Bab Ii Tinjauan Pustaka

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 77

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Kosmetik

Kosmetik dan kecantikan merupakan dua hal yang sulit untuk

dipisahkan dari manusia sejak dahulu. Hal ini dikarenakan setiap wanita

menginginkan untuk terlihat cantik dan menarik di setiap kesempatan, karena

dengan terlihat cantik dan menarik seorang wanita akan merasa lebih dapat

diterima di kelompok sosialnya dan juga dapat meningkatkan rasa

kepercayaan diri dari seorang wanita tersebut.

Selain karena tuntutan lingkungan sosial yang menuntut seorang wanita

untuk tampil cantik dan menarik, ada juga keinginan dari dirinya sendiri

sehingga setiap wanita mengupayakan segala cara untuk dapat terlihat cantik

dan menarik. Berbagai usaha yang dapat dilakukan mulai dari yang berbiaya

marah dengan menggunakan cara-cara tradisional yang dapat dilakukan

sendriri di rumah, sampai perawatan yang berbiaya mahal yang menggunakan

jasa para terapis di salon ataupun dokter di klinik kecantikan. Perawatan yang

dilakukan juga mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, diantaranya

dengan melakukan Facial, masker, lulur, hingga kepemakaian kosmetik.

Pemakaian kosmetik terutama bagi konsumen wanita merupakan salah

satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Umumnya seorang wanita mulai

menggunakan kosmetik ketika ia mulai beranjak remaja dan dewasa karena

telah timbul kesadaran untuk merawat diri dan ingin terlihat cantik.

Kebutuhan akan kosmetik yang selalu ada bahkan meningkat ini


5

menyebabkan meningkatnya persaingan antar produsen kosmetik. Para

produsen kosmetik ini berlomba-lomba untuk menghasilkan berbagai produk

kosmetik dengan berbagai macam mutu dan menjajikan berbagai macam

manfaat untuk menunjang kecantikan seseorang. Dengan adanya arena

persaingan memberi peluang lagi para pelaku usaha untuk saling bersaing satu

sama lain melalui strateginya masing-masing sebagai upaya mempertahankan

posisi.

Penjualan kosmetik impor di Indonesia juga membuat semakin banyak

daftar kosmetik yang dapat dipilih oleh masyaraka. Khusus untuk pasar

Indonesia, beberapa tahun belakangan ini peredaran kosmetik impor sangat

gencar dan meluas sekali. Kosmetik impor yang banyak beredar di Indonesia

berasal dari berbagai Negara, tetapi sekarang yang tengah laris dipasaran dan

banyak diminati masyarakat Indonesia ialah kosmetik impor yang bersal dari

Negara Thailand, korea selatan dan cina. Hal ini dikarenakan kosmetik yang

berasal dari ketiga Negara tersebut dianggap lebih sesuai dengan jenis wanita

Indonesia yang merupakan jenis kulit asia, disamping juga karena harga

kosmetik impor dari ketiga Negara tersebut lebih murah dibandingkan dengan

kosmetik impor Negara eropa.

Dengan banyaknya jenis kosmetik yang beredar dipasaran baik

kosmetik local maupun impor membuat semakin gencarnya bisnis kosmetik

dikalangan para produsen, para produsen punmencari berbagai macam cara

dan upaya agar produk kosmetik yang mereka jual dapat menarik minat

masyarakat untuk mau membeli dan menggunakan produk mereka. Hal ini
6

juga membuat beragamnya harga kosmetik yang ditawarkan oleh para

produsen kosmetik. Umumnya para konsumen lebih tertarik jika mendapatkan

harga yang murah, hal ini membuat produsen berlomba-lomba menyediakan

produk kosmetik dengan manfaat yang sama tetapi dengan harga yang

berbeda atau lebih murah dari pasaran untuk menarik minat konsumen.

2.2 Tanaman Pada Sediaan Kosmetik

2.2.1 Tanaman Cacao (Theobroma cacao L)

Klasifikasi dan ciri-ciri Morfologi Kakao

KINGDOM : Plantae

SUB KINGDOM : Viridiplantae

INFRA KINGDOM : Streptophyta

SUPER DIVISI : Embryophyta

DIVISI : Tracheophyta

SUB DIVISI : Spermatophyta

KELAS : Magnoliopsida

ORDO : Malvales

FAMILI : Malvaceae

GENUS : Theobroma L

SPESIES : Theobroma cacao L.

Morfologi

 Morfologi Akar Tanaman Kakao


7

Sistem perakaran tanaman kakao adalah akar tunggang (Radix

primaria). Panjang pertumbuhan akar ini bisa mencapai 8 meter secara

horizontal dan 15 meter ke arah bawah. Untuk jenis kakao yag diperbanyak

secara vegetative.

 Morfologi Batang dan Cabang Tanaman Kakao

Pada awal pertumbuhan, tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji

(secara generative) akan membentuk batang utama sebelum tumbuh

cabang-cabang primer. Arah pertumbuhan cabang-cabang pada tanaman

kakao ini adalah ke atas dan samping. Dari batang dan kedua jenis cabang

ini sering ditumbuhi tunas-tunas air yang banyak menyerap energy.

 Morfologi Daun Kakao

Daun kakao adalah daun tunggal, yaitu pada tangkal daun kakao hanya

terdapat satu helaian daun saja. Bentuk tangkai daunnya yaitu bulat oval,

dan bangunnya memanjang.ujung dan pangkal daun kakao yaitu sekitar 10-

48 cm dengan lebar 4-20 cm. susunan peetulangan daunnya menyirip,

artinya tulang daun adalah terusan dari tangkai daun, dan ibu tulang

berjalan dari pangkal ke ujung warna daun ujung kakao ini hijau.

 Morfologi Buah dan Bunga Kakao

Bunga kakao adalah bunga sempurna dan terdiri dari daun kelopak

berjumlah 5 helai dan benang sari sebanyak 10 helai. Diameter bunganya

1,5 cm. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya antara 2 – 5

cm. Buah kakao mempunyai bentuk, ukuran dan warna yang bervariasi.
8

Panjang buah kakao sekitar 10 hingga 30 cm. buah muda yang ukurannya

kurang dari 10 cm sering kali mengalami pengeringan karena gejala

spesifik dari tanaman kakao.

 Morfologi Biji Kakao

Biji kakao tidak mempunyai masa domansi sehingga tidak mungkin

menyimpan biji untuk benih dalam waktu yang lama. Biji kakao ini

diselimuti oleh lapisan lunak putih yang rasanya manis. Lapisan lunak ini

akan menghambat perkecambahan, makanya lapisan lunak dibuang terlebih

dahulu.

Khasiat tanaman Coklat (Kakao)

- Tinggi antioksidan

- Mengurangi gejala depresi

- Menurunkan tekanan darah

- Pewarna dalam sediaan lipstick

2.2.2 Tanaman Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) 

Jeruk Nipis (Lat Citrus aurantifolia; Famili: Rutaceae) merupakan

jenis tumbuhan yang masuk kedalam suku jeruk-jerukan, tersebar

di Asia Dan Amerika Tengah dikenal juga sebagai jeruk pecel. Pohon jeruk

nipis dapat mencapai tinggi 3—6 meter, bercabang banyak dan berduri, daun

lonjong, tangkai daun bersayap kecil. Perbungaan muncul dari ketiak daun
9

dan bunga kecil, putih berbau harum. Buah bulat sampai bulat telur, berwarna

hijau sampai kuning dan kulit buah tipis mengandung banyak minyak atsiri.

Daging buah berwarna putih kehijauan, sangat asam, mengandung banyak

vitamin C dan asam sitrat. Biji banyak, kecil, bersifat poliembrioni.

Di Indonesia dapat hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dari

permukaan laut. Tumbuh baik di tanah alkali, di tempat-tempat yang terkena

sinar matahari langsung. Perbanyakan dengan biji, okulasi atau cangkok.

Buah digunakan untuk membuat minuman, obat batuk dan penyedap masakan

dan juga sering dipakai untuk menghilangkan karatan dan mencuci rambut.

Klasifikasi Tanaman Jeruk Nipis

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia

Morfologi Tanaman Jeruk Nipis


10

 Daun (Folio)

Daun jeruk nipis ini termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya

mempunyai helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus). Bangun daun

ini bentuk dengan bagian yang terlebar ditengah-tengah termasuk jorong

(ovalis atau ellipticus). Ujung daunnya memiliki bangun meruncing

(acuminatus). Pangkal daunnya membulat (rotundatus). Susunan tulang

daunnya menyirip (penninervis). Daun ini memiliki tepi yang rata. Daun ini

berwarna hijau tua dan apabila daunnya menua akan berubah menjadi kuning

dan gugur sedangkan daun yang berada di bawah permukaanya berwana hijau

muda. Permukaan daunnya licin (laevis) dan mengkilat (nitidus). Memiliki

panjang 2.5-9 cm, lebar 2.5 cm. Duduk daun tersebar (folia sparsa), karena

disetiap buku-buku terdapat hanya satu daun.

 Bunga (Flos)

Citrus aurantifolia memiliki bunga majemuk (inflorescentia). Bunga

majemuk (inflorescentia), tersusun dalam malai yang keluar dari ketiak daun

dengan diameter 1.5-2.5 cm, bunga berbentuk mangkuk berbagi 4-5 dengan

diameter 0.4-0.7 cm berwarna putih dan tangkal putik silindris putih

kekuningan. Daun mahkota berjumlah 4-5 berbentuk lanset dengan panjang

0.7-1.25 dan lebar 0.25-0.5 cm dan berwarna putih. Termasuk bunga

hermafrodit atau sering disebut bunga banci dimnana terdapat putik dan

benang sari. Bunga pada jeruk memiliki benang sari yang banyak. Jumlah

lingkaran benang sari sama dengan jumlah lingkaran mahkota bunga. Kepala
11

sari menghadap ke dalam beruang dua, daan membuka dengan velah

membujur. Bakal buah pada jeruk letaknya superus dengan banyak ruang ,

aroma buga harum sehingga menarik lebah.

 Buah (Fructus)

Buah tanaman ini hampir bulat telur, diameter 3.5-5 cm, tebal kulitnya

0.2-0.5 cm, tipe buah sejati tunggal berdaging jeruk (hesperedium),

permukaan licin, dan berkulit tipis. Kulit buahnya memiliki 3 lapisan yaitu:

Lapisan luar yang kaku menjangat dan mengandung banyak kelenjar

minyak astiri, yang mula-mula berwarna hijau, tetapi jika buah masak

warnanya berubah menjadi kekuning-kuningan lapisan ini disebut flavedo.

Lapisan tengah yang bersifat seperti sepon, terdiri atas jaringan bunga

karang yang biasanya berwarna putih, dinamakan albedo.

Lapisan dalam yang bersekat-sekat, hingga terbentuk beberapa

ruangan. Dalam ruangan ini terdapat gelembung-gelembung berair, dan

bijinya terdapat bebas di antara gelembung-gelembung.

Kulit buah jeruk nipis, kepingan panjang atau berbentuk spiral,

melengkung atau datar, lebar sampai 15 mm, tebal kira-kira 3mm, keras.

Permukaan luar berbenjol-benjol, parut gagang buah berupa lingkaran lebih

menonjol. Permukaan dalam lebih rata, warna putih dengan bercak kuning

kecoklatan dan bintik-bintik rongga minyak dengan warna kehijauan bergaris

tengah kurang lebih 1mm. Berkas patahan tidak berserabut.


12

 Biji (Semen)

Bijinya banyak kecil-kecil, licin, bulat telur sungsang. Biji Citrus

aurantifolia ini juga memiliki lapisan kulit luar (testa) tipis, dan bagian

pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalam dan lapisan kulit dalam

(tegmen) biasanya tipis seperti selaput.

 Batang (Caulis)

Tanaman ini memiliki batang yang tergolong dalam batang berkayu

(lignosus), yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar

tergolong kayu. Batangnya berbentuk bulat (teres), berduri (spina) pendek,

kaku dan juga tajam. Selain itu arah tumbuh batangnya mengangguk (nutans),

dimana batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya membengkok

kembali ke bawah. Sifat percabangan batang monopodial yaitu dimana batang

pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang.

