Makalah Psikopen

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK

(RAGAM STRATEGI PEMBELAJARAN DAN APRESIASI PRESTASI)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Psikologi

Pendidikan yang diampu oleh Bapak Dr. Mamat Supriatna, M.pd.

Disusun Oleh

Angelina Joya 1903670


Nur Fitri Herdiani 1902186
Rela Nurlaela 1902331
Tri Anggi M.P 1900776

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi.......................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................1

1.3 Tujuan..............................................................................................2

1.4 Manfaat............................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................3

2.1 Belajar..............................................................................................3

2.2 Peserta Didik....................................................................................3

2.3 Strategi Pembelajaran......................................................................4

2.4 Apresiasi..........................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN............................................................................6

3.1 Strategi Pembelajaran Akselerasi...................................................6

3.2 Strategi Pembelajaran (Inquiry-Discoveri Learning)...................12

3.3 Strategi Pembelajaran Saintifik....................................................17

3.4 Apresiasi Prestasi Belajar Peserta Didik......................................25

BAB IV PENUTUP...................................................................................31

4.1 Simpulan.......................................................................................31

4.2 Saran.............................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................32

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku

manusia di dalam dunia Pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang

proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia

yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisiensian di dalam

pendidikan. Tujuan adanya Psikologi Pendidikan unutk mengembangkan

keimuan dan menerapkan psikologi dalam memberikan layanan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitative dalam lingkup pendidikan.

Psikologi Pendidikan di dalamnya terdapat ragam bahasan yang

mencangkup tentang ilmu-ilmu Pendidikan khususnya untuk guru yang salah

satunya tentang “Pembelajaran Peserta Didik” yaitu suatu proses untuk

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Makaah ini bermaksud

untuk menjelaskan mengenai Ragam Strategi Pembelajaran yang mencangkup

Pembelajaran Akselerasi, Mencari dan Menemukan (Inquiry-Discovery

Learning), dan Pembelajaran Saintifik (Scientific Learning) serta menjelaskan

mengenai Apresiasi Prestasi Belajar Peserta Didik.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana Ragam Strategi Pembelajaran Akselerasi di dalam pembelajaran

peserta didik ?

2. Bagaimana Ragam Strategi Pembelajaran Mencari dan Menemukan (Incuiry-

Discovery Learning) di dalam pembelajaran peserta didik ?

3. Bagaimana Ragam Strategi Pembelajaran Saintifik (Scientific Learning) di

dalam pembelajaran peserta didik ?

1
2

4. Bagaimana Apresiasi Prestasi Belajar Peserta Didik di dalam pembelajaran

peserta didik ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Strategi Pembelajaran Akselerasi dalam proses

pembelajaran peserta didik.

2. Untuk mengetahui Strategi Pembelajaran Mencari dan Menemukan (Incuiry-

Discovery Learning) dalam proses pembelajaran peserta didik.

3. Untuk mengetahui Strategi Pembelajaran Saintifik (Scientific Learning)

dalam proses pembelajaran peserta didik.

4. Untuk mengetahui Apresiasi Prestasi Belajar Peserta Didik dalam proses

pembelajaran peserta didik.

1.4 Manfaat

1. Memberikan dan menambah pengetahuan tentang Strategi Pembelajaran

Akselerasi dalam proses pembelajaran peserta didik.

2. Memberikan dan menambah pengetahuan tentang Strategi Pembelajaran

Mencari dan Menemukan (Incuiry-Discovery Learning) dalam proses

pembelajaran peserta didik.

3. Memberikan dan menambah pengetahuan tentang Strategi Pembelajaran

Saintifik (Scientific Learning) dalam proses pembelajaran peserta didik.

4. Memberikan dan menambah pengetahuan serta pemahaman tentang

pentingnya Apresiasi Prestasi Belajar Peserta Didik dalam proses

pembelajaran peseta didik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Menurut Doris Lessing (dalam buku Pembelajaran. Andrias Harifa,2001 :

1), belajar adalah mengerti sesuatu yang telah diketahui sepanjang hidup tetapi

dengan pemahaman yang berbeda.

Menurut teori ilmu jiwa Gestalt (dalam buku Psikologi Pendidikan. Alisuf

Sabri,1996 : 72), belajar bukan hanya sekedar proses asosiasi antara stimulus

dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atau conditioning dengan

melalui latihan-latihan atau ulangan-ulangan.

Menurut Thursan Hakim (2002), belajar adalah suatu proses perubahan di

dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.

Menurut M. Ngalim Purwanto (1986),  belajar adalah suatu perubahan

didalam kepribadian yang  menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada

reaksi yang berupa kecakapan  sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu

pengertian.

2.2 Peserta Didik

Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum

undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia sebagai

individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang tidak

3
4

tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang

menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan

keinginan sendiri"

2.3 Strategi Pembelajaran

Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam

bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan

kata stratos (militer) dengan “ego” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego

berarti merencanakan (to plan).

Dengan demikian strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan

ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.

Strategi  mencakup tujuh kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi

kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.

