Makalah Taksonomi Fiks
Makalah Taksonomi Fiks
Makalah Taksonomi Fiks
PENDAHULUAN
1
secara umum dapat diartikan sebagai petanda yang mengacu pada bentuk,
susunan atau tingkah laku tumbuhan yang dapat digunakan untuk
membandingkan, mendeterminasi, menginterpretasi atau memisahkan suatu
tumbuhan dari yang lainnya. Sifat dan ciri taksonomi sangat penting sebagai
sumber bukti taksonomi untuk memecahkan berbagai permasalahan
taksonomi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Morfologi
Sampai saat ini sebagian besar ahli taksonomi masih berdasar
pada ciri-ciri morfologi, baik untuk membuat klasifikasi maupun
untuk maksudmaksud pengenalan klasifikasi yang berdasarkan sifat
dan ciri morfologi bukanlah merupakan klasifikasi yang paling ideal,
hanya saja aggapan para ahli taksonomi bahwa sifat-sifat morfologi
lebih layak dan lebih cepat untuk memberikan gambaran mengenai
keanekaragaman khususnya Angiosparmae. Ciri-ciri morfologi
mempunyai faedah yang besar, bahkan pada pengamatan spesimen-
spesimen herbarium, ciri-ciri ini menunjukkan tingkat keberhasilan
yang tinggi untuk menyusun klasifikasi. Ciri-ciri morfologi dapat
dilihat dengan mudah dalam menentukan variabilitasnya daripada bila
menggunakan ciri-ciri lainnya. Dilain pihak, ciri-ciri mikroskopis atau
ciri endomorfik sering kali tidak tetap pada beberapa golongan
tertentu. Meskipun demikian bukan berarti ciri-ciri lainnya tidak dapat
dipergunakan sebagai dasar penyusunan klasifikasi, misalnya pada
3
waktu mengamati fosil perlu diperhatikan baik ciri morfologi maupun
ciri anatominya.
Banyak ciri-ciri morfologi yang penting ternyata diabaikan,
baik sifat vegetatif maupun sifat generatif. Ciri-ciri ini biasanya:
a. Ciri-ciri Vegetatif
Sebagian besar tumbuhan berbunga dapat segera diidentifikasi
dengan mudah karena adanya ciri-ciri vegetatif ini. Ciri-ciri yang
mempunyai nilai taksonomi antara lain:
1. Perawakan
Dalam taksonomi, pertelaan mengenai perawakan
jarang dilakukan secara memadai, karena hal ini seringkali sulit
dilihat dari spesimen-spesimen herbarium. Perawakan ini
berhubungan dengan tanda-tanda seperti ukuran; percabangan;
penyebaran; kerapatan; bentuk; ukuran serta tekstur daun;
sistem perakaran.
Bentuk kehidupan ini mempunyai arti ganda di dalam
taksonomi yaitu:
a) Dapat dipergunakan untuk menguraikan dan
membandingkan bermacam-macam sifat perawakan
tumbuhan yang berbeda.
b) Dapat untuk memperkirakan tingkat adaptasi dan
penyesuaian ekologis terhadap habitat.
Bentuk pohon tergantung kepada bentuk tajuknya
(bulat dan rimbun, bulat memanjang atau silindris, bentuk
panjang dan sebagainya) dan tipe percabangannya.
Berdasarkan bentuk tajuk dan tipe percabangannya dapat
dibuat klasifikasi tipe perawakan.
4
Bagian tumbuhan yang terdapat di bawah tanah
seringkali memberikan ciri-ciri yang berharga untuk
pemisahan taksonomi, tetapi seringkali tidak mendapat
perhatian. Bentuk struktur akar dipergunakan secara luas
dalam taksonomi marga Raninculus.
Dalam marga Arisitolochia bentuk batang akar apakah
berbentuk bulat, bulat telur, silindris, bentuk tombak atau
bentuk napiformis adalah merupakan sifat yang konstan dan
penting untuk menentukan jenis.
3. Daun
Ciri-ciri dipergunakan secara luas untuk pengenalan
jenis dari marga, yang mana cenderung diperhatikan lebih
dahulu sebelum sifatsifat bunganya misal pengenalan jenis
yang tergolong marga Alchemilla, Ulmus, Rinchens,dan
Betrila.
Bentuk daun seringkali menunjukkan variasi yang luas
mulai dari pangkal daun sampai ujung daun, khususnya
tunas dari berbagai pohonan yang berbeda jenis. Dengan
demikian sangat diperlukan kecermatan dalam pemilihan
sifat daun untuk dapat dibandingkan sehingga dapat
ditentukan nilai taksonominya. Daun-daun basal seringkali
juga menunjukkan ciri-ciri yang khusus.
