LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN Kelompok 4-4
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN Kelompok 4-4
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN Kelompok 4-4
Oleh:
Urbanus Arsa (512017070)
Apdi Saragih (512017061)
Yuda Ady Baskara ( 512017038)
Rian Vegananda (512017031)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KULTUR KALUS
Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang
membelah diri secara terus menerus. Penelitian pembentukan kalus pada jaringan terluka
pertama kali dilakukan oleh Sinnott pada tahun 1960. Pembentukan kalus pada jaringan luka
dipacu oleh zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin endogen (Dodds & Roberts, 1983).
Secara in vivo, kalus pada umumnya terbentuk pada bekas-bekas luka akibat serangan infeksi
mikro organisme seperti Agrobacterium tumefaciens, gigitan atau tusukan serangga dan
nematoda. Kalus juga dapat terbentuk sebagai akibat stress (Andini,2001)
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada
media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi suatu
tanaman yang lengkap (Indrianto,2002).
Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet
merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara
masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti
rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut
aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika
pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan
media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap
ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil
jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi
(Widianti,2003).
Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah
plastik, rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam
botol. Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat
intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi dalam botol (Andini,2001).
Disamping itu tanaman tersebut memperlihatkan beberapa gejala ketidak normalan,
seperti bersifat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vaskulernya tidak berkembang
sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagai mana
mestinya. Struktur mesofil akan berubah, dan aktifitas fotosintesis sangat rendah. Dengan
karakteristik seperti itu, palanlet atau tunas mikro mudah menjadi layu atau kering jika
dipindahkan ke kondisi eksternl secara tiba-tiba. Karena itu, planlet atau tunas mikro tersebut
diadaptasikan ke kondisi lngkungan yang baru yang lebih keras. Dengan kata lain planlet atau
tunas mikro perlu diaklimatisasikan (Pramono,2007).
BAB III
METODE
3.1. Kultur Kalus
Waktu dan tempat: Hari Rabu di lab. Kultur Jaringan jam 14.00- 16.00 WIB.
3.1.1 Alat
1. LAF/Entkas
2. Pisau steril
3. Petridish
3.1.2 Bahan
1. Wortel
2. Clorox 20%
3. Alcohol 70%
4. Botol media
5. Media MS dengan ZPT 2,4D 1mg/l
3.1.3 Cara Kerja
Persiapan eksplan
1. Wortel segar dan sehat disiapkan, buang bagian-bagian yang kotor
2. Dengan diterjen wortel diuci, kupas kulit luar, lalu iris dalam potongan kira-kira 2 cm.
3. Dalam alkohol 70% disterilkan selama 1 menit
4. Bilas dengan aquades steril
5. Dalam larutan Clorox 20% di rendam selama 10 menit
6. Sebanyak 3x dibilas lagi dengan aquades steril
7. Bagian ujung eksplan yang kontak dengan larutan steril dipotong
8. Bagian cambium diambil dan ditanam dalam media MS dengan hormone 2,4 D
9. Kultur diletakkan pada rak terbuka didalam ruang kultur dengan temperature rata-rata
250C
10. Kultur setelah 1 minggu diperiksa, untuk melihat perkembangan kultur.
11. Setelah 4 minggu kalus yang friable dapat disubkulturkan pada media baru.
3.4.2 Bahan
Kecambah kacang hijau / akar
Media white cair
Alkohol 96%
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
HARI/TANGGAL GAMBAR KETERANGAN
KULTUR KALUS
26 mei Kondisi baik tanmpa
kontam
KULTUR PUNCUK
4.2 Pembahasan
Kultur Kalus
Dari praktikum ini dapat mengetahui tentang kultur jaringan yang merupakan suatu
metode untuk megisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel,
jaringan maupun organ, serta menumbuhkan dalam keadaan aseptik. Dalam perlakuan
praktikum ini membahas tentang perkembangan tanaman wortel dengan teknik kultur kalus,
kultur kalus adalah suatu kumpulan sel amorphus yang terjadi dari sel-sel jaringan yang
membelah diri secara terus menerus, kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode
untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba
steril, di tumbuhkan pad amedia buatan yang steril dalam kultur botol yang steril, dan dalam
kondisi yang aseptik. Dalam praktikum ini untuk mengetahui perkembangan tanaman wortel
dengan teknik kultur kalus adalah dapat menyiapkan alat dan bahan. Alat, LAF/entkas, pisau
steril, petridish. Bahan: wortel, clorox 20%, alcohol 70%, botol media, media MS, dengan ZPT
2,4D 1mg/l. Dengan cara kerja siapkan wortel segar dan sehat, buang bagian-bagian yang
kotor, cuci wortel dengan deterjen kupas kulit luar, lalu iris dengan potongan kira-kira 2cm,
sterilkan dalam alcohol 70% selama 1 menit, bilas dengan aquades steril, rendam dalam larutan
clorox 20% selama 10 menit , bilas dengan aquades steril 3x, bagian ujung eksplan yang kontak
dengan larutan steril di potong, ambil bagian cambium dan di tanam dalam media MS dengan
hormone 2,4D, kultur diletakan pada rak terbuka didalam ruang kultur dengan temperature
rata-rata 250C periksa kultur setelah saatu minggu, untuk melihat perkembanga kultur, setelah
4 minggu kalus yang friable dapat di subkulturkan pada media baru. Praktikum yang mulai
dilakukan hari Rabu di lab. Kultur Jaringan jam 14.00- 16.00 WIB. Untuk minggu pertama
perlakuan membuat kultur kalus dan mulai di tempatkan di tempat yang tertutup, steril dan
bebas dari serangga dan rutin untuk melakukan pengamtan 3 hari sekali untuk memastikan
kondisi kultur kalus, pada pratikum yang dilakukan untuk kultur kalus dengan hasil setelah 1
minggu sesuai dengan gambar tabel di bawah pada tgl 26 mei kondisi baik tampa kontam, 28
mei kondisi masih baik, 30 mei dengan hasil kontam satu, 3 juni kondisi tetap baik tanpa
kontam, 5 juni kondisi masih baik, 8 juni kondisi masih baik, 10 juni kondisi massih baik, 12
juni 2 botol kontam, 17 juni 2 botol kontam, 19 juni 2 botol kontam, 24 juni 1 botol kontam
dan sampai tgl 28 juni 3 botol dengan kondisi baik tanpa kontam denga keadaan kultur alus 8
terkontaminasi karena faktor kondisi botol kurang steril, faktor lingkunga, faktor cahaya, dan
faktor suhu.