Secara sederhana, istilah pembelajaran (instructions) bermakna sebagai

upaya untuk mebelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai

upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian

tujuan yang telah direncanakan.

Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan dalam

kehidupan  di sekolah sehingga antara guru yang mengajar dan anak didik yang

belajar dituntut untuk provit tertentu.

Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem

pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk

mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah

atau teori belajar tertentu.


5

2.4 Apresiasi

Menurut Prayogi, pengertian apresiasi merupakan tiap-tiap aktivitas

penghargaan yang dilakukan ialah sebagai hasil penggunaan, peresapan, serta

juga penilaian seseorang terhadap sebuah karya sastra ataupun juga karya seni

tertentu. Apresiasi tersebut juga dapat diartikan ialah sebagai bentuk rasa kagum

ataupun juga kekaguman yang keluar dari diri penguasa ataupun penikmat dari

karya seni maupun karya sastra tertentu.

Menurut Hornby (dalam sayuti), pengertian apresiasi adalah suatu

pengenalan dan pemahaman yang tepat, pertimbangan, penilaian, serta juga

pernyataan yang memberikan suatu penilaian.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Strategi Pembelajaran Akselerasi

3.1.1 Pengertian Akselerasi

Akselerasi adalah program layannan pendidikan yang diberikan kepada

siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan lebih dengan penyelesaian

waktu belajar lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan sehingga dapat

memenuhi kebutuhan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Program percepatan belajar (akselerasi) adalah program layanan pendidikan

khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

dengan penyelesaian waktu belajar lebih cepat atau lebih awal dari waktu yang

telah ditentukan, pada setiap jenjang Pendidikan.

Jadi program akselerasi adalah program layanan pendidikan yang diberikan

kepada siswa  yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa,dengan

penyelesaian waktu belajar lebih cepat dari waktu yang ditentukan dari setiap

satuan pendidikan. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan layanan pendidikan

yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

3.1.2 Tujuan Program Akselerasi

Secara umum, penyelenggaran percepatan belajar akselerasi bertujuan:

a) Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari

segi perkembangan kognitip dan afektifnya.

b) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan

bagi  dirinya sendiri.

c) Memenuhi minat intelektual dan perspektif  masa depan  peserta didik

sebagai asset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian.

6
7

d) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.

Secara khusus, penyelenggaraan program percepatan belajar akselerasi bertujuan:

a) Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan

secara lebih cepat sesuai dengan potensinya.

b) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta didik .

c) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung

berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal.

d) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan

emosionalnya secara berimbang.

3.1.3 Manfaat Akselerasi

Beberapa keuntungan dari pelaksanaan program akselerasi bagi anak

berbakat adalah:

a. Meningkatkan efisiensi. Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pelajaran

dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan lebih baik dan lebih

efisien.

b. Meningkatkan efektifitas. Siswa yang dapat belajar pada tingkat kelas yang

dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya

merupakan siswa yang paling efektif.

c. Membuka siswa pada kelompok barunya. Dengan program akselerasi, siswa

dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki

kemampuan intelektual dan akademis yang sama, sehingga mereka tidak

merasa bahwa mereka paling super.

d. Ekonomis. Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak

biaya untuk guru khusus anak berbakat.


8

3.1.4 Prinsip-Prinsip Akselerasi

Beberapa prinsip-prinsip dari pelaksanaan program akselerasi bagi anak

berbakat adalah sebagai berikut:

a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, belajar tidak hanya

menggunakan otak (sadar, rasional, memekai otak kiri dan verbal), tetapi juga

melibatkan tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra dan sarafnya.

b. Belajar adalah berkreasi bukan mengkonsumsi, pengetahuan bukanlah

sesuatu yang diserap oloeh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan

pembelajar.

c. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik).

Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Kita belajar berenang

dengan berenang, cara bernyanyi dengan bernyanyi.

3.1.4 Langkah-Langkah Akselerasi

Semua langkah tersebut dimaksudkan dalam program CBS yang struktur

metodenya dibagi menjadi enam langkah dasar, disingkat dengan kata

MASTER,yaitu:

a. Motivating Your Mind.

b. Acquiring The Information (memperoleh informasi).

c. Searching Out Meaning (menyelidiki makna).

d. Triggering The Memory (memicu memori).

e. Exhibizing What You Know (memamerkan apa yang anda ketahui).

f. Reflecting How You’ve Learned (merefleksikan bagaimana anda belajar).


9

Pendekatan yang digunakan dalam accelerated learning selain MASTER,

juga ada pendekatan yang dikembangkan oleh Dave Meier yang dikenal

dengan pendekatan SAVI, yaitu belajar berdasarkan aktivitas, belajar dengan

seluruh kepribadian. Belajar dengan aktivitas berarti bergerak aktif secara

fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan

membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Unsur-unsur

dalam pendekatan SAVI antara lain:

a. Somatis (belajar dengan indra peraba).

b. Auditori (belajar dengan indra pendengaran).

c. Visual (belajar dengan indra penglihatan).

d. Intelektual (belejar dengan pikiran).

