Gerak Murni Kerin
Gerak Murni Kerin
Gerak Murni Kerin
1. Tari Rejang
Pada awalnya Tari Legong dikembangkan di wilayah keraton-keraton di Bali pada abad
ke-19. Tari Legong lahir dari mimpi seorang pangeran kerajaan. Menurut cerita rakyat yang
berkembang, masyarakat mempercayai bahwa sang pangeran yang bernama Pangeran Sukawati
sedang bermimpi di kala pangeran terserang sakit. Pangeran bermimpi melihat 2 orang wanita
yang menari dengan anggunnya sembari diiringi oleh alunan musik tradisional gamelan.
Perpaduan antara gerakan tari dan alunan musik gamelan yang mengiringi membuat sang
Pangeran Sukawati mengilustrasikannya hingga mengajarkannya pada para wanita kerajaan
untuk menari selepas pangeran sembuh dari sakitnya. Sehingga tarian tersebut dapat dikenal
hingga saat ini dengan nama Tari Legong.
3. Tari Kembang Pucuk
Tari Kembang Pucuk akan menjadi maskot Kabupaten Gianyar dalam kepemimpinan
Bupati Agung Bharata dan Mahayastra, tahun 2015. Dalam Tari Kembang Pucuk, penari akan
memperlihatkan gerakan daun, bunga pusuh (belum mekar) hingga membentuk bunga mekar dan
muncul sari. Gerakan penari yang lemah gemulai akan memperlihatkan penggambaran
keanggunan dan kecantikan bunga pucuk. Kostum yang dikenakan penari terdiri dari warna
kombinasi antara hijau, merah, dan diselingi dengan warna keemasan sebagai representasi warna
dari bunga pucuk.
Gerak Maknawi
1. Tari Angguk Kulon Progo
Asal Tari Angguk Kulon Progo
Tari Angguk adalah tarian tradisional yang berasal dari Kulon Progo Yogyakarta .
2. Tari Tayub
Kesenian tayub berasal dari kerajaan Jawa Kuna, pada hakikatnya merupakan bagian dari
rangkaian upacara yang bersifat religius yaitu tujuannya untuk memohon keselamatan pada
Tuhan juga sebagai ucapan rasa syukur.
Pada zaman Singasari, yaitu saat Tunggul Ametung menjadi raja, tari Tayub berfungsi
sebagai acara karesmen, yaitu acara yang dilaksanakan sesudah upacara penobatan. Biasanya
raja menari bersama ledhek, tradisi semacam itu berlaku pada zaman Majapahit. Namun pada
masa kerajaan Demak, acara ini ditiadakan. Mulai berdirinya kerajaan Mataram Baru yaitu
zaman raja Sultan Agung, tayub digali dan dipakai lagi sebagai bagian tradisi jumenengan di
keraton, tarian ini dilaksanakan secara turun temurun sampai keraton Surakarta Hadiningrat. Para
penari wanitanya disebut dedungik sontrang. Oleh Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati
Mangkunegara I atau lebih populer dipanggil Pangeran Samber Nyawa, tayub dijadikan kesenian
untuk menghibur para pasukan.
3. Tari Gantar
Tari Gantar merupakan jenis tarian pergaulan antara muda mudi yang berasal dari
Suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada saat upacara adat saja, menurut versi cerita
yang lain bahwa tari gantar merupakan tarian yang dilaksanakan pada saat upacara pesta
tanam padi. Properti tari sebuah tongkat panjang tersebut adalah kayu yang digunakan untuk
melubangi tanah pertanian dan bambu pendek adalah tabung benih padi yang siap ditaburkan
pada lubang tersebut. Gerakan kaki dalam tari ini menggambarkan cara menutup lubang tanah
tersebut. Muda-mudi dengan suka cita menarikan tari tersebut dengan harapan panen kelak akan
berlimpah ruah hasilnya