Skripsi Tanpa Pembahasan
Skripsi Tanpa Pembahasan
Skripsi Tanpa Pembahasan
(Skripsi)
Oleh
FRIGANDRA SYAHPUTRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN
SEBAGAI PENANDA ANEMIA PADA BALITA STUNTING DI
KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
Oleh
FRIGANDRA SYAHPUTRI
Skripsi
Pada
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Skripsi : HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH TERHADAP
KADAR HEMOGLOBIN SEBAGAI PENANDA
ANEMIA PADA BALITA STUNTING DI
KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1.Komisi Pembimbing
Penguji
Bukan Pembimbing : dr.Dian Isti Angraini, S.Ked.,MPH
sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis
lain dengan cara tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam
Universitas Lampung.
saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya.
Frigandra Syahputri
1518011008
RIWAYAT HIDUP
sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Hendra, S.Kep, Ns
Departemen Agama (Depag) pada tahun 2003, Sekolah Dasar (SD) di SDN 04
Tanjung Aman pada tahun 2009, Sekolah menengah Pertama (SMP) di SMPN 07
Kotabumi pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 03
Medical Research) sebagai anggota, FSI (Forum Studi Islam) IBNU SINA sebagai
anggota, dan pada tahun 2017-2018 penulis tergabung dalam LK DPM (Dewan
sungguh, sesungguhnya
Qs. Al-Ankabut: 6
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkat
yang masih bisa membawa penulis sampai pada titik ini, sehingga penulis dapat
TENGAH”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
1. Kepada Mama, Papa, Abang Boy, dan adik bungsuku Fathir, terimakasih
telah menjadi motivasi terbesar untuk dapat terus kuliah dengan baik agar
segera menjadi dokter. Terimakasi pada Mama dan Papa yang telah lelah
Papa;
2. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku rektor Universitas Lampung;
4. Dr. dr. Khairun Nisa Berawi, Sked., M.Kes., AIFO., selaku Pembimbing
mengajari saya dalam banyak hal yang saya belum pahami, dengan segala
terimakasih atas kesediaan waktu dan tenaga yang beliau berikan untuk
bimbingan dan saran serta masukan dan nasihat saat penulisan skripsi, dan
banyak sekali ilmu serta pengalaman yang diberikan sehingga skripsi ini
6. dr. Dian Istri Angraini, S.Ked., MPH., selaku Penguji Utama, Pembahas dan
Terimakasih atas waktu dan ilmu yang telah diberiksan dalam proses
pembutan skripsi ini. Banyak sekali motivasi, kritik, saran membangun dan
7. dr. Roro Rukmi Windi, S.ked., Sp.A., selaku Pembimbing Akademik atas
orang tua dari balita stunting, dan seluruh responden peneltian ini;
9. Terimakasih penulis ucapkan pada Mutia Aziza yang selama ini telah
10. Kepada teman-teman Doctor soon Adillah Afrilia SP, Ayu Agustira, Rindu
banyak atas waktu, keringat dan air mata kalian selama kurang lebih 3,5
tahun perkuliah ini. Menemani dalam susah, senang, duka dan kesulitan
11. Kepada sahabatku Aghnesia Rahmy yang telah menjadi pendengar yang
baik, pemberi dukungan, nasihat dan semangat dikala penulis berada dalam
pada titik ini. Kepada Weli Selianta yang telah bersedia meluangkan waktu
dan idenya untuk berbagi ilmu mengenai ilmu statistic dalam pengerjaan
skripsi ini;
12. Kepada Fidya dan Arini Meronica (Mercon) yang telah menjadi teman
yang dapat menerima semua keluh kesah lalu memberikan motivasi untuk
stunting Maya Nurul, Alfia Nikmah dan Ulfia Firuz atas kerjasama dan
dukungannya selama ini, tanpa kalian skripsi ini tidak akan dapat berjalan
dapat saya ucapkan satu-persatu atas dukungan dan bantuannya selama ini.
