Skripsi Teguh

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 111

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA

REMAJA DI KELURAHAN ANDALAS WILAYAH


KERJA PUSKESMAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2018

SKRIPSI
PENELITIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh :

TEGUH DERMAWAN
14121899

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2018

1
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS
PADA REMAJA DI KELURAHAN ANDALAS WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2018

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Dalam Program Studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Oleh :
TEGUH DERMAWAN
14121899

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2018
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Agustus 2018

Teguh Dermawan
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja di
Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018
vii + 68 halaman + 7 tabel + 2 gambar + 9 lampiran

ABSTRAK
Obesitas telah menjadi masalah global di seluruh dunia. Data World health
Organization (WHO) tahun 2017, proporsi epidemic secara global, dengan
setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun. Pada tahun 2016, lebih dari 1,9
miliar orang dewasa mengalami obesitas. Tujuan Penelitian untuk mengetahui
hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di kelurahan
Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018
Jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional study. Waktu bulan
Desember 2017 sampai Agustus 2018 di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Padang. Penelitian ini menggunakan teknik simple random
sampling Populasi adalah seluruh remaja usia 18-24 dengan jumlah sampel
berjumlah 73 orang. Pengumpulan data primer dan teknik pengolahan data analisa
univariat menggambarkan distribusi frekuensi tiap variabel sedangkan bivariat
menggunakan chi-square.
Hasil penelitian pada analisa univariat didapatkan bahwa remaja
mengalami obesitas 23 (31,5%), aktifitas fisik berat berat sebanyak 19 (26.0%)
pada remaja. Pada hasil uji Chi-Square didapatkan p value = 0,005 (p < 0,05), ada
hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas di Wilayah Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2018.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin berat aktifitas yang
dilakukan remaja maka semakin kecil kemungkinan remaja mengalami obesitas,
Diharapkan kepada kepala Puskesmas dan perawat untuk melakukan penyuluhan
dan bimbingan tentang penyebab Obesitas pada remaja.
Daftar Pustaka : 36 (2005-2017)
Kata Kunci : Aktifitas Fisik, Kejadian Obesitas, dan Remaja
MERCUBAKTIJAYA PADANG STIKES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

Skripsi, August 2018


Teguh Dermawan

Relationship between Physical Activity and Obesity Occurrence in


Adolescents in Andalas Village Padang Andalas Community Health Center
in 2018
vii + 68 page + 7 table + 2 chart + 9 attachment

ABSTRACT
Obesity has become a global problem throughout the world, both from
developed and developing countries. Data from the World Health Organization
(WHO) in 2017, obesity has reached epidemic proportions globally, with at least
2.8 million people dying each year as a result of being overweight or obese. In
2016, more than 1.9 billion adults, aged 18 years and over, were obese. The
incidence of obesity causes death worldwide rather than being underweight
(WHO, 2017). Research Objectives to determine the relationship of physical
activity with the incidence of obesity in adolescents in Andalas village Padang
Andalas Health Center Work Area in 2018

Type of analytic research with cross sectional study design. Time of


December 2017 to August 2018 in Andalas Village, Andalas Health Center,
Padang. This study uses simple random sampling technique. The population is all
adolescents aged 18-24 with a total sample of 73 people. Primary data collection
and processing techniques for univariate analysis data describe the frequency
distribution of each variable while bivariate uses chi-square.

The results of the univariate analysis showed that adolescents were 23 (31.5%)
obese, 19 (26.0%) heavy physical activity in adolescents. In the Chi-Square test
results obtained p value = 0.005 (p <0.05), there is a relationship of physical
activity with the incidence of obesity in Andalas Health Center Padang in 2018.

The conclusion of this study is that the heavier the activities carried out by
adolescents, the less likely teen a gers are obesity, it is expected that the heads of
Puskesmas and nurses to conduct counseling and guidance on the causes of
obesity in adolescents.

Bibliography: 36 (2005-2017)
Keywords: Physical Activity, Obesity and Adolescent Events
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah peneliti ucapkan kehadiran Allah SWT atau rahmat

dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehinga peneliti dapat menyelesaikan

penulisan Skripsi tentang “Hubungan Aktifitas Fisik dengan kejadian Obesitas

pada Remaja di Kelurahan Andalas Wilayah kerja Puskesmas Andalas

Padang”

Dalam pembuatan proposal ini banyak hambatan yang peneliti hadapi,

namun berkat dorongan semua pihak, skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Maka

pada kesempatan peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada :

1. Ibu Meria Kontes, S.Kep selaku pembimbing I yang telah mengarahkan dan

memberikan masukan dengan penuh ketekunan dan perhatian sehingga

peneliti dapat menyelesaikan proposal ini.

2. Ibu Ns. Mira Andika, M.Kep selaku pembimbing II yang telah mengarahkan

dan memberikan masukan dengan penuh ketekunan dan perhatian sehingga

peneliti dapat menyelesaikan proposal ini.

3. Semua responden yang sudah bersedia terlibat dalam penelitian ini.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang yang telah memberikan kesempatan

pada peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Kepala Puskesmas yang telah memberikkan kesempatan kepada peneliti

untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Ns. Zulham Efendi, M.Kep sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.


7. Ibu Hj. Elmiyasna K, SKp.MM selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA

Padang.

8. Bapak Jasmarizal, SKP. MARS selaku Ketua Yayasan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

9. Seluruh Staf dan Dosen pengajar STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

10. Yang teristimewa ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa

hormat yang tak terhingga peneliti sampaikan kepada kedua orangtua dan

terima kasih kepada abang, kakak, adik, dan sahabat. Semangat dan do’a yang

tulus kepada peneliti dalam menuntut ilmu dan proposal ini.

11. Semua rekan-rekan seperjuangan mahasiswa tingkat IV dan teristimewa

kepada mahasiswa IV a S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA

Padang 2017/2018 yang telah memberikan bantuan pemikiran serta semangat

dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini semoga bantuan yang telah

diberikan akan mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

“Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu penulis sangat terbuka

dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan

bagi peneliti selanjutnya.

Padang, Agustus 2018

Peneliti
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................ iii
DAFTAR BAGAN ................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Remaja ................................................................................. 8
B. Obesitas ............................................................................... 13
C. Aktifitas Fisik ...................................................................... 27

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Teori Penelitian ................................................... 38
B. Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 40
C. Hipotesis Penelitian ............................................................. 41

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................. 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 42
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 42
D. Variabel dan Defenisi Operasional ..................................... 45
E. Instrumen Penelitian ............................................................ 46
F. Etika Penelitian ................................................................... 46
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 50
H. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 51
I. Teknik Analisis Data ........................................................... 50
BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat.................................................................. 53

B. Analisa Bivariat ................................................................... 55

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat.................................................................. 57

B. Analisa Bivariat ................................................................... 61

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 65

B. Saran .................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Obesitas .......................................................... 30

2.2 Jenis Kegiatan Pada Remaja ............................................. 37

2.3 Nilai RMR Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .......... 39

4.1 Defenisi Operasional ........................................................ 46

5.1 Destribusi frekuensi kejadian Obesitas.............................. 54

5.2 Distribusi frekuensi aktifitas fisik...................................... 54

5.3 hubungan aktifitas fisik denga kejadian obesitas .............. 55


DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

3.1 Faktor Resiko Kejadian Obesitas ....................................... 41

3.2 Kerangka Konsep Hubungan Aktifitas Fisik dengan

Kejadian Obesitas pada Remaja di Keluruahan Andalas

Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018 ... 42


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Kisi-Kisi Kuesioner

Lampiran 5 : Kuesioner

Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data STIKes MERCUBAKTIJAYA

Lampiran 7 : Surat Izin Pengambilan Data Dinas Kesehatan Kota Padang

Lampiran 8 : Surat Balasan Penelitian dari Puskesmas Andalas

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan

dewasa. Perbuatan atau tingkah laku remaja yang sangat sulit untuk di

mengerti. Masa remaja bisa juga dikenal dengan masa yang penuh

kesungkaran (Sarwono, 2010).

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa

yang ditandai dengan terjadinya perubahan fisik dan psikologis. Salah satu

perubahan fisik yang terjadi pada remaja adalah perubahan berat badan.

Perubahan pada fase remaja akan terus berkembang, demikian pula aspek

sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja

mengalami banyak ragam gaya hidup dan perilaku, tidak terkecuali

perubahan berat badan (Pieter & Lubis, 2010).

Masalah berat badan dikalangan remaja pada dasarnya dikarenakan

perilaku nutrisi yang salah, kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya

penumpukan atau kekurangan kalori sehingga memicu terjadinya obesitas

(Ryde, 2011). Remaja lebih banyak memilih makanan yang siap saji atau

yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan sederhana,

dengan kurangnya aktifitas fisik remaja dan kehidupan disertai stress

terutama di kota-kota besar mulai menunjukkan dampak dengan

meningkatnya masalah gizi berlebihan dan penyakit degeneratif seperti

jantung coroner, hipertensi dan diabetes mellitus (Lutfi, 2011). Obesitas

1
2

merupakan gangguan kronik baru yang segera menjadi pandemik global yang

cukup sulit sekali dikendalikan.Obesitas meningkat tajam dan segera menjadi

salah satu gangguan kesehatan yang mendapat prioritas utama dalam upaya

pengendalian penyakit kronik (Bustan, 2015). Berat badan lebih didefenisikan

juga sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau

berlebihan dijaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan

(Sudoyo, 2007)

Obesitas telah menjadi masalah global di seluruh dunia, baik dari

negara maju maupun negara berkembang. Data World health Organization

(WHO) tahun 2017, obesitas telah mencapai proporsi epidemic secara global,

dengan setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat

kelebihan berat badan atau obesitas. Pada tahun 2016, lebih dari 1,9 miliar

orang dewasa yaitu pada umur 18 tahun ke atas mengalami obesitas. Kejadian

obesitas mengakibatkan kematian di seluruh dunia dari pada kekurangan berat

badan (WHO, 2017).

WHO telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik global.

Prevelensinya meningkat tidak di negara-negara maju saja, tetapi juga negara

berkembang seperti Indonesia. Direktur Jenderal Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI, tahun 2016, melalui surat

edarannya pada hari obesitas sedunia, mengungkapkan bahwa masalah

kesehatan yang diakibatkan oleh obesitas mulai muncul pada awal tahun

1990-an. di Indonesia prevelensi obesitas dewasa berumur lebih dari 18 tahun

pada wanita mencapai 32,9% dan laki-laki sebesar 19,7% (Kemenkes RI,

2016). Sumatera Barat termasuk kedalam 15 provinsi yang memiliki


3

prevelensi obesitas di atas nasional. Prevelensi obesita yaitu 6,5% (Dinkes

propinsi Sumatera Barat, 2015).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang, obesitas pada remaja

termasuk dalam 10 penyakit terbanyak pada remaja di kota Padang dengan

prevelensi sebesar 10,3% pada tahun 2012-2013 melebihi prevelensi nasional,

yaitu sebesar 10%. Hal ini menujukkan bahwa obesitas meningkat dalam

beberapa tahun terakhir terutama pada kelompok remaja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang

pada tahun 2016, prevelensi obesitas tertinggi di wilayah kerja Puskesmas

Andalas Padang, dari hasil survei dari Puskesmas Andalas jumlah obesitas

pada bulan Januari-Maret 2018, ditemukan jumlah kasus obesitas sebanyak

120. Sementara wilayah Kerja Puskesmas Andalas terdapat 10 Kelurahan

dimana jumlah remaja terbanyak berada di Kelurahan Andalas berjumlah 823

sedangkan remaja yang berusia 18-24 tahun berjumlah 283 orang (Puskesmas

Andalas Padang, 2018).

Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya genetik,

behavior (perilaku), aktifitas fisik dan makanan yang tidak sehat, sosial

ekonomi, umur dan psikologi (Bustan, 2015). Obesitas juga disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti perubahan fisik

dan pemeliharaan kesehatan (Yani dkk, 2013). Aktifitas fisik remaja

sekarang cenderung menurun. Remaja lebih banyak bermain di dalam rumah

dibanding diluar rumah, misalnya bermain game komputer, mononton televisi

maupun media elektronik lain ketimbang berjalan, bersepeda maupun naik


4

turun tangga. Aktifitas seperti ini menurunkan keluaran energi sehingga

terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk lebih banyak

dibandingkan energi yang keluar (Herlina, 2012). Obesitas yang disebabkan

oleh aktifitas fisik yang kurang pada remaja meningkatkan resiko penyakit

kardiovaskuler pada saat dewasa karena kaitanya dengan sindroma metabolic

yang terdiri dari resitensi insulin/hiperinsulinemi, intoleransi glukosa/diabtes

mellitus, dyslipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolysis, dan hipertensi

(Hendra, 2016).

