Polisitemia
Polisitemia
Polisitemia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah adalah bagian dari system dalam tubuh yang membawa zat-zat nutrisi,
oksigen, maupun membawa zat-zat hasil metabolisme yang nantinya akan dibuang.
Darah terdiri dari plasma darah dan juga dari sel darah. Sel darah tersebut meliputi sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel
darah merah terdiri dari sebagian besar sel-sel darah dalam sirkulasi, dan salah satu
fungsi utama mereka adalah untuk membawa oksigen dari paru ke semua sel,
jaringan, dan organ dalam tubuh.
Oksigen dilakukan di dalam sel darah merah dikombinasikan ke besi yang
mengandung protein yang disebut hemoglobin. Apabila ada salah satu sel saja yang
mengalami kelebihan atau kekurangan, maka hal tersebut akan mempengaruhi jumlah
sel lain, sehingga akan terjadi suatu gangguan sirkulasi pada tubuh. Polisitemia
adalah salah satu penyakit pada system hematologi. Polisitemia adalah penyakit
dimana jumlah eritrosit lebih dari jumlah normal. Polisitemia dapat di bagi menjadi
tiga, yaitu polisitemia vera, polisitemia relatif, dan polisitemia sekunder.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang dapat kami kaji dalam
makalah ini yaitu:
1
8. Bagaimana pemeriksaan fisik dari polisitemia?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari polisitemia?
10. Bagaimana prognosis dari polisiitemia?
11. Apa saja terapi untuk polisitemia?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan polisitemia?
C. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu
mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang gangguan sistem imun polisitemia dan
menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pemberian asuhan
keperawatan pada pasien polisitemia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani yaitu poly (banyak), cyt (sel), dan
hemia (darah). Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam
sirkulasi akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum
tulang, yang mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran
darah yang mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapilar
tertutup. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan hematokrit,
hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi 6 juta/
mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.
Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang,
seperti tulang paha. Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah
sel darah baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka
mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai penyebab dan
menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-sel darah
lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
2. Epidemiologi
Kelainan ini paling sering ditemukan pada usia 50-an. Pria terkena sedikit
lebih banyak dibandingkan wanita. Dewasa muda juga terkena kelainan ini.
Polisitemia merupakan kelainan sel induk kronal. Massa sel darah merah tinggi
dan separuh pasien memiliki jumlah trombosit dan/atau sel darah putih yang
meningkat; 40% memiliki kelainan kariotipe sumsum tulang.
3. Etiologi
Sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, polisitemia
terjadi karena sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon induk yang
abnormal. Berbeda dengan keadaan normalnya, sel induk darah yang abnormal
ini tidak membutuhkan eritropoetin untuk proses pematangannya (eritropoetin
3
serum, 4 mU/mL). Hal ini jelas membedakannya dari eritrositosis atau
polisitemia sekunder dimana eritropoetin tersebut meningkta secara fisiologis
(wajar sebagai kompensasi atas kebutuhan oksigen yang meningkat), biasanya
pada keadaan dengan saturasi oksigen arteiral rendah atau eritropoetin tersebut
meningkat secara non fisiologis (tidak wajar) pada sindrom paraneoplastik
manifestasi neoplasma lain yang mensekresi eritropoetin.
Di dalam sirkulasi darah tepi pasien polisitemia vera didpati peninggian
konsentrasi eritrosit terhadap plasma, dapat tercapai. 49% pada wanita (kadar Hb
16 mg/dL) dan 52% pada pria (kadar Hb . 17 mg/dL), serta didapati pula
peningkatan jumlah total eritrosit (hitung eritrosit >6 juta/mL). Kelainan ini
terjadi pada populasi klonal sel induk darah (sterm cell) sehingga seringkali
terjadi juga produksi leukosit dan trombosit yang berlebihan.
4. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko lidah polisitemia berkembang:
a. Umur.
Menurut, Paru, dan Darah Institute, National Heart polycythemia lidah
lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua dari 60. Ini jarang
terjadi pada orang muda dari 20.
c. Sejarah keluarga.
Dalam beberapa kasus, vera polycythemia tampaknya berjalan dalam
keluarga, menunjukkan bahwa faktor genetik lain selain JAK2 dapat
menyebabkan penyakit.
4
5. Patofisiologi
Pada penderita polisitemia, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi 617
dimana terjadi pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal dengan
nama JAK2V617F. Hal ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan
sehingga proses aktivasi JAK2 berlangsung tak terkontrol. Oleh karena
itu, proses eritropoiesis dapat berlangsung tanpa atau hanya sedikit hematopoetic
growth factor.
Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel darah merah,
sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah meningkat. Penderita
cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan dan menyebabkan gangguan
5
mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh peningkatan sel darah merah dan
tingginya jumlah platelet. Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang
dapat menyebabkan stroke, pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-
Chiari.
