Islam Interperenship
Islam Interperenship
Islam Interperenship
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, sami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3 ujuan Penulisan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesempatan tercipta oleh perubahan lingkungan, dan salah satu ciri seorang entrepreneur
adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat perubahan-perubahan, dan
menemukan kesempatan-kesempatan yang tersimpan di balik perubahan itu. Seorang
manajer yang rendah tingkat intrapreneurship-nya mengatakan seberapa banyak sumber daya
yang dapat saya kelola, dan dari sumber daya yang dipegang ini apa yang akan dapat
dicapai ? Namun seorang manajer yang tinggi tingkat intrapreneurship-nya akan mengatakan
berdasarkan apa yang ingin dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus dimiliki untuk
mencapainya. Terdapat tiga pilar dalam intrapreneurship yaitu inovasi, pengambilan resiko
yang terkalkulasi, dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu
dengan cara yang baru. Pengambilan resiko yang terkalkulasi merupakan kemampuan untuk
mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan dan menganggap kegagalan sebagai suatu
pengalaman belajar. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memperkirakan berbagai
kemungkinan di masa depan dan secara proaktif menciptakan apa yang diidamkan.
Masalahnya adalah bagaimana memelihara semangat entrepreneurship dalam organisasi yang
membesar dan semakin mapan. Organisasi yang besar dan stabil acapkali menimbulkan rasa
percaya diri yang berlebihan pada orang-orang yang terlibat di dalamnya sehingga
mengurangi sensitivitas terhadap kebutuhan pelangganya dan kurang responsif terhadap
dinamika persaingan. Padahal dalam situasi yang hypercompetitive, timbulnya sensitivitas
terhadap kebutuhan pelanggan dapat berakibat fatal.
2.2 Rumusan Masalah
2.3 Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
“Intrapreneur adalah orang yang diberi pekerjaan oleh entrepreneur dengan remunerasi dan
sumber daya, untuk mengoptimalkan mimpi dan potensinya, buat memenangkan perusahaan
dari perubahan kompetisi pasar.” (Djajendrakonsep Intrapreneurship).
Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan
(Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa
perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama semua, intrapreneur membuat
keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha
menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan
Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari
dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal
terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis,
1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).
Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua, pengusaha
lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi baru daripada
menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain, intrapreneur
bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa, prosedur, dan
birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001).
Intrapreneur harus memiliki ambisi dan impian yang digunakan untuk mengejar atau
menciptakan hal-hal baru dibidangnya. Dia harus menciptakan sebanyak mungkin inovatif
melalui mimpi dan kreatifitas tanpa batas. Dia harus selalu bersikap proaktif dengan
antusiasme dan gairah yang kuat, untuk bertindak menghasilkan maha karya dan nilai tambah
yang terbaru. Dia harus menjadi pribadi dengan mental dan perilaku proaktifnya, untuk
menemukan peluang baru, tanpa dibatasi oleh sumber daya dan potensi yang dia miliki atau
kuasai saat ini. Dia adalah energi perubahan yang terus menerus berubah, untuk menemukan
hal-hal terbaru, yang sebelumnya belum berwujud dalam realitas.
Intrapreneur adalah orang yang diberi pekerjaan oleh Entrepreneur dengan remunerasi. Oleh
karena itu, tanggung jawab Entrepreneur terhadap perusahaanya mencakup semua aspek;
sedangkan tanggung jawab Intrapreneur sebatas unit, produk, jasa, proses, atau sumber daya
yang dia kembangkan. Seorang Entrepreneur adalah pemilik dan sekaligus operator
perusahaan, yang berani mengambil risiko besar dari bisnis yang dia jalankan, dengan
harapan mendapatkan keuntungan finansial dan manfaat nilai tambah lainnya. Jadi, seorang
Intrapreneur memiliki risiko terbatas, dan seorang Entrepreneur memiliki risiko tidak
terbatas.
Intrapreneurship merupakan manajemen strategi dari Entrepreneurship. Oleh sebab itu, fungsi
Intrapreneurship harus dikelola dengan tata kelola terbaik untuk mendorong pertumbuhan
perusahaan dari dalam. Perusahaan dengan konsep intrapreneurial efektif haruslah
menciptakan lingkungan dan budaya perusahaan yang memungkinkan tumbuh
berkembangnya semangat Intrapreneurship di dalam perusahaan.
Untuk penerapan konsep intrapreneurial yang efektif dalam perusahaan diperlukan kebijakan
yang mengatur struktur formal untuk Intrapreneurship; diperlukan komitmen dan tanggung
jawab dari karyawan dan pimpinan untuk mengkontribusikan cara kerja dan ide-ide buat
menjaga kinerja dan daya saing perusahaan; diperlukan upaya nyata dari perusahaan untuk
menciptakan tenaga kerja yang beragam kemampuan atau multi talenta; diperlukan integritas
perusahaan untuk merancang jalur karir yang menarik dan kompetitif; dan juga menciptakan
konsep insentif yang membuat pekerja selalu setia seumur hidup bersama perusahaan.