Dampak obesitas dapat terhadap peningkatan resiko penyakit menular

adalah penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kecacatan terkait arthritis dan

kanker (Bustan, 2015). Fenomena yang terjadi dari dampak tersebut akan

membawa konsekuensi psikologis dan sosial pada penderitanya, seperti stress

,pesimis, putus asa, termasuk peningkatan risiko depresi karena lebih sering

ditolak oleh rekan-rekan mereka serta digoda dan dikucilkan karena berat

badan mereka yang berlebihan (Wulandari dkk, 2016).

Kelebihan berat badan atau Overweight yang juga umum dinyatakan

dengan istilah obesitas yang merupakan suatu fenomena yang terjadi akibat

ketidakseimbangan antara energi yang digunakan untuk melakukan kegiatan

dan aktifitas fisik. Kegemukan yang tidak segera di atasi dapat berkembang

menjadi obesitas (Yani dkk, 2013). Bagi orang dengan kelebihan berat badan

penurunan berat yang utama dan sehat adalah dengan melakukan olahraga

atau aktifitas fisik yang rutin (Prasetyorini, 2010). Kemalasan dalam

melakukan aktifitas fisik atau olahraga yang tidak sesuai dengan proporsi

kerja tubuh juga merupakan penyebab obesitas. Obesitas akan sangat


5

memberikan peluang terganggunya berbagai kerja organ-organ fisiologis

sehingga berakibat terhadap gangguan kesehatan seseorang (Mappaompo,

2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Rumida (2014) mengatakan ada

hubungan yang signifikan antara melakukan aktifitas fisik dengan kejadian

obesitas pada pelajar di SMU Methodist Medan. Hasil penelitian ditemukan

bahwa pengetahuan tentang pola makan umumnya baik 68,2% sedangkan

untuk sikap tentang pola makan terhadap kejadian obesitas adalah baik 52,3%

dan tindakan dalam pola makan terhadap kejadian obesitas tidak baik 52,3%

dan aktifitas fisik ringan 75,0%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Nabila Zuhdy (2015) aktifitas fisik tidak ada berhubungan dengan pola

makan dan status gizi pada pelajar putri SMA di Denpasar Utara. Hasil

penelitian ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan adanya beban ganda

masalah gizi pada pelajar putri, selain kurang energi kronis 18,67%, terdapat

8% pelajar mengalami obesitas sentral, pengontrolan berat badan

berhubungan signifikan dengan status gizi, sedangkan aktifitas fisik tidak ada

hubungan yang signifikan dengan status gizi.

Berdasarkan pengamatan sementara di Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas Padang adalah salah satunya wilayah yang banyak di tempati oleh

remaja dari berbagai kalangan. Hal ini menyebabkan daya beli yang besar

terhadap makanan jajanan yang tinggi kandungan energi dan lemaknya.Oleh

karena itu, remaja cenderung memiliki pola makan yang memungkinkan

terjadinya kasus obesitas. Hasil survei awal yang peneliti lakukan terhadap 10

orang remaja yang datang berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang,


6

ditemukan 10 orang mengalami obesitas. Hal ini terlihat dari penimbangan

berat badan dan pengukuran tinggi badan yang dilakukan di Puskesmas

melebihi rata-rata IMT normal. Hasil wawancara juga didapatkan 7 orang

mengatakan kurang melakukan aktifitas fisik seperti jogging, bermain

maupun melakukan kegiatan sehari-hari. Mereka hanya berdiam diri di rumah

dan lebih senang bermain game dan membuka sosial media di hp atau

computer. 3 orang juga mengatakan hanya sekali-kali melakukan aktifitas

fisik seperti bermain dan jogging.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Aktifitas Fisik dengan kejadian Obesitas

pada Remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

Padang tahun 2018”

A. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah apakah ada Hubungan Aktifitas Fisik dengan kejadian Obesitas pada

Remaja di keluruhan Andalas Padang Wilayah Puskesmas Andalas Padang

tahun 2018 ?

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kejadian

obesitas pada remaja di kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas Padang Tahun 2018.


7

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui frekuensi kejadian obesitas pada remaja di keluruhan

Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2018.

b. Mengetahui distribusi frekuensi aktifitas fisik pada remaja di

kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun

2018.

c. Mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada

remaja di keluruhan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

tahun 2018.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Sebagai data/informasi bagi petugas kesehatan di Puskesmas

khususnya perawat dalam mengurangi faktor resiko dari obesitas dan

upaya dalam mengurangi angka obesitas.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi atau sumber bacaan di perpustakaan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan agar lebih baik kedepannya.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti lebih memiliki pengetahuan, wawasan dan

pengalaman dalam melakukan penelitian kesehatan untuk

mengaplikasikan riset keperawatan yang telah diperoleh pada

perkuliahan.
8

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan

untuk peneliti lebih lanjut tentang obesitas.


1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi remaja

(adolescence) menurut World Health Organization (WHO) adalah

periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi semua

perkembanganya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa

(Kusmiran, 2013).

Menurut Sarwono (2011), batasan usia remaja berbeda-beda

sesuai dengan sosial dan budaya daerah setempat. WHO membagi usia

dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20

tahun. Batasan usia remaja Indonesia 11-24 tahun dan belum menikah.

2. Ciri-Ciri Kejiwaan dan Psikosial Remaja

Menurut Kusmiran (2013), ciri-ciri kejiwaan dan psikosoal remaja

adalah :

a. Sikap protes terhadap orang tua : Remaja pada usia ini cenderung tidak

menyetujui nilai-nilai hidup orang tuanya, sehingga sering menujukkan

sikap protes terhadap orang tua.

b. Preokupasi dengan badan sendiri : Tubuh seorang remaja pada usia ini

mengalami perubahan yang cepat sekali. Perubahan-perubahan ini

menjadi perhatian khusus bagi diri remaja.


10

c. Perilaku yang labil dan berubah-ubah : Remaja pada perilaku ini

sangat memperlihatkan sikap yang semakin berubah-berubah dalam

waktu tertentu sehingga remaja tampak bertanggung jawab, tetapi

dalam waktu lain remaja tampak masa bodoh dan tidak bertanggung

jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan dalam dirinya sehingga

menujukkan bahwa dalam dirinya tersebut terdapat konflik yang

memerlukan pengertian dan penanganan yang bijaksana.

d. Peubahan eksternal

1) Tinggi badan dan berat badan : Penambahan tinggi badan remaja

putri rata-rata pada usia 17-18 tahun dan penambahan tinggi remaja

putra kira-kira pada usia 18-19 tahun. Perubahan berat badan

remaja mengikuti jadwal yang sama dengan tinggi dan terjadi pada

bagian-bagian tubuh yang mengandung lemak sedikit atau tidak

sama sekali.

2) Organ seks dan ciri-ciri seks sekunder : Perkembangan organ-

organ seksual akan mencapai ukuran yang matang pada masa

remaja akhir. Namun, fungsinya belum lah matang hingga

beberapa tahun. Adapun, perkembngan ciri-ciri seks sekunder akan

sempurna matang pada remaja akhir.

3) Proporsi tubuh : Beberapa bagian anggota tubuh akan mencapai

perbandingan proporsi tubuh yang lebih seimbang seperti badan

yang melebar dan memanjang sehingga tidak kelihatan panjang.


11

3. Bahaya Fisik pada Masa Remaja

Menurut Pieter & Lubis (2010), bahaya fisik yang sering terjadi

pada masa remaja adalah :

a. Kematian

Kematian akibat penyakit tidak banyak terjadi pada masa

remaja.Faktor penyebab kematian remaja yaitu kecelakaan lalu

lintas, perkelahian, penggunaan narkoba atau efek pola perilaku seks

bebas seperti HIV/AIDS.

b. Bunuh diri

Bunuh diri atau percobaan bunuh diri pada remaja kini semakin

meningkat.Faktor penyebab dari percobaan dan bunuh diri adalah

aliensi sosial beberapa waktu lamanya, kekacauan keluarga,

pertengkaran orang tua, masalah pribadi, putus cinta, penyakit kronis

atau penyakit yang tidak kunjung sembuh, depresi, frustasi ataupun

stress.

c. Cacat fisik

Cacat fisik ringan atau yang masih dapat diperbaiki tidak akan

menghambat remaja untuk melakukan seperti yangdilakukan teman-

temanya sehingga lebih mengarah kepada gangguan psikologis

remaja, seperti kurang percaya diri, manakala memakai kecamata

tebal, alat bantu pendengaran atau penyakit asma kronis.

d. Kecanggungan dan kekakuan

Kecanggungan dan kekakuan lebih serius terjadi pada periode

remaja dari pada periode sebelumnya. Bila perkembangan


12

keterampilan motoriknya terganggu akan mengakibatkan remaja

merasa canggung dalam aktifitas kelompok sebaya.

4. Bahaya Psikologis pada Masa Remaja

Menurut Pieter & Lubis (2010), bahaya psikologis pada masa

remaja yaitu :

a. Kesulitan belajar

Kesulitan belajar dari para remaja terlihat dari menurunnya

prestasi.Sebenarnya kesulitan belajat dan berprestasi yang dapat

dilakukan remaja apabila dia mau sungguh-sungguh untuk mengatasi

kesulitannya. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar remaja,

adalah kondisi fisiologis, kepribadian, daya intelektual, aktifitas

remaja dan sosial ekonomi, adapun dampak buruk dari kesulitan

belajar adalah under achieve, ialah berprestasi dibawah potensi,

prestasi belajar turun, kurang teliti dan sukar konsentrasi.

b. Kesulitan bergaul

Pada kenyataan masih banyak ditemukan para remaja yang kesulitan

bergaul.Sebenarnya, pergaulan ialah media kesuksesan.Akibat buruk

kesulitan bergaul yaitu berorientasi pikiran sempit dan tidak objektif,

sulit memberikan dan menerima pendapat orang lain, bertingkah

laku serba salah atau kaku, berprasangka buruk hubungan personal

dan adaptis, menarik diri dan kurang partisipasi dalam kegiatan

sosial.
13

c. Kesulitan hubungan keluarga

Ketidakmatangan membina hubungan harmois keluarga terlihat dari

frekuensi pertengkaran sesame keluarga, mengkritik dan komentar

yang merendahkan.Hubungan keluarga yang buruk juga dapat

berkembang ke luar rumah, seperti maladaptasi.

d. Kesulitan dalam perilaku sosial

Kesulitan remaja dalam perilaku sosial akan ditunjukkan dengan

ketidakmatangan perilaku sosial yang bersifat infantile, sesame jenis

seks dan tidak mendapatkan dukungan teman sebaya. Cir-ciri

ketidakmampuan remaja membina hubungan sosial yaitu suka

membuat diskriminasi, membuat nilai standar tertentu dalam

kelompok, senang mencari perhatian, suka menggunakan pakaian

mencolok, menggunakan kata-kata yang tidak lazim atau kata-kata

kotor, sombong, agresif dan antisosial.

e. Perilaku seksual

Faktor-faktor penyebab ketidakmampuan remaja dalam membina

hubungan dan kehidupan perilaku seksual yaitu merasa kurang

menarik dihadapan lawan jenis, perasaan tidak senang pada lawan

jenis, kurang matang, terputusnya hubungan sosial, menolak peran

seksual yang telah diaki masyarakat dan senang membahas masalah-

masalah seksual.

f. Perilaku moral

Remaja yang meletakkan standar perilaku yang kurang realistik bagi

diri sendiri akan merasa bersalah apabila merasa tak mencapai


14

standar yang tetap ditetapkan. Hal ini dapat menyebabkan

terputusnya hubungan emosional dengan anggota keluarga dan

teman sebaya. Penyesuaian diri dapat dirusak remaja dengan cara

menolak dan melanggar setiap peraturan yang berlaku.

B. Obesitas

1. Pengertian Obesitas

Obesitas (kegemukan dan berat badan lebih) merupakan gangguan

kronik baru yang segera menjadi pandemic global yang cukup sulit sekali

dikendalikan.Obesitas meningkat tajam dan segera menjadi salah satu

gangguan kesehatan yang dapat prioritas utama dalam upaya

pengendalian penyakit kronik (Bustan, 2015).

Obesitas atau kegemukan adalah istilah yang digunakan untuk

menujukkan adanya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas

normal.Penumpukan lemak tubuh yang berlebihan itu sering dapat

terlihat dengan mudah. Tingkat obesitas ditentukan oleh jumlah

kelebihan lemak dalam tubuh (Suiraoka,2012).

2. Obesitas pada Remaja

Masalah obesitas banyak dialami oleh beberapa golongan usia

salah satunya remaja. Obesitas ini disebabkan karena aktifitas fisik yang

kurang (Hendra, 2016). Aktifitas fisik anak-anak cenderung menurun.