6
Kelainan Stem Cells
Respon Abnormal
Pathway
Mutasi
pada DNA
proteindiJAK
Gen (janus
JAK 2
kinase)
Eritropoiesis
Epo, EPo-R
sel
Peningkatan viskositas darah
Ketidakseimbanga
Penurunan laju transport n Nutrisi Kurang
oksigen dari Kebutuhan
Tubuh
Terganggunya oksigenasi organ sasaran
gangguan oksigenasi
otot
Intoleransi aktivitas
7
6. Klasifikasi
8
k) Susah bicara secara mendadak. Ini bisa jadi akibat pembuluh darah ke
otak sudah tersumbat, sehingga mengakibatkan stroke.
l) Penglihatan terganggu/ganda
m) Gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh.
n) Mengalami masalah ingatan
b. Polisitemia Sekunder
Polisitemia sekunder: polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai
respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau
gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing.
7. Gejala Klinis
Gejala klinis yang biasanya muncul pada polisitemia adalah sebagai berikut :
9
tinnitus, gangguan penglihatan, stroke, angina pektoris, infark miokardium,
dan klaudikasio.
c. Manifestasi perdarahan (10-20% penderita): epistaksis, perdarahan traktus
gastrointestinal (ulkus peptikum), serta abnormalitas faktor pembekuan V dan
XII.
d. Manifestasi trombosis arteri dan vena: gangguan serebrovaskular, infark
miokardium, infark paru-paru, trombosis vena mesentrika, hepatika, dan deep
vein thrombosis.
e. Splenomegali.
f. Hepatomegali.
g. Pruritus urtikaria.
h. Gout.
8. Pemeriksaan Fisik
10
hiperviskositas pada fundus, termasuk vena retina yang melebar dan berkelok-
kelok dan harus dicari adanya perdarahan.
b. Inspeksi lidah dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat sianosis sentral.
c. Pemeriksaan sistem kardiovaskular lebih baik dilakukan untuk memastikan
apakah terdapat pembesaran jantung yang disertai bising sistolik.
d. Pemeriksaan sistem pernapasan dilakukan untuk mengetahui adanya tanda
penyakit paru kronik yang disertai dengan ronkhi basah.
e. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari apakah terdapat pembesaran
limpa (splenomegali) atau tidak. Pada penderita polisitemia vera dapat
ditemukan pembesaran limpa serta pembesaran hepar. Pembesarannya bersifat
keras dan tidak terdapat nyeri tekan.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Eritrosit
Peningkatan >6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom,
normositik kecuali jika terdapat transisi kea rah metaplasia mieloid.
b. Granulosit, meningkat pada 2/3 kasus polisitemia, berkisar antara 12-25.000
/mL tetapi dapat sampai 60.000/mL.
c. Trombosit, berkisaran antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat . 1 juta/mL
sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal.
d. B12 serum
B12 serum dapat meningkat pada 35% kasus, tetapi dapat pula menurun, pada
± 30% kasus, dan UBBC meningkat pada > 75% kasus polisitemia.
e. Pemeriksaan Sumsum Tulang (SST)
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostic, kecuali bila ada kecurigaan
penyakit mieloproliferatif. Sitologi SST menunjukkan peningkatan selularitas.
f. Peningkatan Hemoglobin berkisar 18-24 gr/dl.
g. Peningkatan Hematokrit dapat mencapai > 60%.
h. Viskositas darah meningkat 5-8 kali normal.
i. UBBC (Unsaturated B12 Binding Capasity) meningkat 75 % penderita.
11
j. Pemeriksaan Sitogenetik, dapat dijumpai kariotip 20q, 13q, 11q, 7q, 6q, 5q,
trisomi 8 dan trisomi 9.
k. Serum eritropoitin
Pada Polisitemia vera serum eritropoitin menurut atau normal sedangkan pada
polisitemia sekunder serum eritropoitin meningk𝑎𝑡
10. Prognosis
Polisitemia adalah penyakit kronis dan bila tanpa pengobatan kelangsungan
hidup penderita rata-rata 18 bulan. Dengan Plebotomi kelangsungan hidup 13,9
tahun dengan terapi32 P kelangsungan hidup 11,8 tahun dan 8,9 tahun pada
penderita dengan terapi klorambusil.2
Penyebab utama morbidity dan mortality adalah 2.24
11. Therapy
a. Terapi PV
1) Flebotomi
12
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-
satunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien,
kadang-kadang selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang
dianjurkan. Indikasi flebotomi terutama pada semua pasien pada
permulaan penyakit, dan pada pasien yang masih dalam usia subur.
Pada flebotomi, sejumlah kecil darah diambil setiap hari sampai nilai
hematokrit mulai menurun. Jika nilai hematokrit sudah mencapai normal,
maka darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai dengan kebutuhan.
