IV Ketegasan Dalam Aspek Produksi
IV Ketegasan Dalam Aspek Produksi
IV Ketegasan Dalam Aspek Produksi
BAB IV.
Karakter Wirausaha Sukses : Menyelesaikan Masalah 2 :
Ketegasan
Sistem produksi yang baik harus mampu menghasilkan produk seperti yang
diharapkan. Umumnya suatu sistem diukur dengan kemampuan memproduksi dalam jumlah dan
kualitas yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan konsumen, kemampuan sumberdaya
perusahaan serta harapan dari wirausahawan sebagai pemilik dan mungkin juga sekaligus
sebagai manajer.
Tahap awal dalam pelaksanaan proses produksi adalah merencanakan produk yang akan
diproduksi. Pada pembelajaran sebelumnya (Aspek Pemasaran) telah dirumuskan jenis produk
yang akan dihasilkan sesuai dengan potensi diri yang dimiliki, tentunya produk tersebut
memiliki potensi/prospek pasar yang memadai. Gambaran mengenai karakteristik produk yang
akan dihasilkan, memberikan kemudahan dalam menyusun kebutuhan bahan, tenaga kerja,
mesin/peralatan, lokasi produksi dan biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dengan
gambaran produk ini, juga akan memudahkan dalam menetapkan sistem produksi yang akan
diterapkan dalam menghasilkan produk yang dimaksud. Olehnya itu, dalam sistem produksi
dikenal adanya 3 (tiga) komponen, yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output).
Produksi sebagai suatu proses, diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik
bagaimana produksi itu dilaksanakan atau suatu kegiatan untuk menciptakan dan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Ahyari (1990) mengemukakan bahwa
proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu
barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat berbagai definisi yang telah diungkapkan di atas, maka dapat dirumuskan
bahwa proses produksi dalam konteks kewirausahaan adalah merupakan kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana, agar menghasilkan
produk yang dibutuhkan dan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.
Dalam menyusun kebutuhan bahan baku untuk digunakan dalam proses produksi
harus mengacu pada karakteristik produk yang akan dihasilkan. Misalnya saja, jika
berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap pasar produk yang akan dihasilkan,
konsumen menginginkan produk yang rasanya manis dan berwarna merah, tentunya bahan yang
40
Modul Kewirausahaan
dibutuhkan dalam proses produksi adalah gula dan pewarna merah. Dengan demikian, kualitas
produk yang akan dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen, sangat
ditentukan oleh kualitas bahan baku yang digunakan. Ini yang menjadi alasan mengapa
perusahaan perlu melakukan penanganan bahan baku, terutama dalam mengendalikan
kualitas untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Pengendalian dalam pengadaan bahan baku terutama pada perusahaan perusahaan yang
memanfaatkan hasil-hasil pertanian primer sebagai bahan bakunya sangat penting untuk
dilakukan, karena hasil pertanian primer memiliki ciri yang apabila tidak dikendalikan akan
mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Ciri-ciri produk hasil pertanian primer adalah bersifat
musiman, mudah rusak, banyak menggunakan tempat dan sumbernya terpencar- pencar. Hal
ini yang perlu ditekankan dan dipahami, karena mengingat gagasan-gagasan produk yang
diajukan oleh peserta mata kuliah Kewirausahaan-1 di Fakultas Pertanian umumnya
berbahan baku hasil pertanian.
Jenis bahan yang digunakan oleh perusahaan dalam proses produksinya dapat
dibedakan menjadi bahan langsung dan bahan tak langsung. Bahan langsung adalah bahan yang
digunakan dalam proses produksi dan terikat atau menjadi bagian dalam produk. Sedangkan
bahan tak langsung adalah bahan yang bukan atau tidak menjadi bagian dalam produk, namun
sangat diperlukan untuk mendukung produksi.
Agar produksi dapat berjalan lancar, maka dalam pemilihan bahan baku yang akan
digunakan setidaknya memenuhi syarat:
a. Kualitasnya Baik
Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa untuk memperoleh kualitas produk yang baik,
diperlukan bahan yang juga berkualitas baik. Selain itu, penggunaan bahan baku yang berkualitas
memungkinkan untuk melakukan penyimpanan dalam jangka waktu yang lama. Dengan
demikian, perusahaan dapat melakukan pembelian dalam yang besar, sehingga interval
pembelian dapat diperjarang yang berarti dapat menekan biaya pengangkutan. Selain itu
biasanya perusahaan akan harga bahan yang relatif rendah dari pemasok jika pembelian
dilakukan dalam jumlah yang besar. Ini berarti perusahaan dapat menekan biaya pembelian.
