LP Aki
LP Aki
LP Aki
OLEH :
WAODE RANIATI
21219084
TAHUN 2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE KIDNEY INJURY (GAGAL GINJAL AKUT)
A. Definisi
AKI atau Acute Kidney Injury adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba
(dalam 48 jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) >0.3 mg/dL (>25
µmol/L) atau meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan output urin < 0.5 mL/kg/hr
selama >6 jam (Molitoris et al, 2007). Suatu kondisi penurunan fungsi ginjal yang
menyebabkan hilangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme,
menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan (Eric Scott, 2008). Secara konseptual AKI
adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang
umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa
metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(Brady et al, 2005).
C. Etiologi
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesis AKI, yakni
(1) penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan gangguan pada
parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%); (2) penyakit yang secara langsung menyebabkan
gangguan pada parenkim ginjal (AKI renal/intrinsik,~40%); (3) penyakit yang terkait
dengan obstruksi saluran kemih (AKI pascarenal,~5%). Angka kejadian penyebab AKI
sangat tergantung dari tempat terjadinya AKI. Salah satu cara klasifikasi etiologi AKI
yaitu:
Klasifikasi Etiologi
Aki Prarenal a. Hipovolemia
Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular , Kerusakan
jaringan (pankreatitis), hipoalbuminemia, obstruksi Usus,
Kehilangan darah, Kehilangan cairan ke luar tubuh Melalui
saluran cerna (muntah, diare, drainase), melalui saluran kemih
(diuretik, hipoadrenal, diuresis osmotik), melalui kulit - (luka
bakar)
b. Penurunan curah jantung
Penyebab miokard: infark, kardiomiopati, Penyebab perikard:
tamponade, Penyebab vaskular pulmonal: emboli pulmonal,
Aritmia , Penyebab katup jantung
c. Perubahan rasio resistensi vaskular ginjal sistemik
Penurunan resistensi vaskular perifer, Sepsis, sindrom
hepatorenal, obat dalam dosis berlebihan (contoh: barbiturat),
vasodilator (nitrat, antihipertensi), Vasokonstriksi ginjal,
Hiperkalsemia, norepinefrin, epinefrin, siklosporin, takrolimus,
amphotericin B, Hipoperfusi ginjal lokal, Stenosis a.renalis,
hipertensi maligna, Hipoperfusi ginjal dengan gangguan
autoregulasi ginjal, Kegagalan penurunan resistensi arteriol aferen
Aki Renal a. Obstruksi renovaskular
Obstruksi a.renalis (plak aterosklerosis, trombosis, emboli,
diseksi aneurisma, vaskulitis), obstruksi v.renalis (trombosis,
kompresi)
b. Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal
Glomerulonefritis, vaskulitis
c. Nekrosis tubular akut (Acute Tubular Necrosis, ATN)
Iskemia (serupa AKI prarenal), Toksin, Eksogen (radiokontras,
siklosporin, antibiotik, kemoterapi, pelarut organik,
asetaminofen), endogen (rabdomiolisis, hemolisis, - asam urat,
oksalat, mieloma)
d. Nefritis interstitial
Alergi (antibiotik, OAINS, diuretik, kaptopril), infeksi (bakteri,
viral, jamur), infiltasi (limfoma, leukemia, sarkoidosis), idiopatik
e. Obstruksi dan deposisi intratubular
Protein mieloma, asam urat, oksalat, asiklovir, metotreksat,
sulfonamida
f. Rejeksi alograf ginjal
Aki Pasca a. Obstruksi ureter
Renal Batu, gumpalan darah, papila ginjal, keganasan, kompresi
eksternal
b. Obstruksi leher kandung kemih
Kandung kemih neurogenik, hipertrofi prostat, batu, keganasan,
darah
c. Obstruksi uretra
Striktur, katup kongenital, fimosis
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari AKI dapat dibagi menjadi komponen mikrovaskular dan tubular,
bentuk lebih lanjutnya dapat dibagi menjadi proglomerular dan komponen pembuluh
medulla ginjal terluar. Pada AKI, terdapat peningkatan vasokonstriksi dan penurunan
vasodilatasi pada respon yang menunjukkan ginjal post iskemik. Dengan peningkatan
endhotelial dan kerusakan sel otot polos pembuluh, terdapat peningkatan adhesi leukosit
endothelial yang menyebabkan aktivasi system koagulasi dan obstruksi pembuluh dengan
aktivasi leukosit dan berpotensi terjadi inflamasi. Pada tingkat tubuler, terdapat kerusakan
dan hilangnya polaritas dengan diikuti oleh apoptosis dan nekrosis, obstruksi intratubular,
dan kembali terjadi kebocoran filtrate glomerulus melalui membrane polos dasar. Sebagai
tambahan, sel-sel tubulus menyebabkan mediator vasoaktif inflamatori, sehingga
mempengaruhi vascular untuk meningkatkan kerjasama vascular. Mekanisme positif
feedback kemudian terjadi sebagai hasil kerjasama vascular untuk menurunkan
pengiriman oksigen ke tubulus, sehingga menyebabkan mediator vasoaktif inflamatori
meningkatkan vasokonstriksi dan interaksi endothelial-leukosit (Bonventre, 2008).
E. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan urinalisis, dapat ditemukan berbagai penanda inflamasi
glomerulus, tubulus, infeksi saluran kemih, atau uropati kristal. Pada AKI prarenal,
sedimen yang didapatkan aselular dan mengandung cast hialin yang transparan. AKI
pascarenal juga menunjukkan gambaran sedimen inaktif, walaupun hematuria dan piuria
dapat ditemukan pada obstruksi intralumen atau penyakit prostat. AKI renal akan
menunjukkan berbagai cast yang dapat mengarahkan pada penyebab AKI, antara lain
pigmented “muddy brown” granular cast, cast yang mengandung epitel tubulus yang
dapat ditemukan pada ATN; cast eritrosit pada kerusakan glomerulus atau nefritis
tubulointerstitial; cast leukosit dan pigmented “muddy brown” granular cast pada nefritis
interstitial (Schrier et al, 2004). Hasil pemeriksaan biokimiawi darah (kadar Na, Cr, urea
plasma) dan urin (osmolalitas urin, kadar Na, Cr, urea urin) secara umum dapat
mengarahkan pada penentuan tipe AKI. Pemeriksaan yang cukup sensitif untuk
menyingkirkan AKI pascarenal adalah pemeriksaan urin residu pascaberkemih. Jika
volume urin residu kurang dari 50 cc, didukung dengan pemeriksaan USG ginjal yang
tidak menunjukkan adanya dilatasi pelviokalises, kecil kemungkinan penyebab AKI
adalah pascarenal. Pemeriksaan pencitraan lain seperti foto polos abdomen, CT-scan,
MRI, dan angiografi ginjal dapat dilakukan sesuai indikasi. Pemeriksaan biopsi ginjal
diindikasikan pada pasien dengan penyebab renal yang belum jelas, namun penyebab pra-
dan pascarenal sudah berhasil disingkirkan. Pemeriksaan tersebut terutama dianjurkan
pada dugaan AKI renal non-ATN yang memiliki tata laksana spesifik, seperti
glomerulonefritis, vaskulitis, dan lain lain (Brady, 2005).
F. Komplikasi
Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik,
hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik.
Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru yang menimbulkan
kegawatan.
1. Infeksi : pneumonia, septikemia, infeksi nosokomial.
2. Gangguan elektrolit : uremia, hiperkalemia, hiponatremia, asidosis metabolik.
3. Neurologi : kejang uremik, flap, tremor, koma, iritabilitas neuromuskular, gangguan
kesadaran.
4. Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahan GIT.
5. Hematologi : hipertensi, anemia, diatesishemoragik.
6. Jantung : Payah jantung, edema paru, aritmia, efusi perikardium. ( Sarwono, 2001).
G. Manifestasi klinis
Acute kidney injury atau Gagal ginjal akut biasanya ditandai dengan :
1. Meningkatnya urea darah dan kreatinin serum semasa pengawasan bersiri
2. Berkurangnya pengeluaran air kencing
3. Ciri-ciri kelebihan cairan, seperti feriferal dan oedema pulmonari
4. Hiperkalemia, asidosis dan anemia
5. Kadang-kadang mungkin terdapat gejala dan ciri-ciri perikarditis
Manakala oliguria (isipadu kecing <400 mls/24J) adalah biasa, ARF bukan
oligurik pula didapati bertambah dan lebih kerap, terutamanya bagi pesakit yang
mengalami luka terbakar teruk dan bagi pesakit yang cedera ginjal disebabkan
oleh agen nefrotoksik (Shaukat, 2009).
H. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan GGA adalah sebagai berikut :
1. Pengobatan Penyakit Dasar Sekalipun GGA sudah terjadi (menetap), setiap faktor
prarenal harus dikoreksi dengan maksud memperbaiki sirkulasi dan mencegah
keterlambatan penyembuhan faal ginjal. Defisit volume sirkulasi oleh sebab apapun
harus segera diatasi. Sebagai parameter dapat digunakan pengukuran tekanan vena
sentralis jika fasilitas ada, dengan demikian over hidrasi bisa dicegah. Terhadap
infeksi sebagai penyakit dasar harus diberikan pengobatan yang spesifik sesuai
dengan penyebabnya, jika obat-obatan, misal nya antibiotika diduga menjadi
penyebabnya, maka pemakaian obat-obatan ini harus segera dihentikan. Terhadap
GGA akibat nefrotoksin harus segera diberikan antidotumnya, sedangkan zat-zat yang
dapat dialisis harus dilakukan dialisis secepatnya.