Anak-anak lebih banyak bermain di dalam rumah dibanding diluar

rumah, misalnya bermain games computer, menonton televise maupun

media elektronik lain ketimbang berjalan, bersepeda maupun naik turun


15

tangga. Aktifitas seperti ini menurunkan keluaran energi sehingga

terjadinya keseimbangan positif dimana masukan energi. Lebih banyak

dibandingkan keluaran energi. Tubuh cenderung untuk menyimpan

energy dalam bentuk lemak dan selanjutnya terjadi obesitas (Herlina,

2012).

Kelebihan berat badan pada remaja telah dihubungkan dengan

naiknya kadar insulin plasma, lipid darah, dan kadar lipoprotein naik, dan

kenaikan tekanan darah, yang merupakan faktor yang diketahui

dihubungkan dengan morbiditas orang dewasa akibat obesitas. Obesitas

pada remaja meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler pada saat

dewasa karena kaitannya dengan sindroma metabolic yang terdiri dari

resistensi insulin/hiperinsulinemi, intoleransi glokusa/diabetes melitus,

dyslipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolysis dan hipertensi

(Hendra, 2016).

Dampak obesitas dapat terhadap peningkatan resiko penyakit

menular adalah penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kecacatan terkait

arthritis dan kanker (Bustan, 2015). Fenomena yang terjadi dari dampak

tersebut akan membawa konsekuensi psikologis dan sosial pada

penderitanya, seperti stress ,pesimis, putus asa, termasuk peningkatan

risiko depresi karena lebih sering ditolak oleh rekan-rekan mereka serta

digoda dan dikucilkan karena berat badan mereka yang berlebihan

(Wulandari dkk, 2016).


16

3. Jenis Obesitas

Menurut Suiraoka (2012), jenis atau tipe obesitas, yaitu :

a. Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh.

1. Obesitas tipe buah apel

Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak dibawah

kulit dinding perut dan di rongga perut sehingga perut tampak

gemuk dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple

type). Disebabkan karena lemak banyak terkumpul dirongga

perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas sentral, karena

banyak terdapat pada laki-laki yang disebut juga sebgai obesitas

tipe ini antara lain abdominal obesity atau visceral obesity.

Disebut obesitas visceral karena penimbunaan lemak terjadi

di dalam rongga perut (abdomen) tepatnya disekitar omentum

usus (visceral). Lemak visceral yang berlebihan akan memperoleh

suplai darah dari pembulu darah omentum dan akan

mengeluarkan banyak bahan kimia serta hormon ke dalam

peredaran darah. Banyak lemak yang tersimpan di rongga perut

mencerminkan makin lebarnya lingkar pinggang (waist

circuference).

2. Obesitas tipe buah pear

Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit

bagian pinggul dan paha sehingga tubuhakan berbentuk buah pear

(pear type) yang disebabkan karena lemak berkumpul di daerah

pinggang. Obesitas tipeini disebut juga sebagai obesitas perifer


17

karena banyak terdapat pada perempuan disebut sebagai female

type obesty (obesitas type perempuan) atau obesitas tipe gynoid.

Nama lain dari type obesitas ini adalah peripheral obesity atau

gluteal obesty.

Gemuk bentuk “apel” lebih berbahaya dibandingkan gemuk

“pear” yang mendapat perhatian disini adalah pada bagian yang

terjadi penimbunan kelebihan lemak tubuh jadi bukan hanya pada

kelebihan berat badan saja.

Pada dua orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang

sama maka orang yang cenderung memiliki resiko berbahaya

adalah timbunan lemak dalam rongga perut (yang disebut sebagai

obesitas sentral). Mengingat obesitas sentral sering dihubungkan

dengan komplikasi metabolic dan pembulu darah

(kardiovaskuler).

b. Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak

1) Obesitas tipe hyperplastik

Obesitas terjadi kerena jumlah sel lemak yang lebih banyak

dibandingkan keadaan normal tetapi ukruan sel-selnya tidak

bertambah besar.Obesitas pada tipe ini biasa terjadi pada masa

anak-anak.

2) Obesitas tipe hypetropik

Obesitas pada tipe ini terjadi karena ukuran sel lemak menjadi

lebih besar dibandingkan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak

bertambah banyak dari normal ini terjadi pada usia dewasa karena
18

upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah dibandingkan

tipe hyperplastik.

3) Obesitas tipe hyperplasyik danhypertropik

Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi

batas normal. Pembentukan sel lemak akan tejadi setelah derajat

hypertropi untuk mencapai maksimal dengan perantaraan suatu

sinyal yang dikeluarkan oleh sel yang mengalami hypertropik,

obesitas ini dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus

menerus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan

paling sulit dan resikonya tinggi untuk terjadi komplikasi

penyakit.

4. Faktor risiko obesitas

Menurut Bustan (2015), faktor resiko obesitas adalah faktor-faktor

yang mengakibatkan kalori berlebih, karena asupan makanan yang

berlebihan atau pembakaran yang kurang dari gerak olah raga yang

kurang, sehingga kalori berlebih itu disimpan sebagai lemak. Lemak

berlebih inilah yang memberi konstribusi terhadap kenaikan berat badan

hingga kegemukan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya energy

lebih dan penimbukan lemak ini biasanya bersifat ganda (multiple-cause)

yaitu genetik, behavior (perilaku), aktifitas fisik, makan yang tidak sehat,

merokok, lingkungan, sosial ekonomi, umur, gaya hidup keluarga, obat-

obatan, kehamilan dan psikologi.


19

a. Genetik

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada

generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga.Itulah sebabnya kita

seringkali menjumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki

anak-anak yang gemuk pula.Dalam hal ini nampaknya faktor genetik

telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur lemak dalam

tubuh. Hal ini memungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas

sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan

melebihi ukruan normal, secara otomatis akan diturunkan kepada

sang bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif

sama besar (Salam, 2010).

b. Behavior (perilaku)

Pengentahuan mengajak manusia berfikir dengan cara yang

kompleks dan memberi landasan yang kuat bagi keyakinan kita.

Informasi mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif bagi

terbentuknya sikap, termasuk sikap dan perilaku dalam pemilihan

makan, sehingga akan berpengaruh pula pada keadaan gizi individu

remaja, pengetahuan gizi pada remaja kurang memahami seperti apa

tubuh yang gemuk, normal maupun kurus yang sebenarnya akibat

pengetahuan gizi yang kurang akan menimbulkan persepsi yang

salah tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan yang seharusnya

dikonsumsi dan akan mempengaruhi dalam kemampuan untuk

menerapkan informasi gizi tersebut dalam kehidupan sehari-hari


20

sehingga perilaku diet yang mereka terapkan salah atau tidak sesuai

dengan menu seimbang (Kurnianingsih, 2009).

c. Aktifitas fisik

Obesitas terjadi karena rendahnya aktifitaas fisik sehingga

asupan energi yang masuk hanya sedikit terpakai untuk beraktifitas

dan sebgaian besar tersimpan sebagai lemak tubuh, dengan kata lain

kelompok obesitas hanya menggunakan sedikit energi untuk

melakukan aktifitasnya. Aktifitas fisik remaja sekarang cenderung

menurun, remaja lebih banyak bermain computer, playstation dan

menonton TV (Musralianti, 2015).

d. Makan yang tidak sehat

Orang gemuk lebih rentan dibanding dengan orang berberat

badan normal, seperti rasa dan bau makanan atau saaatnya ingin

makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila dia pengen makan,

bukan makan pada saaat ia lapar. Pola makan berlebihan inilah yang

akanmenyebabkan mereka sulitnya orang gemuk untuk keluar dari

kegemukannya jika individu itu sendiri tidak memiliki control dan

motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan, (Salam, 2010).

e. Merokok

Seorang perokok berpeluang mengalami obesitas lebih tinggi

dibandingkan dengan bukan perokok. Hal yang disebabkan oleh efek

ganda merokok meningkatkan pengeluaran energy dan menurunkan

nafsu makan, dan kedua efek akan hilang pada mantan perokok.
21

Pada perokok ditemukan rasio lingkar pinggang yang lebih tinggi

dibandingkan dengan orang yang bukan merokok (Irianti, 2016).

f. Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang

untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan

yang gemuk makaorang tersebut akan cenderung untuk menjadi

gemuk. Pandangan tersebut akancenderung gemuk selamaitu tidak

dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak

akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan

kegemukan (Salam, 2010).

g. Sosial ekonomi

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, dan gaya hidup serta

peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi (Lestari, 2012).

h. Umur

Semakin tua manusia kebutuhan energi dan nutrisi semakin

berkurang. Pada usia pertumbuhan sangat banyak diperlukan banyak

nutrisi untuk tumbuh kembang tubuh. Nutrisi pada usia dewasa

sangat dibutuhkan untuk perbaikan jaringan yang rusak, serta energi

yang diperlukan untuk aktifitas yang cukup tinggi di usia produktif.

Memasuki usia tua (manula), metabolisme tubuh berangsur-angsur

menurun, sehingga kebutuhan nutrisi dan energi semakin sedikit.

Padausia 65 tahun, kebutuhan energi seseorang berkurang hingga 20

% dari kebutuhan pada usia 25 tahun (Putra, 2013).


22

i. Gaya hidup keluarga

Keluarga sebagai faktor lingkungan yang terdekat dengan

remaja, orang tua dan saudara merupakan orang yang dapat

mempengaruhi mereka. Remaja yang memiliki ibu sedang diet dan

mencemaskan berat badan serta bentuk tubuh akan sangat

berpengaruh dibandingkan pengaruh teman sebaya untuk berisiko

timbulnya perilaku diet yang tidak sehat. Perilaku mengontrol berat

badan yang dilakukan remaja putri umumnya meniru perilaku ibunya

(Kurnianingsih, 2009).

j. Obat-obatan

Pengunaan obat-obatan yang mengandung hormon

menyebabkan pengeluran natrium dan air berkurang sehingga terjadi

penimbunan cairan, sehingga menyebabkan pengeluaran natrium dan

air berkurang dan terjadi penimbunan cairan.

k. Kehamilan

Dalam keadaan hamil terjadi berbagai perubahan fisik dan

kimia pada tubuh manusia, seperti perubahan konsentrasi

hemoglobin, fungsi pernafasan, serta peningkatan serum alkali

fosfatase dan enzim-enzim, yang harus diperhatikan dalam diet pada

kondisi ini adalah ibu hamil memerlukan tambahan kalori sebesar

150 kalori di tri semester akhir penting berupa besi, sedangkan

dalam keadaan menyusui tambahan kalori tetap 3000 kalori akan

tetapi ditambah asupan penting berupa besi, sedangkan dalam


23

keadaan menyusui tambahan kalori yang dibutuhkan lebih besar,

sekitar 400-500 kalori (Putra, 2013).

l. Psikologi

Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh

terhadap asupan makanan.Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan

obesitas.Keadaan ini merupakan dampak dari pemecahan masalah

emosi yang dalam dan ini merupakan suatu pelindung bagi yang

bersangkutan. Dalam keadaan semacam ini menghilangkan obesitas

tanpa menyediakan pemecahan masalah yang tepat justru akan

memperbesar masalah (Lestari, 2012).

5. Komplikasi Obesitas

Obesitas menunjukkan dampak terhadap peningkatan resiko

penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, hiperetnsi, diabetes,

kecacatan terkait arthritis dan kanker (Bustan, 2015).

Obesitas dihubungkan dengan sejumlah komplikasi medis,

terdapat bukti bahwa obesitas bukan hanya berhubungan dengan diabtes,

hipertensi, dyslipidemia, penyakit jantung, obstructive sleep apnea,

asma, non-alcoholic fatty disease, osteoarthrithis, dan polycystic ovary

syndrome tetapi penurunan berat badan juga akan menurunkan resiko

terjadinya komplikasi-komplikasi tersebut (Menggala, 2010).

a. Penyakit jantung

Penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular yang paling

prevalen, sering ditemukan dan bersifat fatal atau mematikan

Penyakit jantung adalah PTM yang menjadi penyebab kematian di


24

negara maju dan berkembang (Bustan, 2015). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 500 penderita kegemukan sekitar 88%

mendapat resiko terserang penyakit jantung coroner, dengan

meningkatnya faktor resikopenyakit jantung coroner sejalan dengan

terjadinya penambahan berat badan pada seseorang (Desky, 2011).

b. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

darah yang akan memberikan gejala lanjut ke suatu organ target

seperti penyakit stroke, penyakit jantung coroner dan hipertropi

ventrikel kanan atau kiri (Bustan, 2015).

c. Diabetes

Obesitas dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus type II.