 Akar (Radix)

Citrus aurantifolia adalah akar tunggang dimana akar lembaga tunbuh

terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang

kecil. Akarnya memiliki cabang dan serabut akar.

 Kandungan Tanaman Jeruk Nipis

Jeruk nipis  mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat,

misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral,

limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat,


13

aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium,

fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga

mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-

rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin

bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis

prostaglandin. Hesperidin juga menghambat azoxymethane (AOM) yang

menginduksi karsinogenesis pada colon kelinci, dan juga menghambat N-

butil-N-(4-hidroksi-butil) nitrosamin yang menginduksi karsinogenesis pada

kandung kemih tikus.

Jeruk nipis juga mengandung 7% minyak essensial yang mengandung

citral, limonen, fenchon, terpineol, bisabolene, dan terpenoid lainnya. Guo, et

al. (2006) telah meneliti bahwa D-Limonene dapat menghambat proliferasi

dan menginduksi apoptosis pada sel HL-60 dan sel K562. Buah jeruk nipis

berkhasiat sebagai obat batuk, obat penurun panas, dan obat pegal linu. Selain

itu, buah jeruk nipis juga bermanfaat sebagai obat disentri, sembelit, ambeien,

haid tidak teratur, difteri, jerawat, kepala pusing/vertigo, suara serak batuk,

menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu/demam,

menghentikan kebiasaan merokok, amandel, penyakit anyang-anyangan,

mimisan, radang hidung (getahnya), dan lain sebagainya. Jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) telah dikenal sejak lama sebagai tanaman yang kaya manfaat.

Buahnya berasa pahit, asam dan sedikit dingin, tetapi manfaatnya sangatlah

beragam.
14

Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, anggota SP3T (Sentra

Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional) DKI Jakarta, air buah

jeruk nipis dapat digunakan sebagai penyedap masakan, minuman, penyegar,

bahan pembuat asam sitrat, serta membersihkan karat pada logam dan kulit

yang kotor. Bisa juga sebagai campuran jamu. Sebagai herbal alami, jeruk

nipis berkhasiat untuk menghilangkan sumbatan vital energi, obat batuk,

peluruh dahak (mukolitik), peluruh kencing (diuretik) dan keringat, serta

membantu proses pencernaan. Jeruk nipis mengandung minyak terbang

limonene dan linalool, juga flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin

dan naringin. Kandungan buahnya yang masak adalah synephrine dan N-

methyltyramine, selain asam sitrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A, B1,

dan C. Asam sitratnya mampu mencegah kekambuhan pada pasien pasca

operasi batu ginjal.

2.2.3 Tanaman Strawberry (Fragaria)

Tanaman strawberry “ L ” pertama kali di temukan di  Chili, Amerika.

Salah satu spesies ini menyebar luas ke berbagai negara Amerika, Eropa dan

Asia. Sedangkan spesies lain yaitu Fragaria vesca L, lebih menyebar luas dan

juga pertaman kali di budidayakan di indonesia.

Tanaman ini adalah tanaman subtripis yang dapat menyesuaikan diri

dengan baik di dataran tinggi yang memiliki temparatur 17-20 derajat dan

curah hujan yang baik. Untuk lebih jelasnya lihat secara detailnya klasifikasi

dan morfologi tanaman strawberry.


15

Klasifikasi Tanaman Strawberry

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Rosales

Famili : Rosaideae

Subfamilik : Rosaceae

Genus : Fragaria

Spesies : Fragaria sp.

Morfologi Tanaman Strawberry

a. Akar

Tanaman ini memiliki akar serabut di dalam tanah tumbuh dangkal

dan menyebar horizontal sepanjang 30 cm dan secara vertikal dapat mencapai

kedalaman 40 cm. akar muncul dari batang yang pendek dan tebal berbentuk

rumpun. Dari rumpun iti akan memunculkan tunas baru menjadi crwon baru,

sulur dan bunga.

b. Batang

Tanaman ini memiliki batang utama pendek, dauan terbentuk pada

buku dan ketiak terdapat pucuk aksilar. Internode sangat penfdek sehingga

jarak dauan yang satu dengan yang lain sangat kecil dan tampak seperti
16

rum[un tanpa batang. Batang utama dan dauan teresusun rapat, memiliki

ukuran yang sangat bervariasi dan beragam. Tergantung dengan umur, tingkat

perkembangan tanaman dan kondisi lingkungan pertumbuhan.

c. Daun

Tanaman ini memiliki daun tumbuh melingkar rumpun, berbulu lebat

ada juga yang jarang, terdiri dari tiga anakan daun atau majemuk, dengan tepi

bergerigi. Dauan biasanya di sangga oleh tangkai yang panjang.

d. Bunga

Tanaman ini memiliki bunga yang terdiri dari 10 kelopak berwran

hijau, 5 mahkota berwrna putih, 60 – 600 putik dan 20-35 benang sari yang

tersusu stima di atas dasar bunga. Penyebbukan tanaman ini secara silang

dengan bantuan angin, serangga dan manusia.

e. Buah

Tanaman ini memiliki buah semu, memiliki bentuk unik yaitu oval dan

lonjong berwrana merah jika sudah tua atau matang dan juga ada berwarna

hijau jika masig mudah. Buah ini memiliki pori-pori di di bagian permukaan

buah yang sangat banyak dan bervariasi. Pori tersebut berwran kehitaman atau

kecoklatan mudah. Dan juga buah ini memiliki rasa yang manis dan juga ada

yang kecut atau asam.

f. Biji

Tanaman ini memiliki biji yang berukuran sangat kecil, pada setiap

buah menghasilkan banyak biji. Biji ininterletak di antara daging, kulit dalam
17

dan juga bagian dalam lainnya. Biji ini memiliki bentuk bulat lonjong, oval

dan berwarna kecoklatan dan kehitaman.

Khasiat Buah Stroberi

Setelah Anda mengetahui banyak kandungan nutrisi yang ada pada

stroberi, Anda juga harus tahu manfaat stroberi bagi kesehatan tubuh secara

keseluruhan, di antaranya:

 Memutihkan gigi

Asam malat yang terkandung dalam stroberi bertindak sebagai zat

yang akan mengikis dan menghilangkan beberapa noda pada permukaan gigi.

Dengan mengunyah stroberi setiap hari hal itu dapat membantu untuk

menyehatkan mulut, seperti: memutihkan gigi, menghilangkan bau mulut, dan

membuat napas menjadi lebih segar.

 Mencegah kanker

Kandungan vitamin A, C, E dan asam ellagik berfungsi untuk

melumpuhkan sel kanker dalam tubuh. Stroberi juga dipercaya dapat

mencegah terjadinya leukimia. Leukemia merupakan salah satu kanker yang

sangat mematikan dan buah stroberi dipercaya dapat mencegah terjadinya

kanker sel darah.

Selain itu, stroberi memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Antioksidan

ini akan melindungi tubuh dari serangan kanker. Kandungan antioksidan


18

dalam stroberi ini pun tetap tinggi meskipun telah diolah menjadi bentuk lain

seperti selai atau jus.

Senyawa asam ellagik dan kuersetin yang ada dalam stroberi juga dapat

menghambat pertumbuhan kanker prostat, kanker payudar a, kanker kulit,

dan kanker hati.

 Mengobati jerawat

Kandungan asam salisiat di dalam stroberi memiliki manfaat untuk

mengobati jerawat secara alami.

 Menghaluskan kulit

Buah stroberi mampu mengangkat sel-sel kulit mati. Caranya gunakan

stroberi ini sebagai lulur mandi. Agar mendapatkan manfaat lebih, campurkan

stroberi yang telah dihaluskan dengan susu dan minyak zaitun. Selain menjadi

lebih halus, kulit pun akan tampak lebih cerah.

 Dapat mencegah terjadinya radang dan alergi

Stroberi merupakan buah-buahan yang mengandung gula rendah

sehingga cocok untuk diet pengidap diabetes, melawan encok dan radang

sendi.

 Menjaga kesehatan mata


19

Usia dan nutrisi bisa memengaruhi kondisi kesehatan mata seseorang.

Namun, dengan adanya zat antioksidan tinggi pada stroberi, hal itu berguna

memerangi radikal bebas dan tentunya sekaligus mencegah penuaan dini.

2.2.4 Tanaman Asam Jawa (Tamarindus indica)

Klasifikasi Tanaman Asam Jawa

KINGDOM : Plantae

SUB KINGDOM : Viridiplantae

INFRA KINGDOM : Streptophyta

SUPER DIVISI : Embryophyta

DIVISI : Tracheophyta

SUB DIVISI : Spermatophytina

KELAS : Magnoliopsida

SUPER ORDO : Rosanae

ORDO : Fabales

FAMILI : Fabaceae

GENUS : Tamarindus L.

SPESIES : Tamarindus indica L.

Morfologi Tanaman Asam Jawa

Tanaman ini berasal dari india dan terkenal dengan sebutan kurma

india. Pohon asam jawa dapat tumbuh setinggi 30 meter. Pohon asam jawa
20

sangatlah besar, berdiameter sekitar 1 sampai 2 meter. Kulit batangnya

berwarna coklat, beralur-alur vertikal dan mempunyai tekstur pecah-pecah.

Daunnya sangat rindang sekali, mempunyai 10-20 anak daun kecil-

kecil. Morfologi daunnya menyirip berselang seling dengan panjang 4-15 cm.

Bunganya berwarna merah cream tumbuh dalam rumpun, serta berbau harum.

Polongnya (buah) melengkung, berwarna kecoklatan, mengandung 1-10 biji.

Ketika buahnya sudah masak, asam jawa ini mudah sekali jatuh ke tanah

ketika tertiup angin.

Daging buahnya berwarna putih kehijauan ketika masih muda,

kemudian akan menjadi berwarna merah kecoklatan dan kehitaman ketika

sudah masak. Rasanya asam manis dan agak lengket jika dipegang. Bijinya

berwarna coklat kehitaman, berbentuk agak persegi serta keras dan

mengkilap.

Perbanyak tanaman biasanya menggunakan dengan biji, tetapi juga

dapat dilakukan dengan tempelan tunas atau dengan stek.

Tanaman ini merupakan tanaman asli daerah semiarid Tropis Afrika ;

namun dapat ditanam didaerah tropis lembab asalkan drainase tanahnya baik.

Tanaman sering dijadikan sebagai hiasan pekarangan atau sebagai pohon

naungan. Jarang ditanam secara khusus pada skala komersial. Tidak ada

kutivar-kultivar khusus yang dikembangkan, namun jenis asam india lebih

baik daripada asam Afrika.

Tanaman ini relatif bebas dari gangguan hama dan penyakit, namun

penyiangan gulma dibawah lingkaran tajuk tetap perlu dilakukan.


21

2.2.5 Tanaman Bengkoang (Pachyrhizus erosus )

Bengkoang atau bengkuang adalah salah satu tanaman umbian yang

termasuk dalam suku polong – polongan yang berasal dari Amerika tropis.

Tanaman ini dikenal dengan sebutan xicama atau jicama sedangkan orang

jawa menyebut tanaman ini adalah besusu. Tanaman bengkoang ini

merupakan tanaman jenis umbi yang dapat diklasifikasikan  dan morfologikan

sebagai berikut :

Klasifikasi tanaman bengkoang

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom : Trachebionta ( Tumbuhan berpembulu )

Super divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )

Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )

Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua/ dikotil )

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Fabeles

Famili : Fabeceae ( suku polong – polongan )

Genus : Pachyrhizus

Spesies : Pachyrhizus erosus L. Urban


22

Morfologi tanaman bengkoang

Morfologi dapat dilihat berdasarkan ciri – ciri tanaman adalah sebagai berikut:

1. Akar

Akar tanaman termasuk perakan serabut tungggal dan berumbi,

berwarna keputihan hingga kecoklatan, dengan kedalaman mencapai 10-20

cm bahkan lebih. Perakaran ini bermanfaat untuk menyimpan cadangan

makanan dan membantu menyerap unsur air dari dalam tanah.

2. Batang

Batang tanaman bengkoang pendek sekitar 1-2 m , batang menjalar,

dan membelit, memiliki ruas – ruas halus, dan mengarah kebawah. Batang

tanaman ini pada umumnya berwarna kehijauan hingga kecoklatan, dan

memiliki tunas baru disekitarnya.