15. Seluruh Civitas Akademika FK Unila, atas pelajaran dan pengalaman yang
penelitian ini;
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini berguna dan bermanfaat bagi setiap
Penulis,
Frigandra Syahputri
ABSTRACT
By
Frigandra Syahputri
Oleh
Frigandra Syahputri
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus ...........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................5
1.4.1 Bagi Penulis ...............................................................................5
1.4.2 Bagi Institusi Terkait .................................................................5
1.4.3 Bagi Mayarakat .........................................................................5
ii
3.10 Etik Penelitian .....................................................................................38
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Prevalensi Status Gizi Balita (TB/U) Provinsi Lampung 2017 .......................... 9
2. Klasifikasi IMT menurut WHO dan Kemenkes RI 0-60 bulan .........................14
3. Klasifikasi IMT menurut WHO dan Kemenkes RI 5-19 tahun ........................ 14
4. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi Eritrosit ....................................... 16
5. Kadar Hemoglobin untuk mendiagnosis anemia .............................................. 17
6. Kategori Prioritas dan Frekuensi Penilaian Statis Gizi ..................................... 19
7. Tanda Klinis Kurang Gizi (Malnutrisi) ............................................................. 21
8. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Buku Skala
Antropometri .................................................................................................... 25
9. Definisi Operasional.......................................................................................... 32
10. Karakteristik IMT/U Balita Stunting ................................................................40
11. Karakteristik IMT/U Balita Stunting Berdasarkan Antropometri ................... 40
12. Karakteristik Hemoglobin (Hb) Balita Stunting ............................................. 41
13. Karakteristik Sebaran Anemia Balita Stunting ............................................... 41
14. Hasil Uji Normalitas Data ............................................................................... 41
15. Hasil Uji Linieritas Data ................................................................................. 42
16. Analisis Data Bivariat Menggunakan Uji Korelasi Pearson .......................... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori.................................................................................................. 26
2. Kerangka Konsep .............................................................................................. 27
3. Alur Penelitian .................................................................................................. 36
DAFTAR LAMPIRAN
Masalah gizi yang banyak terjadi pada masa pertumbuhan anak-anak adalah
dari stunting (pendek) <-2 SD hingga severely stunting (sangat pendek) <-3
SD. Seorang anak dikatakan stunting apabila tinggi badan berbanding dengan
(UNICEF,2013).
Berdasarkan hasil data dunia tahun 2017 yang dikeluarkan oleh UNICEF,
WHO dan World Bank Group mengenai Joint Child Malnutrition Estimators
terdapat 22,2% atau 150,8 juta anak dibawah 5 tahun mengalami stunting.
Dalam pembagian sub regio benua, jumlah anak stunting dibawah 5 tahun di
benua Asia menempati urutan pertama yaitu sebesar 83,6 juta anak, diikuti
benua Afrika 58,7 juta anak, Amerika Latin dan Caribbean 5,1 juta anak
2
danOceania 0,5 juta anak. Asia Tenggara sendiri masuk kedalam kategori
high (20-29%) stunting yaitu sebesar 25,7% atau 14,9 juta anak dengan
jumlah anak dengan keadaan stunting di Indonesia sebesar 29,6% dari total
seluruh populasi balita usia 0-60 bulan di Indonesia, sedangkan menurut PSG
30% yaitu Lampung Tengah, Lampung Barat dan Tanggamus (Kemenkes RI,
2018).
dari kurangnya asupan zat nutrisi, sehingga memiliki resiko 2,7 kali lebih
Salah satu nutrisi yang menurun bahkan hilang pada anak dengan masalah
gizi stunting dan anemia adalah Fe, asam folat, vitamin B12 dan konsumsi
vitamin C. Jika pemenuhan nutrisi tersebut tidak segera dicukupi maka dapat
2017).
untuk mengangkut oksigen di dalam tubuh. Jika oksigen di dalam tubuh tidak
sesak nafas, pusing atau bahkan sakit kepala (Espanol, 2015). Data di
ini menjadi salah satu moderate public health problem yang harus segera
rendahnya asupan zat besi ataupun mikronutrien lainnya. Penyebab lain dari
Seorang anak dapat diketahui mengalami masalah status gizi stunting melalui
indikator status gizi TB/U, sedangkan untuk dapat mengetahui masalah status
gizi kronis pada anak stunting dapat digunakan indikator status gizi indeks
massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) yang dibandingan dengan
dalam satuan kg dengan kuadrat TB dalam satuan meter (Keino et al., 2014).
4
IMT untuk balita, anak-anak dan dewasa berbeda. Untuk menghitung status
gizi anak balita (0-60 bulan) nilai IMT-nya dibandingan dengan standar WHO
2005, anak dan remaja (5-18 tahun) nilai IMT-nya dibandingan dengan
standar WHO 2007, sedangkan untuk dewasa WHO membagi status gizi
Menurut hasil penelitian Arumsari pada tahun 2008, IMT memiliki korelasi
rendah status gizi maka akan semakin rendah pula konsentrasi hemoglobin
peneliti tertarik untuk lebih lanjut mengetahui hubungan indeks masa tubuh
(IMT) terhadap kadar hemoglobin (Hb) sebagai penanda anemia pada balita
hubungan antara indeks masa tubuh (IMT) terhadap kadar hemoglobin (Hb)
Lampung Tengah.
