8 Komplikasi Tindakan Hemodialisis PDF
8 Komplikasi Tindakan Hemodialisis PDF
8 Komplikasi Tindakan Hemodialisis PDF
HEMODIALISIS DASAR
INTRADIALITIK
INTERDIALITIK
KOMPLIKASI TEKNIK SELAMA PROSEDUR HEMODIALISIS
Risiko Teknik Manifestasi Klinik
Udara masuk sirkuit darah Emboli udara
Dialisat hipotonik Hemolisis masif
Dialisat hipertonik Hipernatremia, haus, sakit kepala,
bendungan paru, kejang
Dialisat overheated Hemolisis dan pembekuan darah
Drugs Cardiac
Myocardiopathy output
Arrythmia
Produksi NO meningkat
c. Evaluasi kardiovaskular
STRATEGI PENCEGAHAN IDH (2)
2. Hentikan Ultrafiltrasi
Mencegah penurunan volume darah dan diharapkan pengisian kembali volume darah dari
ruang interstitial
Meningkatkan volume darah 2-2,3%
Perlambat Qb
PENATALAKSANAAN IDH
3. Pemberian Cairan
Pemberian cairan isotonik (saline)
Pemberian cairan koloid bila tidak respon terhadap saline
Tidak ada perbedaan efikasi antara infus albumin dan NaCl 0,9% pada terapi IDH
Respon TD (+) pada HES (hydroxyethylstarch) 10% dibanding saline hipertonik
HES terakumulasi pada PGK (3x lebih panjang) à 100 ml HES 10%/minggu aman
diberikan pada IDH
HIPERTENSI INTRADIALITIK
Prevalensi
Prevalensi hipertensi intradialitik
pada penderita PGK dengan Van Buren dkk. à 21.3%
hemodialisis rutin
sebesar 5-15%1
1. Charles Chazot GJ. Intradialytic hypertension: It is time to act. Nephron Clin Pract. 2010;115:182 - 8
Definisi Hipertensi Intradialitik
Kombinasi Inrig dan K/DOQI
• Peningkatan tekanan darah sistolik pascadialisis: TD sistolik
pascadialisis – TD sistolik predialisis ≥ 10 mmHg
• Dan tekanan darah post hemodialisis > 130/80 mmHg, diukur setelah
5 menit paska dialisis
Penyebab Hipertensi Intradialitik
• Overload cairan
• Overaktivitas simpatis
• Aktivasi sisten renin angiotensin aldosteron
• Disfungsi sel endotel
• Faktor spesifik dialisis :
• Peningkatan kadar sodium
• Calcium ion yang tinggi
• Hipokalemia
• Obat-obatan :
• EPO
• Pembuangan obat antihipertensi
• Kekakuan vaskular
Penanganan Hipertensi Intradialitik
• Berdasarkan The European Best Practice for Hemodialysis, tidak ada rekomendasi
untuk penanganan hipertensi intradialitik
Pencegahan :
a) Cegah hipotensi
b) Meningkatkan Na (> 145 mEq/L) à ingat risiko ’haus’ post dialisis
c) Kuinin sulfat oral 250-325 mg 1-2 kali sebelum dialisis
d) Carnitine, oxazepam (5-10 mg, 2 jam sebelum HD) atau prasozin (efek
hipotensi)
e) Program latihan pelemasan otot
MUAL DAN MUNTAH
Terjadi ~ 10% pasien HD rutin
Etiologi beragam, dapat terkait dengan hipotensi juga sebagai manifestasi
awal sindrom disequilibrium
Penatalaksanaan :
- terapi setiap faktor yang berkaitan dengan hipotensi
- jika tetap: anti emetik
Pencegahan :
- hindari hipotensi saat HD
- penurunan Qb 30% diawal dialisis,
- ganti dialisat dengan bikarbonat
SAKIT KEPALA
Sering terjadi
Penyebab tidak diketahui; dapat terkait sindrom disequilibrium,
atau memakai asetat
Penatalaksanaan:
- parasetamol
Pencegahan:
- sama dengan untuk nausea dan vomiting
NYERI DADA
Ø Nyeri dada ringan atau chest discomfort (sering disertai nyeri pinggang) terjadi pada
1%-4% pasien dialisis
Ø Penatalaksanaan:
Ø Oksigen
Ø Bila syok : kaki ditinggikan
Ø Nitrogliserin SL
Ø Qb dan UF diturunkan
ØPencegahan:
Ø Predialisis: ß-bloker, nitrat, atau CCB (sebaiknya Verapamil), tapi hati-hati terjadinya hipotensi
Ø Mungkin memakai asetat, vasodilator (menurunkan afterload, dilatasi arteri koroner)
PRURITUS