3. Daun

Daun tanaman ini majemuk yang menyirip dengan anakan 3 daun,

bertangkai mencapai 8-16 cm, anakan daun berbentuk bulat melebar, pangkal

daun runcing dan bergerigi besar serta berambut kedua sisi membelah dari

sisinya, anak daun pangkal ujung membesar dan juga membelah hampir

menyerupai ketupat.

4. Bunga

Bunga tanaman ini tersusun dalam tandan yang tumbuh pada ketiak

daun, bunga ini memiliki panjang 60 cm, berambut coklat, dan berbentuk

hampir menyerupai lonceng. Selain itu, bunga memiliki mahkota berwarna


23

kebiruan hingga keungguan, gundul, dengan panjang 2 – 3 cm, tangkai sari

pipih, dan pangkal bagian ujung menggulung.

5. Biji

Biji tanaman termasuk polong, berbentuk garis, pipih, dengan panjang

8-13 cm, berambut, berbeiji 4-9 butir dan biji ini berwarna kecoklatan disertai

dengan serat halus.

Khasiat Tanaman Bengkoang

Bengkuang atau Pachyrhizus erosus L. merupakan jenis tanaman

polong-polongan yang umbinya (buahnya) kaya akan kandungan air yaitu

sekitar 80-90% serta zat gizi seperti karbohidrat, vitamin C, B1, mineral Ca,

P, K dan inulin yang merupakan golongan fruktan dengan sifat serat pangan

larut. Selain kandungan itu, banyak juga kandungan lainnya pada umbi atau

buah bengkuang. Berikut ini adalah kandungan atau komposisi zat gizi buah

bengkuang per 100 gram.

Sebagian besar masyarakat hanya mengenal manfaat bengkuang

sebatas sebagai kosmetik pemutih wajah atau kulit saja. Memang tidak juga

salah karena bengkuang memiliki banyak kandungan air yang bervitamin dan

mengandung antioksidan, sehingga banyak digunakan oleh industri kosmetik

dalam pembuatan krim pemutih atau penghalus wajah. Namun ternyata masih

banyak manfaat lain dari buah bengkuang untuk kesehatan tubuh manusia,

diantaranya:
24

1. Bagus untuk kesehatan tulang

Kandungan mineral kalsium pada buah bengkuang bermanfaat untuk

kesehatan tulang dan gigi, mencegah terjadinya keropos

tulang (osteoporosis) dan melenturkan otot. Buah bengkuang juga dapat

meminimalkan penyusutan tulang saat hamil dan menyusui, serta menjaga

keseimbangan cairan tubuh. Sementara kandungan fosfornya bermanfaat

untuk memperbaiki fungsi saraf dan otot, dan dapat mengatasi kelelahan.

2. Menurunkan kadar kolestrol darah

Kandungan buah bengkuang dapat menurunkan kolesterol dalam darah. Air

dan serat dalam buah bengkuang dapat membantu menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. Selain serat dan kadar air yang tinggi, kandungan

vitamin C dalam bengkuang berfungsi sebagai antioksidan juga dapat

membantu dalam proses penurunan kadar kolesterol dalam darah.

3. Mencegah kanker

Kandungan antioksidan yang tinggi dalam buah bengkuang sangat bermanfaat

bagi tubuh. Dalam bengkuang mengandung antioksidan yang dapat melawan

radikal bebas yang pada akhirnya dapat mengarah pada pembentukan sel

kanker.

4. Kaya akan vitamin

Selain jeruk, ternyata bengkuang juga kaya akan vitamin C. Meskipun

bengkuang tidak memiliki rasa asam seperti buah jeruk, namun kandungan

vitamin C yang terdapat pada bengkuang termasuk tinggi. Buktinya dalam

100 gram buah bengkuang terdapat 20 mg vitamin C.


25

5. Dapat memperlancar pencernaan

Salah satu unsur penyusun karbohidrat yang terdapat dalam buah bengkuang

sangat berguna untuk kesehatan dalam usus yang berperan penting dalam

melancarkan proses pencernaan. Kandungan air yang tinggi dalam bengkuang

juga dapat bermanfaat untuk mempercepat proses pencernaan dalam tubuh.

Buah bengkuang ini sangat cocok dikonsumsi jika sedang mengalami

gangguan pencernaan.

2.2.6 Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val)

Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak

memiliki manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit

merupakan jenis rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan bunganya

muncul dari puncuk batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm dan

berwarna putih. Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis

dan rasanya sedikit manis. Bagian utamanya dari tanaman kunyit adalah

rimpangnya yang berada didalam tanah. Rimpangnya memiliki banyak cabang

dan tumbuh menjalar, rimpang induk biasanya berbentuk elips dengan kulit

luarnya berwarna jingga kekuning – kuningan (Hartati & Balittro., 2013).

Taksonomi

Dalam taksonomi tumbuhan, kunyit dikelompokkan sebagai berikut (Winarto,

2004) :

Kingdom : Plantae
26

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val

Morfologi

1) Batang

Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah

daun yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah karena mampu

menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan.

Tinggi batang kunyit mencapai 0,75 – 1m (Winarto, 2004).

2) Daun

Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun.

Panjang helai daun antara 31 – 83 cm. lebar daun antara 10 – 18 cm. daun

kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar.

Pertulangan daun rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai

ekor. Permukaan daun berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 6 – 10

daun (Winarto, 2004).


27

3) Bunga

Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning

muda dengan pangkal berwarna putih. Setiap bunga mempunyai tiga lembar

kelopak bunga, tig lembar tajuk bunga dan empat helai benang sari. Salah satu

dari keempat benang sari ituberfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu,

ketiga benang sari lainnya berubah bentuk menjadi heli mahkota bunga

(Winarto, 2004).

4) Rimpang

Rimpang kunyit bercabang – cabang sehingga membentuk rimpun.

Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa

batang yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk

atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya

ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung.

Tunas berbuku – buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umunya

banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm (Winarto, 2004).

Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak

kuning kehitaman. Warna daging rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi

dengan bau khas yang rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang

tanaman kunyit akan berkembang secara terus menerus membentuk cabang –

cabang baru dan batang semu, sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar

rumpun mencapai 24,10 cm. panjang rimpang bias mencapai 22,5 cm. tebal

rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm. rimpang kunyit yang
28

sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai obat (Winarto,

2004).

5) Kandungan senyawa kimia

Senyawa kimia utama yang terkandung dalam kunyit adalah

kurkuminoid atau zat warna, yakni sebanyak 2,5 – 6%.Pigmen kurkumin

inilah yang memberi warna kuning orange pada rimpang (Winarto, 2004).

Salah satu fraksi yang terdapat dalam kurkuminoid adalah kurkumin.

Komponen kimia yang terdapat didalam rimpang kunyit diantaranya minyak

atsiri, pati, zat pahit, resin, selulosa dan beberapa mineral. Kandungan

minyakatsiri kunyit sekitar 3 – 5%. Disamping itu, kunyit juga mengandung

zat warna lain, seperti monodesmetoksikurkumin dan

biodesmetoksikurkumin, setiap rimpang segar kunyit mengandung ketiga

senyawa ini sebesar 0,8% (Winarto, 2004).

Khasiat

Kunyit memiliki efek farmakologis seperti, melancarkan darah dan

vital energi, menghilangkan sumbatan peluruh haid, antiradang (anti–

inflamasi), mempermudah persalinan, antibakteri, memperlancar pengeluaran

empedu (kolagogum), peluruh kentut (carminative)dan pelembab (astringent)

(Said, 2007).
29

Kunyit mempunyai khasiat sebagai jamu dan obat tradisional untuk berbagai

jenis penyakit, senyawa yang terkandung dalam kunyit (kurkumin dan minyak

atsiri) mempunyai peranan sebagai antioksidan, antitumor dan antikanker,

antipikun, menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah dan hati,

antimikroba, antiseptic dan antiinflamasi(Hartati & Balittro, 2013).

2.2.7 Tanaman Nanas (Ananas comosus)

Nanas atau bahasa latinnya Ananas Comosus bukan berasal dari tanaman

Indonesia, yaitu berasal dari Brazil dan Paraguay. Kata Pineapple dikenal

pertama kali pada tahun 1398 kemudian penelitian Eropa menemukan

Pineapple tahun 1664 karena bentuknya mirip dengan buah pinus. Colombus

menemukan di kepulauan Indies dan membawa ke Eropa. Bangsa Spanyol

memperkenalkan ke Filipina dan Hawaii pada awal abad ke-19. Buah nanas

(Ananas comosus) sangat digemari dan mudah ditemukan. Buah nanas dapat

dikonsumsi dalam bentuk kemasan sedemikian rupa sehingga dapat secara

praktis sebagai hidangan pencuci mulut (Agoes, 2010).

Morfologi

Tananamn buah nanas (Ananas comosus) merupakan tanaman yang

termasuk golongan tanaman tahunan. Susunan yang terdapat pada buah nanas

yaitu akar, batang, daun, bunga dan buah. Akar nanas dapat dibedakan

menjadi akar tanah dan akar samping. Akar melekat pada pangkal batang dan

termasuk akar serabut, kedalaman perakaran pada media tanah yang baik
30

antara 30-50 cm. Batang merupakan tempat melekatnya akar, daun, bunga,

tunas dan buah. Batang tanaman nanas cukup panjang 20-25 cm, tebal dengan

diameter 2,0-3,5 cm, beruas-ruas pendek. Daun nanas memiliki panjang 130-

150 cm, lebar antara 3-5 cm, daun berduri tajam meskipun ada yang tidak

berduri dan tidak memiliki tulang daun. Jumlah daun tiap batang sangat

bervariasi antara 70-80 helai. Nanas memiliki rangkaian bunga majemuk pada

ujung batang. Bunga bersifat hermaprodit, kedudukan diketiak daun

pelindung. Masa pertumbuhan bunga dari bagian dasar menuju bagian atas

membutuhkan sekitar 10-20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk

bunga antara 6-16 bulan (Suprianto, 2016).

Klasifikasi

Dalam tata nama atau sistematik (taksonami) tumbuhan, buah nanas (Ananas

comosus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Nuraini, 2014) :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)

Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Famili : Bromeliaceace

Genus : Ananas

Spesies : Ananas Comosus

Khasiat
31

Manfaat bagi kesehatan :

1) Manfaat kesehatan gigi dan mulut

Enzim bromelin yang terdapat di dalam buah nanas memiliki daya

antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Kandungan air dan

serat yang tinggi dapat membantu saliva dalam efek self cleansing pada

seluruh permukaan gigi (Lewapadang, 2015).

2) Manfaat kesehatan lain

Enzim bromelin yang terdapat pada buah nanas (Ananas comosus)

mampu membersihkan jaringan kulit mati, dapat bekerja sebagai pengganti

kulit yang sudah mati menjadi jaringan kulit baru. Buah nanas (Ananas

comosus) berkhasiat juga sebagai antipiretik (penurun panas), anthelmintik,

pencahar, antiradang, dan menormalkan siklus haid (Nuraini, 2014).

2.2.8 Tanaman Pisang Ambon (Musa paradisiacal)

Pisang ambon merupakan jenis pisang yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat indonesia. Pisang ini banyak dijual di pasar tradisional dan

modern, dan tersebar hampir di seluruh pulau Indonesia. Pisang ambon

memiliki bentuk batang yang cenderung umum. Batang menjulang hingga 2-

2,5 M, memiliki buah dengan warna hijau (belum matang) dan warna

cenderung kekuningan apabila sudah cukup matang. Bentuk daunnya tegak ,

dan memiliki panjang buah 16-20 cm dan memiliki warna daging buah

cenderung putih kekuningan (Ambarita et al,2015).


32

Taksonomi

Taksonomi buah pisang ambon adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : musaceae

Genus : musa

Spesies : Musa paradisiacal

Morfologi Tanaman Pisang Ambon

Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman pisang

ambon adalah sebagai berikut :

a. Akar

Tanaman pisang berakar serabut dan tidak memiliki akar tunggang.

Akar serabut tersebut tumbuh pada umbi batang, terutama pada bagian bawah.