3.1.5 Pengelolaan Pembelajaran Kelas Akselerasi

Pembelejaran akselerasi adalah salah satu cara alamiah yang menggugah

sepenuhnya kemampuan belajar para pembelajar, membuat belajar lebih

menyenangkan dan memuaskan serta memberikan sumbangan sepenuhnya

pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi dan keberhasailan. Upaya

peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh pendayagunaan unsur-unsur

peserta didik kurikulum, guru dan fasilitas dengan tujuan membantu siswa

atau peserta didik agar dapat belajar dengan mudah sehingga tujuan

pembelajaran tercapai.

3.1.6 Strategi Kognitif


10

Strategi kognitif (Gagne, 1974) adalah kemampuan internal seseorang untuk

berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Bell Gredler

(1986), menyebutkan strategi kognisi sebagai suatu proses berfikir induktif,

yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang

diketahui seseorang.

Strategi kognitif merupakan kapabilitas yang mengatur cara bagaimana

siswa mengelola belajarnya, ketika mengingat-ingat dan berfikir, ia juga

merupakan proses pengendali atau pengatur pelaksana tindakan. Gegne dan

Briggs (1974) menyatakan suatu contoh strategi kognisi ialah proses inferensi

atau induksi. Pengalaman dengan obyek-obyek atau kejadian-kejadian, dan

seseorang berusaha memperoleh penjelasan mengenai suatu gejala tertentu

yang menghasilkan induksi. Obyek strategi kognitif ialah proses berfikir

siswa sendiri.

3.1.7 Peran Strategi Kognitif Dalam Akselerasi Pembelajaran.

Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan

kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan

materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun

siswa telah menyelesaikan pendidikannya. Dave Meier (2002:25-26) menulis

beberapa prinsip pokok akselerasi pembelajaran, yaitu:

1. Adanya keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan pembelajaran.

2. Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif, melainkan

menciptakan pengetahuan secara aktif.

3. Kerjasama diantara pembelajar sangat membantu meningkatkan hasil

belajar.
11

4. Belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada belajar berpusat

presentasi.

5. Belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih

singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran

dengan presentasi.

Menurut Socrates dan John Dewey, belajar merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan secara mental dan fisik yang diikuti dengan kesempatan merefleksikan

hal-hal yang dilakukan dari hasil perilaku tersebut. Menurut prinsip

konstruktivisme, seorang pengajar atau guru, dan dosen berperan sebagai

mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa dan mahasiswa agar

berjalan dengan baik.

Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sbb:

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa

bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.

2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang

merangsang keingintahuan siswa.

3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa

jalan atau tidak.

Peran dan tugas pengajar konstruktivisme:

1. Guru banyak berinteraksi dengan siswa

2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama

3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan

kebutuhan siswa

4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa


12

5. Guru perlu memiliki pemikiran yang fleksibel

Hal-hal yang penting dikerjakan oleh seorang guru konstruktivis sebagai berikut:

1. Guru perlu mendengar secara sungguh-sungguh interpretasi siswa

terhadap data

2. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas

3. Guru perlu tahu bahwa “tidak mengerti” adalah langkah yang penting

untuk memulai menekuni.

3.2 Strategi Pembelajaran Mencari dan Menemukan (Inquiry-DiscoveryLearning)

3.2.1 Pengertian

Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi dari pembelajaran Discovery-

Inquiry diantaranya adalah:

1) Sund (1975) dalam Moh. Amien (1979: 5) menyatakan bahwa

”Discovery adalah proses mental dimana individu mengasimilasi konsep dan

prinsip-prinsip”. Sedangkan menurut Roestiyah (2002: 20) ”Discovery

learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan

mental melaui tukar pendapat,  dengan diskusi, membaca sendiri, dan mencoba

sendiri agar anak belajar sendiri”.

2) Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 22) ”Inquiry-discoveri

learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri”.

Berdasarkan berbagai definisi pembelajaran discovery-inquiry di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran discovery-inquiry merupakan pembelajaran

yang menitik beratkan pada proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus

melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat menentukan konsep


13

mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan yang

mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.

3.2.2 Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Discovery-Inquiry

Peran guru dalam pembelajaran discovery-inquiry adalah:

1) Menciptakan suasana yang memberi peluang untuk berpikir bebas dalam

bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah.

2) Sebagai fasilitator dalam penelitian.

3) Rekan diskusi dalam pencarian alternatif pemecahan masalah.

4) Pembimbing penelitian, pendorong keberanian berfikir alternatif dalam

pemecahan masalah.

Sedangkan peranan siswa adalah:

1) Mengambil prakarsa dalam menemukan masalah dan merancang alternatif 

pemecahan masalah.

2) Aktif mencari informasi dan sumber-sumber belajar.

3) Menyimpulkan dan analisis data.

4) Melakukan eksplorasi untuk memecahkan masalah.

5) Mencari alternatif masalah bila terjadi kebuntuan.