Kultur Biji
Pada tabel diatas untuk kultur biji kacang dapat diketahui bahwa pada tanggal 22 juni-
26 juni keadaan media masih dalam kondisi baik, sedangan mulai tanggal 28 juni-8 juli media
didalam botol mulai mengalami kontaminasi yaitu berjumlah 4 botol dan pada tanggal 10 juli-
17 juli beberapa tanaman masih bagus namun 1 botol media tanaman mengalami kontaminasi,
dengan gejala yang sama yaitu muncul jamur berwarna hitam gelap serta media tanaman mati,
hal ini disebabkan oleh ketidak sterilan alat-alat kerja dan media yang digunakan yang tidak
steril serta suhu dan cahya yang kurang intensif sehingga perkembangan dan pertumbuhan biji
tanaman tergangu.
Kultur Puncuk
Kultur Akar
BAB V
KESIMPULAN
1. Jadi perubahan dan perkembangan tanaman wortel yang digunakan sebagai media untuk uji
kultur kalus yaitu: mulai dari 26 mei-5 juni beberapa botol dalam kondisi baik namun 1
botol mengalami koontaminasi yaitu pada tanggal 30 mei, dan mulai dari 5 juni-28 juni
beberapa botol masih dalam kondisi baik namun 7 botol menggalami perubahan yang
siknifikan yaitu muncul jamur berwarna hitam gelap, hal ini dipengaruhi oleh kondisi alat-
alat yang kurang steril serta faktor lingkungan sperti suhu, cahaya dan kelembapan serta
oksigen yang kurang intensif.
2. Pada hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mulai
dari tanggal 22 juni-26 juni keadaan media masih dalam kondisi baik, sedangan mulai
tanggal 28 juni-8 juli media didalam botol mulai mengalami kontaminasi yaitu berjumlah 4
botol dan pada tanggal 10 juli-17 juli beberapa tanaman masih bagus namun 1 botol media
tanaman mengalami kontaminasi, hal ini disebabkan oleh ketidak sterilan alat-alat kerja dan
media yang digunakan yang tidak steril serta suhu dan cahya yang kurang intensif sehingga
perkembangan dan pertumbuhan biji tanaman tergangu.
3. Pada hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mulai
dari tanggal 3 juli-14 juli beberapa tanaman masih segar dan hiaju namun ada 5 botol
mengalami kontaminasi, lanjut pada tanggal 14 juli-26 juli 4 botol mengalamai kontaminasi
hal ini juga dipengaruhi oleh alat-alat yang kurang steril serta faktor lingkungan sperti suhu,
cahaya dan kelembapan serta oksigen yang kurang intensif sehingga mengangu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
4. Pada hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mulai
dari tanggal 26juli-1agustus 1 akar dalam keadaan baik namun 2 akar yang lainya
terkontaminasi dengan gejala muncul jamur berwarna hitam dan bintik-bintik putih, hal ini
juga dipengaruhi oleh alat-alat yang kurang steril serta faktor lingkungan sperti suhu, cahaya
dan kelembapan serta botol yang dibungkus dengan plastik hitam sehinga tidak adanya
cahaya yang masuk sehingga mengangu pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1985. Dasar – Dasar Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa: Bandung.
Andini, Linda. 2001. Cara memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Gunawan, I.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laborartorium Kultur Jaringan PAU.
Bioteknologi IPB: Bogor
Indrianto, Yuni. 2002. Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Jakarta: Gramedia.
Indrianto,Yuni.2002. Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Jakarta: Gramedia.
Payne GF, Bringi V, Prince CL, Shuler MI,. 1992. Plant Cell and Tissue Culture in Liquid
Systems. New York: John Wiley and Sons.Bab 8, Root Cultures; hlm 227-277.
Pramono, Hari.2007. Teknik Kultur Jaringan. Jakarta: Kanisius.
Toppi LS di, Gorini P, Properzi G, Barbieri L, Spano L. 1996. Production of ribosome in-
activating protein from hairy-root cultures of Lufla cyllindrica (L.) Roem. Plant Cell
Reports 15 : 9 10-91 3.
Vivanco JM, Weitzel D, Flores HE. 1997. Characterization of a major storage root protein
isolated from the andean root crop Mirabilis apansa. Di dalam: Flores HE, Lynch JP,
Eissenstat D. Radical biology: Advances and Perspectives on the Function of Plant
Roots. Proceedings llth Annual Penn State Symposium in Plant Physiology. Amarican
Society of Plant Physiologists, Rockville, Maryland U.S.A.
Widianti, Dewi. 2003.Pertanian Modern. Jakarta: Erlangga.
Wattimena, G.A. 1992. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan PAU
Bioteknologi IPB: Bogor.