Referat CHD
Referat CHD
Referat CHD
Pembimbing :
dr. Febriyanti Mobilina, Sp.A
Disusun Oleh:
Threni Tatia (102119059)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas izinnya penulis dapat menyelesaikan refarat ini yang berjudul “Congenital
Heart Disease (CHD)”. Refarat ini di buat untuk melengkapi persyaratan dalam
mengikuti kegiatan kepanitraan klinik senior dibagian ilmu Anak di RSUD. DR.
R. M. Djoelham Binjai.
pengarahan agar refarat ini lebih baik dan bermanfaat. Tentunya penulis
menyadari bahwa refarat ini banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya
Besar harapan penulis agar refarat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
meningkatkan keilmuannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
malformasi janin yang paling sering menyebabkan kematian. Hal ini menjadi
salah satu masalah utama didunia. Pada beberapa penyakit jantung bawaan
dengan masalah yang kompleks hal ini masih menjadi penyebab tingginya
penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung
yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan
golongan besar PJB, yaitu non sianotik dan sianotik yang masing – masing
2011).
bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya telah memberikan gejala
pada minggu – minggu pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan
tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama
kehidupan.
Defek Septum Ventrikel (DSV) merupakan jenis PJB yang paling sering
1
(DAP) merupakan PJB non-sianotik yang cukup sering ditemukan, kira-kira 5-
10% dari seluruh PJB. Pada bayi berat lahir rendah (<2000 gram) ditemukan
pada 36 % kasus dan berat lahir > 2000 gram sebanyak 12 %. 28 Pulmonal
PJB sianotik yang paling sering ditemukan, terjadi 10% kasus PJB.28
kematian pada anak dengan kelainan kogenital, 45% disebabkan oleh karena
penyakit jantung bawaan. Selain itu, dalam penelitian lain dilaporkan juga
morbiditas pada bayi, serta mempengaruhi kualitas hidup pada usia anak dan
remaja. Selain itu juga mempengaruhi interaksi sosial dan kualitas hidup orang
tua pada anak dengan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan ini
dapat menunjukkan gejala dan dapat segera di diagnosis segera setelah bayi
lahir, namun kebanyakan kelainan ini tidak terdiagnosa hingga penyakit sudah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini menyalurkan oksigen
kanan, yang memasok darah ke hati, duktus venosus yang berdiameter lebih
besar dan akan bergabung dengan vena kava inferior masuk ke atrium
kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen
yang sama seperti arteri, meski bercampur sedikit dengan darah dari vena
kava.
septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiri akan
menuju aorta dan seluruh tubuh. Adanya krista dividens sebagai pembatas
pada vena kava memungkinkan sebagian besar darah bersih dari duktus
sebagian besar dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan dialirkan
3
berkembang. Darah tersebut akan bergabung di aorta desending, bercampur
dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh. Darah balik akan
umbilikalis.
dan duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir, akan terjadi
tali pusat. Akibat peningkatan tekanan oksigen pada sirkulasi paru dan vena
pulmonalis, duktus
A. Definisi
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang
pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non
B. Epidemiologi
hidup dan 30% diantaranya telah memberikan gejala pada minggu – minggu
pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan
baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Di negara
maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi bahkan pada
usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru
terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang
4
berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi. Pada beberapa jenis PJB
tertentu sangat diperlukan pengenalan dan diagnosis dini agar segera dapat
kardiologi anak yang adekwat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB
dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang
sekitar 13,08 dari 1000 kelahiran hidup, dimana sekitar 12,05 pada bayi
berjenis kelamin laki-laki dan 14,21 pada bayi perempuan. Penyakit Jantung
Bawaan yang paling sering ditemukan adalah Ventricular Septal Defect (Wu,
2009).
