Meresensi Buku Pesantren Impian
Meresensi Buku Pesantren Impian
Meresensi Buku Pesantren Impian
A. Resensi Buku
B. Isi Buku
1. Isi Buku
Lima belas remaja putri dan putra dengan masa lalu kelam, menerima undangan
misterius untuk menetap di Pesantren Impian. Sebuah tempat rehabilitasi
disebuah pulau yang bahkan tak tercantum didalam peta. Seharusnya sederhana.
Siapa menduga bahwa berbagai kejadian menegangkan kemudian terjadi?
Kisah cinta yang tertunda, misteri si Gadis yang dicari-cari polisi, bahkan peristiwa
pembunuhan! Lalu, rahasia apa yang disembunyikan Teungku Budiman?
2.1.2 Kertas yang digunakan dalam novel buram, sehingga kurang menarik
perhatian pembaca.
2.1.3 Gambar yang ada dalam novel kurang banyak dan kurang menarik.
2.2.2 Sangat mengasyikkan, membuka lembar demi lembar dengan rsa penuh
penasaran.
C. Sinopsis
Bercerita tentang lima belas gadis cantik yang secara misterius mendapatkan
undangan misterius untuk pergi ke Pesantren Impian. Sebuah pondok kecil dan
didirikan oleh Gus Budiman. Pesantren ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan kedua bagi siapa saja orang yang memiliki masa lalu yang gelap
untuk mencapai tujuannya.
Semua gadis rata-rata memiliki maslah tersendiri. Sissy seorang model seksi
datang bersama sahabatnya bernama Inong. Butet memiliki masalah tentang
kasus narkobanya. Sri memiliki masalah dengan skandal pelacurannya. Sementara
Rini yang dari luar terlihat lugu ternyata dia hamil diluar nikah. Selain mereka
masih banyak orang dengan sederet persoalan yang mereka hadapi. Termasuk
Eni, seorang polwan muda yang sedang meneliti kasus pembunuhan di Hotel
Crystal, dan mendapatkan petunjuk bahwa tersangkanya berada di Pesantren
Impian tersebut.
Tidak mudah mencairkan suasana yang kaku antara para santriwati yang tidak
pernah saling mengenal sebab masa lalu dan berbagai persoalan yang
menghampiri mereka yang sudah berkarat. Namun ada tiga orang yang selalu
menyemangati para santriwati yaitu Ustadz Agam dan Ustadzah Hanum serta
Umar, sosok laki-laki tampan yang misterius dan juga dekat dengan Gus Budiman.
Secara perlahan pintu hati mereka terbuka, mereka perlahan mengenal Islam
menjadi dalam. Bak pesantren itu adalah rumah kedua bagi mereka yang
menawarkan sejuk yang tak pernah mereka dapatkan.
D. Daftar Pustaka
E. Kesimpulan
F. Saran