3.2.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan Pembelajaran Discovery-Inquir)

Pembelajaran discovery-inquiry dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-

syarat berikut:
14

1) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan

kepada kelas (personal bersumber dari bahan pelajaran yang menantang

siswa/ problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa.

2) Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan

menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.

3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.

4) Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, dan, berdiskusi.

5) Guru tidak ikut campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.

3.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Discovery-Inquiry

Model pembelajaran discovery-inquiry memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran discovery-inquiry:

1) Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian

informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik

tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang

menekankan kepada proses pengolahan informasi dimana siswa yang aktif

mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya

lebih tinggi atau lebih banyak.

2) Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.

3) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer

kepada siutuasi-situasi proses belajar yang baru.

4) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya

sendiri.Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis

sumber belajar yang tida hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya

sumber belajar.
15

5) Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari

sehingga retensinya tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.

Kekurangan model pembelajaran discovery-inquiry yaitu:

1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima

informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan

berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah

kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah

bertahun-tahun dilakukan.

2. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai

pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa

dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru

merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).

3. Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak

berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan

terarah.

4. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih

baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya

metode ini sulit terlaksana dengan baik.

3.2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery-Inquiry

Secara garis besar prosedur pelaksanaan pembelajaran discovery 

adalah sebagai berikut :


16

1. Stimulation : guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau

menyuruh anak didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang

membuat persoalan.

2. Problem statement : memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi berbagai persoalan.

3. Data collection : perngumpulan berbagai informasi yang relevan,

membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber

atau melakukan uju coba sendiri dan lain-lain oleh siswa.

4. Data processing: pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian,

pentabulasian bahkan penghitungan data pada tingkat kepercayaan

tertentu.

5. Verification atau pembuktian : pembuktian dari hipotesis atau

pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan

informasi yang telah ada.

6. Generalization: berdasarkan hasil verifikasi, siswa menarik

kesimpulan atau genaralisasi tertentu.

3.2.6 Macam-Macam Pembelajaran Discovery-Inquiry

Pengembangan kemampuan “discovery inquiry” pada diri siswa

melalui pengajaran science dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan

antara lain:

a. Guided discovery-inquiry.

b. Discovery-inquiry bebas.

c. Discovery-inquiry  bebas yang dimodifikasi.


17

d. Inquiry role approach.

e. Invitation into inquiry.

f. Pictorial riddle.

g. Synectic lesson.

3.3 Strategi Pembelajaran Saintifik (Scientific Learning)

3.3.1 Pengertian

Kurikulum yang diterapka dari berbagai sekolah dalam

pembelajaran pada saat ini adalah kurikulum 2013 atau sering disebut

KURTILAS. Dan kebanyak guru dalam proses pembelajaran menerapkan

pendekatan saintifik. Secara istilah pengertian dari pendekatan saintifik

adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta

didik secara aktif mengonstruks konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan

masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum ataupun prinsip yang

ditemukan. Hal tersebut dilakukan agar mampu mendorong dan

menjadikan peserta didik lebih aktif dan berpikir kritis serta mampu belajar

mandiri dalam mengamati permasalah yang terjadi.

Seorang guru memberikan bimbingan kepada peserta didik agar

pembelajaran tetap tersampaikan kepada peserta didik tanpa terus menerus

berbicara memberikan materi. Biasa peserta didik akan lebih banyak

menerima pembelajaran setelah melakukan berbagai hal. Banyak hal yang

mereka tidak tahu yang akhirnya peserta didik akan mengetahuinya, peserta
18

didik akan merasa lebih puas bahkan lebih aktif dalam proses pembelajaran

di kelas.Seseorang akan mendapatkan pengetahuan setelah melalui beberapa

tahapan. Pendekatan saintifik ini mampu mendorong peserta didik untuk

beradaptasi dengan pemikiran ilmiah memecahkan permasalahan dengan

sistematis sesuai dengan data yang sebenarnya.

3.3.2 Tujuan dan Prinsip Strategi Pembelajaran Saintifik

Menurut Riadi. M (2019) dalam Hosnan (2014) strategi

pembelajaran saintifik memiliki karakteristik, yaitu sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa atau peserta didik;

Maksud dari berpusat pada peserta didik adalah metode ini

diberikan oleh guru kepada peserta didik, agar peserta didik lebih paham

dan aktif dalam pembelajaran di kelas. Karena pada dasarnya yang

menerima pembelajaran itu siswa atau peserta didik dan yang

memberikan pelajaran itu seorang guru.

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep;

Dalam sebuah pembelajaran penyelesaian masalah, Peserta didik

akan menyelesaikan tugas sesuai dengan tahapan yang seharusnya.

Sesuai dengan kaidah dan konsep yang telah ditentukan.

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat

tinggi peserta didik;

Dalam pembelajaran pendekatan saintifik yang diberikan kepada

peserta didik ini memiliki tujuan agar peserta didik terlatih dalam

berpikir kritis. Mencerdaskan pemikiran peserta didik menjadi pribadi

yang lebih dewasa dan bijaksana dalam mengambil keputusan.