Akar-akar yang tumbuh dibagian bawah akan tumbuh lurus menuju pusat

bumi hingga kedalaman 75-150 cm, sementara perakaran yang tumbuh di

bagian atas tumbuh menyebar kearah samping.

b. Batang

Tanaman pisang berbatang sejati. Batang sejati tanaman pisang tersebut

berupa umbi batang yang berada didalam tanah. Batang sejati tanaman pisang

bersifat keras dan memiliki titik tumbuh (mata


33

tunas) yang akan menghasilkan daun dan bunga pisang.

c. Daun

Daun tanaman pisang berbentuk lanset panjang, memilikitangkai panjang

berkisar antara 30-40 cm. Tangkai daun ini bersifat agak keras dan kuat serta

mengandung banyak air. Kedudukan daun

agak mendatar dan letaknya lebar daun pisang memiliki lapisan lilin pada

permukaan bagian bawahnya.

d. Bunga

Bunga tanaman pisang berbentuk bulat lonjong dengan bagian ujung runcing.

Bunga tanaman pisang yang baru muncul, biasa di sebut jantung pisang.

Bunga tanaman pisang terdiri dari tangkai

bunga, daun penumpung, daun pelindung bunga dan mahkota bunga.

e. Buah

Buah pisang memiliki bentuk ukuran, warna kulit, warna daging buah, rasa

dan aroma yang beragam, tergantung pada varietasnya. Bentuk buah pisang

ambon bulat panjang, bulat pendek,

bulat agak persegi dan sebagainya.

Manfaat Kulit Pisang

a. Manfaat kulit pisang sebagai meredakan nyeri

b. Manfaat kulit pisang sebagai mengatasi gatal

c. Manfaat kulit pisang sebagai mengobati kutil

d. Manfaat kulit pisang sebagai mempercepat mengobati luka


34

(Setiawan Dalimartha, 2003)

e. Manfaat kulit pisang sebagai bahan baku pembuat cuka pisang yang

bisa seimbangkan mood

f. Manfaat kulit pisang sebagai penjernih air

2.3 Bahan Tambahan Sediaan Kosmetik

2.3.1 SEDIAAN MOUTHWASH

BAHAN TAMBAHAN YANG ADA PADA SEDIAAN MOUTHWASH :

1. Gliserin

 Stabilitas dan Penyimpanan

Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentas terhadap

oksidasi oleh atmosfer dibawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi

terurai pada pemanasan. Campuran dari gliserin, etanol (95%) dan

propilenglikol akan stabil secara kimiawi ( Rowe.C dkk, 2006).

 Inkompatibilitas

Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti

kromonium trioksida, potassium klorat, atau kalium permanganat.

Dalam larutan encer, reaksi berlangsung pada tingkat yang lebih

lambat dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Perubahan

warna hitam pada gliserin terjadi jika dibawah cahaya, atau pada

kontak dengan oksida seng atau bismuth nitrat dasar. Kontaminan besi

dalam gliserin bertanggung jawab atas penggelapan dalam warna


35

campuran mengandung fenol, salisilat, dan tannin ( Rowe.C dkk,

2006).

 Fungsi Gliserin dalam Mouthwash adalah sebagai Humektan

(Aprianti. Anastasia dkk, 2017) dengan range ≤ 30% ( Rowe.C dkk,

2006).

2. Mentol

 Stabilitas dan Penyimpanan

Formulasi mengandung mentol 1% b/b dalam krim stabil hingga 18

bulan saat disimpan di suhu kamar. Menthol harus disimpan dalam

wadah tertutup pada suhu yang tidak melebihi 25⸰ C ( Rowe.C dkk,

2006).

 Inkompatibilitas

Tidak sesuai dengan: hidrat butilchloral; kamper; hidrat kloral;

kromium trioksida; b-naphthol; fenol; kalium permanganat;

pyrogallol; resorsinol; dan timol ( Rowe.C dkk, 2006).

 Menthol pada formulasi mouthwash memiliki range 0,1 – 2,0 % (

Rowe.C dkk, 2006).

3. Alkohol

 Stabilitas dan Penyimpan

Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan

penyaringan dan harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat

yang dingin ( Rowe.C dkk, 2006).

 Inkompatibilitas
36

Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan bahan

pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat berwarna gelap karena

reaksi dengan jumlah aldehida yang tersisa. Garam organik atau akasia

dapat diendapkan dari larutan encer atau dispersi. Larutan etanol juga

tidak sesuai dengan aluminium kontainer dan dapat berinteraksi

dengan beberapa obat ( Rowe.C dkk, 2006).

 Fungsi Alkohol dalam Mouthwash sebagai antimikroba dengan range

≥ 10 % ( Rowe.C dkk, 2006).

4. Aquadest

 Stabilitas dan Penyimpanan

Air secara kimiawi stabil di semua kondisi fisik (es, cair, dan uap). Air

yang meninggalkan sistem pemurnian farmasi dan memasuki tempat

penyimpanan harus memenuhi persyaratan khusus. Khususnya, sistem

penyimpanan dan distribusi harus memastikan bahwa air terlindung

dari kontaminasi ionik dan organik, yang akan mengarah pada

peningkatan konduktivitas dan karbon organik total, masing-masing.

Sistem juga harus dilindungi terhadap masuknya fisik partikel asing

dan mikroorganisme sehingga pertumbuhan mikroba dicegah atau

diminimalkan. Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai ( Rowe.C

dkk, 2006).

 Inkompatibilitas

Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan

eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi pada


37

keberadaan air atau uap air) pada suhu kamar dan suhu tinggi. Air

dapat bereaksi keras dengan logam alkali dan cepat dengan logam

alkali dan oksidanya, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida.

Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari

berbagai komposisi, dan dengan bahan organik tertentu dan kalsium

karbida.

2.3.2 SEDIAAN GEL

BAHAN TAMBAHAN YANG ADA PADA SEDIAAN GEL :

1. CARBOPOL

 Stabilitas dan penyimpanan

Karbomer stabil, bahan higroskopis yang dipanaskan pada suhu di

bawah 1048C hingga 2 jam tanpa mempengaruhi mereka efisiensi

pengentalan. Namun, paparan suhu yang berlebihan dapat

menyebabkan perubahan warna dan mengurangi stabilitas.

Dekomposisi terjadi dengan pemanasan selama 30 menit pada 2608C.

Kering bentuk bubuk karbomer tidak mendukung pertumbuhan

cetakan dan jamur. Sebaliknya, mikroorganisme tumbuh baik tanpa

diawasi dispersi berair, dan karena itu pengawet antimikroba seperti

0,1% b / v klorokresol, 0,18% b / v metilparaben – 0,02% w / v

propylparaben, atau 0,1% b / v thimerosal harus ditambahkan. Itu

penambahan antimikroba tertentu, seperti benzalkonium klorida atau

natrium benzoat, dalam konsentrasi tinggi (0,1% b / v) dapat


38

menyebabkan kekeruhan dan pengurangan viskositas dispersi

carbomer.Gel berair dapat disterilkan dengan autoklaf (7) dengan

minimal perubahan viskositas atau pH, asalkan perawatan diambil

untuk menyingkirkan oksigen dari sistem, atau oleh iradiasi gamma,

meskipun teknik ini dapat meningkatkan viskositas formulasi. (54,55)

Di kamar suhu, dispersi carbomer mempertahankan viskositasnya

selama penyimpanan untuk waktu yang lama. Demikian pula,

viskositas dispersi adalah dipertahankan, atau hanya sedikit berkurang,

pada suhu penyimpanan yang tinggi jika antioksidan termasuk dalam

formulasi atau jika dispersi disimpan terlindung dari cahaya. Paparan

cahaya menyebabkan oksidasi yang tercermin dalam penurunan

viskositas dispersi.Stabilitas terhadap cahaya dapat ditingkatkan

dengan penambahan 0,05-0,1% w / v dari UV absorber yang larut

dalam air seperti benzophenone-2 atau benzophenone-4 dalam

kombinasi dengan 0,05-0,0% w / v asam edetic.Bubuk karbomer harus

disimpan dalam kedap udara, tahan korosi wadah dan dilindungi dari

kelembaban. Penggunaan kaca,plastik, atau wadah berlapis resin

dianjurkan untuk penyimpanan formulasi yang mengandung

karbomer. ( Rowe.C dkk, 2006).

 Inkomplibitas
39

Karbomer dihilangkan warna oleh resorsinol dan tidak kompatibel

dengan fenol, polimer kationik, asam kuat, dan tingkat tinggi

elektrolit. Adjuvan antimikroba tertentu juga harus dihindari atau

digunakan pada tingkat rendah, lihat Bagian 11. Melacak kadar besi

dan lainnya logam transisi dapat secara katalitis mendegradasi

karbomer.Aktivasi amino-fungsional tertentu membentuk kompleks

dengan karbomer;sering ini dapat dicegah dengan menyesuaikan

pHdispersi dan / atau parameter kelarutan dengan menggunakan tepat

alkohol dan poliol.Karbomer juga membentuk kompleks yang

tergantung pH dengan pasti eksipien polimerik. Penyesuaian

parameter pH dan / atau kelarutan juga bisa bekerja dalam situasi ini. (

Rowe.C dkk, 2006).

 Fungsi Carbopol dalam gel adalah sebagai Gelling agent ( Ulviani

vina, dkk.2016 ) dengan range 0.5–2.0 % ( Rowe.C dkk, 2006).

2. Trietanolamin

 Stabilitas dan penyimpanan

Triethanolamine dapat berubah menjadi coklat saat terpapar udara dan

cahaya.Tingkat 85% dari trietanolamin cenderung stratifikasi di bawah

158C;homegeneitas dapat dipulihkan dengan pemanasan dan

pencampuran sebelum digunakan. Trietanolamin harus disimpan


40

dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk

dan kering. Lihat Monoethanolamine untuk informasi lebih lanjut. (

Rowe.C dkk, 2006).

 Inkomplibitas

Trietanolamina adalah amina tersier yang mengandung gugus hidroksi

mampu menjalani reaksi khas amina tersier dan alkohol.

Trietanolamina akan bereaksi dengan asam mineral untuk terbentuk

garam kristal dan ester. Dengan asam lemak yang lebih tinggi,

trietanolamina membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki

karakteristik sabun. Trietanolamina juga akan bereaksi dengan

tembaga untuk terbentuk garam kompleks. Perubahan warna dan curah

hujan dapat terjadi dikehadiran garam logam berat.Trietanolamina

dapat bereaksi dengan reagen seperti thionyl chloride untuk mengganti

gugus hidroksi dengan halogen. Produk-produk ini reaksi sangat

beracun, menyerupai mustard nitrogen lainnya. ( Rowe.C dkk, 2006).

3. Metil paraben

 Stabilitas dan penyimpanan

Larutan berair metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan oleh

autoclaving di 1208C selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Larutan

berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) hingga

sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan berair pada pH 8


41

atau di atasnya dikenakan hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah

sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu kamar). ( Rowe.C dkk, 2006).

 Inkomplibitas

Aktivitas antimikroba metilparaben dan paraben lainnya adalah sangat

berkurang adanya surfaktan nonionik, seperti itu sebagai polisorbat 80,

sebagai hasil dari micellization. Namun, propilen glikol (10%) telah

terbukti mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben di hadapan

nonionik surfaktan dan mencegah interaksi antara methylparaben dan

polisorbat 80. Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit,

magnesium trisilicate, talc, tragacanth, natrium alginat, minyak

esensial, sorbitol, dan atropin, telah dilaporkan. juga bereaksi dengan

berbagai gula dan alkohol gula terkait. Penyerapan metilparaben oleh

plastik juga telah dilaporkan jumlah yang diserap tergantung pada

jenis plastik dan kendaraan. Telah diklaim bahwa kepadatan rendah

dan kepadatan tinggi botol polyethylene tidak menyerap

methylparaben. Methylparaben berubah warna di hadapan besi dan

subjek hidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat. ( Rowe.C dkk,

2006).

 Fungsi metal paraben pada gel adalah sebagai bahan pengawet

( Ulviani vina, dkk.2016 ) dengan range 0.02–0.3 % ( Rowe.C dkk,

2006).

4. Natrium metabisulfite

 Stabilitas dan penyimpanan


42

Pada paparan udara dan kelembaban, natrium metabisulfit secara

perlahan teroksidasi menjadi natrium sulfat dengan disintegrasi kristal.

