Skripsi Tanpa Pembahasan PDF
Skripsi Tanpa Pembahasan PDF
Skripsi Tanpa Pembahasan PDF
(Skripsi)
Oleh:
Rizky Aprilia Wikayanti
Oleh
RIZKY APRILIA WIKAYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
RIWAYAT HIDUP
yang diselesaikan pada tahun 2010, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP
Negeri 6 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2013, dan Sekolah Menengah
Akhir (SMA) di SMA Negeri 2 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2016.
Universitas Lampung
vii
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat serta
Utara” terselesaikan oleh karena penulis banyak mendapat masukan, kritik dan
2. Ibu Dr. Dyah Wulan SRW, S.K.M., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
7. Kedua orang tua penulis, Siswoko dan Meriyanti, yang telah melahirkan
kepada penulis.
Qanita Putri yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis
9. dr. Hj. Siti Hantina Johan, S.Ked. dan dr. Hi. Dian Mauli, S.Ked., M.H,
Rawat Inap Ketapang, yang telah memberikan waktu, tempat, dan izinnya
11. Teman-teman seperjuangan, Icha, Bagus, Januar, Ayu Darma, Revina, dan
sobat belajar OSCE (Fakhira, Karin, Nadhila, Andin, Dea, Monic, Arif,
12. Teman-teman Asisten Dosen Anatomi 2018, Cika, Jihan, Dhanti, Haqi,
13. Seluruh staff dosen dan karyawan FK Unila yang telah membantu dalam
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat
Penulis,
ABSTRACT
By
ABSTRAK
Oleh
Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis serius dan
penderita harus mampu menjalankan self-management yang baik untuk menilai
kemajuan terhadap penyakit yang dialaminya. Puskesmas merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan mutu dan kualitasnya distandardisasi
melalui akreditasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan rerata
skor self-management pasien DM tipe 2 terhadap akreditasi Puskesmas Madukoro
dengan status akreditasi utama dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang dengan
status akreditasi madya di Kabupaten Lampung Utara.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan
menggunakan cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan metode
total sampling dengan alat ukur berupa kuesioner. Analisis data dilakukan dengan
uji t tidak berpasangan.
Hasil Penelitian: Penelitian dilakukan terhadap 108 responden dengan kategori
skor self-management pada Puskesmas Madukoro sebesar 73,68% kategori baik
dan 26,31% kategori cukup. Puskesmas Rawat Inap Ketapang memiliki 29,41%
self-management dengan kategori baik, 68,62% kategori cukup dan 1,9% kategori
buruk. Hasil uji t tidak berpasangan didapatkan nilai p=0,001. Terdapat perbedaan
rerata skor self-management pasien DM tipe 2 Berdasarkan Status Akreditasi di
Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya Kabupaten
Lampung Utara.
Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat perbedaan rerata skor self-management
pasien DM tipe 2 Berdasarkan Status Akreditasi di Puskesmas Akreditasi Utama
dan Puskesmas Akreditasi Madya Kabupaten Lampung Utara.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis serius yang terjadi ketika
darah) atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
(ADA, 2018).
kejadian 1,5 juta kematian pada tahun 2012 (WHO, 2016). Menurut Riset
2
peningkatan dalam jumlah kasus DM dari tahun 2013 yaitu dari 0,8%
menjadi 1,8% di tahun 2018. Proporsi periksa rutin DM pada usia >15tahun
di Provinsi Lampung tahun 2018 masih sangat rendah yaitu 0,8%. Prevalensi
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah 0,6% dan meningkat menjadi
pengaturan kadar gula darah. Menurut Annesi dan Gorjala (2010) dalam
setiap hari yang akan berdampak pada indeks massa tubuhnya. Perawatan kaki
ulkus. Menurut penelitian Chin, Huang & Hsu (2013) perilaku tersebut juga
pemahaman oleh keluarga dan pasien. Kepatuhan dari pasien dan keluarga
sumber daya komunitas, dan kualitas pelayanan. Saat ini model integrasi yang
digunakan yaitu Chronic Care Model (CCM) yang didasari oleh beberapa
seperti struktur, proses, serta outcome harus ditargetkan secara rinci (Baptista
et al., 2016).