19

4. Dapat mengembangkan karakter peserta didik.

Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya bahwa dengan

mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan tinggi, selain

menjadikan pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana dalam mengambil

keputusan. Peserta didik juga akan terbiasa peduli dengan lingkungan

sekitar, fenomena sosial yang sering terjadi dimasyarakat.

Strategi pembelajaran saintifik juga memiliki sejumlah tujuan

dalam keberlangsungan proses pembelajaran yang diterapkan.

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya

kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik;

Selain membuat peserta didik paham dengan materi dan

pembelajaran yang disampaikan guru. Peserta didik juga diharapkan

mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya berpikir secara

luas, bertanya terhadap apa yang terjadi dan mampu

mengkomunikasikannya sesuai dengan fakta dan data yang ada.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik;

Pendekatan saintifik ini juga mampu membantu dan memudahkan

peserta didik dalam menyelesaikan tugas pembelajarannya.

Menyelesaikan masalah sesuai dengan kajian dan tahapan-tahapan

atau secara sistematis. Sehingga masalah akan ditemukan

penyebabnya bahkan peserta didik mampu dengan mudah

menemukan bagaimana cara penyelesaiannya.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik


20

merasabahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan;

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi;

Dari pembelajaran-pembelajaran yang diberikan seorang guru yang

menggunakan pendekatan saintifik ini juga diharapkan peserta didik

memperoleh pengetahuan yang lebih baik, yang sebelumnya

mungkin tidak tersampaikan melalui pencarian sendiri peserta didik

akan mendapatkan pengetahuan yang belum diketahui itu.

5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya

dalam menulis artikel ilmiah;

Setelah peserta didik paham dan mampu menyelesaikan

pembelajaran terkait dengan pendekatan saintifik ini. Peserta didik

tidak hanya berhenti sampai disitu, tetapi seorang guru juga bisa

mengarahkan peserta didiknya agar mampu menuangkan

prestasinya, mengkomunikasikan ide-idenya melalui karya tulis

ilmiah. Agar pengetahuannya akan tetap berkembang bahkan

mampu memberikan pengaruh terhadap orang lain.

6. Untuk mengembangkan karakter peserta didik.

Seseorang yang berpikir kritis dan tinggi akan lebih cepat tanggap

dalam proses berpikir, mengetahuan mana yang baik dan mana yang

tidak baik. Bahkan melalui pembelajaran saintifk ini sesuai dengan

apa yang dibahas sebelumnya bahwa pendekatan saintifik ini

mampu mewujudkan karakter peserta didik yang baik, berpikir

kritis, tanggung jawab, mandiri, dan menumbuhkan jiwa sosial yang

tinggi.
21

Selain karakteristik dan tujuan yang terdapat dalam strategi

pembelajaran saintifik, terdapat juga beberapa prinsip pendekatan

saintifik dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai beriku:

7. Pembelajaran berpusat pada peserta didik;

8. Pembelajaran membentuk students self concept;

Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah

pendangan dan perasaan kita tentang diri kita. Sedangkan Centi

mengemukakan konsep diri (self concept) tidak lain dan tidak bukan

adalah gagasan tentang diri sendiri dari bagaimana kita melihat diri

sendiri sebagai pribadi , bagaimana kita bisa merasa tentang diri

sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi

manusia sebagaiman kita diharapkan.

9. pembelajaran terhindar dari verbalisme;

Verbalisme berasal dari bahasa latin yaitu verbum yang artinya

perkataan atau ucapan. Verbalisme secara umum adalah istilah untuk

menyebut sesuatu sebagai ungkapan verbal, pengungkapan lewat

kata-kata untuk mengungkapka gagasan dan menyatakan pengertian.

(referensi makalah:2012)

Banyak guru yang menyampaikan contoh pengaplikasian

pembelajaran dengan kata-kata sederhana ataupun kata-kata yang

tidak diketahui peserta didik. Sehingga peserta didik tidak sedikit

yang meras tidak paham dengan apa yang disampaikan gurunya

bahkan bosan mengikuti pembelajaran dikelas. Melalui pendekatan

saintifik mengarahkan peserta didik untuk tidak cepat bosan dan

mencari contoh real terhadap apa yang berkaitan dengan


22

pembelajaran yang mudah dipahami oleh peserta didik.

10. Pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

mengasimilasi dan mengkomodasi konsep, hukumdan prinsip;

Peserta didik akan mendaptkan kesempatan untuk mendapatkan

informasi sesuai dengan fakta permasalahan yang terjadi. Bahkan

mampu membandingkan dengan pengetahan informasi lain untuk

menguji kebenaran masalahitu sendiri.

11. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir peserta didik;

12. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan

motivasi mengajar guru;

13. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih

kemampuan dalam komunikasi;

14. adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang

dikontruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.

