Visi INDONESIA SEHAT
Visi INDONESIA SEHAT
Visi INDONESIA SEHAT
Visi, misi dan tujuan pembangunan kesehatan terdapat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025. Adapun sasaran strategis Kemenkes
yang berlaku saat ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
bidang Kesehatan (RPJM-K) ke-dua (2010-2014) yang disusun setiap 5 tahun sekali.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dalam bentuk dasar,
visi, misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan nasional di bidang kesehatan untuk
masa 20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
2025.
Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk: 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan
Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu
lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan
sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku
yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko
terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya;
sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan,
termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan
yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
profesi.
bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
b. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras
sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif
berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif
tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program
pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga
mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan
nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud di atas, maka seluruh
unsur atau subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional berperan sebagai penggerak utama
d. Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk
menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat
masyarakat meliputi:
1) penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai peluang yang sebesar-
2) organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin
4) kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan
5) sumberdaya; diperlukan sumberdaya memadai seperti SDM, sistem informasi dan dana.
c. Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan Terjangkau.
upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu, merata, dan
upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga
negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
pula upaya peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan
dengan kemitraan antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta. Untuk masa
upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan
menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih diperlukan
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu ditingkatkan dan
didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta
sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang makin
penting peranannya. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan
pemerintah harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan
untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman,
bermutu, dan bermanfaat harus tersedia secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, makanan dan minuman yang aman, bermutu serta dengan pengawasan yang
baik. Upaya dalam meningkatkan ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan
kesehatan dan makanan minuman. bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,
tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan
a. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7
b. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
c. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
d. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5%
kesehatan.
d. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih berkembang
dan meningkat.
f. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai mantap.
h. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mantap.
A. PARADIGMA SEHAT
1. PENGERTIAN PARADIGMA SEHAT
• Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik
• Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor
2. PERUBAHAN PARADIGMA
1. Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang
2. Lingkungan sehat,
3. Perilaku sehat,
Visi Kesehatan
• Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut ditetapkan visi, yaitu gambaran, prediksi atau
harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang, yaitu:
• Lingkungan Sehat adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu
lingkungan yang:
• Bebas polusi,
terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak
diselenggarakan.
• Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan
swasta: Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan
masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat
dicapai
• Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
• Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan
lingkungannya.
• Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap
warganya: Oleh karena itu upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat
Pengertian desentralisasi
keputusan dari tingkat nasional ke tingkat daerah (Rondinelli, 1981). Secara lebih umum
pemerintahan, dan pengambilan keputusan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi ke
Dalam bidang kesehatan, desentralisasi kesehatan berarti memberikan peluang yang lebih
besar bagi daerah untuk memanajemen usaha-usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di daerah tersebut. Sejatinya masalah kesehatan bukan mutlak urusan pusat,
bidang kesehatan dengan cara lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dengan sistem desentralistik diharapkan program pembangunan kesehatan lebih efektif dan
efisien untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena
sistem desentralistik akan memperpendek rantai birokrasi. Selain itu, sistem desentralistik
juga memberi kewenangan bagi daerah untuk menentukan sendiri program serta
bidang kesehatan akan membawa implikasi yang luas bagi pemerintah daerah dan
masyarakat. Implikasi tersebut dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai berikut:
masyarakat.
3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap,
4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya
Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri.
Jika pemerintah daerah tidak memiliki sumber daya yang handal dalam menganalisis
kebutuhan, mengevaluasi program, dan membuat program, maka program yang dibuat tidak
akan bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana menjadi hal yang harus diperhatikan untuk
Arus desentralisasi semakin menuntut pemotongan jalur birokrasi aparatur pemerintahan. Hal
ini menjadi kendala karena perubahannya membutuhkan waktu yang lama dan komitmen dari
aparatur pemerintah.
Fakta yang terjadi di lapangan Data APBN 2008 menunjukkan, ternyata 65 persen dari total
anggaran berputar di daerah, 35 persen di antaranya transfer dari pemerintah pusat dalam
bentuk dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil, dan dana otonomi khusus.
Sebanyak 30 persen lainnya adalah kegiatan pemerintah pusat yang dilakukan di daerah.