Bayi baru lahir yang dipelajari di Indonesia adalah 3069 orang, 55,7% laki-
laki dan 44,3% perempuan, 28 (9,1 per 1000) bayi mempunyai PJB. Patent
(28,6%), Atrial Septal Defct (ASD) pada 3 bayi (19,7%), Complete Atrio
Ventricular Septal Defect (CAVSD) pada 3,6% bayi, dan kelainan katup jantung
pada bayi yang mempunyai Penyakit Jantung Sianotik (10,7%), satu bayi
satu orang bayi. Dari 28 bayi dengan PJB, 4 mati (14,3%) selama 5 hari
secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali resiko bayi dengan
5
PJB. Merokok secara signifikan sebagai faktor resiko bagi PJB 37,5 kali.
perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan
pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya PJB belum dapat
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai
adalah demam saat trimester pertama, infulenza, usia ibu lebih dari 35
Genetik keluarga
meningkat tiga kali bila ada salah satu dari keluarga generasi pertama
6
yang memiliki PJB. Kejadian PJB tidak hanya dapat berulang pada satu
Rubella Syndrome (CRS), dan defek yang dapat muncul pada sindroma
ini salah satunya adalah penyakit jantung bawaan pada anak.3 Infeksi
7
menyebabakan berbagai kelainan bawaan di awal kehamilan.
Kelahiran preterm
Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi
mengalami PDA.2 Masalah utama dari bayi prematur adalah respon dari
memiliki duktus arteriosus yang masih terbuka karena respon otot polos
masih tinggi dan respon jaringan duktus yang prematur terhadap PGE2
duktus.2
100.000 kelahiran dengan berat badan berat lahir sangat rendah, hampir
jantung bawaan yang tersering pada bayi dengan berat badan lahir
8
rendah adalah Tetralogi of fallot, coarctation of the aorta, complete
D. Klasifikasi
besar berdasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan
16
melalui pemeriksaan fisik. Klasifikasi penyakit jantung bawaan menjadi PJB
sianotik dan PJB asianotik tersebut sering dikenal dengan klasifikasi klinis.
kelainan yang lebih sederhana dan tunggal sedangkan tipe sianotik biasanya
1,17
memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan bervariasi.
kebocoran sekat bilik jantung yang masih mungkin untuk menutup sendiri
11
seiring dengan pertambahan usia anak.
jantung yang dibawa sejak lahir dan sesuai dengan namanya, pasien ini
ada tidaknya pirau (kelainan berupa lubang pada sekat pembatas antar
9
1) PJB Asianotik dengan Pirau
(shunt) dari satu sisi ruang jantung ke ruang sisi lainnya. Karena tekanan
darah di ruang jantung sisi kiri lebih tinggi disbanding sisi kanan, maka
aliran pirau yang terjadi adalah dari kiri ke kanan. Akibatnya, aliran darah
paru berlebihan. Aliran pirau ini juga bisa terjadi bila pembuluh darah yang
13
menghubungkan aorta dan pembuluh pulmonal tetap terbuka.
Karena darah yang mengalir dari sirkulasi darah yang kaya oksigen ke
sirkulasi darah yang miskin oksigen, maka penampilan pasien tidak biru
1
memisahkan antrium kiri dan kanan. Defek ini meliputi 7-10% dari
17
penderita perempuan dan laki-laki 2:1.
10
dan defek sinus venosus, bila lubang terletak di daerah sinus venosus,
1,18
serta defek sinus koronarius.
gejala (asimptomatis) terutama pada bayi dan anak kecil, kecuali anak
1,17
sering batuk pilek sejak kecil karena mudah terkena infeksi paru.
1
Bila pirau cukup besar maka pasien dapat mengalami sesak napas.
16
sela iga 2-3 kiri parasternal. Foto torak standar dapat sangat
11
Defek septum ventrikel atau Ventricular Septal Defect (VSD)
1
interventrikel. Defek ini merupakan defek yang paling sering dijumpai,
16,17
meliputi 20-30% pada penyakit jantung bawaan. Berdasarkan letak
1
perimembran, defek septum ventrikel muskuler, defek subarterial.