Penambahan asam kuat ke padatan membebaskan sulfur dioksida.

Dalam air, natrium metabisulfit segera dikonversi menjadi natrium

(Na) dan bisulfit (HSO3

) ion. Natrium berair larutan metabisulfit juga terurai di udara,

terutama pada pemanasan.Solusi yang harus disterilisasi dengan

autoklaf harus diisi kontainer di mana udara telah diganti dengan gas

lembam, seperti itu sebagai nitrogen. Penambahan dekstrosa menjadi

natrium berair solusi metabisulfit menghasilkan penurunan stabilitas

metabisulfite. Bahan curah harus disimpan dalam wadah tertutup

dengan baik,terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

 Inkomplibitas

metabisulfit bereaksi dengan simpatomimetik dan lainnya obat-obatan

yang merupakan turunan orto-atau para-hydroxybenzyl alcohol

membentuk turunan asam sulfonat yang memiliki sedikit atau tidak

ada farmakologis aktivitas. Obat-obatan yang paling penting tunduk

pada inaktivasi ini adalah epinefrin (adrenalin) dan turunannya. Selain

itu, natrium metabisulfit tidak sesuai dengan kloramfenikol untuk

reaksi yang lebih kompleks, juga menginaktifkan cisplatin solusi.

(4,5) Ini tidak sesuai dengan phenylmercuric acetate ketika diautoklaf


43

dalam persiapan tetes mata. Natrium metabisulfit dapat bereaksi

dengan topi karet botol multidosis, yang karenanya harus diperlakukan

sebelumnya dengan natrium solusi metabisulfit

5. Propilenglikol

 Stabilitas dan penyimpanan

Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam keadaan tertutup

kontainer, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung

mengoksidasi, sehingga menghasilkan produk seperti

propionaldehyde, asam laktat, piruvat asam, dan asam asetat. Propilen

glikol stabil secara kimia saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin,

atau air; larutan berair dapat disterilisasi dengan autoklaf Propilen

glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam sumur tertutup

kontainer, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

 Inkomplibitas

Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti kalium

permanganat.

2.3.3 SEDIAAN KRIM WAJAH (PELEMBAB)

BAHAN TAMBAHAN YANG ADA PADA SEDIAAN KRIM WAJAH :

1. Asam strearat

a. Stabilitas dan Penyimpanan

Asam stearat adalah bahan stabil,antioksidan dan penyimpanannya harus

disimpan dalam wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering.
44

b. Inkompatibilitas

Inkompatibilitas asam stearat tidak sesuai dengan sebagian besar hidroksida

logam dan tidak sesuai dengan basa, zat pereduksi dan oksidator

2. Setil alcohol

a. Stabilitas dan Penyimpan

Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan

penyaringan dan harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat

yang dingin ( Rowe.C dkk, 2006).

b. Inkompatibilitas

Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan bahan

pengoksidasi.Campuran dengan alkali dapat berwarna gelap karena reaksi

dengan jumlah aldehida yang tersisa. Garam organik atau akasia dapat

diendapkan dari larutan encer atau dispersi. Larutan etanol juga tidak

sesuai dengan aluminium container dan dapat berinteraksi dengan

beberapa obat ( Rowe.C dkk, 2006).

c. Fungsi Alkohol dalam Mouthwash sebagai antimikroba dengan range ≥

10 % ( Rowe.C dkk, 2006).

3. Trietanolamin (TEA)

a. Stabilitas dan penyimpanan

Triethanolamine dapat berubah menjadi coklat saat terpapar udara dan

cahaya. Tingkat 85% dari trietanolamin cenderung stratifikasi di bawah

158C; homegeneitas dapat dipulihkan dengan pemanasan dan

pencampuran sebelum digunakan. Trietanolamin harus disimpan dalam


45

wadah kedap udara terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan

kering. Lihat Monoethanolamine untuk informasi lebih lanjut. ( Rowe.C

dkk, 2006).

b. Inkomplibitas

Trietanolamina adalah amina tersier yang mengandung gugus hidroksi

mampu menjalani reaksi khas amina tersier dan alkohol. Trietanolamina

akan bereaksi dengan asam mineral untuk terbentuk garam kristal dan

ester. Dengan asam lemak yang lebih tinggi, trietanolamina membentuk

garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik

sabun.Trietanolamina juga akan bereaksi dengan tembaga untuk terbentuk

garam kompleks. Perubahan warna dan curah hujan dapat terjadi

dikehadiran garam logam berat.Trietanolamina dapat bereaksi dengan

reagen seperti thionyl chloride untuk mengganti gugus hidroksi dengan

halogen. Produk-produk ini reaksi sangat beracun, menyerupai mustard

nitrogen lainnya. ( Rowe.C dkk, 2006).

4. Profilen glikol

a. Stabilitas dan Penyimpanan

Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup baik, tetapi

pada suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung mengoksidasi, memberi,

naik ke produk seperti propionaldehyde, asam laktat, asam piruvat, dan

asam asetat. propilen glikol secara kimia stabil bila dicampur dengan

etanol (95%), gliserin atau air; larutan berair dapat disterilisasi dengan

autoklaf. propilen glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam


46

wadah tertutup, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering (Rowe.

C dkk, 2006)

b. Inkompatibilitas

Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti kalium

permanganate (Rowe. C dkk, 2006)

5. Metil paraben

a. Stabilitas dan penyimpanan

Larutan berair metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan oleh

autoclaving di 1208C selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Larutan berair

pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) hingga sekitar 4 tahun

pada suhu kamar, sementara larutan berair pada pH 8 atau di atasnya

dikenakan hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari

penyimpanan pada suhu kamar). (Rowe.C dkk, 2006).

b. Inkomplibitas

Aktivitas antimikroba metilparaben dan paraben lainnya adalah sangat

berkurang adanya surfaktan nonionik, seperti itu sebagai polisorbat 80,

sebagai hasil dari micellization. Namun, propilen glikol (10%) telah

terbukti mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben di hadapan

nonionic surfaktan dan mencegah interaksi antara methylparaben dan

polisorbat 80. Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit,

magnesium trisilicate, talc, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial,

sorbitol, dan atropin, telah dilaporkan. juga bereaksi dengan berbagai gula

dan alkohol gula terkait. Penyerapan metilparaben oleh plastik juga telah
47

dilaporkan jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik dan

kendaraan. Telah diklaim bahwa kepadatan rendah dan kepadatan tinggi

botol polyethylene tidak menyerap methylparaben. Methylparaben

berubah warna di hadapan besi dan subjek hidrolisis oleh alkali lemah dan

asam kuat. ( Rowe.C dkk, 2006).

c. Fungsi metal paraben pada gel adalah sebagai bahan pengawet ( Ulviani

vina).

6. BHT

7. Aquades

a. Stabilitas dan Penyimpanan

Air secara kimiawi stabil di semua kodisi fisik ( es, cair, dan uap). Air

yang menginggalkan system pemurnian farsmasi dan memasuki tempat

penyimpanan harus memenuhi persyaratan khusus. Khususnya, system

penyimpanan dan distribusi harus memastikan bahwa air terlindung dari

kontaminasi ionic dan organik, yang akan mengarah pada peningkatan

konduktivitas dan korban organic total, masing-masing. Sistem juga harus

dilindungi terhadap masuknya fisik partikel asing dan mikroorganime

sehingga pertumbuhan mikroba dicegah atau diminimalkan. Air harus

disimpan dalam wadah yang sesuai (Rowe. C dkk, 2006).

b. Inkompatibilitas

Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan

eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi pada

keberadaan air atau uap air) pada suhu kamar dan suhu tinggi. Air dapat
48

bereaksi keras dengan logam alkali dan cepat dengan logam alkali dan

oksidanya, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga

bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai

komposisi, dan dengan bahan organik tertentu dan kalsium karbida.

2.3.4 SEDIAAN SABUN TRANSPARAN

BAHAN TAMBAHAN YANG ADA PADA SEDIAAN SABUN

TRANSFARAN

1. Minyak Kelapa /VCO

 Stabilitas dan penyimpanan

Minyak kelapa tetap dapat dimakan, dan ringan dalam rasa dan bau,

selama beberapa tahun di bawah kondisi peyimpanan biasa. Namun,

jika terpapar udara, minyak mudah mengoksidasi dan menjadi

tengik,memperoleh bau yang tidak menyenangkan dan rasa asam kuat.

Store dalam wadah yang padat, terisi penuh, terlindung dari cahaya

pada suhu tidak melebihi 25 C. minyak kelapa dapat mudah terbakar

pada suhu tinggi, dan dapat secara spontan memanaskan dan menyala

jika disimpan di bawah panas dalam kondisi panas dan basah.

(Rowe.C dkk,2006).

 Inkompatibilitas

Minyak kelapa bereaksi dengan oksidator, asam dan basa. Polietilena

mudah tembus minyak kelapa. (Rowe.C dkk,2006)


49

 Fungsi Minyak Kelapa dalam pembuatan sediian sabun transparan

adalah sebagai memadatkan sabun,memperbanyak busa dengan range

60-75%

2. Asam Stearat

 Stabilitas dan Penyimpanan

Asam stearat adalah bahan stabil,antioksidan dan penyimpanannya

harus disimpan dalam wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan

kering.

 Inkompatibilitas

Inkompatibilitas asam stearat tidak sesuai dengan sebagian besar

hidroksida logam dan tidak sesuai dengan basa, zat pereduksi dan

oksidator

 Fungsi Asam stearat dalam pembuatan sediaan sabun transparan

adalah membantu untuk mengeraskan sabun.

3. NaOH 30%

 Stabilitas dan Penyimpanan

Natrium Hidroksida

 Inkompatibilitas

 Fungsi NaOH dalam

4. Gliserin

 Stabilitas dan penyimpaan


50

Gliserin bersifat higroskopik. Gliserin murni tidak rentas terhadap

oksidasi oleh atmosfer dibawah kondisi penyimpanan basa, tetapi

terurai pada pemanasan campuran dari gliserin,etanol (95%) dan

propilenglikol akan stabil secara kimiawi (Rowe,C dkk,2006)

 Inkompatibilitas

Gliserin dapat meledak jika di campur dengan oksidator kuat seperti

kromonium trioksida, potassium klorat, atau kalium permanganate.

Dalam larutan encer, reaksi berlangsung pada tingkat yang lebih

lambat dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Perubahan

warna hitam pada gliserin terjadi jika dibawah cahaya,atau pada

kontak dengan oksida seng atau bismuth nitrat dasar. Kontami nan

besi dalam gliseri bertanggung jawab atas penggelapan dalam warna

campuran mengandung fenol,salisilat dan tannin (Rowe,C.dkk,2006)

 Fungsi gliserin dalam pembuatan sediaan sabun transfaran adalah

sebagai humectan atau pelembab dengan ketentuan range 30%

5. Alcohol

 Stabilitas dan Penyimpanan

Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau

denganpenyaringan dan harus disimpan dalam wadah kedap udara

ditempat yang dingin (Rowe,C dkk, 2006)

 Inkompatibilitas
51

Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereksi dengan bahan

pengoksidasi . campuran dengan alkali dapat berwarna gelap karena

reaksi dengan jumlah aldehida yang tersisa. Garam organic atau akasia

dapat diendapkan dari larutan encer atau dispersi. Larutan etanol juga

tidak sesuai dengan aluminium container dan dapat berinteraksi

dengan beberapa obat (Rowe,C dkk, 2006)

 Fungsi alcohol dalam pembuatan sediaan sabun transfaran adalah

sebagai pembening dalam pembuatan sabun atau agar sabun menjadi

bening atau transparan.

6. Gula Pasir

 Stabilitas dan Penyimpanan

 Inkompatibilas

 Fungsi gula pasir dalam sediaan sabun transfaran adalah sebagai

humectan dan pembusaan sabun

7. Asam Sitrat

 Stabilitas dan penyimpanan

Higroskopis perlu udara lembab serta penyimpanan dalam wadah

kedap udara,di tempat yang sejuk dan kering.

 Inkompatibilitas
52

Asam sitrat tidak cocok dengan kalium tartat,alkali dan alkalium

carbonat dan bikarbonat,asetat dan sulfide, tidak cocok juga dengan

agen pengoksidasi ,busa,agen pereduksi dan nitrat.