Dengan hanya 35 persen APBN bagi belanja pemerintah pusat untuk keperluannya sendiri,
sangat menentukan
Menurut Tagela (2001), beberapa kendala umum yang dihadapi daerah (Kabupaten/Kota)
dalam melaksanakan desentralisasi adalah terbatasnya sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, manajemen, sumber daya alam, pendapatan asli daerah, dan mental aparatur yang
sudah terbiasa dengan mengikuti petunjuk atasan. Disamping itu, kesulitan dalam merubah
cara pandang masyarakat bahwa mereka adalah bagian dari subjek pembangunan, tidak lagi
Pihak DPRD diharapkan dapat menghasilkan peraturan daerah yang memberi iklim kondusif
terhadap pembangunan kesehatan di daerah. Kebiasaan ego-sektoral yang selama ini terjadi
kesehatan hanya dapat berhasil jika terdapat kerjasama lintas sektor yang baik.
Desentralisasi kesehatan di Indonesia saat ini dijalankan dengan tidak ideal. Walaupun
beberapa peraturan hukum tentang desentralisasi telah diterbitkan oleh pemerintah pusat
namun departemen kesehatan masih terlihat ingin sentralisasi. Di sisi lain pemerintah daerah
terpaksa harus desentralisasi karena harus mengikuti peraturan hukum. Akibatnya terjadi
Dalam analisis stakeholder ada berbagai pihak yang kuat mendukung desentralisasi antara
lain DPR, DPD, Departemen Dalam Negeri, dan sebagian pemerintah daerah. Oleh karena
desentralisasi yang ideal mungkin terjadi. Dalam hal ini harus tercipta keinginan yang besar
antara pemerintah pusat dan daerah untuk merealisasi desentralisasi secara total. Pengalaman
di berbagai Negara menunjukkan bahwa perbedaan pendapat antara pusat dan daerah
terdapat ketidaksamaan visi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Pelaksanaan
desentralisasi kesehatan yang ideal sebagai usaha untuk mewujudkan visi Indonesia sehat
2010 harus segera direalisasikan mengingat proses pembuatan undang-undangnya yang telah
memakan waktu lama. Untuk itu perlu adanya sinergi antara komitmen pemerintah pusat
untuk menjalankan desentralisasi kesehatan secara utuh dengan akselerasi sumber daya
daerah.
Semua kebijakan pembangunan nasional yang sedang dan atau akan diselenggarakan harus
pembentukan lingkungan dan perilaku sehat. Sedangkan pembangunan kesehatan harus dapat
Pelayanan kesehatan yang bermutu perlu didukung oleh penerapan pelbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penerapan nilai-nilai moral dan etika. Untuk itu akan
Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam hidup sehat perlu digalang peranserta
merupakan penataan sistem pembiayaan kesehatan yang mempunyai peranan yang besar pula
4. Desentralisasi
harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Untuk itu
wewenang yang lebih besar didele¬gasikan kepada daerah untuk mengatur sistem
peraturan daerah yang bisa jadi `bottle neck` bagi kebijakan pemerintah (pusat). Pemerintah
target-target kesehatan semisal Millenium Development Goals (MDG). Namun saat ini masih
Tanah Air terutama di beberapa tempat yang memang sulit dijangkau. Salah satu
permasalahan kesehatan yang kita hadapi saat ini adalah belum meratanya akses layanan
kesehatan di daerah miskin, perbatasan dan kepulauan terpencil. Untuk itu, di tahun 2011 ini
Caranya adalah dengan meningkatkan kualitas Puskesmas yang menjadi ujung tombak
Selain itu, layanan kesehatan masyarakat disebut Menkes juga akan diarahkan lebih ke hulu
atau tindakan preventif daripada yang saat ini merupakan tindakan kuratif. "Kita
mengusahakan untuk membentuk masyarakat mandiri, tidak menunggu sampai sakit tapi
Sosialisasi seperti Perilaku Hidup Bersih Sehat (PBHS) akan digalakkan di masyarakat
"Tahun 2010 kita masih repot dengan upaya kuratif. Tapi tahun ini kami akan perhatikan
betul `primary health care` (layanan kesehatan dasar), tidak hanya puskesmas tapi juga
Jadi pada intinya, Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, apapun peran & program
yang dijalankan oleh pemerintah tanpa di dukung oleh partisipasi individu dan masyarakat