kewajiban ritel modern untuk menyediakan minyak goreng kemasan sederhana.
• Daging beku dengan HET Rp80.000/kg harus tersedia sebagai pilihan bagi konsumen.
Daging Sapi
• Akan dilakukan pengecekan terkait realisasi impor dari izin yang diberikan.
• Ditetapkan harga khusus daging ayam saat periode HBKN yakni, (i) untuk wilayah Jakarta, Banten, dan
Jabar sebesar Rp 31.500 untuk pemasok dan Rp33.000 untuk pengecer; (ii) untuk wilayah Jatim dan Jateng
Daging Ayam
sebesar Rp30.000 untuk pemasok dan Rp31.500 untuk pengecer; dan (iii) provinsi lain sebesar Rp 32.500 untuk
pemasok dan Rp34.000 untuk pengecer.
• Menjamin ketersediaan bawang putih di pasar melalui penyaluran bawang putih impor ke daerah-daerah.
Bawang Peta
• Importir dan distributor agar menyalurkan bawang putih pada harga di tingkat eceran sebesar Rp25.000/kg.

Secara keseluruhan, inflasi VF 2018 yang rendah juga Idul Fitri dan Natal juga cukup terkendali didukung
tergambar pada dinamika bulanan. Inflasi VF secara pasokan pangan yang terjaga, serta koordinasi
bulanan berada di bawah rerata historis terutama sejak pengendalian inflasi yang erat di tingkat pusat dan
pertengahan paruh pertama 2018 hingga menjelang daerah. Koreksi harga pasca HBKN Idul Fitri, yakni
akhir 2018 seiring IHIM pangan yang menurun (Grafik pada Agustus-September 2018, bahkan lebih rendah
4.23).12 Peningkatan tekanan inflasi VF yang cukup dibandingkan dari periode yang sama tahun lalu dan
tinggi hanya terjadi pada Januari-Maret 2018, didorong atau rerata historisnya. Inflasi VF selama periode HBKN
inflasi beras akibat berkurangnya pasokan seiring 2018 secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan
dengan pergeseran masa panen. Selain itu, curah rerata historis periode Idul Fitri empat tahun terakhir
hujan yang masih tinggi pada periode awal 2018 juga (Grafik 4.24).
berdampak negatif bagi produksi beberapa komoditas
hortikultura, sehingga memengaruhi kondisi pasokan.
Tekanan inflasi VF pada periode HBKN

Grafik 4.23. Harga Pangan Global dan Inflasi Volatile


Grafik 4.31. Harga Pangan Global dan Inflasi
Food Grafik 4.24. Inflasi Volatile Food Periode Hari Besar
Grafik 4.28. Inflasi VF Periode HBKN tahun
VF Keagamaan Nasional
2018
Persen, yoy Persen, yoy
Persen, mtm
60 12
IHIM Pangan Periode Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha:
50
10 2014: 29/6 - 28/7-5/10 2016: 6/6 - 7/7- 2018: 15/5 - 15/6-22/8
2015: 18/6 - 17/7-24/9 12/9
40
8 2017: 27/5 - 25/6-
1/9
30
Inflasi VF (skala kanan)6

20
4 Rerata 2014-2017

10
2

0
0
-2
-10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017 2018
2014

-20
t-2 t-1 (Puasa)t+0 (Lebaran) t+1 t+2
-30
Sumber: World Bank dan BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

-40
12 IHIM Pangan terdiri dari komoditas gula, jagung, kedelai, gandum, CPO, daging
ayam, daging sapi, dan bawang putih.

Inflasi Administered Prices


Grafik 4.26. Inflasi
Grafik 4.35. Tarif
Inflasi Tarif Angkutan Udara
Angkutan
Inflasi AP 2018 yang tercatat rendah 3,36%, tidak terlepas Udara
dari pengaruh minimalnya kebijakan terkait tarif harga Persen, ytd
barang dan jasa yang diatur Pemerintah (Grafik 4.25). 20 2017 2018
Sepanjang 2018, Pemerintah hanya melakukan dua
15
kali penyesuaian harga bahan bakar nonsubsidi (bahan Historis 2014 - 2017

bakar khusus) yakni pada Juli dan Oktober 2018.13 10

Beberapa kebijakan AP lain yang ditempuh 5


Pemerintah pada 2018, seperti kenaikan cukai rokok
0
pada awal 2018 dan tarif angkutan pada masa HBKN
relatif berdampak minimal pada keseluruhan inflasi -5