5
Berbagai bentuk daun
Ptikis yaitu cara pengunggulan atau perlipatan organ-
organ yang berdiri sendiri seperti daun atau petela pada
waktu kuncup. Sifat-sifat ptikis ini dapat sebagai bukti
taksonomi pada takson tertentu seperti marga Primura, suku
Rosaceae. Untuk pengamatan ptikis ini memerlukan
kecermatan ketelitian karena seringkali sulit dilihat ciri -
cirinya.
Bentuk pangkal daun, marfologi stipula, pertulangan
daun dan sifat-sifat tertentu seperti epidermis daun dan
jumlah stomata seringkali penting sebagai bukti taksonomi
untuk takson-takson tertentu.
b. Embriologi
Individu dalam marga dan suku mungkin dicirikan
dengan tipe embrionya, dan tanda ini mungkin dapat
dipakai untuk menentukan pembatasan taksonomi dan
kekerabatan alami. Data-data embriologis yang
digabungakan dengan ciri-ciri anatomis dan morfologis,
dapat digunakan dalam membuat klasifikasi yang lebih
baik.
6
c. Anatomi
Ciri-ciri anatomi dipergunakan secara luas didalam
taksonomi dan sebagian besar dipergunakan untuk
menerangkan hubungan filogenetik. Data anatomi antara
lain dapat diperguanakan untuk tujuan praktis. misalnya
indentifiksi, penggolongan atau mempelajari arah
filogenetik dan tingkat kekerabatan. Tetapi jika tidak
dibantu dengan data-data lainnya hasilnya akan kurang
akurat.
Sifat sifat anatomi batang, daun, bunga sangat berguna
dan mempunyai nilai taksonomi penting pada golongan-
golongan tertentu, peranan anatomi perbandingan batang
dalam taksonomi antara lain :
a) Mempunyai nilai untuk pengenalan dan untuk
menentukan kekerabatan dan arah evolusi spesialisasi.
b) Sebagai ciri-ciri identifikasi, sifat-sifat anatomis
mungkin dapat dipergunakan pada semua tingkat
taksonomi, tetapi pada tingkat jenis dan diatas tingkat
suku dalam Angiospermae cenderung kurang dapat
dipercaya.
c) Diatas tingkat suka pada angiospermae, heterogenitas
struktur anatomis mengingatkan asal ‘polyphyletik’
(dengan beberapa perkecualian ).
d) Kriteria endomorfik tidak mempunyai nilai yang sama
pada seluruh taksa. Pada beberapa kelompok relatif
konstant, pada beberapa kelompok lain sangat
bervariasi.
e) Faktor-faktor lingkungan dapat menyebabkan variasi
pada sifat-sifat anatomis.
7
f) sistematik anatomi dalam pendekatan taksonomi
melengkapi eksomorfologi.
g) Persamaan ciri-ciri anatomi dapat timbul melalui
evolusi searah dan evolusi menyebar.
Aplikasi anatomi bunga untuk taksonomi lebih terbatas
dibandingkan dengan anatomi organ lain, mengingat
teknik dan penafsiran sulit diikuti. Dalam kenyataaan
anatomi juga mempunyai peran didalam taksonomi,
filogeni dan ontogenil.
d. Palinologi
Ahli taksonomi cenderung tidak melihat dari
morfologi polen karena meskipun sangat berarti tetapi
kurang data. Ciri-ciri utama butir polen yang mempunyai
nialai taksonomi adalah jumlah dan posisi alur, jumlah,
posisi dan kekompakan apertura serta bentuk pahatan
eksin. Tipe butir polen pada angiospermae ada 2 tipe
pokok yaitu :
a. Monocolpate: butir polen yang dilengkapi suatu alur
tungagal yang . terdapat pada suatu sisi butir polen
yang jauh dari titik . hubungan setrad. Ini merupakan
ciri khas banyak anggota dari Gymnospermae,
Monocotyledoneae dan suku-suku tertentu dari
Dicotyledoneae khususnya anggota ranales berkayu,
Liperaceae, dan Chloranthaceae.
b. Trocolpate: butir polen dengan tiga alur meridional.
Ini merupakan ciri khas dicotyledoneae pada
umumnya, dan merupakan dasar dari mana tepi
lainnya berasal. Rangkaian spesialisasi diawali dari
monocolpate maupun tricolpate kemudian mencapai
8
puncaknya pada acolpate ( tanpa alur) dan pancolpate (
beralur banyak ).
Bukti palinologis mungkin dapat dipergunakan
untuk menempatkan taksa yang jelas hubungannya.
Dengan adanya kemungkinan untuk mempelajari struktur
halus pada fosil polen membuka suatu kemungkianan
digunakan ciri-ciri polen untuk menduga filogeni dan
evolusi.
e. Sitologi
Dua dasar ilmu yaitu sitologi dan genetika banyak
digunakan dalam pendekatan taksonomi moderan
(taksonomi eksperimental & biosistematika). Data
sitologis umumnya berasal dari nukleus, jumlah dan
morfologi kromosom, dan kelakuan kromosom pada
waktu meiosis. Data ini dapat diguanakan untuk
keperluan pembanding dan interpretasi evolusionair.