Sebagaiman diketahui, diabetes mellitus adalah suatu

keadaan/kelainan dimana terdapat gangguan metabolism

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan

insulin atau tidak berfungsinya insulin, akibatnya gula dalam darah

tertimbun (tinggi).Biasanya 75% penderita DM tipe II adalah orang

yang mengalami obesitas atau riwayat obesitas (Maryam dkk, 2011).

d. Arthritis

Bagi yang menderita kegemukan dan obesitas mempunyai risiko

tinggi terhadap penyakit arthritis (radang sendi) yang lebih serius

jika dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal

atau gemuk. Gout merupakan salah satu bentuk penyakit arthritis

atau lebih tepatnya radang sendi akibat meningkatnya kadar asam


25

urat dan terbentuknya kristal asam urat pada sendi. Penyakit ini

sering menyerang penderita kegemukan yang mengalami kelebihan

berat badan > 30% dari berat badan ideak dan kandungan asam urat

dalam darahnya tinggi (Desky, 2011).

e. Kanker

Hasil penelitian menujukkan bahwa laki-laki yang mengalami

obesitas akan berisiko lebih tinggi untuk menderita kanker usus

besar, rectum, dan kalenjar prostat. Adapun pada wanita penderita

obesitas, akan mengalami resiko terkena penyakit kanker payudara

dan Rahim. Wanita yang telah menopause, umumnya pada usia lebih

dari 50 tahun dan mengalami kelebihan berat badan akan terserang

penyakit kanker payudara. Untuk mengurangi risiko terkena kanker,

konsumsi lemak total harus dikurangi (Desky, 2011).

Menurut Soetjiningsih (2007) dalam wahyuni (2013), beberapa

komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas pada remaja adalah

gangguan pernafsan, gangguan tidur, gangguan kulit, ortopedi,

hipertensi, penyakit jantung coroner, diabetes, maturitas seksual

lebih awal, menstruasi tidak teratur, sindroma, pickwickian ( obesitas

disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk) dan gangguan

psikolgi.

6. Penanganaan Obesitas

Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga

berat badan yang sehat. Upaya yang dilakukan untuk mencapai berat

badan yang sehat dapat dilakukan dengan perubahan pola makan (diet)
26

sehari-hari, peningkatan aktifitas fisik dan modifikasi perilaku. (Windari

2009 dalam Wahyuni, 2013).

a. Perubahan Pola Makan dan Diet

Seseorang obesitas walaupun makan seadanya atau tidak

banyak, berat badannya tetapi bisa naik. Setiap orang makan akan

mendapatkan hampir seluruh jenis kandungan utama makanan, pasti

mengandung unsur protein, KH dan lemak. Diet untuk penurunan

berat badan pada dasarnya merupakan makanan sehat biasa yang

jumlah kalori diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai kalori

yang lebih rendah dari kebutuhan dengan proporsi lemak yang lebih

rendah (Bustan, 2015).

b. Peningkatan Aktifitas Fisik

Tujuan berolah raga atau melakukan aktifitas fisik adalah

untuk membakar energy seoptimal mungkin dengan cara membakar

lemak. Karena itu, karakteristik utama olahraga untuk orang obesitas

adalah yang mempunyai membakar lemak tubuh sebanyak-

banyaknya (Bustan, 2015).

c. Obat Anti Obesitas

Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat anti

obesitas jika :

1) Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.

2) Apabila nilai IMT lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari

obesitas, seperti penyakit diabetes, peningkatan tekanan darah,

dan sleep apnea.


27

3) Nilai IMT lebih dari 30.

7. Pencegahan Obesitas

a. Pencegahan Primer

Pencegahan ini merupakan suatu upaya yang ditujukan kepada

semua orang, khususnya berkelompok yang berisiko menderita

obesitas.Dalam hal ini upaya promotif dan preventif dilakukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan guna mencegah terjadinya penyakit-

penyakit yang disebabkan oleh obesitas (Maryam dkk, 2011).

Kegiatan yang dilakukan berupa :

1) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan oleh petugas

kesehatan.

2) Promosi kesehatan untuk mengubah perilaku masyarakat dalam

hal konsumsi pangan (merencanakan menu harian makanan

dengan gizi yang seimbang, sperti membatasi konsumsi lemak

dan mengkonsumsi makanan berserat) dalam bentuk penyuluhan.

3) Melakukan olah raga atau aktifitas fisik secara teraktur sesuai

dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.

b. Pencegahan Sekunder

Upaya yang dilakukan adalah pengobatan bagi penderita

obesitas.Diantaranya penggunaan obat-obat pelangsing, akupuntur

dan pembedahan.

8. Pengukuran Obesitas

Menurut Suiraoka (2012), menentukan derajat obesitas yang paling

sering digunakan adalah ukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Dasar


28

perhitungan IMT adalah hasil pengukuran berat badan (dalam kg) dan

tinggi badan (dalam meter). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai

berikut :

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Tabel 2.1
Klasifikasi Obesitas

IMT Kriteria
< 18,5 Underweight / sangat kurus
18,5 - 24,9 Health weight / kurus
25 - 29,9 Obesitas derajat 1 / normal
30 - 39,9 Obesitas derajat 2 / gemuk
> 40 Obesitas derajat 3 / morbid
Sumber : WHO, 2000

Berdasarkan table diatas, kisaran IMT orang disebut :

a. Normal, jika IMT 18,5-25 kg/m2

b. Kurus, jika IMT < 18,5 kg/m2

c. Obesitas, jika IMT > 25 kg/m2

C. Aktifitas Fisik

1. Pengertian

Menurut WHO aktifitas fisik (physical activity) merupakan

gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan

pengeluaran energy. Aktifitas fisik melibatkan proses biokimia dan

biomekanik. Aktifitas fisik dapat dikelompokkan berdasarkan tipe dan


29

intensitasnya.Seringkali orang menukarkan istilah aktifitas fisik dengan

latihan olahraga atau exercise.Secara defenisi latihan olahraga (exercise)

adalah aktifitas fisik yang terancam, terstruktur, berulang, dan bertujuan

untuk memilihara kebugaran fisik (Welis, 2016).

Aktifitas fisik merupakan gerakkan seluruh anggota tubuh yang

akan menyebabkan pengeluaran tenaga atau energi bagi tubuh seseorang

dalam pemeliharaan kesehatan fisik maupun mental, serta dapat juga

mempertahankan kualitas hidup seseorang agar tubuh tetap sehat dan

bugar (Suiraoka, 2012).

Aktifitas fisik adalah suatu gerakkan tubuh atau aktifitas yang

menyebabkan peningkatan energi oleh tubuh yang melampaui energi

istirahat seseorang.Aktifitas fisik juga disebutdengan aktifitas eksternal,

yaitu suatu kegiatanyang menggunakan tenaga atau energi untuk

melakukan berbagai kegiatan fisik contohnya, berjalan, berlari, dan

berolahraga (Sudibjo, 2013).

2. Manfaat Aktifitas Fisik

Menurut Welis (2016), secara umum manfaat aktifitas fisik dapat

disimpulkan yaitu :

a. Manfaat fisik/biologis meliputi :

1) Menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal

2) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit

3) Menjaga berat badan ideal

4) Menguatkan tulang dan otot

5) Meningkatkan kelenturan tubuh


30

6) Meningkatkan kebugaran tubuh

b. Manfaat aktifitas fisik secara psikis/mental meliputi :

1) Mengurangi stress

2) Meningkatkan rasa percaya diri

3) Membangun rasa sportifitas

4) Memupuk tanggung jawab

5) Membangun kesetiakawanan sosial.

Menurut Nurmalina (2011), remaja membutuhkan aktifitas fisik

karena ada keuntungan bagi mereka dalam waktu jangka panjang dan

keutungan bagi mereka terutama dalam tahun-tahun atau masa-masa

pertumbuhan sehingga pertumbuhan mereka dapat menjadi optimal.

Beberapa keuntungan bagi remaja dari aktif secara fisik antara lain :

a. Membantu menjaga otot dan sendi agar tetap sehat.

b. Membantu meningkatkan mood atau suasana hati.

c. Membantu menurunkan kecemasan, stress dan depresi (faktor yang

berkontribusi pada penambahan berat badan seseorang).

d. Membantu agar tidur yang lebih baik.

e. Menurunkan terjadinya resiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah

tinggi dan diabetes.

f. Meningkatkan sirkulasi darah.

g. Membantu meningkatkan fungsi organ-organ vital seperti jantung dan

paru-paru.

h. Mengurangi resiko kanker yang berkaitan dengan kelebihan berat

badan atau obesitas.


31

3. Jenis Aktifitas Fisik pada Remaja

Menurut Nurmalina (2011), aktifitas dapat digolongkan menjadi

tiga tingkatan, aktifitas fisik yang sesuai untuk remaja sebagai berikut :

a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya

tidak menyebabkan perubahan dalam pernapan atau ketahanan

(endurance). Contoh : berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci

baju/piring, muncuci kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah,

les di luar sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktifitas main play

station, main computer, belajar dirumah, nongkrong.

b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intes atau terus menerus,

gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh

berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan

peliharaan, berssepeda, bermain music, jalan cepat.

c. Kegiatan berat : olahraga sangat membutuhkan kekuatan, agar

membuat tubuh mengeluarkan keringat, seperti berlari, bermain

sepak bola, aerobik, dan bela diri.

Berdasarkan hasil aktifitas fisik diatas, dapat disimpulkan faktor

kurangnya aktifitas fisik anak penyebab dari obesitas. Agar terhindar dari

penyakit atau peningkatan berat badan lakukanlah minimal 30 menit

olahraga sedang untuk kesehatan jantung, 60 menit untuk mencegah

kenaikan berat badan 90 menit untuk menurunkan berat badan.


32

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas fisik

Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi aktifitas fisik bagi

remaja yang obesitas atau kegemukan, berikut ini merupakan beberapa

faktor tersebut :

a. Umur

Aktifitas fisik remaja sampai dewasa bisa meningkat sampai pada

usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kembali

kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per

tahun, tetapi bila rajin berolahraga sehingga penurunan ini dapat

dikurangi sampai separuhnya.

b. Jenis kelamin

Pubertas biasanya aktifitas fisik remaja laki-laki hampir sama

dengan aktifitas fisik remaja perempuan, setelah pubertas remaja

laki-laki biasanya lebih mempunyai nilai yang jauh lebih besar

dibandingkan remaja perempuan

c. Pola makan

Makan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktifitas, karena

jumlah makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh akan

merasa mudah lelah,sehinggatidak ingin melakukan kegiatan seperti

olahraga atau menjalankan aktifitas lainnya. Kandungan makanan

yang berlemak juga dapat mempengaruhi tubuh untuk melakukan

aktifitas sehari-hari ataupun berolah raga, sebaiknya makanan yang

akan dikonsumsi dipertimbangkan terlebih dahulu kandungan

gizinya agar tubuh tidak mengalami kelebihan energi.


33

d. Penyakit/kelainan pada tubuh

Berpengaruh terhadap kapasitas jantung, paru dan postur tubuh,

obesitas, hemoglobin/sel darah dan serat otot. Apabila ada kelainan

pada tubuh seperti kekurangan sel darah merah, maka orang tersebut

tidak akandi perbolehkan untuk melakukan olah raga yang berat.

Obesitas juga menjadikan kesulitan dalam melakukanaktifitas fisik.

5. Hubungan Aktifitas Fisik Pada Remaja dengan Kejadian Obesitas

Kemalasan dalam melakukan aktifitas fisik atau berolahraga yang tidak

sesuai dengan proporsi kerja tubuh juga merupakan penyebab

obesitas.Obesitas sangat memberikan peluang terganggunya berbagai

kerja organ-organ fisiologis ditubuh sehingga berakibat terhadap

terganggunya kesehatan seseorang (Mappaompo, 2010). Obesitas yang

disebabkan oleh aktifitas fisik yang kurang pada remaja meningkatkan

risiko penyakit kardiovaskuler pada saat dewasa karena kaitanya dengan

sindroma metabolic yang terdiri dari resitensi insulin/hiperinsulinemi,

intoleransi glukosa/diabetes mellitus, dislipidemia, hiperurisemia,

gangguan fibrnolisis, dan hipertensi (Hendra, 2016).