IHK. -10

-15
Inflasi AP yang rendah terlihat pada dinamika bulanan 123456789101112

inflasi AP tahun 2018. Inflasi AP pada periode HBKN


Sumber: BPS, diolah
Idul Fitri tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
rerata historis empat tahun terakhir, terutama
disebabkan oleh inflasi angkutan antarkota yang lebih 7,79%. Tren penurunan inflasi rokok telah
rendah dibandingkan historisnya. Realisasi inflasi tarif berlangsung sejak 2016 dipengaruhi antara lain oleh
angkutan udara juga penurunan kenaikan cukai rokok pada periode
lebih rendah dari historisnya. Hal ini dipengaruhi 2016 – 2018.
dampak deflasi yang cukup dalam inflasi tarif angkutan
udara pasca HBKN (Grafik 4.26). Penurunan tarif
tersebut terutama dipengaruhi peningkatan daya dukung
Inflasi Daerah Terjaga
infrastruktur transportasi udara dan pembukaan rute
baru oleh beberapa maskapai sepanjang 2018.14 Inflasi Inflasi nasional yang rendah pada 2018 ditopang
AP yang rendah juga ditunjang oleh penurunan inflasi perkembangan inflasi di berbagai wilayah yang
rokok. Inflasi rokok pada 2018 tercatat sebesar 6,55% terkendali. Realisasi inflasi di sebagian besar daerah
lebih rendah dibandingkan capaian akhir tahun 2017 pada 2018 secara umum berada dalam kisaran
yang sebesar sasaran inflasi nasional 3,5±1% (Gambar 4.1).
Perkembangan inflasi daerah tersebut disertai dengan
Grafik 4.25.Sumbangan
Sumbangan Inflasi Administered Prices pergerakan yang makin sejalan dengan sasaran
Grafik 4.34. Inflasi
AP inflasi nasional (Grafik 4.27).
Kontribusi Terhadap

3,0 Inflasi IHK Bensin, Solar, Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT)
TTLAngkutanRokokLainnya Inflasi nasional yang terkendali terutama ditunjang
2,5
oleh realisasi inflasi Sumatera dan Jawa yang
2,0
rendah. Perkembangan inflasi Sumatera sepanjang
1,5 2018 berada dalam kecenderungan menurun,
1,0 sehingga pada akhir 2018 inflasi Sumatera jauh
lebih rendah dibandingkan
0,5
rata-rata historisnya (Grafik 4.28). Sebagian besar
0
daerah di Sumatera mencatat tingkat inflasi yang
-0,5 cukup rendah yakni di sekitar 2%, bahkan inflasi
-1,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 Sumatera Utara hanya tercatat 1,22%. Realisasi inflasi
2015201620172018
berbagai daerah di Jawa juga berada pada level yang
cukup rendah yakni di sekitar 3%, termasuk DKI
Jakarta yang memiliki pangsa
Sumber: BPS, diolah
besar dalam pembentukan inflasi nasional. Sementara

13 Pada bulan Juli 2018, Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Khusus (BBK)
yaitu Pertamax sebesar Rp600/l, Pertamax Turbo sebesar Rp550/l, Pertamina Dex
sebesar Rp400/l, dan Dexlite sebesar Rp900/l. Sementara itu, pada Oktober 2018,
Pemerintah menaikkan harga BBK yaitu Pertamax sebesar Rp900/l, Pertamax Turbo
sebesar Rp1550/l, Pertamina Dex sebesar Rp1350/l dan Dexlite sebesar Rp1500/l.