3.3.3 Langkah-langkah Umum Strategi Pembelajaran Saintifiik

Strategi pembelajaran saintifik memiliki karakteristik dan tujuan

yang mana dalam pengimplementasian pembelajaran strategi saintifik ini

merupakan strategi pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didik

aktif, kreatif dan inovatif. Peserta didik dapat menggali informasi, jadi

tidak hanya guru sebagai narasumber. Dengan hal itu maka peserta didik

tidak akan cepat bosan dengan hanya mendengarkan pembelajaran yang

disampaikan guru. Peserta didik juga akan terlatih menulis artikel ilmiah

secara sistematis dan berproses. Proses pembelajaran yang mengacu pada


23

pendekatan saintifik menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan

(2016) meliputi lima langkah, yaitu:

1. Mengamati

Mengamati yaitu kegiatan peserta didik mengidentifikasi melalui

indera penglihatan (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap

dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tapa alat

bantu. Alternatif kegiatan mengamati antar lain observasi lingkungan,

mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta,

membaca berbagai informasi yang tersedia dimedia masa dan internet

maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah

siswa dapat mengidentifikasi masalah.

Melalui proses ini peserta didik dituntut untuk peka terhadap

permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Baik itu masalah

ekonomi, sosial, budaya bahkan politik. Hal tersebut dilakukan agar

peserta didik mampu menentukan adahal yang menarik yang harus bahas

bahkan diselesaikan.

2. Menanya

Menanya yaitu kegiatan peserta didik mengungkapkan apa yang ingin

diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu

peroses tertentu. Untuk mendapatkan data hipotesis atau dugaan

sementara, peserta didik harus bertanya mengenai permasalahan yang

belum diketahui bahkan mengacu pada faktor utama terhadap masalah

tersebut. Pertanyaan dilakukan ataudiberikan sesuai dengan objek yang

terlibat di dalamnya sehingga peserta didik akan mendapattkan informasi

sementara untuk dikaji.


24

3. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data yaitu kegiatan peserta didik mencari informasi

sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan pengumpulan

data dapat dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data

skunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara,

menyebarkan kuisoner, dan lain-lain.hasil belajar dari kegiatan

mengumpulkan data adalah peserta didik dapat menguji hipotesis.

Untuk mendukung keabsahan informasi yang telah didapatkan peserta

didik harus mencari referensi lain agar dapat diketahui sesuai atau

tidaknya dengan teori yang sudah ada. Jika permaslahan yang dikaji

menyangkut orang banyak pesertadidik mampu melakukan turun ke

lapangan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.

4. Mengasosiasikan

Mengasosiasikan yaitu kegiatan peserta didik mengolah data dalam

bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan

tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan

klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung membagi dan menyusun

data dalam bentuk yang lebih infomatif, serta menentukan sumber data

sehingga lebih bermakna.

Disinilah kegiatan peserta didik menyimpulkan semua informasi yang

didapatkan sebelumnya. Membandingkan dengan teori-teori yang ada,

menghitung, mengklasifikasikan tanggapan-tanggapan narasumber.

Menuangkan gagasan dan pikiran kritis peserta didik dalam membahas

suatu permasalahan tersebut, dengan bahasa penyampaian yang dapat

diterima oleh orang banyak.


25

5. Mengomunikasikan

Mengomunikasikan yaitu kegiatan peserta didik mendeskripsikan

dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati,

menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang

ditunjukan kepada oranglain baik secaralisan maupun tulisan dalam

bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan

perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan

komunikasi. Hasil belajar dari kegatan mengomunikasikan adalah

peserta didik dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan

pembuktian hipotesis.Hal tersebut juga bisa disampaikan melalui

karya artikel ilmiah agar informasi bisa dengan mudah sampai kepada

pembaca.

3.4 Apresiasi Prestasi Belajar Peserta Didik

3.4.1. Apresiasi dalam Bentuk Penghargaan atau Reward

Menurut Prayogi, Apresiasi merupakan tiap-tiap aktivitas

penghargaan yang dilakukan ialah sebagai hasil penggunaan, peresapan,

serta juga penilaian seseorang terhadap sebuah karya sastra ataupun juga

karya seni tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Apresiasi

merupakan tiap-tiap penilaian baik, penghargaan misalnya terhadap suatu

karya sastra maupun juga karya seni. Jadi dapat disimpulkan bahwa

apresiasi merupakan aktivitas penghargaan atau reward yang dilakukan

sebagai hasil penilaian seseorang terhadap sebuah karya tertentu.

Wujud apresiasi ini dalam bentuk penghargaan atau reward.

Apresiasi tidak hanya dilakukan untuk mengapresiasi seni atau karya

sastra saja, tetapi apresiasi juga dapat dilakukan diberbagai macam


26

aktivitas salah satunya ialah apresiasi prestasi belajar peserta didik.