Sitotaksonomi adalah disiplin ilmu yang mempelajari
variasi dan menerangkan ketidaksinambungan variasonal
dan kekerabatan dalam batas-batas sitologi. Pentingnya
jumlah kromosom sebagai suatu ciri taksonomis adalah
karena merupakan salah satu ciri yang paling konstant
yang dapat digunakan diantara ciri-ciri lainnya. Semua
individu dalam satu jenis biasanya mempunyai jumlah
kromosom yang sama, walaupun ada beberapa
pengecualian.
f. Fisiologi
Tumbuhan yang tergolong dalam satu jenis dianggap
meunjukan sifat fisiologi yang ama pula. Tumbuhan yang
9
menunjukkan sifat morfologi yang sama mungkin sifat
fisiologinya berbeda.
g. Fitokimia
1. Ciri kimiawi dapat digolongkan dalam 3 kelompok :
a) Secara langsung dapat dilihat seperti butiran pati
dan rafid
b) Berupa hasil tumbuhan seperti alkoloid, flavanoid
dan terpenoid.
c) Serologi dan elektroforesis protein.
2. Substansi kimiawi yang secara langsung dapat dilihat,
yaitu:
a) Butiran-butiran pati
Butiran-butiran pati terdapat didalam
plastida. Butiran-butiran dapat tunggal atau
majemuk, mereka bervariasi dalam bentuk dan
sering menunjukkan lapisan. Bentuk butiran-
butiran pati bersama-sama dengan jumlah
kromosom dan ciri lainnya telah digunakan untuk
mengklasifikasikan Genera Gramineae dalam
tribus Hordeae mempunyai butiran-butiran
tunggal sedangkan Nardus, Lolium dan
Parapholiis mempunyai butiran-butiran majemuk.
b) Rafid
Yaitu tukalan-tukalan kristal kalsium
oksalat yang terkandung dalam sel-sel besar,
dalam tumbuhan. Tukalan-tukalan kristal kalsium
oksalat ini terbatas pada kelompok tumbuhan
tertentu dan mempunyai nilai sebagai bukti
hubungan kekerabatan, rafid terdapat dalam
10
kirakira 35 suku dari Angiospermae. Baik pada
Dicotyledoneae maupun Monocotyledoneae. Ada
tidaknya rafid ini telah digunakan oleh para ahli
taksonomi sebagai tanda-tanda taksonomis yang
sangat berharga. Adanya rafid tadi sudah
membantu penyusunan sistem klasifikasi yang
lebih alamiah dalam suku Rubiaceae, Liliaceae
dan Compositae.
3. Hasil Tumbuhan
Penelitian hasil tumbuhan alami telah banyak
dilakukan oleh para ahli farmakologi untuk kepentingan
ekonomi. Jumlah substansi kimiawi yang diteliti untuk
sistematika dalam Angiospermae masih sedikit. Substansi
yang tealah diketahuai dengan baik adalah alkoloid2,
glikosida2, substansi fenol Karbohidrat dan minyak-
minyak esensial dan sebaginya. Ada tidakknya alkaloid
sangat berarti dalam kelompok taksonomi tertentu
misalnya pada suku Labiatae dan Rosaseae. HCN
biasanya ada dalam daun, bunga, biji, dan kayu dari
tumbuhan.
Ciri kimiawi dapat digunakan pada semua tingkat
dari hierarki taksonomis. Tumbuhan tergolong dalam satu
suku dianggap mengandung substansi kimis serupa.
Kandungan substansi kimia ini dapat dipergunakan untuk
mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan.
h. Penyebaran Geografi
11
Suatu takson yang terdapat pada suatu areal yang
sama dianggap mempunyai hubungan kekerabatan yang
lebih dekat dibanding jika terdapat dalam areal yang
berbeda. Pembatasan takson-takson seperti jenis, anak
jenis varietas, forma, sering dikaitkan dengan batas-
batas daerah distribusi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sifat dan ciri taksonomi sangat penting sebagai sumber bukti
taksonomi untuk memecahkan berbagai permasalahan taksonomi.
Sifat-sifat yang dipakai sebagai bukti taksonomi dalam
mendeterminasi, mencirikan dan menggolongkan jenis-jenis
tumbuhan dapat berasal dari seluruh bagian dan dari semua fase
serta proses pertumbuhan tumbuhan itu.
2. Beberapa cabang biologi yang dapat dijadikan sebagai sumber
bukti taksonomi yaitu morfologi, embriologi, anatomi, palinologi,
sitologi, fisiologi, fitokimia dan penyebaran geografi.
13