14 Sejak 2014 hingga 2018 telah terbangun 10 bandara baru, serta telah dilakukan
revitalisasi dan pengembangan 408 bandara di daerah rawan bencana, terisolasi,
dan wilayah perbatasan.
Gambar
Gambar 4.1.Peta
5.2. PerkembanganInflasi
Peta Perkembangan InflasiDaerah
Daerah (%yoy)
(%yoy)

Inflasi ≥4,5%3,5% ≤ Inflasi <4,5%


2,5% ≤ Inflasi <3,5%Inflasi <2,5%
ACEH 1,8
KALTARA 5,0
SUMUT 1,2 SULTENG 6,5
SULUT 3,8 MALUT
4,1
RIAU KALTIM 3,2
2,4 KALBAR 3,8 GORONTALO 2,1 PAPBAR 5,2
SUMBAR 2,6 PAPUA 6,4
JAMBI 3 KALTENG SULBAR 1,8
4,5
SUMSEL 2,7 SULTRA 2,7
BENGKULU DKI JAKARTA 3,3
2,4 KALSEL 2.6SULSEL 3,5 MALUKU 3,3
LAMPUNG 2,7 JATENG 2,8
BANTEN

3,4JABAR BALI 3,1


3,5 DIY 2,7 JATIM 2,7
NTB 3,2 NTT 3,1

Sumber: BPS, diolah

itu, tekanan inflasi di kawasan timur Indonesia (KTI) dan Aceh bahkan merupakan dua provinsi dengan
cenderung lebih kuat, terutama di Sulawesi Tengah, inflasi
Papua, Papua Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan terendah secara nasional.
Tengah karena pengaruh bencana alam dan kendala
pasokan pangan. Beberapa daerah lain mencatatkan kenaikan inflasi
pangan antara lain disebabkan aneka bumbu, daging
Inflasi daerah yang terjaga ditopang pula inflasi bahan dan ikan segar, serta padi-padian (Grafik 4.30).
pangan yang terkendali di beberapa daerah. Inflasi Peningkatan harga komoditas aneka bumbu antara
pangan di sebagian daerah masih berada di bawah lain bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit,
rerata historis tiga tahun terakhir, meskipun sedikit mengakibatkan tekanan inflasi pangan di beberapa
meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun daerah di wilayah Bali-Nusa Tenggara (Balinusra),
sebelumnya. Sulawesi dan Kalimantan (Grafik 4.31). Inflasi aneka
Sumatera merupakan satu-satunya wilayah yang bumbu tertinggi terjadi di
mencatatkan inflasi pangan yang menurun pada Bali, Papua, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan
2018, bersumber dari penurunan harga komoditas sedangkan di Sulawesi inflasi aneka bumbu terutama
bumbu- bumbuan seperti cabai merah dan cabai terjadi di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
rawit didukung produksi yang meningkat (Grafik 4.29). Sementara itu, kenaikan inflasi ikan segar tertinggi
Sumatera Utara terjadi di Papua, Sulawesi Utara, dan Papua Barat
karena kendala pasokan.

Grafik 4.27. Sebaran


Grafik 4.37. Sebaran Inflasi
Inflasi Provinsi Grafik 4.28. Inflasi
Grafik 4.38. Inflasi Regional
Provinsi Regional
Persen,
yoy Persen, yoy

14 6 Rata-Rata 2015-20172018
Sebaran Inflasi Provinsi di Atas Inflasi NasionalSasaran Inflasi
Sebaran Inflasi Provinsi di Bawah Inflasi NasionalInflasi IHK Nasional
12 5

10
4

8
3
6

2
4

2 1

0 0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 SumateraJawaBalinusraKalimantanSulawesi Maluku-Papua
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 4.29. Disagregasi Subkelompok Bumbu-


Grafik 4.41. Disagregasi SubKelompok Bumbu – Grafik
Grafik 4.31.
4.40. Sumbangan InflasiBahan
Sumbangan Inflasi Bahan Pangan
Pangan Per
bumbuan
bumbuan Komoditas Per Komoditas
Persen, Persen, yoy
yoy
15 Cabai MerahBawang MerahBawang PutihCabai RawitLainnya 6 Padi, Umbi & Hasilnya Daging & Hasilnya IkanBumbu - bumbuan
Lainnya
5
10
4
5
3

0 2

-5 1

0
-10
-1
-15
-2

-20 -3
SumateraJawaBalinusra KalimantanSulawesi Maluku-Papua SumateraJawaBalnustraKalimantanSulawesiMapua