Penghargaan atau reward dapat dimaknai sebagai perbuatan menghargai

atau penghormatan. Dengan demikian, Penghargaan adalah suatu cara

yang digunakan untuk memberikan penghargaan kepada seseorang karena

sudah mengerjakan suatu hal yang benar, sehingga orang yang menerima

penghargaan lebih bersemangat dalam melakukan hal yang benar. Dalam

kaitannya dengan peserta didik, pengharagaan juga berarti suatu

keterampilan dalam memberikan respon positif terhadap tingkah laku

peserta didik sebagai penguatan agar tingkah laku positif dapat terulang

kembali. Misalnya dalam mengapresiasi prestasi peserta didik,

penghargaan atau reward yang diberikan mampu memotivasi peserta didik

untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang mereka capai.

3.4.2. Bentuk Penghargaan atau Reward

Pada prakteknya, penghargaan dapat diberikan dalam dua bentuk yaitu:

1. Verbal. Penghargaan verbal mengacu pada suatu tindakan spontan

berupa pujian atas capaian peserta didik.

2.  Nonverbal. Bisa berupa simbol atau gerakan anggota tubuh pendidik

pada saat melihat perilaku positif peserta didik. Misalnya,

menunjukkan ibu jari atau jempol, menepuk bahu peserta didik, tepuk

tangang, dsb. Bisa juga berupa tulisan di lembar kerja peserta didik.

Dan juga berupa pemberian benda, seperti pin bintang, kalung medali,

dan sebagainya. Ada juga penghargaan khusus, yaitu penghargaan

yang diberikan sebagai improvisasi pemberian penghargaan, misalnya

dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengerjakan hal lain apabila berhasil mencapai sesuatu hal lebih


27

dahulu dari teman-temannya.

3.4.3. Macam-Macam Penghargaan atau Reward

Secara umum, penghargaan dapat diberikan dengan beberapa macam,

yaitu:

1. Pujian. Kita tahu, pujian merupakan tindakan mengungkapkan

persetujuan atau kekaguman. Pujian dapat meningkatkan harga diri,

kemandirian, minat belajar, dan prestasi belajar peserta didik. Pujian

merupakan penghargaan yang paling mudah dilakukan. Biasanya

dilakukan dengan kata-kata seperti yes, bagus, tingkatkan, dsb. 

2. Penghormatan. Penghargaan ini mengacu pada dua bentuk

yaitu penobatan, dimana peserta didik diumumkan kepada seluruh

teman-temannya secara terbuka sebagai peserta didik yang mencapai

sesuatu hal yang baik. Bisa dilakukan didepan teman-teman kelas saja

atau didepan seluruh peserta didik di sekolah. Pengormatan juga

mengacu pada pemberian kuasa untuk melakukan sesuatu hal.

Misalnya, peserta didik diberikan kesempatan untuk menunjukkan

caranya menyelesaikan soal suatu mata pelajaran atau tugas lain.

3. Hadiah. Penghargaan dengan cara ini bisa berdampak kurang baik

pada motivasi belajar peserta didik. Peserta didik belajar bukan untuk

menjadi tahu melainkan untuk mendapatkan hadiah. Manakala tidak

mendapatkan hadiah, peserta didik menjadi malas belajar. Karena itu,

hadia harus diberikan secara tepat dalam tepat waktu dan tepat karena

perlu. Misalnya pada saat hari raya keagamaan, dsb.

4. Tanda Penghargaan. Ini merupakan penghargaan yang bersifat

simbolis. Biasanya berupa surat-surat tanda penghargaan, piala, dsb.


28

3.4.4. Sifat Penghargaan atau Reward

Kita tahu, dalam proses pembelajaran, penghargaan mempunyai

arti penting. Pemberian penghargaan harus bersifat mendidik, memotivasi,

dan memperkuat perilaku dan mampu mendorong peserta didik

mengambil inisiatif dan semangat belajar. Dengan demikian, pemberian

penghargaan harus memenuhi ketiga sifat ini agar tujuannya tercapai

3.4.5. Tujuan Penghargaan atau Reward

Adapun tujuan memberikan penghargaan kepada peserta didik, sebagai

berikut:

1. Meningkatkan perhatian;

2. Memudahkan peserta didik dalam proses pembejaran;

3. Membangkitkan dan memelihara motivasi;

4. Mengendalikan dan mengubah tingkah laku belajar yang kontra

produktif ke arah tingkah laku belajar yang produktif;

5. Mengatur dan mengembangkan peserta didik dalam belajar;

6. Mengarahkan cara berpikir tingkat tinggi; dan

7. Menguatkan tingkah laku positif.

3.4.6. Syarat Pemberian Penghargaan atau Reward

Meskipun reward itu baik bagi peserta didik, namun ada sejumlah syarat

yang perlu diperhatikan:

1. Pendidik harus memastikan bahwa ia mengenal seluruh peserta

didiknya dengan baik sehingga pendidik dapat memberikan reward

yang tepat. Sebab penghargaan yang salah atau tidak tepat malah akan

membawa akibat yang tidak diharapkan.

2. Penghargaan harus diberikan karena alasan obyektif, bukan subyetif.


29

Maksudnya, penghargaan diberikan kepada peserta didik yang

memang benar-benar melakukan sesuatu yang benar dalam arti

sesungguhnya bukan atas penilaian subyektif pendidik atau bukan

karena faktor like or dislike.