 Fungsi asam sitrat dalam pembuatan sediaan sabun transparan

8. Aquadest

 Stabilitas dan Penyimpanan

Air secara kimiawi stabil disemua kondisi fisik (es,cair dan uap). Air

yang meninggalkan sistem pemurnian farmasi dan memasuki tempat

penyimpanan harus memenuhi persyaratan khususnya, sistem

penyimpanan dan distribusi harus memastikan bahwa air terlindung

dari kontaminasi ionic dan organic, yang akan mengarah pada

peningkatan konduktivitas dan karbon organic total masing-masing.

Sistem juga harus dilindung terhadap masuknya fisik partikel asing

dan mikroorganisme sehingga pertumbuhan mikroba atau

diminimalkan. Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai (Rowe,C

dkk 2006)

 Inkompatibilitas

Dalam formula farmasi air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan

eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi pada

keberadaan air atau uap air) pada suhu kamar dan suhu tinggi. Air

dapat bereaksi keras dengan logam alkali dan cepat dengan logam
53

alkali dan oksidanya, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida.

Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari

berbagai komposis dan dengan bahan organic tertentu dan kalsium

karbida

2.3.5 SEDIAAN BODY LOTION

BAHAN TAMBAHAN YANG ADA PADA BODY LOTION :

1. Asam askorbat

 Stabilitas dan penyimpanan

Dalam bentuk bubuk, asam askorbat relatif stabil di udara. Dalam

tidak adanya oksigen dan zat pengoksidasi lainnya juga panas stabil.

Asam askorbat tidak stabil dalam larutan, terutama larutan

alkalin,siap menjalani oksidasi saat terpapar udara. (2,3) proses

oksidasi dipercepat oleh cahaya dan panas dan dikatalisis oleh

jejak tembaga dan besi. Solusi asam askorbat menunjukkan hasil

maksimal stabilitas sekitar pH 5.4. Solusi dapat disterilkan dengan

penyaringan. Bahan curah harus disimpan dalam nonmetalik tertutup

yang baik kontainer, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan

kering

 Inkompatibilitas

Tidak kompatibel dengan alkali, ion logam berat, terutama tembaga

dan besi, bahan pengoksidasi, methenamine, phenylephrine

hydrochloride, pyrilamine maleate, salicylamide, sodium nitrite,


54

sodium salisilat, theobromine salicylate, dan picotamide. (4,5) Selain

itu, asam askorbat telah ditemukan mengganggu kolorimetri tertentu

tes dengan mengurangi intensitas warna yang dihasilkan. (6)

2. Stearit alcohol

 Stabilitas dan penyimpanan

Stearil alkohol stabil terhadap asam dan alkali dan biasanya tidak

menjadi tengik. Ini harus disimpan dalam wadah tertutup dengan baik

dalam tempat yang sejuk dan kering.

 Inkompatabilitas

Tidak kompatibel dengan oksidator kuat dan asam kuat. Glycerol

monosearat

 Stabilitas dan penyimpanan

Jika disimpan pada suhu hangat, gliseril monostear meningkat nilai

asam pada penuaan karena saponifikasi ester dengan jumlah jejak air.

Antioksidan yang efektif dapat ditambahkan, seperti itu sebagai

butylated hydroxytoluene dan propyl gallate. Gliseril monostearat

harus disimpan dalam keadaan tertutup rapat

wadah di tempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya

 Inkompatabilitas.

Nilai pengemulsi-diri dari gliseril monostearat tidak sesuai dengan

zat asam.

3. Gliserin

 Stabilitas dan penyimpanan


55

Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap

oksidasi oleh

atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi terurai pada

pemanasan dengan evolusi acrolein beracun. Campuran dari gliserin

dengan air, etanol (95%), dan propilena glikol adalah stabil secara

kimiawi.

 Inkompatabilitas

Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti

kromium trioksida, potasium klorat, atau kalium permanganat. Dalam

larutan encer, reaksi berlangsung pada tingkat yang lebih lambat

dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Perubahan warna

hitam gliserin terjadi di hadapan cahaya, atau pada kontak dengan

oksida seng atau bismut nitrat dasar. Kontaminan besi dalam gliserin

bertanggung jawab atas penggelapan dalam warna campuran

mengandung fenol, salisilat, dan tanin. Glycerin membentuk asam

borat, asam glyceroboric, yaitu asam kuat dari asam borat.

4. Trietanol amin

 Stabilitas dan penyimpanan

Triethanolamine dapat berubah menjadi coklat saat terpapar udara

dan cahaya.

Tingkat 85% dari trietanolamin cenderung stratifikasi di bawah

158C; homegeneitas dapat dipulihkan dengan pemanasan dan

pencampuran sebelum digunakan. Trietanolamin harus disimpan


56

dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya, di tempat yang

sejuk dan kering. Lihat Monoethanolamine untuk informasi lebih

lanjut.

 Inkompatabilitas

Trietanolamina adalah amina tersier yang mengandung gugus

hidroksi; saya mampu menjalani reaksi khas dari amina tersier dan

alkohol. Trietanolamina akan bereaksi dengan asam mineral untuk

terbentuk garam kristal dan ester. Dengan asam lemak yang lebih

tinggi, trietanolamina membentuk garam yang larut dalam air dan

memiliki karakteristik sabun. Trietanolamina juga akan bereaksi

dengan tembaga untuk terbentuk garam kompleks. Perubahan warna

dan curah hujan dapat terjadi dikehadiran garam logam berat.

Trietanolamina dapat bereaksi dengan reagen seperti thionyl chloride

untuk mengganti gugus hidroksi dengan halogen. Produk-produk ini

reaksi sangat beracun, menyerupai mustard nitrogen lainnya.

5. Metil paraben

 Stabilitas dan penyimpanan

Larutan berair metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan oleh

autoclaving di 1208C selama 20 menit, tanpa dekomposisi. (8)

Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi)

hingga sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan berair

pada pH 8 atau di atasnya dikenakan hidrolisis cepat


57

(10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu

kamar)

 Inkompatabilitas

Aktivitas antimikroba metilparaben dan paraben lainnya adalah

sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti itu

sebagai polisorbat 80, sebagai hasil dari micellization. (10,11)

Namun, propilen glikol (10%) telah terbukti mempotensiasi aktivitas

antimikroba dari paraben di hadapan nonionik surfaktan dan

mencegah interaksi antara methylparaben dan polisorbat 80. (12)

Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, (13) magnesium

trisilicate, (14) talc, tragacanth, (15) natrium alginat, (16) esensial,

(17) sorbitol, (18) dan atropin, (19) telah dilaporkan. Saya juga

bereaksi dengan berbagai gula dan alkohol gula terkait. (20)

Penyerapan metilparaben oleh plastik juga telah dilaporkan; jumlah

yang diserap tergantung pada jenis plastik dan kendaraan. Telah

diklaim bahwa kepadatan rendah dan kepadatan tinggi botol

polyethylene tidak menyerap methylparaben. (21) Methylparaben

berubah warna di hadapan besi dan subjek hidrolisis oleh alkali

lemah dan asam kuat.

2.3.6 SEDIAAN MASKER PEEL-OFF

BAHAN TAMBAHAN SEDIAAN MASKER PEEL-OFF

1. PVA (Polivinil Alkohol)


58

Stabilitas dan penyimpanan

Polivinil alkohol stabil bila disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat

sejuk dan kering. Larutan berair stabil dalam wadah yang tahan korosi.

Pengawet dapat ditambahkan ke solusi jika diperlukan penyimpanan

tambahan. Polivinil alkohol mengalami degradasi lambat pada 1008C dan

degradasi yang cepat pada 2008C; stabil pada paparan cahaya

Inkompatibilitas

Polivinil alkohol mengalami reaksi khas senyawa dengan gugus hidroksi

sekunder, seperti esterifikasi. Ini terurai dalam asam kuat, dan melembutkan

atau larut dalam asam lemah dan basa. Ini tidak sesuai pada konsentrasi tinggi

dengan garam anorganik, terutama sulfat dan fosfat; pengendapan polivinil

alkohol 5% b / v dapat disebabkan oleh fosfat. Gelling larutan alkohol

polivinil dapat terjadi jika boraks hadir.

Fungsi PVA dalam sediaan Gel Peel Off sebagai pembentuk film (Brick et

al.,2014)

2. CARBOPOL (Carbomer)

Stabilitas dan penyimpanan

Karbomer stabil, bahan higroskopis yang dipanaskan pada suhu di bawah

1048C hingga 2 jam tanpa mempengaruhi mereka efisiensi pengentalan.

Namun, paparan suhu yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan warna

dan mengurangi stabilitas. Dekomposisi terjadi dengan pemanasan selama 30

menit pada 2608C. Kering bentuk bubuk karbomer tidak mendukung


59

pertumbuhan cetakan dan jamur. Sebaliknya, mikroorganisme tumbuh baik

tanpa diawasi dispersi berair, dan karena itu pengawet antimikroba seperti

0,1% b / v klorokresol, 0,18% b / v metilparaben – 0,02% w / v

propylparaben, atau 0,1% b / v thimerosal harus ditambahkan. Itu

penambahan antimikroba tertentu, seperti benzalkonium klorida atau natrium

benzoat, dalam konsentrasi tinggi (0,1% b / v) dapat menyebabkan kekeruhan

dan pengurangan viskositas dispersi carbomer.Gel berair dapat disterilkan

dengan autoklaf (7) dengan minimal perubahan viskositas atau pH, asalkan

perawatan diambil untuk menyingkirkan oksigen dari sistem, atau oleh

iradiasi gamma, meskipun teknik ini dapat meningkatkan viskositas formulasi.

(54,55) Di kamar suhu, dispersi carbomer mempertahankan viskositasnya

selama penyimpanan untuk waktu yang lama. Demikian pula, viskositas

dispersi adalah dipertahankan, atau hanya sedikit berkurang, pada suhu

penyimpanan yang tinggi jika antioksidan termasuk dalam formulasi atau jika

dispersi disimpan terlindung dari cahaya. Paparan cahaya menyebabkan

oksidasi yang tercermin dalam penurunan viskositas dispersi.Stabilitas

terhadap cahaya dapat ditingkatkan dengan penambahan 0,05-0,1% w / v dari

UV absorber yang larut dalam air seperti benzophenone-2 atau benzophenone-

4 dalam kombinasi dengan 0,05-0,0% w / v asam edetic.Bubuk karbomer

harus disimpan dalam kedap udara, tahan korosi wadah dan dilindungi dari

kelembaban. Penggunaan kaca,plastik, atau wadah berlapis resin dianjurkan

untuk penyimpanan formulasi yang mengandung karbomer. ( Rowe.C dkk,

2006).
60

Inkomplibitas

Karbomer dihilangkan warna oleh resorsinol dan tidak kompatibel dengan

fenol, polimer kationik, asam kuat, dan tingkat tinggi elektrolit. Adjuvan

antimikroba tertentu juga harus dihindari atau digunakan pada tingkat rendah,

lihat Bagian 11. Melacak kadar besi dan lainnya logam transisi dapat secara

katalitis mendegradasi karbomer.Aktivasi amino-fungsional tertentu

membentuk kompleks dengan karbomer;sering ini dapat dicegah dengan

menyesuaikan pHdispersi dan / atau parameter kelarutan dengan

menggunakan tepat alkohol dan poliol.Karbomer juga membentuk kompleks

yang tergantung pH dengan pasti eksipien polimerik. Penyesuaian parameter

pH dan / atau kelarutan juga bisa bekerja dalam situasi ini. ( Rowe.C dkk,

2006).

Fungsi Carbopol dalam sediaan Gel Peel Off adalah sebagai Gelling agent

( Astri.S dan Anis.Y.C, ) dengan range 0.5–2.0 % ( Rowe.C dkk, 2006).

3. TEA (Trietanolamin)

Stabilitas dan penyimpanan

Triethanolamine dapat berubah menjadi coklat saat terpapar udara dan

cahaya.Tingkat 85% dari trietanolamin cenderung stratifikasi di bawah

158C;homegeneitas dapat dipulihkan dengan pemanasan dan pencampuran

sebelum digunakan. Trietanolamin harus disimpan dalam wadah kedap udara


61

terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Lihat

Monoethanolamine untuk informasi lebih lanjut. ( Rowe.C dkk, 2006).