Sedangkan manfaat intrapreneurship muncul sebagai reaksi terhadap berbagai tekanan yang
dialami perusahaan, seperti munculnya banyak pesaing baru dengan teknologi yang lebih
canggih, semakin tidak dipercayainya pengaturan yang dilakukan menggunakan daya
manajemen tradisional, berhentinya karyawan terbaik yang mencoba mengembangkan usaha
sendiri, munculnya pesaing dari luar negeri, mengecilnya ukuran perusahaan-perusahaan
besar, dan tumbuhnya keinginan yang kuat pada kebanyakan perusahaan untuk meningkatkan
produktivitas maupun efisiensi.
Intrapreneurship adalah konsep yang relatif baru yang berfokus pada karyawan sebuah
perusahaan yang memiliki banyak atribut pengusaha. Seorang intrapreneur adalah seseorang
di dalam perusahaan yang mengambil risiko dalam upaya memecahkan masalah yang
diberikan.
Suasana perusahaan yang lebih leluasa, ceria, bebas terkendali, membuka peluang bagi
orang-orang efektif mengembangkan talenta, kemampuan daya pikir dan daya ciptanya.
mereka bisa mengembangkan secara bertanggung jawab apa yang diinginkan yang dianggap
baik yang mengarah kepada hal-hal yang positif sehingga menguntungkan bagi perusahaan.
jika kesempatan ini tidak terbuka pada sebuah perusahaan maka bagi seseorang yang kreatif,
mereka akan merasa terkekang, akhirnya cendrung tidak produktif dan frustasi. Hisrich
menyatakan: intrapreneurship is one method for stimulating and then capitalizing on
individuals in an organization who think that something can be done differently and
better. jadi ini merupakan satu metode mendorong serta memberikan fasilitas, membuka
kesempatan bagi seseorang dalam organisasi untuk menciptakan, mengerjakan sesuatu yang
beda dari yang lain secara lebih baik dan bertanggung jawab. Terbukanya peluang semacam
ini sangat menjanjikan satu kemajuan bagi sebuah perusahaan karena munculnya kreatifitas,
inovasi. dalam organisasi yang biasa, aktivitas semacam ini sulit muncul, karena suasana
yang kaku, tidak ada kebebasan berkreasi bagi karyawannya. Bagi sebuah organisasi sangat
perlu mengembangkan spirit entrepreneurship ini, inilah yang dimaksudkan dengan istilah
intrapreneurship. Spirit ini akan meningkatkan pengembangan produk, diversifikasi, dan
meningkatkan produktivitas.
- harus mengikuti peraturan secara ketat, sesuai dengan yang telah digariskan.
Kondisi persyaratan ketat seperti ini sangat tidak kondusif munculnya kreativitas,
fleksibilitas, independensi dan keberanian karyawan. Dalam Intrapreneurship kita jumpai
suasana seperti pengajuan usul, Karyawan bisa mengembangkan visinya, tujuan dan
kegiatannya. Ada pemberian hadiah untuk pemikiran dan kegiatan yang positif eksperimen,
pengembangan ide, dan tanggungjawab.
Ada lagi perbedaan dalam values norms yang berlaku. Dalam organisasi tradisional,
organisasinya bersifat hirarkis, prosedur standar, sistem pelaporan baku, ada garis lini dan
tanggungjawab, ada instruksi, wewenang, sistem kontrol. Dalam budaya organisasi
intrapreneur dijumpai situasi yang berbeda (sebaliknya) struktur organisasi bersifat flat,
mengembang kesamping bukan keatas hirarkis, ada jaringan kerja, ada mentor, hubungan
dekat satu sama lain, iklim kerja tidak kaku, saling percaya, banyak pemikiran dan ususl,
sehingga terjadi cross-fertilization of ideas (saling memupuk, saling bantu sesama karyawan
dalam mengembangkan ide). Lebih lanjut tabel berikut perbandingan antara traditional
managers, Entrepreneurs dan intrapreneurs.
Motif Utama Mengharapkan promosi Ada kebebasan, ada Ada kebebasan dan
dan hadiah, ada kantor, peluang berkreasi peluang
kekuasaan dan staff dan dapat uang mengembangkan bakat
dan ada hadiah dari
perusahaan
c. Terbuka peluang eksprimen, tadak takut pada kegiatan trial and beberapa error .
biasanya untuk mendapatkan produk baru yang sempurna, ini memakan waktu, berevolusi.
e. Harus tersedia dana yang harus yang cukup melakukan kebebasan pengembangan ide.
g. Spirit intrapreneurship tidak berdasarkan pada perseorangan,tapi atas dasar sukarela
dan sistem hadiah. hadiah perlu diberikan untuk semua energi, usaha yang dikeluarkan untuk
penciptaan yang baru.
h. Akhirnya aktifitas spirit ini harus mendapat support dari top management baik secara
pisik maupun dalam bentuk finansial.