Obesitas terjadi karena rendahnya aktifitas fisik sehingga asupan

energi yang masuk hanya sedikit terpakai untuk beraktifitas dan sebagian

besar tersimpan sebagai lemak tubuh, dengan kata lain kelompok

obesitas hanya menggunakan sedikit energy untuk melakukan

aktifitasnya. Aktifitas fisik remaja sekarang cenderung menurun, remaja

lebih banyak bermain computer, playstation dan menonton TV

(Musralianti, 2015).
34

Mayoritas saat ini anak-anak mempunyai aktifitas fisik yang

menurun setiap tahunnya.Perubahan waktu bermain anak yang semula

banyak bermain diluar rumah menjadi di dalam rumah. Sebagaimana

contoh saat ini, banyak anak yang bermain game di smartphone,

menonton televise, menggunakan computer dari pada berajalan,

bersepeda maupun berolahraga. Aktifitas fisik yang ringan menyebabkan

keluaran energi menjadi rendah sehingga terjadi ketidakseimbangan

antara masukan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan energy

yang keluar. Akibat dari sedikitnya energy yang keluar dari tubuh, maka

sisa dari energi tersebut akan tersimpan menjadi lemak dan kemudian

menjadi overweight hingga berlanjut menjadi obesitas. Kurangya

aktifitas fisik yang dilakukan remaja akan mengarah pada meningkatnya

gaya hidup sedentary seperti remaja saat ini yang banyak terlibat dalam

kegiatan di depan layar, membaca, duduk dan bersantai.

Gaya hidup sedentary merupakan gaya hidup seorang yang tidak

memenuhi standar aktifitas fisik yang dilakukan dalam sehari. Seseorang

dengan gaya hidup sendentari sering mengabaikan aktifitas fisik dan

lebih banyak melakukan kegiatan yang tidak membutuhkan banyak

energi. Hal ini dapat terlihat bahwa saat ini kecenderungan pengalihan

waktu yang biasa dilakukan anak-anak untuk bermain aktif di luar rumah

menjadi duduk pasif di depan layar computer maupun telebisi (Putra,

2017).
35

6. Pengukuran Aktifitas Fisik

Di masa industry sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisme

dan memudahkan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau

menggunakan sedikit tenaga untuk beraktifitas sehari-hari.Ditambah lagi

cenderung menggemari permainan yang kurang menggunakan energi,

seperti menonton TV berjam-jam dengan menyediakan berbagai macam

cemilan menyebabkan kebiasaan maka tanpa disadari dapat memicu

terjadinya kenaikan berat badan. Berikut jenis kegiatan remaja

berdasarkan tingkatannya (Agoes, 2003 dalam Wahyuni, 2013) :

Tabel 2.2
Jenis Kegiatan pada Remaja

Tingkat Kegiatan
Ringan Membaca, menulis, makan, menonton
televise, mendengarkan radio, merapikan
tempat tidur, mandi, berdandan, berjalan
lambat, bermain kartu dan berbagai kegiatan
yang dikerjakan dengan duduk atau tanpa
menggerakkan lengan.
Sedang Bermain dengan mendorong benda, bermian
pingpong, menyetrika, merawat tanaman,
menjahit, mengetik, mencuci baju dengan
tangan, menjemur pakaian, berjalan
kecepatan sedang serta berbagai kegiatan
yang dikerjakan dengan berdiri atau duduk
yang banyak menggerakkan lengan.
Berat Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat-
angkat benda berat, berlari, berenang,
bermain tenis, naik turun tangga, memanjat
bersepeda, bermain sky, dansa, sepak bola,
bermaian bowling, golf, berkebun, bermain
dengan banyak mengerakkan lengan

Sumber : Agoes, 2003


36

Dalam mengukur aktifitas fisik digunakan metode kuesioner dan

wawancara adalah bentuk metode yang lebih mudah dan murah. Pada

metode ini subjek diwawancara untuk mengingat jenis aktifitas fisik dan

lamanya aktifitas fisik tersebut dilakukan selama 24 jam yang lalu. Pada

metode ini harus dipersiapkan kuesioner yang akan digunakan sebagai

form yang akan diisi oleh subjek yang diteliti atau sebagai pedoman

wawancara aktifitas fisik yang dilakukan selam 24 jam yang lalu (Welis,

2016).

Aktifitas fisik diukur menggunakan kuesioner yang disebut

APARQ (adolescent Physical Activity Recall Questionnare) (Booth

dalam Zudhy, 2005).Kuesioner ini berisikan pertanyaan tentang jenis

aktifitas durasi dan frekuensi seseorang melakukan aktifitas fisik dalam

jangka waktu tertentu misalnya dalam 7 hari terakhir (Vera,

2011).Kuesioner ini mengukur aktifitas harian seperti kegiatan olahraga,

aktifitas domestik, hingga aktifitas sedentary.Aktifitas sedentary adalah

aktifitas kurang gerak seperti menonton televisi atau main computer dan

video game. Aktifitas fisik dihitung dengan cara : Durasi x frekuensi x

skor METs (Metabolic Equivalent Tasks) dan dikategorikan menjadi tiga

(Booth dalam zuhdy, 2015), yaitu :

a. Ringan bila skor METs < 1202,0 Mets/menit/minggu

b. Sedang bila skor METs 1202,0-2406,6 METs/menit/minggu

c. Berat bila skor METs> 2406,7 METs/menit/minggu

Perhitungan berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan/

dibutuhkan tubuh dari setiap bobot kegiatan fisik oleh tubuh/hari.


37

Sebagai standar adalah banyaknya energi yang dikeluarkan oleh tubuh

dalam keadaan istirahat duduk dinyatakan dalam satuan METs. METs

merupakan kelipatan dari Resting Metabolic Rate (RMR) dimana 1

METs adalah energi yang dikeluarkan per menit/kg BB (1 METs = 1,2

kkal/menit). Aktifitas fisik dinyatakan dalam skor yaitu METs-menit

sebagai jumlah kegiatan setiap menit (Vera,2011).

Dalam menentukan skor METs digunakan komponen RMR yang

merupakan komponen dalam menghitung pengeluaran energi. Persamaan

untuk memperkirakan nilai RMR dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.3
Nilai RMR Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur RMR ( kkal/hari


(tahun) Laki-Laki Perempuan
3–9 22,7 BB + 495 22,5 BB + 499
10 – 17 17,5 BB + 651 12,2 BB + 746
18 – 29 15,3 BB + 679 14,7 BB + 496
30 – 60 11,6 BB + 879 8,7 BB + 829
> 60 13,5 BB + 487 10,5 BB + 596

Sumber : Welis, 2016 Ket : BB = Berat Badan


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori Penelitian

Obesitas merupakan gangguan kronik baru yang segera menjadi

pandemik global yang cukup sulit seklai dikendalikan. Obesitas meningkat

tajam dan segera menjadi salah satu gangguan kesehatan yang mendapat

prioritas utama dalam upaya pengendalian penyakit kronik (Bustan, 2015).

Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang

masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis

seperti perubahan fisik, perkembangan aktifitas fisik dan pemeliharaan

kesehatan (Yani dkk, 2013).

Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya genetik,

behavior (perilaku), aktifitas fisik, makan yang tidak sehat, merokok,

lingkungan, sosial ekonomi, umur, gaya hidup keluarga, obat-obatan,

kehamilan dan psikologi (Bustan, 2015). Kelebihan berat badan atau

overwight yang juga umum dinyatakan dengan istilah obesitas yang

merupakan suatu fenomena yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara

energi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan dengan aktifitas energi

yang digunakan untuk melakukan kegiatan dan aktifitas fisik. Kegemukan

yang tidak segera di atasi dapat berkembang menjadi obesitas (Yani dkk,

2013).

38
39

Dampak obesitas dapat terhadap peningkatan resiko penyakit menular

adalah penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kecacatan terkait arthritis dan

kanker (Bustan, 2015). Fenomena yang terjadi dari dampak tersebut akan

membawa konsekuensi psikologis dan sosial pada penderitanya, seperti stress

,pesimis, putus asa, tidak semangat, termasuk peningkatan risiko depresi

karena lebih sering ditolak oleh rekan-rekan mereka serta digoda dan

dikucilkan karena berat badan mereka yang berlebihan (Wulandari dkk,

2016).

Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik

dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar

sepanjang hari (Suiraoka, 2012).

Aktifitas fisik adalah segalah kegiatan atau aktifitas yang

menyebabkan peningkatan energy oleh tubuh melampaui energy istirahat.

Aktifitas fisik disebut juga aktifitas eksternal, yaitu sesuatu yang

menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik,

seperti, berjalan, berlari, dan berolahraga (Sudibjo, 2013).


40

Bagan 3.1
Faktor Risiko Kejadian Obesitas

o Genetik
o Behavior (perilaku)
 Aktifitas fisik
o Makan yang tidak sehat
o Merokok
Obesitas
o Lingkungan
o Sosial ekonomi
o Umur
o Gaya hidup keluarga Dampak obesitas pada remaja :
o Obat-obatan 1. Mudah minder
o Kehamilan 2. Pesimis
o Psikologi 3. Stress
4. Putus asa
5. Tidak bersemangat

Modifikasi oleh Bustan, (2015), Wulandari, (2016)

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimna seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2013).

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen


Aktifitas Fisik Kejadian Obesitas

Bagan 3.2
Kerangka Konsep Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas
pada Remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Padang tahun 2018
41

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau

harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan

dalam penelitian (Hidayat, 2013). Berdasarkan rumusan masalah, landasan

teoritis dan kerangka konseptual yang ditentukan, maka hipotesis yang akan

di uji adalah :

Ha : Adanya hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada

remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

Padang tahun 2018.


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain

penelitian cross sectional study yaitu variabel independen (Aktifitas Fisik)

dan dependen (Kejadian Obesitas) diukur dalam waktu bersamaan atau

sekaligus. Yang bertujuan untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan

kejadian obesitas pada remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja

Puskesmas Andalas Padang tahun 2018 (Nursalam, 2013).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas Padang dari bulan Desember 2017 sampai bulan Agustus 2018,

sedangkan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 04 sampai 10 Agusuts

2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang berusia

18-24 tahun yang ada di Kelurahan Andalas Padang Wilayah Kerja

Puskesmas Andalas Padang yang berjumlah 283 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Untuk menentukan sampel yang

diteliti digunakan rumus (Siswanto dkk, 2014) :

42
43

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑 2 )

Ket :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d2 = Presisi yang ditetapkan 0,12 = 0,01

Berdasarkan rumus diatas, makajumlah sampel dalam penelitian

ini adalah:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑2 )

283
𝑛=
1 + 283 (0,12 )

283
𝑛=
1 + 2,83

283
𝑛=
3,83

𝑛 = 73 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 73 orang,

dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling yaitu

sampel yang secara acak dengan cara undian, pengundian dilakukan pada

tanggal 02 Agustus 2018. Adapun kriteria sampel :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Hidayat, 2013).
44

1) Bersedia menjadi responden

2) Hadir pada saat penelitian berlangsung

b. Kriteria Eklusi

Kriteria eklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian (Hidayat, 2013).

1) Responden yang sedang sakit

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini Simple Random

Sampling yaitu bahwa setiap anggota unit dan populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel penelitian dengan

cara simple random sampling dimana dilakukan secara acak sederhana

dengan cara undian atau lot dengan mencatat nama (Inisial) dan nomor

urut remaja yang ada di Kelurahan Andalas pada kertas yang digulung

kemudian diambil secara acak sebanyak sampel yang telah ditentukan

yaitu sebanyak 73 orang. Pengambilan data dilakukan selama 7 hari pada

tanggal 04–10 Agustus 2018, Sampel yang didapatkan di Kelurahan

Andalas telah memenuhi kriteria inklusi.

1. Tanggal 04 Juli 2018 didapatkan 10 orang responden.

2. Tanggal 05 Juli 2018 didapatkan 12 orang responden.

3. Tanggal 06 Juli 2018 didapatkan 10 orang responden.

4. Tanggal 07 Juli 2018 didapatkan 9 orang responden.

5. Tanggal 08 Agustus didapatkan 9 orang responden.

6. Tanggal 09 Agustus didapattkan 10 orang responden.


45

7. Tanggal 10 Agustus didapatkan 13 orang responden.

D. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Variabel

Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (Nursalam,2013). Variabel penyebab (independen)

dalam penelitian ini adalah aktifitas fisik remaja sedangkan variabel

dependen yaitu kejadian obesitas pada remaja.

2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional mendefenisikan variable secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan untuk

melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2013).

Tabel 4.1
Defensisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Kejadian Suatu keadaan Timbanga Pengukur 1 = Obesitas, jika Ordinal
Obesitas dimana n dan an berat IMT > 25 kg/m2
pada remaja adanya stature badan
penumpukan meter dan
lemak dalam tinggi
tubuh pada badan
remaja yang
melebihi batas 2 = Tidak
normal Obesitas, jika
IMT < 25 kg/m2

2 Aktifitas Intensitas Wawanca Menggun 1. Ringan bila Ordinal


fisik pada kegiatan atau ra dan akan skor METs <
remaja gerakan otot kuesioner angket 1202,0
yang format sesuai METs/menit/
dilakukan APARQ format minggu
sehari-hari yang diisi APARQ
oleh remaja sesuai kuesioner
untuk aktifitas
46

membakar sehari-
energy dan hari
dijumlahkan remaja 2. Sedang bila
dalam satuan skor METs
METs sesuai 1202,0-2406,6
standar METs/menit/
APARQ minggu

3. Berat bila skor


METs
>2406,7
METs/menit/
minggu.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), instrument penelitian adalah alat-alat

yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrument penelitian untuk

masing-masing variabel ini menggunakan lembaran kuesioner dengan cara

angket. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang berhubungan dengan

variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan dari responden untuk diisi

secara langsung oleh reponden dengan sebenar-benarnya.