17
anak masih dapat tumbuh kembang secara normal. Sedangkan pada
defek baik sedang maupun besar pasien dapat mengalami gejala sesak
1
bahkan dapat terjadi gagal jantung.
yang meningkat, murmur pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan
17
murmur ejeksi sistolik pada daerah katup pulmonal. Terapi ditujukan
kembang yang normal. Jika terapi awal berhasil, maka pirau akan
12
transkateter dapat dilakukan pada anak dengan risiko rendah (low risk)
19
setelah berusia 15 tahun.
1
adalah duktus arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir.
17,18
Kelainan ini banyak terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur.
16,17
laki yakni 2:1.
asending biasanya tampak pada bayi prematur dengan PDA. Pada PDA
yang besar akan tampak segmen pulmonal yang menonjol. Bila telah
13
Penyakit jantung bawaan jenis ini tidak ditemukan adanya defek yang
tertentu jantung, yakni katup atau salah satu bagian pembuluh darah diluar
16
otot jantung. Jenis PJB tanpa pirau antara lain :
a. Stenosis Pulmonal
adanya obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan atau a. pulmonalis dan
1
cabang-cabangnya. Kelainan ini dibagi menjadi 3 tipe yaitu valvar,
14,17
valvuler dan ditemukan sebagai kelainan yang berdiri sendiri. Insiden
17
bawaan.
sepanjang hidup pasien. Pada stenosis yang berat akan terjadi limitasi curah
2
jantung. Pada stenosis pulmonal ringan sampai sedang terdengar bunyi
jantung ke-2 yang melemah dan terdapat klik ejeksi sistolik. Klik diikuti
dengan murmur ejeksi sistolik derajat I-III pada tepi kiri atas sternum yang
15,17
menjalar ke punggung.
14
Terapi yang dianjurkan pada kasus sedang hingga berat ialah
15
tinggi.
derajat stenosis.9
b. Stenosis Aorta
15
Pada kelainan ini dapat ditemui katup aorta hanya memilki dua daun
yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Dalam
jangka waktu tertentu lubang atau pembukaan katup tersebut sering menjadi
Pada pasien stenosis aorta yang ringan atau pun moderat sering tidak
memberikan keluhan, tapi stenosis akan makin nyata karena proses fibrosis
17
dan kalsifikasi pada waktu menjelang kian dewasa. Klik ejeksi sistolik
akan terdengar keras dan jelas di sela iga 2-3 pada tepi kanan atas sternum.
endokarditis. Pada stenosis aorta yang cukup berat perlu dilakukan tindakan
14,17
secepatnya dengan valvuloplasti balon atau pembedahan.
c. Koarktasio Aorta
17
setelah kelahirannya. Insidens koarktasio aorta kurang lebih sebesar 8-
15% dari seluruh kelainan penyakit jantung bawaan serta ditemukan lebih
17
banyak pada laki-laki daripada perempuan (2:1).
antara tekanan darah pada extremitas atas dengan extremitas bawah. Foto
16
rontgen dada memperlihatkan kardiomegali dengan kongesti vena
14,15
mengkoreksi asidosis. Tindakan pelebaran koarktasio dengan kateter
1
memuaskan.
tereduksi >5g/dl dalam sirkulasi.2 Berdasarkan dari gambaran foto dada PJB
1,17
bawaan. Tetralogi Fallot merupakan kelainan yang terdiri dari
17
kombinasi 4 komponen yakni defek septum ventrikel, over-riding aorta,
1
stenosis pulmonal, serta hipertensi ventrikel kanan.
moderat hingga berat sianosis akan tampak bahkan pada saat anak istirahat.