Agar kualitas bahan baku yang dipasok oleh perusahaan dapat terjamin, maka
beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain penyeleksian sumber bahan baku,
pemeriksaan saat proses pembelian, penanganan saat pengangkutan, pemeriksaan saat
penerimaan di perusahaan, penanganan dalam penyimpanan dan tentunya pemeriksaan
41
Modul Kewirausahaan
sebelum diproses. Dengan upaya-upaya ini, perusahaan dapat menghindari penggunaan
bahan baku yang kurang berkualitas, sehingga proses produksi akan dapat dipertahankan pada
tingkat tertentu sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
b. Mudah diperoleh
Selain aspek kualitas, kelancaran proses produksi juga sangat ditentukan oleh
ketersediaan bahan baku dari aspek kuantitas dan kontinyuitasnya. Ini berartibahwa bahan baku
yang dibutuhkan dalam berproduksi harus dapat diperoleh setiap saat dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan.
Perusahaan yang menggunakan bahan baku dari hasil pertanian primer sering
menghadapi kendala dalam perolehan bahan baku karena produksinya bersifat musiman dan
sumbernya terpencar-pencar. Malah tidak jarang kita temui, proses produksi menjadi terhenti
hanya karena keterbatasan atau malah ketiadaan bahan baku yang dapat diolah. Keterbatasan
bahan baku karena produksinya yang bersifat musiman dan sumbernya terpencar-pencar
dapat diantisipasi dengan pembelian dalam jumlah yang besar yang ditindaklanjuti dengan
penggunaan teknologi penyimpanan dan/atau pengolahan agar dapat disimpan selama di luar
musim.
c. Mudah diolah
Bahan baku yang digunakan sedapat mungkin mudah diolah, karena bahan baku yang sulit
diolah biasanya memiliki konsekuensi terhadap biaya produksi dan pada akhirnya juga akan
berpengaruh pada harga jual produk. Apabila bahan baku dapat diolah dengan mudah,
kemungkinan besar biaya produksi akan lebih ringan ketimbang pengolahan bahan baku
tersebut dilakukan dengan peralatan yang sulit dicari atau harganya mahal atau harus diolah di
tempat/perusahaan lain.
Sebagai contoh, apabila perusahaan menggunakan bahan baku tepung beras, maka lebih
baik perusahaan membeli bahan yang telah berbentuk tepung beras daripada membeli beras
yang kemudian diolah sendiri menjadi tepung beras. Jika dengan pertimbangan tingkat kebutuhan
bahan yang cukup besar dalam sekali proses produksi serta kontinyuitas proses produksi,
perusahaan dapat mengadakan mesin pengolahan (mesin penepungan, misalnya). Tentunya
dalam hal ini diperlukan biaya investasi untuk pengadaannya, namun sebelumnya perlu
dipertimbangkan apakah mengolah sendiri bahan baku lebih menguntungkan
dibandingkan dengan pengolahan diserahkan kepada tempat/perusahaan lain.
42
Modul Kewirausahaan
d. Harga yang relatif murah
Bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi sedapat mungkin juga harus
relatif murah. Dalam artian bahwa bahan baku yang dibutuhkan harganya tidak melebihi
harga yang berlaku di pasaran secara umum. Konsekuensi dari tingkat harga bahan baku yang
murah tentunya pada tingkat biaya produksi yang rendah dan pada akhirnya harga jual dapat
lebih rendah dibandingkan dengan pesaing.
Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa salah satu hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pengadaan bahan baku adalah kemudahan dalam perolehannya. Hal ini
berarti bahwa penentuan sumber (pemasok) bahan tersebut menjadi hal yang penting untuk
dipikirkan. Sumber bahan akan berpengaruh terhadap biaya pengangkutan dan pada akhirnya
akan berpengaruh pula pada biaya produksi dan harga jual produk. Semakin dekat sumber
bahan akan semakin baik. Namun apabila dalam keadaan tertentu, sumber bahan berada jauh
dari lokasi, tentunya harus mencari alternatif lain agar dapat menekan biaya, seperti membeli
dalam jumlah yang besar untuk memotong intensitas pembelian tetapi dengan syarat bahan
tersebut dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama tanpa mengurangi kualitas.
Perlu diingat bahwa persaingan juga terdapat dalam pembelian bahan baku.