Hasil dari skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bacaan
Pendek atau stunting merupakan salah satu masalah gizi yang menjadi
berulang pada masa awal kehidupan anak. Infeksi berulang yang terus
terjadi akan menjadi awal siklus berulang dari penyakit, gizi buruk dan
Hasil Z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) digunakan untuk menilai
status gizi kronis pada anak usia di bawah 5 tahun. WHO mendefinisikan
Z-score tinggi badan menurut usia sebagai jumlah deviasi standar di atas
atau di bawah tinggi rata-rata anak yang sehat dalam kelompok usia yang
apabila nilai Z-score <-2SD dan <-3SD untuk severely stunting (Onis
dalam tabel 1.
faktor orang tua, anak, rumah tangga dan masyarakat, sedangkan faktor
Faktor tingkat orang tua termasuk status kerja ibu, pendidikan ibu, usia
ibu, usia ibu saat melahirkan, status menyusui ibu, durasi menyusui,
antenatal dan cara persalinan. Faktor tingkat anak adalah jenis kelamin
bayi dan infeksi saluran pernafasan akut (diartikan sebagai gejala batuk
disertai dengan napas pendek dan cepat selama 2 minggu sebelum survei
indeks kekayaan keluarga serta sumber air minum. Terakhir adalah faktor
Pertumbuhan tinggi badan yang terhambat sering dimulai saat bayi masih
kehidupan (1000 hari pertama) karena bayi stunting setelah lahir akan
pada masa ini tidak dilalui secara benar maka akan menjadi jendela kritis
anak tergantung pada faktor genetik, endokrin, sistem saraf otonom dan
berulang dan resiko penyakit degeneratif pada saat dewasa (Oot et al.,
2016).
Akibat buruk lain yang harus dihadapi anak dengan status gizi stunting
Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran berat yang disesuaikan dengan tinggi
badan, dihitung sebagai berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi
dalam meter (kg /m2) (CDC, 2011). Meskipun indeks masa tubuh dapat
Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, etnis, dan massa otot dapat
mempengaruhi hubungan antara IMT dengan lemak tubuh. Indeks masa tubuh
juga tidak membedakan antara kelebihan lemak, otot,atau massa tulang dan
(Nuttall, 2015).
keadaan status gizi masa lalu dan masa kini bila diukur menurut usia (IMT/U),
sedangkan untuk menggambarkan status gizi akut dan saat ini dapat digunakan
Penentuan status gizi balita, anak, remaja dan dewasa berbeda. Status gizi
untuk balita (0-60 bulan), nilai IMT-nya dibandingkan dengan nilai standar
WHO 2005, sedangkan pada anak dan remaja (5-19 tahun) nilai IMT-nya
(WHO, 2006).
13
berbeda. Klasifikasi IMT menurut WHO dan Kemenkes RI untuk usia 0-60
berdasarkan usia yaitu usia 0-60 bulan dan usia 5-19 tahun pada tabel 3 (WHO,
2006).
terjadi bersamaan dengan kelebihan berat badan pada balita usia 1-5
sumber energi lebih tinggi pada balita stunting, sesuai dengan penelitian
Rate). Ini dihitung dari rasio karbon dioksida yang diproduksi oleh tubuh
2016).
lemak sentral yang lebih tinggi. Hal inilah yang mungkin menyebabkan
lingkar perut pada balita stunting lebih tinggi. Oleh sebab itu seseorang
dengan kekurangan gizi cenderung akan memiliki lemak perut yang lebih
Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut WHO dan Kemenkes RI 0-60 bulan (WHO,
2006; Kemenkes, 2010).
2.3 Anemia
2.3.1 Definisi
2011).
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang paling banyak terjadi,
namun terdapat anemia jenis lain yang juga diakibatkan oleh kurangnya
asupan nutrisi antara lain asam folat, vitamin B12 dan vitamin A.
kronik pada saluran cerna serta infeksi parasit cacing juga dapat
2009).