Seorang anak yang mengidap TF akan mudah merasa lelah, sesak dan
17
hiperpnu karena hipoksia. Pada pemeriksaan fisik, ujung-ujung jari
tampak membentol dan berwarna biru (finger clubbing) dan pada auskultasi
terdengar bunyi jantung ke-1 normal sedangkan bunyi jantung ke-2 tunggal
17
disertai murmur ejeksi sitolik di bagian parasternal sela iga 2-3 kiri.
sepatu.9
Gambar 9. Foto rontgen thoraks posis PA, memperlihatkan ukuran jantung normal dengan
bentuk sepatu boot (boot shape).21
18
Bayi-bayi dengan tetralogi berat memerlukan pengobatan medik dan
1
sekuele hipoksia berat. Pemberian PGE dapat menyebabkan dilatasi duktus
16
prosedur bedah dapat dilakukan.
b) Atresia Pulmonal
antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonal. Kelainan ini dapat terjadi
dengan septum ventrikel yang masih intak atau disertai dengan defek pada
septum ventrikel. Insiden atresia pulmonal dengan septum yang masih intak
17
atau utuh sekitar 0,7-3,1% dari keseluruhan kasus PJB.
Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal, dan tidak terdengar adanya murmur
1,17
pada sela iga 2-3 parasternal kiri karena arteri pulmonal atretik. Pada
15
berkurang.
19
dengan balon harus dilakukan secepatnya apabila pirau antarinteratrial agak
retriktif. Koreksi total yakni membuat ligasi koleteral baru dilakukan bila
15,17
anak sudah berusia di atas 1 tahun.
pada neonatus. Insiden kelainan ini sekitar 25% dari seluruh kelainan
Pada kelainan ini terjadi perubahan posisi aorta dan a. pulmonalis, yakni
ventrikel kiri. Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru
antara sirkulasi sistemik dan paru dan adanya stenosis pulmonal. Stenosis
egg shaped dengan mediastinum yang sempit. Corakan vaskuler paru mula-
20
disertai DSV dan stenosis pulmonal, maka vaskularisaasi paru menurun
Gambar 10. Jantung membesar dengan penyempitan pedikel memberi tampakan yang
disebut “telur atas tali”. Mediastinum superior tampak sempit diakibatkan oleh hubungan
anteroposterior transposisi arteri besar dan ketiadaan timus pada radiologis.21
Operasi paling baik dilakukan pada saat anak berusia 1-2 tahun dengan
prosedur Mustard.17
E. Keluhan Klinis yang Sering Dijumpai pada Anak dan Bayi yang
1) Keringat Berlebihan
Keringat yang berlebihan atau diaforesis merupakan salah satu gejala klinis
yang dijumpai pada PJB. Adanya keringat yang berlebihan lebih banyak dijumpai
pada anak dengan pirau kiri ke kanan yang bermakna di tingkat atrium atau
ventrikel. Bayi yang berkeringat berlebihan pada saat minum merupakan tanda
harus dipikirkan adanya penyakit jantung bawaan, terutama adanya tetralogi fallot
(TF). Setelah aktivitas, aliran balik vena dari ekstremitas bawah mengandung kadar
21
oksigen yang sangat rendah, dengan posisi jongkok, aliran balik darah vena
ekstremitas bawah ditahan sehingga saturasi oksigen darah campur (mixed vein)
tetekuknya arteri dan vena di tungkai, tetapi mendekatkan jantung pada tungkai
sehingga meningkatkan volume darah sentral, tekanan darah, dan curah jantung.22
3) Palpitasi
disebabkan oleh karena adanya gangguan impuls listrik yang mengontrol irama
Pada anak dengan penyakit jantung bawaan dengan pirau kiri ke kanan
yang besar dan dengan tingginya aliran darah paru memiliki risiko untuk menderita
infeksi saluran nafas berulang. Namun infeksi nafas saluran atas berulang tidak
berisiko untuk terjadinya infeksi saluran nafas bawah berulang seperti PDA, ASD,
VSD.2
22
5) Jari Tabuh
Gambar 1. Gambar tersebut memperlihatkan clubbed fingers. phalangeal depth ratio merupakan
ratio dari falang distal dengan diameter interphalangeal. Clubbing finger bisa didiagnosis jika
diameter falang distal (A) lebih besar daripada diameter interfalang (B) (ie, phalangeal depth ratio
>1).