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Inflasi daerah yang terjaga juga ditopang inflasi AP 0


yang rendah di banyak daerah. Tekanan inflasi AP
yang lebih rendah terutama terlihat di wilayah Sumber: BPS, diolah

Sumatera,
Jawa, dan Kalimantan, bersumber dari penurunan
inflasi tarif listrik dan angkutan udara. Penurunan
inflasi angkutan udara ditopang oleh upaya
peningkatan daya dukung infrastruktur bandara
daerah dan penambahan kapasitas penerbangan
untuk mengimbangi permintaan yang tinggi. Koreksi
pada tarif angkutan udara di Jawa terutama tercatat
di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DKI Jakarta yang
memiliki kontribusi yang besar terhadap
pembentukan inflasi nasional. Selain itu, penurunan
inflasi angkutan udara yang signifikan juga terjadi di
provinsi lain, yakni Kalimantan Selatan, Nusa
Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
dan Bengkulu. Penurunan inflasi angkutan udara
yang signifikan

Grafik 4.30. Inflasi


Grafik 4.39. Bahan Pangan
Inflasi Bahan
Pangan
Persen, yoy
6 20172018

SumateraJawaBalinusraKalimantanSulawesi Maluku-Papua
menjadi penopang pencapaian inflasi Provinsi tinggi. Preferensi konsumsi ikan segar laut yang tinggi
Bengkulu dan cuaca yang kurang kondusif mengakibatkan
yang terendah sepanjang lebih dari 10 tahun terakhir keterbatasan pasokan ikan segar, pada akhirnya kerap
memicu kenaikan inflasi. Selain itu, kendala pasokan
Sejumlah daerah mencatatkan inflasi yang ikan segar di wilayah Maluku-Papua juga dipengaruhi
lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi oleh kapasitas kapal tangkap yang masih terbatas.
nasional. Daerah tersebut antara lain Inflasi yang tinggi juga tercatat di Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah, Papua, dan Papua Barat. dan Kalimantan Utara antara lain disebabkan
Faktor bencana alam yang terjadi di Sulawesi kenaikan inflasi daging ayam ras, bumbu-bumbuan
Tengah berdampak pada peningkatan dan ikan segar, serta tarif angkutan udara terutama
tekanan inflasi hampir seluruh kelompok pada peak season.
komoditas. Sementara itu, kenaikan tarif
angkutan udara dan kenaikan harga Perkembangan inflasi daerah yang terkendali tidak
kelompok aneka bumbu, daging ayam ras, terlepas dari dampak positif koordinasi pengendalian
dan ikan segar memicu kenaikan inflasi yang inflasi yang ditempuh Bank Indonesia dengan Pemerintah
lebih tinggi di Papua Barat dan Papua. di tingkat pusat dan daerah. Implementasi
Kenaikan tarif angkutan udara di kedua pengendalian inflasi daerah berdasarkan strategi 4K
daerah tersebut lebih tinggi dibandingkan (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan,
dengan rata-rata tarif tiga tahun terakhir Kelancaran distribusi, Komunikasi efektif) terus
seiring dengan permintaan yang diperkuat dan diperluas oleh
TPID di berbagai daerah. Koordinasi pengendalian optimalisasi jalur distribusi retail yang telah ada
inflasi pada 2018 difokuskan pada upaya menjaga terus diperluas, misal melalui Toko Tani.
ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi,
termasuk melalui penerapan program ketahanan Peningkatan produksi melalui program ekstensifikasi
pangan berupa ekstensifikasi dan intensifikasi dan intensifikasi juga terus diinisiasi secara
produksi (Gambar 4.2). meluas di sejumlah daerah. Program
ekstensifikasi produksi
Upaya memperkuat kelancaran distribusi dilakukan pangan antara lain dilakukan melalui upaya cetak
melalui inisiatif kerja sama perdagangan antardaerah sawah, termasuk berupa optimalisasi lahan rawa dan
yang menjadi salah satu strategi utama untuk gambut untuk pertanian pangan yang antara lain
mendukung keseimbangan pasokan dan permintaan dilakukan
daerah, di Kalimantan. Sementara itu, upaya intensifikasi
antara lain dalam bentuk pemberdayaan kerjasama produksi pangan ditujukan untuk mendorong
perdagangan oleh badan usaha milik daerah (BUMD). peningkatan produktivitas melalui implementasi
Dalam kaitan ini, kerja sama perdagangan dikembangkan inovasi pola budidaya, penguatan kelembagaan petani,
terutama untuk daerah yang merupakan basis konsumsi. pengembangan klaster pangan, dan urban farming.15
Daerah tersebut antara lain DKI Jakarta dengan sejumlah
Selain itu, untuk menjaga kesinambungan pasokan,
daerah pemasok antara lain Kabupaten Blitar untuk
sejumlah daerah juga telah memanfaatkan teknologi
telur ayam ras, Kabupaten Brebes untuk bawang
penyimpan produk pertanian (cold storage). Hal tersebut
merah, Lampung untuk beras, dan Nusa Tenggara
antara lain untuk komoditas cabai merah dan bawang
Timur untuk daging sapi. DKI Jakarta juga tengah
merah sebagaimana yang diterapkan di Jambi, Jawa
menjajaki kerjasama dengan Jawa Timur dengan
Tengah, dan Bali. Untuk mendukung upaya-upaya
Sulawesi Barat untuk jagung. Di beberapa daerah,
tersebut, Pemerintah secara aktif juga turut mendorong
inisiatif kerja sama perdagangan antardaerah
peningkatan kualitas infrastruktur dan sarana pendukung
difokuskan untuk mengoptimalkan surplus- defisit
pertanian di daerah melalui optimalisasi dana transfer
pasokan pangan dalam lingkup satu provinsi
daerah termasuk dana desa.
sebagaimana yang dilakukan di Jawa Tengah. Selain
itu,
ar 5.3. Peta Perkembangan Inflasi Daerah
(%yoy)
Gambar 4.2.Peta Ekstensifikasi dan Intensifikasi Produksi