Anemia Hipokromik
Mikrositik Anemia Normositik Normositik Anemia Makrositil
(MCV<80 fl; (MCV 80-95 fl; MCH 27-34 pg) (MCV>95 fl)
MCH<27 pg)
1. Anemia 1. Anemia Pasca Perdarahan 1. Anemia
Defisiensi Akut Megaloblastik
Besi 2. Anemia Aplastik - Anemia
2. Thalasemia 3. Anemia Hemolitik Defisiensi
3. Anemia 4. Anemia Akibat Penyakit Folat
Sideroblastik Kronik - Anemia
5. Anemia Mieloptisik Defisiensi
vitamin
B12
2. Anemia Non-
Megaloblastik
mengalami sesak nafas, pucat dan akan merasa sangat tidak sehat. Pasien
anemia dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut
17
sering dilakukan seperti suplementasi Fe, vitamin B12, dan asam folat
meskipun Fe juga dapat diberikan secara IV. Pasien anemia berat selain
Anemia
Populasi Non-Anemia Ringan Sedang Berat
Anak (6-59 bulan) ≥ 11 10-10,9 7-9,9 ≤7
Anak (5-11 tahun) ≥ 12 11-11,4 8-10,9 ≤8
Anak (12-14 tahun) ≥ 12 11-11,9 8-10,9 ≤8
Wanita ≥15 tahun ≥ 12 11-11,9 8-10,9 ≤8
Wanita Hamil ≥ 11 10-10,9 7-9,9 ≤7
Pria ≥15 tahun ≥ 13 11-12,9 8-10,9 ≤8
Saat seseorang dinilai sehat dalam fisik, mental, spiritual maupun sosial, serta
ekonominya itulah yang disebut sehat menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Kesehatan dapat dicapai melalui pemenuhan status gizi yang baik.
Seseorang yang memiliki status gizi yang baik tidak akan mudah terkena
kategori yaitu status gizi kurang, status gizi normal dan status gizi lebih
vitamin dan mineral penting. Yang lainnya adalah kelebihan gizi meliputi
kelebihan berat badan, obesitas dan penyakit tidak menular yang berhubungan
dengan diet (seperti penyakit jantung, stroke, diabetes dan kanker) (WHO,
2016).
kekurangan asupan gizi (undernitrition), antara lain diet yang buruk, infeksi
19
berulang serta tingkat kemiskinan yang tinggi. Diet yang buruk akibat
Nutrisi merupakan elemen penting dari kesehatan individu, pada bayi dan
balita untuk tumbuh dan berkembang sedangkan pada orang lanjut usia
Tabel 6. Kategori prioritas dan frekuensi penilaian status gizi (NACS, 2016).
status gizi beserta frekuensi penilaian status gizi yang harus di dapat
Penilaian status gizi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (NACS,
1. Antropometri (Anthropometric)
baik akses melalui fisik dan ekonomi untuk memenuhi hidup yang
2.4.2 Antropometri
Dalam buku ajar penilaian status gizi yang dikeluarkan oleh Kementrian
seperti protein, lemak, air dan mineral. Alat ukur berat badan
kronis. Tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia dapat disebut
tinggi badan untuk anak usia >2 tahun yang diukur dengan
c. Lingkar Kepala
glabella).
e. Panjang Depa
tinggi badan bagi orang-orang yang tidak bisa berdiri tegak akibat
kelainan tulang.
Penilaian Status Gizi Anak (Kemenkes, 2010) status gizi terbagi dalam
Tabel 8. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Buku Skala
Antropometri (Kemenkes, 2010).
Ketidak cukupan
Faktor-faktor yang Faktor Rumah pangan keluarga,
berhubungan Tangga indeks kekayaan
dengan stunting keluarga, sumber air
minum
Faktor Masyarakat
Asupan nutrisi
mikronutrien
menurun : Fe, vitamin
B12, asam folat,
vitamin C
Hemoglobin dalam
pengukuran rendah
Keterangan :
: Terdiri dari
: Mengakibatkan
: Berhubungan
27
Variabel Dependent :
Variabel Independent : Hb sebagai penandan
IMT anemia pada balita
stunting
2.7 Hipotesis
masa tubuh (IMT) terhadap kadar hemoglobin (Hb) sebagai penanda anemia
Tengah.
Lampung Tengah.
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
1. Populasi Target
Tengah.
2. Populasi Terjangkau
3.3.2 Sampel
2
𝑍1− 𝛼⁄ 𝑃(1 − 𝑃)𝑁
2
𝑛= 2
𝑑2 (𝑁 − 1) + 𝑍1− 𝛼⁄ 𝑃(1 − 𝑃)
2
Keterangan :
2016)
biasanya 5%(0,05)
N : Besar populasi
consecutive sampling.