6) Bising Jantung
7) Kardiomegali
23
F. Tatalaksana
Intervensi awal untuk mengatasi spells pada bayi yaitu dengan posisi knee-
chest yang dapat dilakukan dengan berbaring atau bayi diletakkan pada bahu ibu.
sirkulasi pulmonal. Bayi akan lebih tenang dan darah balik vena iskemik akan
berkurang. Pada anak besar dengan squatting (berjongkok) yang juga merupakan
pirau dari kanan ke kiri di tingkat ventrikel. Pemberian oksigen pada keadaan ini
Apabila intervensi di atas tidak berhasil, maka harus diberikan terapi sebagai
berikut :
21
Vasokonstriktor phenylephrine drip dapat diberikan 0.1-
dengan efek yang diharapkan dapat menekan pusat pernafasan dan sedasi
aliran darah paru. Dapat diberikan cairan koloid atau kristaloid yang dapat
anak dengan tetralogi fallot menggunakan single dose fentanyl intranasal, terjadi
terjadinya serangan sianotik yang sering atau tidak pada bayi atau anak dengan
PJB sianotik menentukan apakah penderita perlu tindakan operasi paliatif segera
Komplikasi yang terjadi tergantung dari jenis Penyakit Jantung Kongenital yang
dialami:
21
a) ASD : kompilkasi biasanya bisa terjadi saat pascabedah seperti, gagal
jantung, fibrilasi atrium dikemudian hari (biasanya pada penderita yang
dioperasi sesudah usia 20 tahun).
b) VSD : komplikasi tergantung dari besar kecilnya defek yang terjadi. Jika
defek kecil maka kemungkinan besar tidak akan terjadi komplikasi karena
defek biasanya akan menutup saat bayi berusia sebelum 4 bulan. Tetapi
jika defek besar makan komplikasi yang terjadi adalah, infeksi nafas yang
berulang dan gagal jantung kongesti walaupun manajemen medik optimal.
Bayi dapat mengalami Gagal tumbuh akibat efek dari gagal jantung.
c) PDA : pendarahan gastrointestinal (penurunan jumlah trombosit), CHF,
Hiperkalemia, aritmia, gagal tumbuh.
d) SP: gagal jantung kanan, infark miokard kanan, endokarditis.
e) SA: gagal ventrikel kiri, aritmi dapat mati mendadak, fibrilasi atrium,
angina pectoris.
f) Koartasio Aorta: pendarahan otak, ruptur aorta, endokarditis.
1. ASD : biasanya pada anak dan bayi dapat ditoleransi, hanya pada shunt
besar akan menimbulkan gagal jantung.
2. VSD : sebagian kecil (30-50%) akan menutup dengan spontan, paling
sering selama umur satu tahun
3. PDA : kecil presentasi untuk hidup normal tanpa gejala jantung, namun
manifestasi lambat dapat terjadi
4. SP : tergantung pada beratnya penyempitan.
5. SA: dapat mati mendadak tanpa gejala sebelumnya, dengan operasi katup
dapat hidup lebih lama.
6. Koartasio Aorta : biasanya dapat menyebabkan pendarahan otak.
23
BAB III
KESIMPULAN
6-10 bayi tiap kelahiran hidup. Untuk itu perlu dilakukan deteksi dini kelainan
jantung bawaan agar dapat dilakukan tatalaksana segera. Deteksi dini dapat
riwayat keluarga, riwayat konsumsi obat-obatan, alkohol, dan merokok pada ibu,
kehamilan preterm, berat badan lahir rendah (BBLR), dan infeksi pada saat
kehamilan.
Deteksi dini juga dapat dilakukan pada bayi post natal. Deteksi dini dapat
dinilai berdasarkan manifestasi klinis berupa sianosis, sesak, jari tabuh, hambatan
tumbuh, dada berdebar, nyeri dada, penurunan toleransi latihan, infeksi saluran
nafas berulang. Selain itu, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kardiomegali,
24
Daftar Pustaka
2015.
3. Nazme NI, Hussain M, Hoque MD.M, Dey AC, Das AHC. Study of
38(3):141.
Quality of Life Outcomes for Children with Serious Congenital Heart Defect.