DM. Oleh karena itu, perlunya peningkatan mutu dan kualitas puskesmas yang
dengan berkelanjutan, tepat waktu dan sesuai lama berlaku akan berdampak
indikator seperti tenaga medis, tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan
tersedia dengan baik dengan adanya laboratorium yang mencukupi. Selain itu,
Sopacua, 2006).
management pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 pada dua puskesmas yang
2.1.1 Definisi
atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan oleh adanya gangguan pada
malam hari, sering merasa lapar (polifagi), berat badan yang turun dengan
penyakit kulit akibat jamur di bawah lipatan kulit, dan pada ibu-ibu sering
melahirkan bayi besar dengan berat badan >4 Kg (Balitbangkes RI, 2013).
8
resistensi insulin. Selain itu riwayat hidup keluarga atau pengaruh dari
berikut:
Kelainan ini dapat muncul di berbagai usia dengan jumlah kasus baru
orang dewasa tetapi saat ini sudah mulai terjadi pada anak-anak.
kelebihan berat badan dan obesitas, diet tidak sehat, aktivitas fisik dan
Tipe khusus lain adalah kelainan dalam sel beta pankreas seperti yang
2.1.3 Patofisiologi
sehingga kadar gula darah akan mengalami peningkatan (Price & Wilson,
2006).
dapat terjadi pada jaringan lemak, otot, dan hati yang menyebabkan respon
2.1.4 Diagnosis
1. Keluhan klasik DM: poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (rasa
(PERKENI, 2015).
plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma
Tabel 1. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis daibetes dan prediabetes
(PERKENI, 2015).
2.1.5 Komplikasi
berupa kerusakan saraf. Hal tersebut terjadi karena kadar gula darah yang
dan akan merusak dinding kapiler. Pembuluh kapiler yang rusak tidak akan
glaukoma. Kadar gula darah yang berlebih didalam tubuh juga akan
13
2014).
yang berlaku (Kementerian Kesehatan RI, 2014; PMK No.46 Tahun 2015).
(EP), diantaranya:
90EP.
14
dengan 53EP.
151EP.
172 EP.
dengan 58EP.
1. Tidak Terakreditasi: Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III kurang
dari 75% dan Bab IV, V, VI <60%, VII, VIII, IX kurang dari 20%
2. Terakreditasi Dasar: Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III ≥75%,
4. Terakreditasi Utama: Jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V, VI,
yaitu penilaian sumber daya manusia tenaga kesehatan yang berupa penilaian
hasil dari pemeriksaan laboratorium selesai dan tersedia dalam waktu yang
16
agar terpelihara. Poin yang tak kalah penting juga berupa tenaga klinis
berperan aktif dalam proses peningkatan mutu layanan klinis dan upaya
penilaian terhadap poin-poin tersebut juga tinggi (PMK No. 46 Tahun 2015).
Tersedia tenaga medis, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan
tim kesehatan antar profesi yang profesional melakukan kajian awal untuk
tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh tim
kesehatan antar profesi yang terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan,
dan tenaga kesehatan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien. Kajian awal
Kolaborasi antar profesi ini terjadi ketika dua atau lebih profesi bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama dan sering digunakan sebagai sarana untuk
kolaborasi memungkinkan peserta untuk mencapai suatu hal lebih dari yang
Informed consent dapat diperoleh pada berbagai titik waktu dalam proses
inap dan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko.
aman dan teratur, melakukan pemantauan kadar gula darah serta melakukan
secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan
yang lain serta pasien dan keluarganya). Karbohidrat yang dianjurkan untuk
buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Fruktosa tidak
kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti buah dan
latihan jasmani dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama
2015).
20
adalah mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai dan dapat juga untuk
puasa, glukosa 2 jam setelah makan, atau glukosa darah pada waktu yang
pemecahan masalah, dan kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dan untuk
Waktu yang tepat untuk melakukan edukasi dan dukungan terhadap pasien
penderita DM terdiri dari empat saat, yaitu saat pasien pertama kali
komplikasi pada pasien, dan saat terjadinya perubahan status kesehatan pada
pasien. Pertama yaitu pada saat pasien pertama kali terdiagnosis DM, respon
Terakhir yaitu pada saat terjadinya perubahan status kesehatan pada pasien.
yang dibutuhkan. Manajemen diri yang praktis dan realistis serta rencana
penyakit kronis. CCM mengusulkan interaksi yang produktif dari tim yang
proaktif dengan pasien dan keluarga yang telah diberikan edukasi agar
mengarah pada hasil pengobatan yang lebih baik. CCM memiliki beberapa
berikut:
1. Komunitas (Community)
2011).
care services)
dan umpan balik tepat waktu untuk tenaga medis serta layanan
Kesehatan, 2015).
system)
2015).