Inkompatibilitas

Trietanolamina adalah amina tersier yang mengandung gugus hidroksi mampu

menjalani reaksi khas amina tersier dan alkohol. Trietanolamina akan bereaksi

dengan asam mineral untuk terbentuk garam kristal dan ester. Dengan asam

lemak yang lebih tinggi, trietanolamina membentuk garam yang larut dalam

air dan memiliki karakteristik sabun. Trietanolamina juga akan bereaksi

dengan tembaga untuk terbentuk garam kompleks. Perubahan warna dan

curah hujan dapat terjadi dikehadiran garam logam berat.Trietanolamina dapat

bereaksi dengan reagen seperti thionyl chloride untuk mengganti gugus

hidroksi dengan halogen. Produk-produk ini reaksi sangat beracun,

menyerupai mustard nitrogen lainnya. ( Rowe.C dkk, 2006).

4. Gliserin

Stabilitas dan Penyimpanan

Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentas terhadap oksidasi

oleh atmosfer dibawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi terurai pada

pemanasan. Campuran dari gliserin, etanol (95%) dan propilenglikol akan

stabil secara kimiawi ( Rowe.C dkk, 2006).

Inkompatibilitas

Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti

kromonium trioksida, potassium klorat, atau kalium permanganat. Dalam

larutan encer, reaksi berlangsung pada tingkat yang lebih lambat dengan
62

beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Perubahan warna hitam pada

gliserin terjadi jika dibawah cahaya, atau pada kontak dengan oksida seng

atau bismuth nitrat dasar. Kontaminan besi dalam gliserin bertanggung jawab

atas penggelapan dalam warna campuran mengandung fenol, salisilat, dan

tannin ( Rowe.C dkk, 2006).

Fungsi Gliserin dalam gel peel off adalah sebagai Humektan

(Rahmawanty,2015) dengan range ≤ 30% ( Rowe.C dkk, 2006).

5. Metil paraben

Stabilitas dan penyimpanan

Larutan berair metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan oleh autoclaving di

1208C selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Larutan berair pada pH 3-6 stabil

(kurang dari 10% dekomposisi) hingga sekitar 4 tahun pada suhu kamar,

sementara larutan berair pada pH 8 atau di atasnya dikenakan hidrolisis cepat

(10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu kamar). (

Rowe.C dkk, 2006).

Inkompatibilitas

Aktivitas antimikroba metilparaben dan paraben lainnya adalah sangat

berkurang adanya surfaktan nonionik, seperti itu sebagai polisorbat 80,

sebagai hasil dari micellization. Namun, propilen glikol (10%) telah terbukti

mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben di hadapan nonionik

surfaktan dan mencegah interaksi antara methylparaben dan polisorbat 80.

Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talc,

tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin, telah


63

dilaporkan. juga bereaksi dengan berbagai gula dan alkohol gula terkait.

Penyerapan metilparaben oleh plastik juga telah dilaporkan jumlah yang

diserap tergantung pada jenis plastik dan kendaraan. Telah diklaim bahwa

kepadatan rendah dan kepadatan tinggi botol polyethylene tidak menyerap

methylparaben. Methylparaben berubah warna di hadapan besi dan subjek

hidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat. ( Rowe.C dkk, 2006).

Fungsi metil paraben dalam sediaan gel peel off adalah sebagai bahan

pengawet ( Rowe & Owen, 2006) dengan range 0.02–0.3 % ( Rowe.C dkk,

2006).

6. Propylenglikol

Stabilitas dan Penyimpanan

Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup baik, tetapi

pada suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung mengoksidasi, memberi, naik

ke produk seperti propionaldehyde, asam laktat, asam piruvat, dan asam

asetat. propilen glikol secara kimia stabil bila dicampur dengan etanol (95%),

gliserin atau air; larutan berair dapat disterilisasi dengan autoklaf. propilen

glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup,

terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering (Rowe. C dkk, 2006)

Inkompatibilitas

Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti kalium

permanganate (Rowe. C dkk, 2006)

Fungsi propilenglikol pada sediaan Gel Peel Off adalah sebagai humektan

(Rowe et al., 2006) dan pengawet pada konsentrasi 15%.


64

7. Aquadest

Stabilitas dan Penyimpanan

Air secara kimiawi stabil di semua kondisi fisik (es, cair, dan uap). Air yang

meninggalkan sistem pemurnian farmasi dan memasuki tempat penyimpanan

harus memenuhi persyaratan khusus. Khususnya, sistem penyimpanan dan

distribusi harus memastikan bahwa air terlindung dari kontaminasi ionik dan

organik, yang akan mengarah pada peningkatan konduktivitas dan karbon

organik total, masing-masing. Sistem juga harus dilindungi terhadap

masuknya fisik partikel asing dan mikroorganisme sehingga pertumbuhan

mikroba dicegah atau diminimalkan. Air harus disimpan dalam wadah yang

sesuai ( Rowe.C dkk, 2006).

Inkompatibilitas

Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien

lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi pada keberadaan air atau

uap air) pada suhu kamar dan suhu tinggi. Air dapat bereaksi keras dengan

logam alkali dan cepat dengan logam alkali dan oksidanya, seperti kalsium

oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk

membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan organik

tertentu dan kalsium karbida.

2.3.7 SEDIAAN LIPSTIK

1. CARNAUBA WAX
65

Stabilitas dan penyimpanan :

Lilin carnauba stabil dan harus disimpan dalam keadaan tertutup kontainer, di

tempat yang sejuk dan kering.

2. SETIL ALKOHOL

Stabilitas dan penyimpanan :

Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan udara; itu tidak

menjadi tengik. Ini harus disimpan dalam keadaan tertutup wadah di tempat

yang sejuk dan kering.

Inkompimbilitas

Kompatibel dengan oksidator kuat. Alkohol cetyl bertanggung jawab untuk

menurunkan titik lebur ibuprofen, yang menghasilkan kecenderungan

menempel selama proses pelapisan film kristal ibuprofen.

3. PROPYLENGLIKOL

Stabilitas dan Penyimpanan

Pada suhu dingin, propilenglikol stabil dalam wadah tertutup baik, tetapi pada

suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung mengoksidasi, memberi, naik ke

produk seperti propionaldehyde, asamlaktat, asampiruvat, dan asamasetat.

Propilenglikol secara kimia stabilbila dicampur dengan etanol (95%), gliserin

atau air; larutan berair dapat disterilisasi dengan autoklaf. Propilenglikol

bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk dan kering (Rowe. C dkk, 2006)

Inkompatibilitas
66

Propilenglikol tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti kalium

permanganate (Rowe. C dkk, 2006)

Fungsi propilenglikol pada sediaan lipstik sebagai pelarut (Rowe et al., 2006)

4. Alpha tokoperol

Stabililitas dan penyimpanan

Tokoferol dioksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer dan cepat dengan garam

besi dan perak. Produk oksidasi termasuk tocopheroxide, tocopherylquinone,

dan tocopherylhydroquinone, serta dimer dan trimer. Tocopherol ester lebih

stabil oksidasi dari tokoferol bebas tetapi akibatnya kurang antioksidan yang

efektif.

Tokoferol harus disimpan di bawah gas lembam, dalam kedap udara wadah di

tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.

Inkompatibilitas

Tokoferol tidak sesuai dengan peroksida dan ion logam, terutama besi,

tembaga, dan perak. Tokoferol dapat diserap menjadi plastik.

5. METIL PARABEN

Stabilitas dan penyimpanan

Larutan berair metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan

olehautoclaving di 1208C selama 20 menit, tanpa dekomposisi.Larutan

berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%dekomposisi) hingga sekitar 4

tahun pada suhu kamar, sementara larutan berair pada pH 8 atau di atasnya
67

dikenakan hidrolisis cepat(10% atau lebih setelah sekitar 60 hari

penyimpanan pada suhu kamar). (Rowe.C dkk, 2006).

Inkompatibilitas

Aktivitas antimikroba metilparaben dan paraben lainnya adalahsangat

berkurangadanya surfaktan nonionik, seperti itusebagai polisorbat 80,

sebagai hasil dari micellization. Namun,propilen glikol (10%) telah terbukti

mempotensiasiaktivitas antimikroba dari paraben di hadapan

nonioniksurfaktan dan mencegah interaksi antara methylparabendan

polisorbat 80. Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium

trisilicate, talc, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan

atropin, telah dilaporkan.juga bereaksi dengan berbagai gula dan alkohol

gula terkait. Penyerapan metilparaben oleh plastik juga telah

dilaporkanjumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik dankendaraan.

Telah diklaim bahwa kepadatan rendah dan kepadatan tinggibotol

polyethylene tidak menyerap methylparaben. Methylparaben berubah warna

di hadapan besi dansubjek hidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat.

(Rowe.C dkk, 2006).\

Fungsi metil paraben dalam sediaan lipstik ( Rowe& Owen, 2006)dengan

range 0.02–0.3% (Rowe.C dkk, 2006).

6. OLEUM RICINI

Stabilitas dan penyimpanan


68

Oleum ricini adalah stabil, meskipun higroskopik, polisakarida dan harus

disimpan di tempat yang sejuk dan kering. Oleum ricini dalam larutan

memiliki stabilitas maksimum pada pH 9 dan tidak boleh panas diproses pada

nilai pH di bawah 3,5. Asam dan oksidator dapat menghidrolisis karaginan

dalam larutan yang mengarah kehilangnya sifat fisik melalui pembelahan

ikatan glikosidik. Hidrolisis asam tergantung pada pH, suhu dan waktu.

Asamnya hidrolisis hanya terjadi ketika karaginan dilarutkan, dan hidrolisis

dipercepat sebagai suhu pemrosesan dan / atau waktu pemrosesan meningkat.

Namun, ketika carrageenan adalah dalam kondisi gelnya, hidrolisis asam tidak

lagi terjadi

inkomtibilitas :

oleum ricini dapat bereaksi dengan bahan kationik. Jika kompleksasi bahan

kationik, dengan modifikasi terkait yang aktif kelarutan senyawa, tidak

diinginkan, penggunaan karaginan adalah tidak direkomendasikan.Oleum

ricini dapat berinteraksi dengan makromolekul lain yang bermuatan, misalnya

protein, untuk memberikan berbagai efek seperti peningkatan viskositas,

gelformasi, stabilisasi atau pengendapan.

2.3.8 SEDIAAN TONER

BAHAN TAMBAHAN YANG ADA PADA SEDIAAN TONER

1. Propylenglikol

 Stabilitas dan Penyimpanan


69

Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup baik,

tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung mengoksidasi,

memberi, naik ke produk seperti propionaldehyde, asam laktat, asam

piruvat, dan asam asetat. propilen glikol secara kimia stabil bila

dicampur dengan etanol (95%), gliserin atau air; larutan berair dapat

disterilisasi dengan autoklaf. propilen glikol bersifat higroskopis dan

harus disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya, di

tempat sejuk dan kering (Rowe. C dkk, 2006)

 Inkompatibilitas

Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti kalium

permanganate (Rowe. C dkk, 2006)

 Fungsi propilenglikol pada Toner adalah sebagai pelarut (pada

konsentrasi 5-80%untuk sediaan topikal), humektan dan pengawet

pada konsentrasi 15-30%.

2. Glycerin

 Stabilitas dan Penyimpanan

Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentas terhadap

oksidasi oleh atm osfer dibawah kondisi penyimpanan basa, tetapi

terurai pada pemanasan campuran dari gliserin, etanol (95%) dan

propilenglikol akan stabil secara kimiawi (Rowe. C dkk, 2006)

 Inkomp atibilitas
70

Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti

kromonium trioksida, potassium klorat, atau kalium permanganat.

Dalam larutan encer, reaksi berlangsung pada tingkat yang lebih

lambat dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Perubahan

warna hitam pada gliserin terjadi jika dibawah cahaya, atau pada

kontak dengan oksida seng atau bismuth nitrat dasar. Kontaminan besi

dalam gliserin bertanggung jawab atas penggelapan dalam warna

campuran mengandung fenol, salisilat, dan tannin ( Rowe.C dkk,

2006).