Sumatera
Kalimantan
Ekstensifikasi lahan pertanian
Sulawesi
Ekstensifikasi hortikultura (cabai dan bawang) Optimalisasi lahan, cetak sawah, dan pengembangan klaster pad
Hilirisasi pertanian dan hortikultura
Pengadaan controlled atmosphere storage Pembangunan jalur irigasi tersier
Sidak pasar dan pemantauan harga
Penguatan kelembagaan peternak ayam Gerakan rica rumah (urban farming)
Penguatan koordinasi dan kelembagaan
Toko Tani Indonesia Centre Pengembangan cold storage perikanan
Optimalisasi jalur distribusi retail

Jawa
Koordinasi menjaga kelancaran pasokan DKI Jakarta dengan kota penyangga (Bogor, Bekasi, dan Depok)
Pemberdayaan BUMD dalam kerjasama perdagangan antardaerah
Optimalisasi gudang swasta untuk penampungan gabah/beras (implementasi Sistem Resi Gudang)
Bali-Nusa Tenggara
Penerbitan peraturan daerah terkait cadangan pangan Pasar murah, operasi pasar, dan pemantauan harga
Pembentukan Badan Usaha Milik Petani berbadan hukum Komunikasi pengendalian inflasi
Pemanfaatan sistem informasi pangan Koordinasi high level dan capacity building
Pengembangan sistem informasi perdagangan antar pulau TPID

Sumber: TPID

15 Urban farming merupakan seluruh sistem produksi pangan (hortikultura,


peternakan, budidaya perairan) yang terjadi di perkotaan, termasuk budidaya,
pemrosesan, dan distribusi.
CATATAN :
PERTEMUAN KITA YANG KE VII SABTU TANGGAL 17 APRIL 2020 MASALAH INFLASI DAN NILAI TUKAR. ANDA
BACA MATERI INI DAN DIPAHAMI, BUAT 10( SEPULUH ) PERTANYAAN DARI PEMBASAN INI LANGSUNG
ANDA BERIKAAN PENJELASANNYA . DAPAT DIKIRIM MELALUI EMAIL [email protected] . Hari
ini jam 14.00 wib SAPAT DIABSEN SESUAI DENGAN BATAS WAKTU DIATAS. SELAMAT BEKERJA SEMOGA
ANDA MENJADI ORANG YANG SUKSES.

Anda mungkin juga menyukai