31
a. Variabel independen pada penelitian ini adalah indeks masa tubuh (IMT)
terlibat dalam penelitian ini, maka diberikan definisi konsep dan operasional
3.7.1 Alat
a. Alat tulis
d. Rekam medic
e. Microtoise
g. Spuit 3 cc
h. Tourniquet
i. Tabung EDTA
j. Plester
3.7.2 Bahan
lurus ke depan)
dipasang
bebas
dinding
sebagai berikut :
melakukan aktivitas
alkohol 70% dan biarkan kering, dengan catatan kulit yang sudah
Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk
dilepas
Pembuatan Proposal
Tahap Persiapan
Ethical Clearance
Penentuan subjek
Tahap Pelaksanaan penelitian sesuai kriteria
inklusi dan ekslusi
Pengisian lembar
persetujuan
Pemeriksaan tinggi
badan, berat badan,
Pengambilan sampel
darah vena untuk
dilakukan pemeriksaan
kadar Hb
Pemeriksaan kadar Hb
menggunakan
Hemoglobinometer
Rapid Test
Hasil penelitian
kemudian dicetak
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah <50 sampel maka uji
kedua variabel.
No: 3619/UN26.18/PP.05.02.00/2018.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
terhadap kadar hemoglobin (Hb) sebagai penanda anemia pada balita stunting
Tengah
normal dengan rerata sebesar -0.515SD dan nilai tertinggi 1.07SD serta
dengan rata-rata sebesar 10.40 g/dL, nilai median 10.6 g/dL dan nilai
5.2 Saran
tinggi badan, status gizi anak, serta pengukuran kadar hemoglobin pada
Ahmed T. 2010. Assessment and management of nutrition in older people and its
importance to health. Clinical Intervensions in Aging:Dovepress. (5): 207–16.
Arumsari E. 2008. Faktor Risiko Anemia pada Remaja Putri Peserta Program
Penanggulangan Anemia Gizi Besi di Kota Bekasi: Institut Pertanian Bogor
(IPB).
Blossner M, Onis MD. 2005. Malnutrition: quantifying the health impact at national
and local levels. Environmental Burden Disease Series. (12):43.
Centers For Disease Control and Prevention (CDC). 2011. Body mass index:
Considerations for practitioners. Centers of Disease Control. (4)
Chulilla JAM, Colas MSR, Martin MG. 2009. Classification of anemia for
gastroenterologists. World Journal of Gastroenterology.
52
Gosdin L, Martorell R, Bartolini RM, Mehta R, Srikantiah S, Young MF. 2018. The
co-occurrence of anaemia and stunting in young children. Maternal and Child
Nutrition, 14(3): 1–10.
Huong LT, Xuan LTT, Phuong LH, Huyen DTT, Rocklov J. 2014. Diet and
nutritional status among children 24-59 months by seasons in a mountainous
area of Northern Vietnam in 2012. Global Health Action. 7(1):1–9.
Muchie KF. 2016. Determinants of severity levels of anemia among children aged
6–59 months in Ethiopia: further analysis of the 2011 Ethiopian demographic
and health survey. BMC Nutrition. 2(1):51.
Mwaniki EW, Makokha AN. 2013. Nutrition status and associated factors among
children in public primary schools in Dagoretti, Nairobi, Kenya. African
Health Sciences. 13(1): 39–46.
Nuttall FQ. 2015. Body mass index: Obesity, BMI, and health: A critical review.
Nutrition Today. 50(3): 117–28.
Onis MD, Branca F. 2016. Childhood stunting: A global perspective. Maternal and
Child Nutrition. 12:12–26.
Putri NMD, Angrani DI, Soleha TU, Saftarina F. 2014. Hubungan indeks masa
tubuh dan kadar hemoglobin terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 22
Bandar Lampung. Medical journal of Lampung University. 3(1):93-101.
Rachmi CN, Agho KE, Li M, Baur LA. 2016. Stunting , underweight and
overweight in children aged 2 . 0 – 4 . 9 years in Indonesia : Prevalence Trends
and Associated Risk Factors. PLOS ONE, 11(5): 1–17.
54
Savanur MS, Ghugre PS. 2016. BMI, body fat and waist-to-height ratio of stunted
v. non-stunted Indian children: A case-control study. Public Health Nutrition.
19(8): 1389–96.
Tai MLS, Goh KL, Mohd-Taib SH, Rampal S, Mahadeva S. 2010. Anthropometric,
biochemical and clinical assessment of malnutrition in Malaysian patients with
advanced cirrhosis. Nutrition Journal. 9(1):1–7.
Tiwari R, Ausman LM, Agho KE. 2014. Determinants of stunting and severe
stunting among under-fives: Evidence from the 2011 Nepal Demographic and
Health Survey. BMC Pediatrics. 14(1): 1–15.
United Nations Children's Fund (UNICEF). 2013. The State of the World’s
Children 2013. Children with Disabilities.