Perusahaan tidak hanya sendiri sebagai pengguna bahan baku tertentu, ada pula perusahaan lain
yang memproduksi produk yang sama atau berbahan baku yang sama. Dalam
menghadapi persaingan memperoleh bahan baku yang dibutuhkan agar ketersediaan bahan baku
yang dibutuhkan dapat terjamin baik kuantitas, kualitas maupun kuantitasnya, perusahaan
dituntut untuk mencari sumber bahan baku yang dapat diandalkan. Salah satu cara yang dapat
ditempuh untuk menjamin ketersediaan bahan baku adalah mengembangkan hubungan baik
dengan pemasok dengan senantiasa menjalin komunikasi yang intensif.
Pengenalan terhadap pemasok secara pribadi akan dapat membantu perolehan bahan yang
dibutuhkan di saat-saat kondisi ketersediaan bahan dalam kekurangan. Hubungan baik dengan
pemasok perlu pula senantiasa dipelihara, karena pemasok bahan juga dapat menjadi
sumber informasi penting mengenai pesaing (yang juga memasok bahan dari pemasok),
harga, perkembangan desain produk, teknologi dan sebagainya. Jika perusahaan kekurangan
dana untuk pengadaan bahan baku, hubungan yang telah dijalin dapat membantu
pembelian dengan sistem kredit yang mungkin tanpa batas.
Dalam pengadaan bahan baku perlu pula diusahakan menetapkan dua atau lebih
pemasok untuk setiap bahan yang dibutuhkan. Selain untuk menjamin ketersediaan, ada
43
Modul Kewirausahaan
kecenderungan pemasok akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan tingkat harga yang
sesuai kepada perusahaan, karena mereka tahu bahwa perusahaan tidak hanya membeli
bahan dari satu pemasok. Diantara pemasok juga terdapat persaingan dalam merebut
pelanggan, dan tentunya mereka juga ingin unggul dalam persaingan dengan memberikan
pelayanan yang terbaik pada pelanggannya.
44
Modul Kewirausahaan
Meskipun tenaga kerja dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam aktifitas
proses produksi perusahaan, namun kadang dalam operasional perusahaan, hal ini sering
dikesampingkan, terutama yang terkait dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Pertimbangan yang
sering digunakan adalah mudahnya untuk mendapatkan tenaga kerja dengan alasan bahwa
setiap orang dianggap membutuhkan pekerjaan. Kondisi yang demikian menyebabkan
banyaknya tenaga kerja produksi yang dipekerjakan pada pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Akibatnya harapan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas tidak tercapai.
Jenis tenaga kerja yang digunakan pada perusahaan pada dasarnya terdiri dari tenaga kerja
upahan dan tenaga kerja keluarga. Kedua jenis tenaga kerja ini memiliki karakteristik masing-
masing, sebagaimana diuraikan berikut ini.
Adalah tenaga kerja yang tidak memiliki hak dan kewajiban secara teratur, umumnya mereka
akan kehilangan hak tertentu apabila tidak bekerja.
Adalah tenaga kerja yang menjalankan pekerjaan tertentu atas perjanjian dengan ketentuan
yang jelas mengenai volume, waktu dan harga pekerjaan.
Merupakan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan keluarga yang umumnya dalam
melaksanakan pekerjaannya tidak diupah. Tenaga kerja jenis ini banyak digunakan pada
perusahaan-perusahaan kecil atau perusahaan yang masih berskala usaha rumah tangga.
Umumnya tenaga kerja keluarga bekerja hanya sebatas tanggung jawab dalam membantu
45
Modul Kewirausahaan
keluarga. Namun banyak juga dijumpai anggota keluarga yang bekerja di perusahaan mendapat
upah, meskipun upah yang diberikan tidak sama dengan tenaga kerja yang bukan anggota
keluarga.
Kebutuhan tenaga kerja yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang
kompeten adalah kebutuhan yang fundamental bagi perusahaan. Kebutuhan ini akan selalu
berubah sejalan dengan perubahan kebutuhan perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan
senantiasa dituntut untuk selalu mencari, mengembangkan dan mempertahankan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. Hal yang mungkin perlu
diantisipasi adalah munculnya berbagai kendala yang pada dasarnya disebabkan oleh 1)
Belum adanya standar kemampuan tenaga kerja karena informasi menyangkut kemampuan
tenaga kerja hanya berdasarkan prediksi yang umumnya bersifat subjektif, 2) Tenaga kerja
adalah manusia yang tidak dapat diperlakukan secara mekanistik seperti mesin yang dapat
diatur semaunya dan 3) ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan sangat
terbatas.
4.4.2 Mesin/Peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam suatu proses produksi memiliki peran yang
cukup besar di dalam keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produksi, baik dalam hal
kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya.