Informasi aktifitas fisik diperoleh dengan menggunakan Adolescent

Physical Activity Recall Questionnaires (APARQ). Kuesioner ini mengukur

aktifitas sehari seperti kegiatan olah raga, aktifitas domestik, hingga aktifitas

sendentary. Obesitas diukur dengan indicator Indeks Massa Tubuh (IMT).

Dasar perhitungan IMT adalah hasil pengukuran berat badan (dalam kg) dan

tinggi badan (dalam meter).

F. Etika Penelitian

Menurut Nursalam, (2013) masalah etika penelitian keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian


47

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, masalah etika dalam

penelitian yang harus diperhatikan adalah :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Pada penelitian ini peneliti meminta dan menjelaskan kepada

responden yang sudah mengerti dan bersedia menjadi responden. Lalu

peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden untuk

menandatangani surat yang telah disediakan. Pada saat penelitian

dilakukan semua responden bersedia mengisi lembar persetujuan (IC).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti memberikan jaminan kepada responden dengan cara

mencantumkan nama (Inisial) responden pada lembar kuesioner dan

memberikan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian.

3. Kerahasiaan (Condidentiality)

Peneliti memberikan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang sudah

terkumpul dijamin kerahasiaannya, hanya kelompok tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset seperti institusi pendidikan, tempat

pendidikan, peneliti, peneliti lain.

4. Privacy

Semua responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu peneliti memberikan nama

(Inisial) dan meberikan kode pada setiap responden agar terjaga

rahasianya.
48

5. Self Determination

Penelitian ini peneliti memperlakukan responden secara manuasiawi.

Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sansi apapun.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dengan

menggunakan kuesioner meliputi variabel independen (aktifitas fisik

pada remaja) dan variabel dependen (kejadian obesitas pada remaja) yang

diukur dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan untuk

melihat IMT klien.

2. Prosedur Penelitian

Perencanaa pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Peneliti mengurus surat izin untuk melakukan pengambilan data dan

penelitian dibagian ADAK STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

pada tanggal 28 Februari 2018.

b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin peneliti ke Dinas

Kesehatan Kota Padang pada tanggal 24 April 2018.

c. Setelah mendapatkan surat izin penelitian, peneliti menyerahkan

surat izin ke Puskesmas Andalas Padang, dan peneliti menerima

surat persetujuan untuk pengambilan data dan penelitian pada

tanggal 28 April 2018.


49

d. Peneliti melakukan pengambilan sampel dengan teknik random

sampling dengan cara mengundi/lot nomor semua populasi,

pengundian/ lot dilakukan tanggal 02 Agustus 2018.

e. Peneliti bersama enumerator berdiskusi dan menyamakan persepsi

terlebih dahulu, peneliti meminta satu enumerator untuk dilakukan

wawancara pada dua orang responden setiap hari selama satu

minggu penelitian.

f. Kemudian peneliti mulai mengumpulkan data dengan menyeleksi

calon responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dan peneliti juga

dibantu teman dengan tekni wawancara mengunakan kuesioner

APARQ, selama 7 hari dari tanggal 04 agustus 10 Agustus 2018.

Sebelumnya hal yang dilakukan :

1) Peneliti mendatangi rumah responden dan setelah didapatkan

responden sesuai kriteria, peneliti memberikan penjelasan

tentang peneliti yang akan dilakukan dan tujuan peneliti kepada

responden.

2) Kemudian peneliti meminta persetujuan kepada responden

menandatangani Informed Concent yang telah disetujui dan

semua responden bersedia menandatangani surat persetujuan

menjadi responden.

3) Selanjutnya peneliti mewawancarai dan menjelaskan cara

pengisian kuesioner APARQ kepada responden dan peneliti juga

memberikan lembar kuesioner APARQ untuk diisi oleh


50

responden untuk menjawab pertanyaan diberikan. Peneliti juga

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan.

g. Hasil pengumpulan data selama 7 hari didapatkan yaitu : hari

pertama tanggal 04 Agustus 2018 peneliti mendapatkan 10 orang

responden, hari kedua pada tanggal 05 Agustus 2018 peneliti

mendapatkan 12 orang responden, hari ketiga pada tanggal 06

Agutus 2018 peneliti mendapatkan 10 orang responden, hari

keempat peneliti mendapatkan 9 orang responden, hari kelima

peneliti mendapatkan 9 orang responden, hari keenam didapatkan 10

orang responden, hari ketujuh peneliti mendapatkan 13 orang

responden.

h. Setelah semua data terkumpul peneliti melihat kembali apa ada data

yang tertinggal atau yang belum terisi maka peneliti kembali

kerumah responden itu kembali untuk menanyakan data yang

kurang.

i. Setelah semua data terkumpul dan lengkap peneliti melakukan

pengelolahan data

j. Kemudian peneliti melakukan analisa data.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul pada penelitian ini diolah melalui proses

komputerisasi. Menurut Notoatmodjo (2012), dalam proses pengolahan data

terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :


51

1. Memeriksa Data (Editing)

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

kuesioner, apakah lengkap jawaban pertanyaan masing-masing

kuesioner, apabila ada data yang kurang, peneliti kembali menemui

responden untuk melengkapi data yang kurang tersebut.

2. Mengkode Data (Coding)

Setelah dipastikan semua data terisi lengkap peneliti melakukan

pengkodean data yaitu :

a. Variabel dependen (kejadian Obesitas) diberi kode 1, sedangkan

tidak obesitas diberi kode 2.

b. Variabel Independen (Aktifitas fisik) Ringan diberi kode 1, sedang

diberi kode 2 sedangkan berat diberi kode 3.

3. Memasukan Data (Entry)

Pada tahapan ini seluruh data yang telah di kode dimasukkan

kedalam computer dengan cara di input untuk diolah. Setelah diedit dan

coding selesai, kemudian data dimasukan dalam master tabel dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi proses ini menggunakan

proses komputerisasi.

4. Membersihkan Data (Cleaning)

Kegiatan cleaning adalah data kembali untuk memastikan bahwa

tidak ada kesalahan data sehingga data tersebut benar-benar siap untuk

dianalisa. Setelah memasukkan data ke master tabel, data diperiksa

kembali apakah data sudah benar atau belum. Data yang dimasukkan ke

master tabel tadi dicocokkan dan diperiksa kembali dengan data yang
52

didapatkan pada kuesioner untuk mengecek kesalahan dengan

menghubungkan jawaban satu sama lain sampai semua data sudah benar.

5. Mentabulasi Data (Tabulating)

Data yang ada kemudian diproses dan dimasukkan kedalam tabel

atau daftar, penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk

memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi. Setelah data didalam

master tabel sudah benar maka data dikelompokkan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi status konsep diri dan kejadian depresi.

I. Teknik Analisa Data

Metode analisa data ini dilakukan dengan tujuan agar data-data hasil

penelitian yang masih berupa data-data kasar menjadi mudah untuk

diinterprestasikan. Data yang sudah diedit, diolah dan dianalisa secara

komputerisasi. Adapun analisa yang dilakukan adalah dengan cara :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi dari tiap variabel yang diteliti, variabel independen yaitu

aktifitas fisik remaja dan variabel dependen yaitu obesitas pada remaja.

Analisa dilakukan dengan menggunakan statistik berupa distribusi

frekuensi dengan presentase.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan komputerisasi yaitu untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan variabel independen dan variabel

dependen, dengan menggunakan uji statistik chi-square, dengan derajat

kepercayaan 95% dan batas kemaknaan (α = 0,05). Jika p value<0,05


53

berarti Ho ditolak dan Ha diterima ini berarti ada hubungan yang

bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen, tapi jika

p value> 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dan variabel dependen.

Hasil uji statistik uji Chi Square didapatkan p value = 0,005 (p ≤

0,05), maka ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan

kejadian obesitas di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas Padang tahun 2018.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 04-10 Agustus 2018 di

Kelurahan Andalas Padang Wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun

2018 dengan jumlah responden sebanyak 73 orang. Penelitian ini dilakukan

menggunakan kuesioner melalui wawancara kepada remaja yang ada di Kelurahan

Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018.

A. Analisa Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian sehingga dapat

megetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian

(variabel independen dan variabel dependen) dan memperoleh hasil sebagai

berikut :

1. Distribusi Frekuensi Kejadian Obesitas Pada Remaja di Keluruhan


Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Tahun 2018

Berdasarkaan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi

kejadian obesitas pada remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja

Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 5.1 di

bawah ini :

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Obesitas Pada Remaja di Kelurahan
Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018

Kejadian Obesitas f %
Obesitas 23 31.5
Tidak Obesitas 50 68.5
Total 73 100.0

54
55

Berdasarkan tabel 5.1 diatas didapatkan dari 73 responden

ditemukan 23 (31.5%) mengalami obesitas di Kelurahan Andalas

Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018.

2. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik pada Remaja di Keluruhan


Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi

Aktifitas fisik pada remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja

Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018. Dapat dilihat pada tabel 5.2 di

bawah ini :

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik pada Remaja di Keluruhan
Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018

Aktifitas Fisik f %
Ringan 21 28.8
Sedang 33 45.2
Berat 19 26.0
Total 73 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas didapatkan dari 73 responden

ditemukan 19 (26.0%) remaja memiliki aktifitas fisik yang berat di

Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun

2018.

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen (aktifitas fisik) dan variabel dependen

(kejadian Obesitas). Semua variabel merupakan data kategorikan sehingga

menggunakan uji Chi-Square dan memperoleh hasil sebagai berikut :


56

1. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di


Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang
Tahun 2018

Hasil penelitian hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas

pada remaja di Kelurahan Andalas Wilayah kerja Puskesmas Andalas

Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini :

Tabel 5.3
Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di
Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang
Tahun 2018

Kejadian Obesitas Total


Aktifitas
Obesitas Tidak Obesitas p value
Fisik
F % f % f %
Ringan 12 57,1 9 42,9 21 100
Sedang 5 15,2 28 84,8 33 100
Berat 6 31,6 13 69,4 19 100 0,005
Total 23 31,5 50 68,5 73 100

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan dari 73 responden di temukan

19 responden yang memiliki aktifitas fisik berat ditemukan 6 (31.6%)

responden mengalami obesitas dibandingkan responden yang memiliki

aktifitas fisik sedang dan ringan. Pada hasil uji Chi-Square didapatkan p

value = 0,005 (p < 0,05), ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian

obesitas pada remaja di Kelurahan Andalas Wilayah kerja Puskesmas

Andalas Padang Tahun 2018.


Lampiran 3

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

a. Kejadian Obesitas

Berdasarkan tabel 5.1 diatas didapatkan dari 73 responden, remaja

mengalami obesitas yaitu 23 (31,5%) di Kelurahan Andalas Wilayah

Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018.

Obesitas atau kegemukan adalah istilah yang digunakan untuk

menujukkan adanya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas

normal.Penumpukan lemak tubuh yang berlebihan itu sering dapat

terlihat dengan mudah. Tingkat obesitas ditentukan oleh jumlah

kelebihan lemak dalam tubuh (Suiraoka,2012).

Masalah berat badan dikalangan remaja pada dasarnya dikarenakan

perilaku nutrisi yang salah, kondisi tersebut dapat menyebabkan

terjadinya penumpukan atau kekurangan kalori sehingga memicu

terjadinya obesitas (Ryde, 2011). Remaja lebih banyak memilih makanan

yang siap saji atau yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah

dengan sederhana, dengan kurangnya aktifitas fisik remaja dan

kehidupan disertai stress, putus asa, mudah minder terutama di kota-kota

besar mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi

berlebihan dan penyakit degeneratif seperti jantung coroner, hipertensi

dan diabetes mellitus (Lutfi, 2011).

Masalah berat badan dikalangan remaja pada dasarnya dikarenakan

perilaku nutrisi yang salah, kondisi tersebut dapat menyebabkan

57
58

terjadinya penumpukan atau kekurangan kalori sehingga memicu

terjadinya obesitas (Ryde, 2011). Remaja lebih banyak memilih makanan

yang siap saji atau yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah

dengan sederhana, dengan kurangnya aktifitas fisik remaja dan

kehidupan disertai stress terutama di kota-kota besar mulai menunjukkan

dampak dengan meningkatnya masalah gizi berlebihan dan penyakit

degeneratif seperti jantung coroner, hipertensi dan diabetes mellitus

(Lutfi, 2011).

Remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi remaja

(adolescence) menurut World Health Organization (WHO) adalah

periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi semua

perkembanganya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa

(Kusmiran, 2013). Menurut Sarwono (2011), batasan usia remaja

berbeda-beda sesuai dengan sosial dan budaya daerah setempat. WHO

membagi usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja

akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia 11-24 tahun dan belum

menikah.

Obesitas atau kegemukan adalah istilah yang digunakan untuk

menujukkan adanya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas

normal. Penumpukan lemak tubuh yang berlebihan itu sering dapat

terlihat dengan mudah. Tingkat obesitas ditentukan oleh jumlah

kelebihan lemak dalam tubuh (Suiraoka,2012).


59

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Syuhada (2012) tentang hubungan obesitas dengan pola makan remaja di

kecamatan Wagon Hulu Aceh. Terdapat 34,2% responden dengan

obesitas. Penelitian Natsir (2012) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi obesitas pada remaja terdapat sebanyak 36,2% obesitas.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dan hasil

penelitian Syuhada, didapatkan kesamaan bahwa obesitas pada remaja

yaitu lebih dari 35% mengalami obesitas karena pola makan remaja.

Menurut analisa peneliti kejadian obesitas yang terjadi pada

remaja seiring bertambahnya usia yaitu pertumbuhan yang sangat cepat,

remaja memiliki respon tubuh yang sangat cepat terhadap hal-hal baru

yang ada pada dirinya. Remaja dengan segudang aktifitas juga memiliki

masalah berat badan, karena perkembangan teknologi membuat

kurangnya aktifitas pada remaja. Presentase peneliti kejadian obesitas

remaja di Kelurahan Andalas sebanyak 23 (31,5%) yang mengalami

obesitas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan remaja

pada saat penelitian didapatkan bahwa remaja dengan berat badan

berlebih merasa malu dan minder di hadapan teman-temannya yang

memiliki berat badan ideal atau normal. Sehingga banyak remaja

menginginkan untuk diet agar mendapatlan proporsi badan yang bagus.

Selama melakukan penelitian didapatkan juga remaja mengalami obesitas

kurang dari separuh.

Penelitian ini sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh

Hendra, (2016) masalah obesitas banyak dialami oleh beberapa golongan


60

usia salah satunya remaja. Obesitas ini disebabkan pola makan, gaya

hidup, keluarga, obat-obatan, salah satu disebabkan oleh aktifitas fisik

yang kurang. Kelebihan berat badan pada remaja telah dihubungkan

dengan naiknya kadar insulin plasma, lipid darah, dan kadar lipoprotein

naik, dan kenaikan tekanan darah, yang merupakan faktor yang diketahui

dihubungkan dengan morbiditas orang dewasa akibat obesitas. Obesitas

pada remaja meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler pada saat

dewasa karena kaitannya dengan sindroma metabolic yang terdiri dari

resistensi insulin/hiperinsulinemi, intoleransi glokusa/diabetes melitus,

dyslipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolysis dan hipertensi

(Hendra, 2016).

Berdasarkan analisa kuesioner didapatkan remaja dengan berat

badan ideal dan dengan rata-rata IMT seluruh remaja yaitu 23,45% yang

memiliki berat badan dengan tinggi badan ideal. Berdasarkan hasil juga

didapatkan bahwa remaja yang mengalami obesitas sebanyak 23 (31,5%)

di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun

2018.

b. Aktifitas fisik

Berdasarkan tabel 5.2 diatas didapatkan bahwa aktifitas fisik berat berat

yaitu sebanyak 19 (26.0%) pada remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja

Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018.

Menurut Suraiko (2012) mengatakan bahwa aktifitas fisik merupakan

gerakkan seluruh anggota tubuh yang akan menyebabkan pengeluaran tenaga

atau energi bagi tubuh seseorang dalam pemeliharaan kesehatan fisik maupun
61

mental, serta dapat juga mempertahankan kualitas hidup seseorang agar tubuh

tetap sehat dan bugar.

Menurut WHO aktifitas fisik (physical activity) merupakan gerakan

tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.

Aktifitas fisik melibatkan proses biokimia dan biomekanik. Aktifitas fisik dapat

dikelompokkan berdasarkan tipe dan intensitasnya.Seringkali orang

menukarkan istilah aktifitas fisik dengan latihan olahraga atau exercise.Secara

defenisi latihan olahraga (exercise) adalah aktifitas fisik yang terancam,

terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk memilihara kebugaran fisik (Welis,

2016).

Remaja di kelurahan ini lebih aktif dalam melakukan aktifitas fisik

seperti melakukan kegiatan sehari-hari seperti bermain voli, futsal, mencuci

baju, berjalan dan melakukan kegiatan yang banyak menggerakkan lengan.

Sementara 28,8% remaja di wilayah ini banyak melakukan aktifitas fisik ringan

seperti membaca, meonton, atau melakukan berbagai kegiatan yang dikerjakan

dengan dengan duduk atau minimal pergerakkan lengan.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Mamahit (2014). Hasil

menunjukkan ada hubungan antara aktifitas fisik dan obesitas pada mahasiswa

nilai p < 0,005. Hal ini berarti remaja yang melakukan aktifitas fisik ringan

lebih berisiko dari pada remaja yang beraktifitas berat. Hidayati (2009)

berpendapat bahwah salah satu faktor penyebabobesitas adalah kurangnya

aktiftas fisik seperti melakukan olah raga secara teratur.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdani

(2010) hubungan status gizi dengan aktivitas fisik pada remaja didapatkan

33,7% status gizi mempengaruhi aktivitas fisik remaja. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah peneliti lakukan dan hasil penelitian Ramdani, didapatkan

kesamaan bahwa status gizi kurang baik dalam pertumbuhan remaja berdampak
62

pada berat badan kurang atau berat badan berlebih. Penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuning (2013) dengan judul faktor-

faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik pada remaja didapatkan bahwa 52,4%

mengalami aktivitas fisik sedang.

Menurut analisa peneliti, aktifitas fisik dapat mempengaruhi status

kesehatan remaja itu sendiri serta berat badannya. Individu dengan aktifitas fisik

yang baik dan teratur memiliki kondisi tubuh yang sehat dan prima. Persentase

yang peneliti temukan dari 73 reponden 21 (28.8%) memiliki aktifitas ringan

yang memiliki aktifitas fisik sedang 33 (45.2%) sedangkan yang aktifitas

fisiknya berat 19 ( 26.0%). Berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner

APARQ didapatkan bahwa remaja yang memiliki aktifitas teratur secara tidak

langsung juga memiliki tinggi badan dan berat badan ideal.

Berdasarkan analisa kusioner didapatkan dari 73 orang remaja

diwilayah ini rata-rata memiliki aktifitas fisik sedang yaitu 33 (45,2%).

Remaja diwilayah ini sering melakukan aktifitas seperti menggerakkan

lengan, sehingga remaja memiliki tubuh yang fit dan proporsi tubuh yang

ideal pula.

B. Analisa Bivariat

a. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja

Hasil penelitian didapatkan dari 73 responden dengan aktifitas

fisik berat yaitu sebesar 6 (31,6%) remaja mengalami obesitas,

sedangkan 13 (69,4%) remaja dengan aktifitas fisik berat namun tidak

obesitas. Pada hasil uji Chi-Square didapatkan p value = 0,005 (p <

0,05), ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas di Wilayah

Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018.


63

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa remaja yang

berada di wilayah kelurahan Andalas remaja dengan aktifitas fisik ringan

dengan obesitas terdapat 12 (57,1%) sedangkan yang tidak mengalami

obesitas sebanyak 9 (42,9%). Artinya remaja di kelurahan ini dengan

aktifitas fisik ringan lebih beresiko untuk mengalami obesitas. Sementara

remaja dengan aktifitas fisik sedang terdapat 5 (15,2%) yang mengalami

obesitas sedangkan 28 (84,8%) tidak mengalami obesitas. Artinya remaja

yang memiliki aktifitas lebih banyak dan melakukan pergerakan lebih

aktif secara langsung remaja tersebut akan memiliki berat badan ideal.

Remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi remaja

(adolescence) menurut World Health Organization (WHO) adalah

periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi semua

perkembanganya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa

(Kusmiran, 2013).Menurut Sarwono (2011), batasan usia remaja

berbeda-beda sesuai dengan sosial dan budaya daerah setempat. WHO

membagi usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja

akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia 11-24 tahun dan belum

menikah.

Obesitas (kegemukan dan berat badanlebih) merupakan gangguan

kronik baru yang segera menjadi pandemik global yang cukup sulit sekali

dikendalikan. Obesitas meningkat tajam dan segera menjadi salah satu

gangguan kesehatan yang dapat prioritas utama dalam upaya

pengendalian penyakit kronik (Bustan, 2015).


64

Menurut WHO aktifitas fisik (physical activity) merupakan

gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan

pengeluaran energi. Aktifitas fisik melibatkan proses biokimia dan

biomekanik. Aktifitas fisik dapat dikelompokkan berdasarkan tipe dan

intensitasnya. Seringkali orang menukarkan istilah aktifitas fisik dengan

latihan olahraga atau exercise.Secara defenisi latihan olahraga (exercise)

adalah aktifitas fisik yang terancam, terstruktur, berulang, dan bertujuan

untuk memilihara kebugaran fisik (Welis, 2016).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nuryanto (2012)

mengatakan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan obesitas pada

remaja. Berdasarka hasil uji statistik didapatkan pvalue 0,010 artinya ada

hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan obesistas pada

remaja.

Menurut analisa peneliti, aktifitas fisik dapat mempengaruhi

kejadian obesitas pada remaja, aktfitas remaja di kelurahan andalas

seperti bermain badminton, bermain bola, lari dll. artinya individu

dengan aktifitas fisik baik memiliki kondisi tubuh yang sehat dan prima.

Berdasarkan penyebaran kuesioner didapatkan bahwa remaja yang

memiliki aktifitas fisik sedang membantu remaja untuk lebih banyak

bergerak secara teratur dan membuat tubuh mengeluarkan keringat serta

pembakaran lemak sehingga remaja bisa mendapatkan tubuh ideal ( berat

badan normal) remaja tidak mengalami obesitas.

Berdasarkan penyebaran kuesioner dengan teknik wawancara

didapatkan juga bahwa remaja yang memiliki aktifitas fisik sedang akan
65

memiliki proporsi tubuh yang ideal pula karena nutrisi yang masuk

seimbang dengan aktifitas yang dilakukan. Hal ini terlihat dari hasil

penelitian bahwa remaja yang mengalami obesitas rata-rata dengan

aktifitas yang kurang atau remaja tersebut mengalami kurang gerak.

Remaja yang memiliki aktifitas berat seperti main sepak bola, naik turun

tangga, bersepeda atau aktifitas bermain yang banyak menggerakkan

lengan, akan lebih memiliki berat badan ideal.

Berdasarkan analisa kusioner didapatkan bahwa semakin berat

aktifitas remaja tersebut semakin maka akan semakin terhindar dari berat

badan berlebih atau obesitas. Remaja yang memiliki banyak aktifitas

fisik secara tidak langsung remaja akan lebih sehat karena keringat

keluar, lemak terbakar sehingga tidak terjadi penumpukan lemak di

dalam tubuh.

Hasil penelitian juga didapatkan bahwa 21 responden dengan

aktifitas fisik ringan yang mengalami obesitas yaitu 12 (57,1%). Hal ini

bisa terjadi karena remaja dengan aktifitas fisik ringan cendrung tidak

terjadi pembakaran lemak dan tidak adanya pengeluaran keringat.

Remaja dengan aktifitas fisik ringan dan asupan makan tidak seimbang

cednrung mengalami obesitas. Sementara 9 (42,9%) remaja dengan

aktifitas fisik ringan namun tidak obesitas. Hal ini bisa terjadi karena,

meski aktifitas fisik yang dilakukan remaja itu ringan namun kebiasaan

makan teratur, istirahat teratur dan tuntutan belajar dari orang tua tinggi,

sehingga asupan masuk dengan energi remaja seimbang. Oleh karena itu

remaja tidak mengalami diare.