2. Pengelolaan Terhadap GGA
a. Pengaturan Diet Selama 48-72 jam pertama fase oligurik terjadi peningkatan urea
darah akibat pemecahan jaringan yang hebat. Selama periode ini pemberian
protein dari luar harus dihindarkan. Umumnya untuk mengurangi katabolisme,
diet paling sedikit harus mengandung 100 gram karbohidrat per hari. Seratus gram
glukosa dapat menekan katabolisme protein endogen sebanyak kira-kira 50%.
Setelah 3-4 hari oligurik, kecepatan katabolisme jaringan berkurang dan
pemberian protein dalam diet dapat segera dimulai. Dianjurkan pemberian 20-40
gram protein per hari yang mempunyai nilai biologis yang tinggi (mengandung
asam amino esensial) seperti telur, susu dan daging. Pada saat ini pemberian kalori
harus dinaikkan menjadi 2000-2500 kalori per hari, disertai dengan multivitamin.
Batasi makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jeruk dan kopi).
Pemberian garam dibatasi yaitu, 0,5 gram per hari.
b. Pengaturan kebutuhan cairan dan keseimbangan elektrolit
1) Air (H2O) Pada GGA kehilangan air disebabkan oleh diuresis,
komplikasikomplikasi(diare, muntah). Produksi air endogen berasa l dari
pembakaran karbohidrat, lemak, dan protein yang banyak kira-kira 300- 400
ml per hari. Kebutuhan cairan perhari adalah 400-500 ml ditambah
pengeluaran selama 24 jam.
2) Natrium (Na) Selama fase oligurik asupan natrium harus dibatasi sampai 500
mg per 24 jam. Natrium yang banyak hilang akibat diare, atau muntah-
muntah harus segera diganti.
c. Dialisis Tindakan pengelolaan penderita GGA disamping secara konservatif, juga
memerlukan dialisis, baik dialisis peritoneal maupun hemodialisis. Tindakan ini
dilaksanakan atas indikasi-indikasi tertentu. Pemilihan tindakan dialisis peritonial
atau hemodialisis didasarkan atas pe rtimbanganpertimbangan indivual penderita.
d. Operasi Pengelolaan GGA postrenal adalah tindakan pembedahan untuk dapat
menhilangkan obstruksinya. Kadang-kadang untuk dapat dilakukan operasi
diperlukan persiapan tindakan dialisis terlebih dahulu.
Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrison’s principle of internal medicine.
Ed 16. New York: McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-53.
Bonventre, Joseph, MD, PhD. Pathophysiology of Cy. Nephrology rounds (2008), Volume 6
Issue 7.
Scott, Eric. 2008. Identifying Acute Kidney Injury In High Risk Patients. AGE Health
MR Publication : Scotland
Hadi, Sjahfiri. 1996. Penatalaksaan Acute kidney injury. Dexa Media, No. 4, Vol.9, Oktober-
Desember 1996. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/94962734.pdf. Diakses tanggal 1
Mei 2012
Molitoris BA, Levin A, Warnock DG, et al; Acute Kidney Injury Network. Improving
outcomes from acute kidney injury. J Am Soc Nephrol. 2007;18(7): 1992-1994.
Sinto, Robert, Ginova Nainggolan. 2010. Acute Kidney Injury :Pendekatan Klinis dan
Tata Laksana. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 6p Nomor : 2 Pebruari 2010
Soeparman, Sarwono W, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FK-UI, Jakarta.
PATHWAY
Pre renal (hipovolemia, dehidrasi, Renal (sepsis, obat-obatan, Rhabdomylosis, Post Renal (penyumbatan
Asupan cairan yg kurang, aliran Multiple Myeloma, glomerulonefritis) kandung kemih, hipertrofi
Darah abnormal) tumor diperut, Batu ginjal)
Penurunan sirkulasi ginjal Gangguan fungsi dan struktur jaringan ginjal aliran urin ke ginjal menurun
Retensi cairan Na dan elektrolit muatan asam (H+) meningkat Gangguan keseimbanagn asam basa
Cairan tubuh meningkat pH dalam darah menurun produksi asam lambung meningkat
Kelebihan volume cairan b.d NOC : Keseimbangan Cairan NIC : Manajemen elektrolit
gangguan mekanisme regulasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor nilai serum yang abnormal
...... nutrisi pasien tercukupi dibuktikan dengan 2. Monitor perubahan status paru atau jantung
kriteria hasil : yang menunjukkan kelebihan cairan atau
no Kriteria hasil A T dehidrasi
1 Tekanan darah 3 5 3. Dapatkan spesimen laboratorium untuk
3 Kesimbangan intake dan 3 5 pemantauan perubahan cairan atau elektrolit
output cairan selama 24 ( BUN, potein, kadara kalium dan natrium)
jam 4. Timbang berat badan harian dan pantau
4 Serum eltrolit 3 5 gejala
5 Turgor kulit 3 5 5. Monitor hasil laboratorium (BUN, albumin,
6 Berat badan 3 5 protein total, dan peningkatan kadar