Seorang wirausahawan harus memahami lingkungan baik internal maupun eksternal secara
utuh, dia harus mengetahui segala aspek, dia harus kreatif agar dapat mendorong
spirit intrapreneurship. karakteristik kepemimpinannya adalah sebagai berikut :
a. Dia harus seorang visioner leader, seseorang atau a person who dreams great
dreams. Dikatakan oleh Hisrich bahwa a leader is like a gardener. seorang tukang kebun,
apabila ingin menghasilkan tomat, maka anda harus cari bibit, tanam, kasih pupuk, beri air.
and jangan masukan tomat ke pabrik, tapi tugas anda tanam dan pupuk tomat itu. Definisi
lain dikatakan : leadership is the ability to dream great things and communicate these in such
a way that people say yes to being a part of the dream.jadi coba yakinkan orang lain, bahwa
mimpi anda bagus sehingga mereka tertarik dan meng-iya-kan lalu mereka menyokong
mewujudkan mimpi tersebut. kadang-kadang perusahaan tertentu muncul ide-ide gila. ide gila
ini pada awalnya mungkin tidak masuk akal, tapi setelah ditelaah ada juga peluang
kemungkinan berhasil. apabila seseorang mempunyai suatu ide makaia harus meyakinkan
banyak orang bahwa idenya ini bagus sekali. jika ada yang membantah maka ia berusaha
mengatasi bantahan itu dan kembali orang yang membantah berbalik menyokong idenya. The
intrapreneurship leader must have a dream and overcome all the obstacles to achieve it by
selling the dream to others.
b. Pemimpin intrapreneur harus fleksible dan menciptakan management yang memberi
kebebasan kreativitas.
Intrapreneur harus mengerti semua aspek lingkungannya, baik dari lingkungan internal
perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan.
Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan ide-idenya menjadi
kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda.
Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk membangun tim kerja dan tim tersebut
bekerja dengan disiplin.
Intrapreneur harus mampu mengadakan diskusi terbuka dalam usahanya membentuk tim
kerja yang bagus.
6. Persists.
Intrapreneur harus tekun dan gigih dalam bekerja agar tujuan dapat tercapai.
1. Intrapreneur seolah menjadi general manager dari sebuah bisnis baru yang belum ada di
perusahaan
2. Biasanya memiliki backgroud teknis atau perusahaan, tetapi tidak memusuhi disiplin
kerja yang lain, pandai beradaptasi dan melakukan penyesuaian
5. Punya dedikasi penuh dan bersedia mencurahkan waktu habis-habisan agar mimpinya
kenyataan.
Namun yang penting adalah komitmen dari seluruh jajaran manajemen, dari top, upper dan
midddle manaement. komitment dan rencana ini disosialisasikan dalam bentuk kegiatan
internal marketing kepada seluruh karyawan. dengan demikian iklim intrapreneurship akan
bergema diseluruh kegiatan organisasi. pemimpin organisasi harus pula menjelaskan ide apa,
sasaran bagaimana yang hendak dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. selanjutnya
gunakan fasilitas teknologi yang menunjang iklm intrapreneurship. organisasi harus
tetap dekat dengan hati konsumen, harus belajar lebih produktif dengan menggunakan
sumber-sumber seefisien mungkin. Jadi berilah kebebasan pada karyawan namun tetap
terkendali dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya
Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10 hambatan
utama dalam intrepreneurship meliputi :
5. Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Intrapreneurship adalah konsep yang relatif baru yang berfokus pada karyawan sebuah
perusahaan yang memiliki banyak atribut pengusaha. Seorang intrapreneur adalah seseorang
di dalam perusahaan yang mengambil risiko dalam upaya memecahkan masalah yang
diberikan.
Suasana perusahaan yang lebih leluasa, ceria, bebas terkendali, membuka peluang bagi
orang-orang efektif mengembangkan talenta, kemampuan daya pikir dan daya ciptanya.
mereka bisa mengembangkan secara bertanggung jawab apa yang diinginkan yang dianggap
baik yang mengarah kepada hal-hal yang positif sehingga menguntungkan bagi perusahaan.
jika kesempatan ini tidak terbuka pada sebuah perusahaan maka bagi seseorang yang kreatif,
mereka akan merasa terkekang, akhirnya cendrung tidak produktif dan frustasi.
DAFTAR ISI
https://www.kompasiana.com/djajendra.com/intrapreneurship-merupakan-manajemen-
strategi-dari-enterpreneurship_55182c86a333118307b663dc
https://asmaranest.wordpress.com/2014/11/19/intrapreneurship/
Posting Komentar
Postingan Populer
INTRAPRENEURSHIP
INTRAPRENEURSHIP Di susun oleh: Titra Weni 1605135031 PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN NON ...
Hasil Observasi PAUD LESTARI KIDS Samarinda (PNF) KATA PENGANTAR Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehi...
Mengenai Saya
Unknown
Arsip Blog
▼ 2018 (5)
► Desember (1)
▼ Maret (3)
INTRAPRENEURSHIP
► Februari (1)
Laporkan Penyalahgunaan
Telusuri
Beranda