Kelainan kulit pada pasien dialisis :
Terkait uremia
- Pruritus - Purpura
- Hiperkeratosis - Uremic frost
- Uremik pigmentation - Kalsifikasi
Terkait obat-obatan
- Akne
- Hipersensitifitas obat
PRURITUS
Banyak dikeluhkan pasien dialisis Terapi :
- lotion
Penyebab : - antihistamin
- kulit yang kering - ultraviolet
- hiperparatiroid sekunder - karbon aktif
- gangguan kadar histamin plasma - kolestiramin, lidocaine IV
- optimalkan kadar kalsium dan pospor
- normalisasi hormon paratiroid
- dialisis yang adekuat
SINDROM DISEQUILIBRIUM
Definisi:
kumpulan gejala sistemik dan neurologi yang sering berhubungan dengan
temuan elektroensefalografi yang dapat muncul selama atau setelah
dialisis
Manifestasi klinik:
- awal : mual, muntah, lemas, sakit kepala
- serius : kejang, koma
SINDROM DISEQUILIBRIUM
Penyebab:
• masih kontroversial
• karena HD yang terlalu agresif pada pasien uremia akut
• berhubungan dengan terjadinya edema serebri, dimana saat dialisis zat
terlarut dalam plasma menjadi rendah sehingga plasma menjadi hipotonik
sehingga cairan pindah dari plasma ke intrasel otak
SINDROM DISEQUILIBRIUM
Pencegahan:
a. Pada HD akut:
• Jangan melakukan HD terlalu agresif
• Target awal penurunan ureum cukup 30%
• Gunakan dialisat dengan kadar Na yang lebih tinggi dari darah.
b. Pada HD kronik:
• Sebaiknya gunakan dialisat dengan Na sedikitnya 140 mEq/l dengan
kadar glukosa 200 mg/dl.
• Qb dikurangi pada ½ - 1 jam pertama.
SINDROM DISEQUILIBRIUM
Penatalaksanaan :
a. Ringan :
- Gejala nonspesifik
- Terapi simptomatik
- Turunkan Qb
- Beri NaCl hipertonik atau glukosa bila ada kram otot
b. Berat :
- HD segera dihentikan
- Terapi suportif
- Bila kejang segera diatasi
- Beri cairan hipertonik, misalnya manitol
- kondisi pasien akan membaik dalam 24 jam
FIRST USE SYNDROME
Reaksi dializer
• First use syndrome
• Reaksi yang tidak diinginkan pada pemakaian dializer baru
(tp bisa juga terjadi pada dializer reuse)
• Ada 2 tipe: A (anafilaktik) dan B (nonspesifik)
Reaksi Dializer Tipe A
Tipe anafilaksis (terjadi peningkatan IgE pasien
Penyebab: Ethylene oxide, dialisat yang terkontaminasi, reuse, heparin
Gejala: seperti reaksi alergi, rasa panas pada seluruh badan, sesak,
sampai Cardiac Arrest. Pada bentuk yang ringan, gejala dapat berupa
gatal, batuk, bersin, mata berair, mules, mencret, kram atau diare.
Penanganan: HD segera dihentikan, darah dalam sikuit jangan
dikembalikan. Berikan Antihistamin & Steroid.
Pencegahan : bilas sirkuit darah semaksimal mungkin sehingga residu Eo
dan bahan lain terbuang (proper rinsing). Memakai dializer Re-use,
gunakan dializer dengan radiasi gamma.
TIPE B (NON SPESIFIK)
Penyebab tidak diketahui
Gejala: hampir sama dengan tipe A, tetap lebih ringan. Yang sering adalah nyeri
dada dengan nyeri punggung. Dapat timbul segera setelah HD atau ditengah-
tengah HD.
Penanganan : sifatnya supportif, beri O2. Periksa kemungkinan MCI. Umumnya
HD dapat diteruskan karena gejala hilang setelah jam pertama HD.
Pencegahan: Re-Use, pilih Qb dengan membran yang tidak mengaktifkan sistem
komplemen, misalnya Hemophan atau Cellulose acetate.
Dialiser yang sudah di Re-Use dianggap membrannya sudah dilapisi protein
karena sudah dilewati darah,sehingga tidak dipakai lagi istilah first-use
syndrome.
ARITMIA
Biasanya terjadi pada pasien yang dapat digitalis dan pasien dengan
penyakit jantung koroner.
Perubahan kadar kation darah (K, Ca, Mg) juga bisa mempengaruhi
TAMPONADE JANTUNG