3. Penghargaan haruslah bersifat hemat dalam arti tidak terlalu sering.

Sebab dapat menghilangkan makna penghargaan sebagai alat

pendidikan untuk meningkatkan motivasi dan memberi penguatan.

4. Jangan menjanjikan penghargaan kepada peserta didik. Penghargaan

yang dijanjikan akan menyulitkan bagi peserta didik yang kurang

memiliki minat.

5. Pendidik perlu berhati-hati agar penghargaan yang diberikan tidak

menimbulkan kesan sebagai upah atas jerih lelah peserta didik.

6. Penghargaan tidak boleh dilakukan secara berlebihan sebab dapat

menimbulkan sikap hati yang kurang baik pada peserta didik. Peserta

didik akan merasa angkuh.

3.4.7. Prinsip Penghargaan atau Reward

Penghargaan kepada peserta didik diberikan berdasarkan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Kehangatan dan keantusiasan. Pada saat memberikan penghargaan,

peserta didik harus tahu atau dapat merasakan kehangatan dan

keantusiasan pendidik secara efektif, baik suara, mimik maupun body

language.

2. Bermakna. Penghargaan diberikan secara wajar dalam arti

penghargaan diberikan karena peserta didik mencapai sesuatu hal


30

dengan jerih payah sendiri. Tidak dipungkiri, ada peserta didik yang

mungkin mencapai sesuatu hal karena bantuan pihak lain.

Penghargaan yang diberikan kepada peserta didik dengan model

seperti ini tidak bermakna. Sebaliknya sangat bermakna manakala

penghargaan diberikan karena hasil kerja keras peserta didik itu

sendiri.

3. Jujur. Pendidik harus menanamkan kejujuran kepada peserta didik

supaya berjuang mendapatkan penghargaan dengan hasil karya sendiri,

bukan karya orang lain. Tindakan ini merupakan salah satu cara

mengajarkan kepada peserta didik agar tidak menghalalkan praktek

plagiat.

4. Menghindari respon negatif. Komentar bernada menghina, ejekan,

kasar, sindiran, makian, dsb. harus dihindari karena dapat

meruntuhkan semangat peserta didik dalam mengembangkan dirinya.

Kritik juga perlu dihindari.

5. Bervariasi. Pemberian penghargaan hendaknya tidak terpaku pada satu

macam saja.

6. Langsung. Dilakukan pada saat peserta didik melakukan sesuatu hal

yang benar. Tidak ditunda.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Strategi Pembelajaran Akselerasi diberikan kepada siswa yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa , dengan penyelesaian waktu yang lebih cepat

dari waktu yang ditentukan dari setiap satuan pendidikan . Sehingga dapat memenuhi

kebutuhan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Strategi Pembelajaran Mencari dan Menemukan (Inquiry-Discovery

Learning) menitik beratkan pada proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus

melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat menemukan konsep mentalnya

sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan yang mengarah pada

pencapaian tujuan pembelajaran.

Strategi Pembelajaran Saintifik (Scientific Learning) diterapkan untuk

mendorong dan menjadikan peserta didik lebih aktif dan berpikir kritis serta mampu

belajar mandiri dalam mengamati permasalahan yang terjadi.

Apresiasi Prestasi Belajar Peserta Didik diterapkan dengan memberikan

penghargaan atau respon positif terhadap tingkah laku peserta didik sebagai

penguatan agar tingkah laku positif dapat terulang kembali.

4.2 Saran

Para calon pendidik diharapkan dapat mempelajari segala persoalan yand

ada dalam sistem pendidikan. Kami menyarankan bagi para calon pendidik untuk

dapat mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya kedalam dunia pendidikan.

Sebagai penulis, kami juga meminta saran kepada pembaca apabila dalam

penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan atau kesalahan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa,A. (2001). Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara


Sabri, Alisuf. (1996). Psikologi Pendidikan dalam Kurikulum Nasional. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya
Purwanto, M.Ngalim. (1986). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : Remaja Karya

Republik Indonesia. (2006). Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003 tentang sisdiknas. Bandung: Permana.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya Offset.
Suprihatiningrum, Jamil. (2014). Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi .
Yogyakarta: Ar – Ruzz Media.
riadi, m. (2019, mei 27). pegertian, prinsip danlangkah pendekatan saintifik. Dipetik
februari 24, 2020, dari kajianpustaka.com:
https://www.kajianpustaka.com/2019/05pengertian-prinsip-dan-
langkah
pendekatan-saintifik.html?=1
Setiani, A., & Priansa, D. J. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model
Pembelajaran cerdas, kreatif dan inovatif. bandung: Alfabeta.

Setyoasih, W. (2015). implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik


(scientific approach) dalam mata pelajaran ekonomi kelas X ips di
sma
negeri 4 pati tahun ajaran 2014/2015. 8.
sufairoh. (2016). pendekatan saintifik dan model pembelajarank-13. jurnal
pendidikan profesional, volume 5, no.3, 121.

32

Anda mungkin juga menyukai