Target hematokrit yang ingin dicapai adalah <45% pada pria kulit putih
dan <42% pada pria kulit hitam dan perempuan
13
3) Fosfor Radiokatif (P32)
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu
cara untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan
dosis sekitar 2-3mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka
dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian
pertama P32 :
a) Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu. Jika diperlukan
dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.
b) Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari
dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis
pertama.
1. Pengkajian Keperawatan
Anamnesis:
a. Kaji keluhan utama px
b. Kaji riwayat kesehatan px saat ini
c. Kaji riwayat penyakit sebelumnya
d. Kaji riwayat penyakit keluarga
e. Aktivitas / istirahat
Cepat lelah, pusing
14
f. Sirkulasi
Nadi yang menurun
g. Pola produktivitas
Stres; tergantung pada orang lain,masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
h. Neurosensori
Pusing ,sakit kepala,kesemutan
i. Nyeri / kenyamanan
Nyeri di persendian
j. Pernapasan
Sesak nafas
k. Keamanan
Kulit kering dan gatal
Pemeriksaan Fisik:
Dalam pemeriksaan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Peningkatan warna kulit (sering kemerah-merahan) yang disebabkan oleh
meningkatnya Hb.
15
Pemeriksaan Diagnostik:
a. Pemeriksaan darah lengkap
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (asam urat meningkat)
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
3. Perencanaan Keperawatan
16
4. Berikan
analgesic/antipiretik.
4. Memberikan
penurunan
nyeri/tidak nyaman
2 Setelah diberikan 1. Observasi TTV pasien. 1. Untuk
asuhan mengidentifikasi
keperawatan 3x24 peningkatan suhu
jam diharapkan tubuh pasien dan
pasien tindakan
melaporakan selanjutnya yang
peningkatan tepat untuk pasien.
toleransi aktivitas 2. Ubah posisi pasien
dengan KH : dengan perlahan dan 2. Hipotensi postural
Tanda-tanda pantau terhadap atau hipoksia
vital normal pusing. serebral dapat
TD:120/80 menyebabkan pusin,
mmHg berdenyut dan
RR : 20 peninngkatan risiko
kali/menit cedera.
Suhu : 360C 3. Ajarkan pasien untuk
Nadi:80 menghentikan aktivitas 3. Regangan/stres
kali/menit bila palpitasi, nyeri kardiopulmonal
Mampu dada, napas pendek, berlebihan/stres
melakukan kelemahan atau pusing dapat menimbulkan
aktivitas terjadi dekompensasi/kega
seharihari galan.
secara mandiri. 4. Berikan oksigen
tambahan 4. Memaksimalkan
17
sediaan oksigen
untuk kebutuhan
seluler.
3 Setelah diberikan 1. Kaji riwayat nutrisi. 1. Mengidentifikasi
asuhan defisiensi, menduga
keperawatan kemungkinan
selama 3x24 jam intervensi.
diharapkan berat 2. Intake yang sedikit
badan stabil dengan 2. Berikan intake nutrisi tapi sering
nilai laboratorium sedikit tapi sering. menurunkan
normal dengan KH: kelemahan dan
Berat badan meningkatkan
ideal sesuai pemasukan serta
dengan tinggi mencegah distensi
badan. gaster.
Tidak ada 3. Memiliki informasi
tanda-tanda 3. Berikan informasi ini dapat membantu
malnutrisi. mengenai nutrisi pasien memahami
Menunjukkan dengan kandungan pentingnya diet
peningkatan kalori, vitamin, seimbang.
fungsi protein, dan mineral 4. Memberikan
pengecapan dan tinggi. bantuan dalam
menelan 4. Konsultasi dengan ahli merencanakan diet
diet. nutrisi untuk
memenuhi
kebutuhan individu.
18
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan
kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari masalah polisitemia yaitu:
a. Masalah teratasi
b. Masalah sebagaian teratasi
c. Masalah tidak teratasi
d. Muncul masalah baru.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi akibat
pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang, yang
mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Kelainan ini paling sering
ditemukan pada usia 50-an. Pria terkena sedikit lebih banyak dibandingkan
wanita.Sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, polisitemia
terjadi karena sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon induk yang abnormal.
Klasifikasi dari polisitemia diantaranya Polisitemia Vera (Polisitemia Primer),
Polisitemia Sekunder dan Polisitemia Relatif (‘stres’)
Rencana asuhan keperawatan untuk menangani pasien dengan polisitemia
meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Hal ini guna kesembuhan dan
keyamanan dari pasien.
B. Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang gangguan sistem imun
polisitemia selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang
perawat, juga untuk berbagi kepada masyarakat tentang informasi tentang gangguan
sistem imun polisitemia. Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
20