32
Paripurna
Pemberdayaan pasien Tim yang siap dan
dan keluarga: Self- proaktif.
management pasien Utama
Madya
Outcomes
Dasar
Tidak terakreditasi
Fungsional: Klinik:
Kualitas hidup pasien Morbiditas
Mortalitas
Gambar 2. Modifikasi kerangka teori berdasarkan The Chronic Care Model for type 2
Diabetes (Baptista et al., 2016).
: Diteliti
: Tidak diteliti
33
2.8 Hipotesis
melitus tipe 2 pada dua puskesmas yang memiliki perbedaan status akreditasi
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
2
36
Keterangan:
minimal sampel menjadi 42,9 atau 43 responden. Total sampel pada tempat
Utara.
37
di Puskesmas.
persetujuan.
DM tipe 2.
38
kuesioner :
1. Informed consent
responden.
2. Data demografi
menderita diabetes.
al., 2008).
pernyataan nonfavorable (5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16), dengan
control (2, 5, 9, 13), physical activity (8, 11, 15), health-care use
(3, 7, 14), dan overall self care (16) (Schmitt et al., 2013). Skor
42
Data yang telah diperoleh dari hasil pertemuan dengan responden akan
yang dibutuhkan.
analisis data.
2014).
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
diterima atau ditolak. Jika p <0,05 maka H0 akan ditolak dan jika p
Penelitian ini telah mendapat persetujuan etika penelitian dari Komite Etik
5.1 Simpulan
5.2 Saran
1. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari
Adhikari. 2017. Factors influencing quality of life among elderly population with
type 2 diabetes mellitus: a clinic based cross sectional study in kathmandu vall y
[tesis]. Thailand: Chulalongkorn University.
American Diabetes Association. 2018.Standardof medical care in diabetes 2018.
Annesi, J. J., & Gorjala, S. 2010. Relations of self-regulation and selfefficacy for
exercise and eating and BMI change: A field investigation. BioPsychoSocial
Medicine.
Baptista DR, Astrid W, Roberto P, Larra L, Walleri CTR, Cassiano JC. 2016. The
chronic care model for type 2 diabetes a systematic review. Article of Diabetology
of Metabolic Syndrome.
Berkowitz BA, Meigs JB, DeWalt D, Seligman HK, Barnard LS, Bright OJ, et al.
2015. Material need insecurities, control of diabetes mellitus, and use of health
care resources: results of the measuring economic insecurities in Diabetes Study.
JAMA Intern Med. 175: 257-265.
Brunisholz KD, Briot P, Hamilton S, Joy EA, Lomax M, Barton N, et al. 2014.
Diabetes self-management education improves quality of care and clinical
71
Chin, Y.F., Huang, T.T., & Hsu, B. R.S.2013. Impact of action cues, selfefficacy
and perceived barriers on daily foot exam practice in type 2 diabetes mellitus
patients with peripheral neuropathy. Journal of Clinical Nursing, 22(1-2), 61–8.
Dahlan SM. 2013. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Dhamayanti, FA. 2018. Hubungan manajemen diri diabetes dengan kontrol gula
darah pasien diabetes melitus tipe II pada peserta prolanis di Bandar Lampung
[Skripsi]. Bandar Lampung: UNILA.
Guyton AC. 2014. Fisiologi kedokteran. Edisi 12. Jakarta: Saunders Elsevier.
Keban SA, Ramdhani UA. 2016. Hubungan Rasionalitas Pengobatan dan Selfcare
dengan Pengendalian Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Bina Husada Cibinong. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 14(1):66-72
Kurniawan, I., 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Majalah
Kedokteran Indonesia, Volum: 60, Nomor: 12, Bangka Belitung
Kusniawati. 2011. Self care diabetes pada klien diabetes melitus tipe 2 di rumah
sakit umum Tangerang [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lin CC, Robert MA, Chao-Sung C, Bonnie MH, Carol JLC. 2008. Development
and testing of the diabetes self-management instrument: a confirmatory anlysis.
Research in Nursing & Health. 31 : 370-380.
Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
73
Sulistria, YM. 2013. Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe
II di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Vol.2, No. 2, Tahun 2013.
Toobert DJ, Hampson SE, and Glasgow RE. 2000. The summary of diabetes
selfcare. Diabetes Care Journal.