Kebutuhan mesin dan peralatan produksi baik jumlah, jenis, kapasitas dan spesifikasi
lainnya seharusnya telah diidentifikasi saat gambaran produk yang akan dihasilkan telah
46
Modul Kewirausahaan
ditetapkan. Apabila perusahaan mengadakan mesin/peralatan produksi yang tidak
bermanfaat untuk menghasilkan produk sesuai dengan yang direncanakan, maka sudah
dapat dipastikan mesin/peralatan produksi tersebut akan kurang berfungsi atau malah tidak
berfungsi.
Konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan adalah adanya beban biaya
(penyusutan) yang harus ditanggung oleh perusahaan sedangkan mesin/peralatan tersebut
kurang/tidak mendukung dalam menghasilkan produksi. Disamping itu pula, mesin/peralatan
produksi yang jarang dimanfaatkan akan cepat mengalami kerusakan dan tentunya
membutuhkan perawatan. Ini berarti bahwa perusahaan melakukan investasi yang sia-sia,
malah akan menambah beban biaya produksi dan akan berpengaruh pula pada
meningkatnya harga jual produk.
produksi tidak membuat tenaga kerja lebih banyak bergerak dari satu mesin/peralatan
ke mesin/peralatan yang lain.
48
Modul Kewirausahaan
Biaya produksi terdiri atas 2 (dua) bagian besar dengan penggolongan biayanya
masing-masing diuraikan, sebagai berikut:
Dihasilkannya produk sesuai dengan jumlah dan mutu yang diharapkan oleh pasar dan
perusahaan, selain ditentukan oleh input sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, juga
sangat ditentukan oleh kegiatan yang dilaksanakan selama proses pembuatan produk
berlangsung yang dikenal dengan istilah proses produksi. Proses produksi melalui beberapa
tahapan yang merupakan aktifitas menyeluruh yang dilakukan oleh tenaga kerja produksi yang
membuat produk, tahapan-tahapan ini disebut tahapan produksi. Tahapan-tahapan produksi
yang tersusun secara teratur disebut aliran produksi.
49
Modul Kewirausahaan
Penggolongan proses produksi berkaitan dengan sifat dan jenis masukan yang
digunakan dan produk yang akan dihasilkan. Olehnya itu, proses produksi dapat dibedakan atas:
Setelah menentukan spesifikasi produk yang akan dihasilkan, merancang proses dan
sistem produksi, maka perlu mengorganisasikan seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh
perusahaan untuk pengendalian produksi. Pengendalian produksi, meliputi:
1) Pengendalian pembelian, agar pembelian yang dilakukan oleh perusahaan terkait
dengan proses produksi lebih efisien (hemat biaya). Dalam pengendalian pembelian ini
melibatkan beberapa faktor yang saling terkait, yaitu kuantitas, kualitas, harga, waktu dan
pelayanan.
2) Pengendalian Persediaan, perlu dilakukan agar biaya yang dikeluarkan untuk
penyimpanan dapat dikendalikan.
3) Pengendalian produksi, agar proses produksi dapat berjalan lancar, tepat waktu dan
50
Modul Kewirausahaan
menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan yang
direncanakan.
4) Pengendalian Kualitas, yang dilakukan pada setiap tahapan proses yang bertujuan untuk
mencegah adanya penyimpangan terhadap standar kualitas produk yang telah ditetapkan
(quality control).
4.8. Penutup
Komponen-komponen dalam sistem produksi yang terdiri dari input, proses dan
output. Dengan demikian, dalam merancang sistem produksi perusahaan, ketiga komponen ini
dijadikan sebagai pedoman. Langkah awal yang dilakukan dalam merancang suatu sistem
produksi adalah perumusan tujuan secara jelas yang menuntut perusahaan telah
menetapkan spesifikasi produk sesuai keinginan konsumen pasar sasaran. Selanjutnya
menentukan input yang meliputi bahan, tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi dan biaya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk sesuai yang ditetapkan pada langkah awal tadi. Dan
langkah berikutnya adalah menentukan proses produksi yang akan digunakan untuk
menghasilkan produk. Upaya-upaya yang dilakukan dengan melibatkan komponen-
komponen sistem produksi tersebut perlu senantiasa dikendalikan agar apa yang diharapkan
dalam proses produksi dapat tercapai.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan input seperti
bahan baku, tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi dan biaya hanya dapat dibuat
perencanaannya ketika jenis produk yang akan dihasilkan beserta spesifikasinya telah
ditetapkan.
51