 Fungsi Gliserin dalam Tonic adalah sebagai Humektan (Aprianti.

Anastasia dkk, 2017) dengan range ≤ 30% ( Rowe.C dkk, 2006).

3. VCO (Virgin Coconut Oil)

 Stabilitas dan Penyimpanan

Minyak kelapa tetap dapat dimakan, dan ringan dalam rasa dan bau,

selama beberapa tahun di bawah kondisi penyimpanan biasa. Namun,

jika terpapar udara, minyak mudah mengoksidasi dan menjadi tengik,

memperoleh bau yang tidak menyenangkan dan rasa asam kuat.

Strore dalam wadah yang padat, terisi penuh, terlindung dari cahaya

pada suhu tidak melebihi 25 C. Minyak kelapa dapat mudah terbakar

pada suhu tinggi, dan dapat secara spontan memanaskan dan menyala
71

jika disimpan di bawah panas dalam kondisi panas dan basah. (

Rowe.C dkk, 2006).

 Inkompatibilitas

Minyak kelapa bereaksi dengan oksidator, asam dan basa. Polietilena

mudah tembus minyak kelapa. ( Rowe.C dkk, 2006).

 Fungsi VCO dalam Tonic adalah sebagai Topical ointments (salep

topical) dengan range 50% - 70% ( Rowe.C dkk, 2006).

4. Nipagin

 Stabilitas dan Penyimpanan

larutan metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilisasi dengan autoklaf

pada 120 C selama 20 menit, tanpa dekomposisi. larutan berair pada

pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) hingga sekitar 4 tahun

pada suhu kamar, sedangkan larutan berair pada pH 8 atau di atasnya

dikenakan hidrolisa cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari

penyimpanan di suhu kamar) (Rowe. C dkk, 2006)

 Inkompatibilitas

Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben lainnya sangat

berkurang dengan adanya surfaktan non ionik, seperti polisorbat 80,

sebagai akibat dari micellization. Namun, propilen glikol (10%) telah

ditunjukkan untuk memprotesasi aktivitas antimikroba paraben dengan


72

adanya surfaktan non ionik dan mencegah interaksi antara metil

paraben dan polisorbat 80.

Ketidaksesuaian dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium

trisilikat, bedak, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol,

dan atropin, telah dilaporkan. Ini juga bereaksi dengan berbagai gula

dan alkohol suragrated terkait.

Penyerapan metil paraben oleh plastik juga telah dilaporkan; jumlah

yang diserap tergantung pada jenis plastik dan kendaraan. Ini telah

diklaim bahwa botol polietilen berdensitas rendah dan high density

tidak menyerap metil paraben.

metil paraben berubah warna di hadapan besi dan dikenakan hidrolisis

oleh alkali lemah dan asam kuat ( Rowe.C dkk, 2006)

 Fungsi Metil Paraben dalam Tonic adalah sebagai Pengawet

Antimikroba dengan range 0,01% - 0,1%

5. Aquadest

 Stabilitas dan Penyimpanan

Air secara kimiawi stabil di semua kondisi fisik (es, cair, dan uap). Air

yang meninggalkan sistem pemurnian farmasi dan memasuki tempat

penyimpanan harus memenuhi persyaratan khusus. Khususnya, sistem

penyimpanan dan distribusi harus memastikan bahwa air terlindung

dari kontaminasi ionik dan organik, yang akan mengarah pada


73

peningkatan konduktivitas dan karbon organik total, masing-masing.

Sistem juga harus dilindungi terhadap masuknya fisik partikel asing

dan mikroorganisme sehingga pertumbuhan mikroba dicegah atau

diminimalkan. Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai ( Rowe.C

dkk, 2006).

 Inkompatibilitas

Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan

eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi pada

keberadaan air atau uap air) pada suhu kamar dan suhu tinggi. Air

dapat bereaksi keras dengan logam alkali dan cepat dengan logam

alkali dan oksidanya, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida.

Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari

berbagai komposisi, dan dengan bahan organik tertentu dan kalsium

karbida.

2.3.9 SEDIAAN SAMPO

BAHAN TAMBAHAN YANG ADA PADA SEDIAAN SAMPO :

 Mentol

 Stabilitas dan Penyimpanan

 Formulasi mengandung mentol 1% b/b dalam krim stabil

hingga 18 bulan saat disimpan di suhu kamar. Menthol harus


74

disimpan dalam wadah tertutup pada suhu yang tidak melebihi

25⸰ C (Rowe.C dkk, 2006).

 Inkompatibilitas

 Tidak sesuai dengan: hidratbutilchloral; kamper; hidratkloral;

kromiumtrioksida; b-naphthol; fenol;

kaliumpermanganat;pyrogallol; resorsinol; dantimol(Rowe.C

dkk, 2006).

 Aquadest

 Stabilitas dan Penyimpanan

 Air secara kimiawistabil di semua kondisifisik (es, cair,

danuap). Air yang meninggalkan system pemurnian farmasi

dan memasuki tempat penyimpanan harus memenuhi

persyaratan khusus. Khususnya, system penyimpanan dan

distribusi harus memastikan bahwa air terlindung dari

kontaminasi ionikdanorganik, yang akan mengarah pada

peningkatan konduktivitas dankarbonorganik total, masing-

masing. Sistem juga harus dilindungi terhadap masuknya fisik

partikel asing dan mikroorganisme sehingga pertumbuhan

mikrobadicegahataudiminimalkan. Air harus disimpan dalam

wadah yang sesuai(Rowe.C dkk, 2006).

 Inkompatibilitas
75

 Dalam formulasifarmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan

dan eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis

(dekomposisipada keberadaan air atau uap air) pada suhu

kamar dan suhu tinggi.Air dapat bereaksi keras dengan logam

alkali dan cepat dengan logam alkali dan oksidanya, seperti

kalsium oksida dan magnesium oksida.Air juga bereaksi

dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai

komposisi, dan dengan bahan organic tertentu dan kalsium

karbida.

 Asamstrearat

 Stabilitas dan Penyimpanan

 Asam stearat adalah bahan stabil,antioksidan dan

penyimpanannya harus disimpan dalam wadah tertutup rapat

ditempat yang sejuk dan kering.

 Inkompatibilitas

 Inkompatibilitas asam stearat tidak sesuai dengan sebagian

besar hidroksida logam dan tidak sesuai dengan basa, zat

pereduksi dan oksidator


76

 Sodium lauryl sulfate

 Stabilitas dan Penyimpanan

 Sodium lauryl sulfate stabil dalam kondisi penyimpanan

normal. Namun, dalam larutan, dalam kondisi ekstrim, yaitu

pH 2,5 atau di bawahnya, ia mengalami hidrolisis menjadi

lauril alkohol dan natrium bisulfat. Bahan curah harus

disimpan dalam wadah tertutup baik dari oksidator kuat di

tempat yang sejuk dan kering.

 Inkompatibilitas

 Sodium lauryl sulfate bereaksi dengan surfaktan kationik,

menyebabkan hilangnya aktivitas bahkan dalam konsentrasi

terlalu rendah untuk menyebabkan pengendapan. Tidak seperti

sabun, itu kompatibel dengan asam encer dan ion kalsium dan

magnesium. Sodium lauryl sulfate tidak sesuai dengan garam-

garam ion logam polivalen, seperti aluminium, timbal, timah

atau seng, dan beriklim dengan garam kalium. Larutan natrium

lauril sulfat (pH 9,5-10,0) sedikit korosif terhadap baja ringan,

tembaga, kuningan, perunggu, dan aluminium.

 Propil Paraben

 Stabilitas dan Penyimpanan


77

 Larutan propilparaben berair pada pH 3-6 dapat disterilkan

dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. (4) Pada pH 3-6, larutan

berair stabil (kurang dari 10% dekomposisi) hingga sekitar 4

tahun pada suhu kamar , sedangkan solusi pada pH 8 atau di

atas dikenakan hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah sekitar

60 hari pada suhu kamar).

 Inkompatibilitas

 Aktivitas antimikroba propylparaben berkurang secara

signifikan dengan adanya surfaktan nonionik sebagai akibat

dari micellization. Penyerapan propylparaben oleh plastik telah

dilaporkan, dengan jumlah yang diserap tergantung pada jenis

plastik dan kendaraan. Magnesium aluminium silikat,

magnesium trisilikat, oksida besi kuning, dan biru biru laut

juga telah dilaporkan untuk menyerap propilparaben, sehingga

mengurangi khasiat pengawet. (8,9) Propilparaben berubah

warna dengan adanya besi dan dikenakan hidrolisis oleh alkalis

lemah dan kuat asam.

 CMC ( Karboksimetilselulosa )

 Stabilitas dan Penyimpanan


78

 Karboksimetilselulosa natrium adalah stabil, meskipun bahan

higroskopis. Dibawah kondisi kelembaban tinggi, natrium

karboksimetilselulosa dapat menyerap sejumlah besar (> 50%)

air. Dalam tablet, ini telah dikaitkan dengan penurunan

kesadahan tablet dan peningkatan waktu disintegrasi. (18)

Larutan berair stabil pada pH 2–10; presipitasi dapat terjadi di

bawah pH 2, dan viskositas larutan menurun dengan cepat di

atas pH 10. Umumnya, solusi menunjukkan viskositas

maksimum dan stabilitas pada pH 7-9. Karboksimetilselulosa

natrium dapat disterilisasi dalam keadaan kering dengan

mempertahankannya pada suhu 1608C selama 1 jam. Namun,

proses ini menghasilkan penurunan viskositas yang signifikan

dan beberapa penurunan sifat larutan yang dibuat dari bahan

yang disterilkan. Larutan berair sama-sama disterilkan dengan

pemanasan, meskipun hal ini juga menghasilkan penurunan

viskositas. Setelah autoklaf, viskositas berkurang sekitar 25%,

tetapi reduksi ini kurang ditandai daripada solusi yang dibuat

dari bahan disterilisasi dalam keadaan kering. Tingkat

pengurangan tergantung pada berat molekul dan tingkat

substitusi; nilai berat molekul yang lebih tinggi umumnya

mengalami penurunan persentase lebih besar dalam viskositas.

 Inkompatibilitas Karboksi metilselulosa


79

 natrium tidak sesuai dengan larutan asam kuat dan dengan

garam terlarut dari besi dan beberapa logam lain, seperti

aluminium, merkuri, dan seng. Ini juga tidak sesuai dengan

permen xanthan. Presipitasi dapat terjadi pada pH <2, dan juga

ketika dicampur dengan etanol (95%). Carboxymethylcellulose

sodium membentuk coacervates kompleks dengan gelatin dan

pektin. Ini juga membentuk kompleks dengan kolagen dan

mampu memicu protein tertentu yang bermuatan positif.

2.3.10 SEDIAAN LULUR

BAHAN TAMBAHAN YANG ADA PADA SEDIAAN LULUR :

1. Asam Sitrat
 Stabilitas dan Penyimpanan :
Asam sitrat monohidrat kehilangan air kristalisasi dalam udara kering
atau saat dipanaskan hingga sekitar 408 oC. Sedikit kering di udara
lembab. Larutan berair asam sitrat encer dapat memfermentasi saat
berdiri. Bahan monohidrat atau anhydrous massal harus disimpan
dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering. (Rowe C
dkk, 2006)

 Incompatibilitas :
Asam sitrat tidak sesuai dengan kalium tartrat, alkali dan karbonat
basa alkali dan bikarbonat, asetat, dan sulfida. Inkompatibilitas juga
termasuk oksidator, basa, reduksi agen, dan nitrat. Ini berpotensi
meledak dalam kombinasi dengan nitrat logam. Pada penyimpanan,
80

sukrosa dapat mengkristal dari sirup dalam kehadiran asam sitrat.


(Rowe C dkk, 2006)

 Fungsi Asam Sitrat dalam sediaan Lulur adalah sebagai Antioksidan


dengan konsentrasi 0,01 % - 1% (Rowe C dkk, 2006)

2. Amylum Oryzae / Pati Beras


 Pati Beras adalah pati yang diperoleh dari biji Oryza sativa L.
 Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.
 /Kelarutan : Keasaman – Kebasahan (Depkes RI, 1979)
 Fungsi : Zat Tambahan

Anda mungkin juga menyukai