66

Hasil penelitian ini juga didapatkan juga bahwa dari 33 remaja

dengan aktifitas fisik sedang terdapat 5 (15,2%) mengalami obesitas. Hal

ini terjadi karena remaja dengan aktifitas fisik sedang seperti mencuci

baju, mencuci piring, menyapu dan lain sebagainya namun tetap obesitas

karena pola makan yang tidak teratur dan didukung oleh faktor

keturunan. Meski remaja dengan aktifitas sedang namun masih tetap

mengalami obesitas. Sementara 28 (48,8%) remaja dengan aktifitas fisik

sedang namum tidak obesitas. Hal ini disebabkan oleh remaja memiliki

aktifitas yang teratur dan gizi yang seimbnag serta tidak memiliki faktor

keturunan yang mengalami obesitas.

Hasil penelitian didapatkan juga 19 remaja dengan aktifitas fisik

berat terdapat 6 (31,6%) yang mengalami obesitas. Hal ini dapat terjadi,

remaja dengan aktifitas berat dan mengalami obesitas dikarenakan

adanya faktor lain yang mempengaruhi remaja tersebut untuk mengalami

kelebihan berat badan meski aktifitas fisik yang dilakukan banyak

mengeluarkan energi dan keringat. Aktifitas seperti main bola, main

basket, badminton dan kegiatan lainnya yang membutuhkan energi dan

mengelurkan banyak keringat namun remaja tersebut memiliki faktor

pencetus untuk mengalami berat badan berlebih seperti keturunan.

Sementara 13 (69,4%) remaja dengan aktifitas berat dan tidak obesitas,

disebabkan oleh aktifitas yang berat, asupan nutrisi yang baik, pola

makan yang teratur, dan istirahat yang cukup sehingga remaja memiliki

proporsi berat badan yang ideal.


Lampiran 3
Lampiran 3

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dari

penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai Hubungan Aktifitas

Fisik dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja di Kelurahan Andalas Wilayah

Kerja Puskesmas Andalas Padang 2018, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat bahwa remaja mengalami obesitas yaitu 23 (31,5%), sedangkan

yang tidak mengalami Obesitas yaitu 50 (68,5%) di Kelurahan Andalas

Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018.

2. Terdapat bahwa aktifitas fisik berat berat yaitu sebanyak 19 (26.0%) pada

remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang

Tahun 2018.

3. Terdapat bahwa remaja dengan aktifitas fisik berat yaitu sebesar 6 (31,6%)

remaja mengalami obesitas, sedangkan 13 (69,4%) remaja dengan aktifitas

fisik berat namun tidak obesitas. Pada hasil uji Chi-Square didapatkan p

value = 0,005 (p < 0,05), ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian

obesitas pada remaja di Kelurahan Andalas Wilayah Keja Puskesmas

Andalas Padang Tahun 2018.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka harapan peneliti terhadap hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

67
68

1. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan bagi Puskesmas Andalas untuk menyediakan sarana

informasi dan memberikan penyuluhan tentang Obesitas pada remaja meliputi

faktor penyebab, dampak serta upaya dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya Obesitas.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan adanya kebijakan dari kepala Puskesmas dan perawat untuk

meningkatkan pengetahuan tentang Obesitas dengan melakukan penyuluhan

tentang Obesitas kepada remaja dikelurahan Andalas wilayah kerja Puskesmas

Andalas Padang.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti lebih memiliki pengetahuan, wawasan dan

pengalaman dalam melakukan penelitian kesehatan untuk mengaplikasikan

riset keperawatan yang telah diperoleh pada perkuliahan.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti berikutnya untuk dapat meneliti mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan resiko Obesitas dikalangan remaja.


Hasil Pengolahan Data
Frequencies

Statistics

Kejadian Obesitas Aktivitas Fisik

Valid 73 73
N
Missing 0 0

Frequency Table

Kejadian Obesitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Obesitas 23 31.5 31.5 31.5

Valid Tidak Obesitas 50 68.5 68.5 100.0

Total 73 100.0 100.0

Aktivitas Fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Ringan 21 28.8 28.8 28.8

Sedang 33 45.2 45.2 74.0


Valid
Berat 19 26.0 26.0 100.0

Total 73 100.0 100.0


Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas Fisik * Kejadian 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%


Obesitas

Aktivitas Fisik * Kejadian Obesitas Crosstabulation

Kejadian Obesitas Total

Obesitas Tidak Obesitas

Count 12 9 21

Ringan Expected Count 6.6 14.4 21.0

% within Aktivitas Fisik 57.1% 42.9% 100.0%

Count 5 28 33
Aktivitas Fisik Sedang Expected Count 10.4 22.6 33.0

% within Aktivitas Fisik 15.2% 84.8% 100.0%

Count 6 13 19

Berat Expected Count 6.0 13.0 19.0

% within Aktivitas Fisik 31.6% 68.4% 100.0%


Count 23 50 73

Total Expected Count 23.0 50.0 73.0

% within Aktivitas Fisik 31.5% 68.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)

Pearson Chi-Square 10.486a 2 .005


Likelihood Ratio 10.519 2 .005
Linear-by-Linear Association 3.299 1 .069
N of Valid Cases 73

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.99.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Merryana. 2013. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana

Bustan, Nadjib. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.


Jakarta: Rineka Cipta

Desky, Bustanil, Rasyid. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas


Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Medan

Dinkes Propinsi Sumatera Barat. 2015. Profil Dinas Kesehatan Propinsi


Sumatera Barat Tahun 2015. Padang

Dinkes Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kota Padang
tahun 2015

Hendra, Cristine. 2016. Faktor-Faktor Resiko terhadap Obesitas pada Remaja di


Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik (eBm). Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni
2016. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Herlina. 2012. Hubungan Aktivitas Fisik Remaja dengan Kejadian Obesitas di


SMKN 1 Sibolga. Jurnal ilmiah “Integritas” Vol.2 No. 1 , Maret 2016.
STIKes Nauli Husada Sibolga Prodi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Hidayat, Aziz, Alimul. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika

Irianti, Monica, Tri. 2016. Hubungan Antara Status Merokok terhadap Obesitas
Sentral pada Orang Dewasa Sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan
Cakringan Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta

Kemenkes RI. 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Kemenkes RI

Kurnianingsih, Yulianti. 2009. Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan


terhadap Diet Penurunan Berat Badan pada Remaja di 4 SMA Terpilih
di Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Sarjana
Reguler Kesehatan Masyarakat Ke Khususan Gizi Kesehatan Masyarakat
Depok

Kusmiran, Eny. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika

Lestari, Sri. Faktor Resiko Penyebab Kejadian Obesitas pada Mahasiswa


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tesis. Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyrakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Medan

Lutfi, R. 2011. Kontribusi Makanan Di Sekolah Dengan Tingkat Kecukupan


Energi dan Zat Gizi Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Kota Bogor.
Jurnal D IV Kebidanan Aisyiyah Yogyakarta

Mappaompo, Muhammad, Adam. 2010. Obesitas dan Olahraga. Jurnal ILARA,


Volume 1, Nomor 2, Desember 2010, hlm. 10-16. Jurusan Pendidikan
Olaharaga FIK Universitas Negeri Makassar

Maryam dkk. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Menggala, Huriah. 2010. Gambaran pengetahuan Mengenai Obesitas dan


Kejadian Obesitas Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Angkatan 2007 dan Angkatan 2010 di Medan. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

Musralianti, Feby. 2015. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Pola Makan
dengan Kejadian Obesitas pada Siswa di SMP Kristen Eben Haezar I
Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016
ISSN 2302 – 2493. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi, Manado

Muthoharoh, Siti. 2015. Pengaruh Pengetahuan dan lama Olahraga terhadap


Penurunan Berat Badan pada Remaja Overweight dan obesitas di
Mojokerto. Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada
Mojokerto

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta
Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika

Prasetyo, Hesti, Titis. 2010. Studi Tingkat Pengetahuan tentang Metode


Penurunan Berat Badan pada Mahasiswa Overweight di STIKES RS.
Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Volume 3, No. 2,
Desember, 2010

Puskesmas Andalas Padang. 2018. Laporan Puskesmas Andalas Padang Tahun


2018. Padang

Putra, Wismoyo, Nugraha. 2017. Hubungan Antara Pola Makan, Aktifitas Fisik
dan Gaya Hidup Sedentari dengan Overweight di SMA Negeri 5
Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September
2017, hlm. 298-310. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Putra, Adhitya, Irma. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) Member Fitness Center di Gadjah Mada Medical
Center (GMC) Health Center. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta

Rumida. 2014. Pegaruh Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian
Obesitas pada PELAJAR di SMU Methodist Medan. Wahana Inovasi
Volume 3 No.1 Jan-Juni 2014 ISSN : 2089-8592. Poltekes Kemenkes
medan

Ryde N, Sciences H, Cross K. 2011. Disordered Editing and Unhealthy Weight


Reduction Practices among Adolescent Females; 756(1996):748-56.

Salam, Abdul. 2010. Faktor Resiko Kejadian Obesitas pada Remaja. Jurnal
MKMI Vol 6 No. 3 Juli 2010, hal 185-190. Program Studi Kesmas PPS
Unhas, Makassar

Sarwono, Sarlito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.


Jurnal Program studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sarwono,S. (2011). Psikologi remaja. Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada.

Siswanto dkk. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.


Yogyakarta: Bursa Ilmu
Sudibjo P, Arovah NI, A RL. 2013. Tingkat Pemahaman dan Survei Level
Aktivitas Fisik, Status Kecukupan Energi dan Status Antropometrik
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY.
Medikora:11(2):183-203.

Sudoyo, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif “ Mengenal, Mencegah dan


Mengurangi Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif”. Yogyakarta: Nuha
Medika

Vera. 2011. Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Obesitas Sentral Pada Tokoh
Agama di Kota Manado. GIZIDO Volume 4 No. 1 Mei 2012. Poltekkes
Kemenkes Manado

Wahyuni, Sri. 2013, Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Obesitas pada
Remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. Skripsi.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah Program Studi Diploma IV
Kebidanan Banda Aceh

WHO, 2017. Obesity and overweight.


Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/

Wulandari, Syamsinar, dkk. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Obesitas pada Remaja di SMA Negeri 4 Kendari. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo

Yani, Sri. Dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan
Overweight dan Obesitas pada Mahasiswa Universitas Hasanuddin.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin

Zuhdy, Nabila. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Status
Gizi Pada Pelajar Putri SMA Kelas 1 di Denpasar Utara. Public health
and Preventive Medicine Archive Volume 3 Nomor 1. Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana
Lampiran

SURAT PERMOHONAN PADA CALON RESPONDEN

Kepada Yth. Calon responden


Di
tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang Prodi S1 Keperawatan bermaksud akan
mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Aktifitas Fisik dengan
Kejadian Obesitas di Kelurahan Andalas Padang Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Padang Tahun 2018”.
Nama : Teguh Dermawan
Nim : 14121899
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
responden, karena kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan akan
digunakan untuk kepentigan penelitian saja. Informasi yang didapatkan hanya
digunakan peneliti untuk kepentingan penelitian.
Penelitian berharap agar kakak/adek berpartisipasi dalam penelitian ini dan
tanpa ada unsur paksaan. Jika terdapat hal yang kurang jelas mengenai penjelasan
penelitian ini, maka kakak/adek dapat menanyakan langsung ke peneliti atau
melalui nomor HP 085356232293. Apabila kakak/adek memutuskan kesediaanya
untuk ikut dalam penelitian ini, maka kakak/adek silahkan menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden yang terdapat di belakang lembaran ini.
Jika kakak/adek tidak bersedia, itu adalah hak kakak/adek untuk menolak
berpastisipasi dan tidak aka nada paksaan dari peneliti. Atas kesediaan dan
partisipasi kakak/adek, saya ucapkan terima kasih.

Padang, Agustus 2018

TEGUH DERMAWAN
Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI CALON RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : …………………………….

Umur : …………………………….

Setelah membaca dan mendengar penjelasan maksud penelitian oleh


TEGUH DERMAWAN Mahasiswa S1 Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang dengan judul “Hubungan Aktifitas Fisik dengan
kejadian Obesitas di Kelurahan Andalas Wilayah kerja Puskesmas Andalas
Padang tahun 2018”. Maka saya bersedia membantu menjadi responden serta
akan memberikan informasi yang sesungguhnya yang saya ketahui tanpa ada
tekanan dan paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya, semoga bermanfaat dan
dapat digunakan sebaiknya-baiknya.

Padang, Agustus 2018


Responden

(……………...……………)
Lampiran 4

KISI-KISI KUESIONER

Jumlah
Variabel Aspek yang diukur No. Item
Item
Obesitas Berat Badan 1 B
Tinggi Badam
Aktifitas Fisik Format APARQ 1 C
yang diisi sesuai
aktifitas sehari-hari
Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN


OBESITAS PADA REMAJA DI KELURAHAN ANDALAS
WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2018

Petunjuk pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dan alternatif dengan seksama.
2. Isilah semua item pertanyaan.
3. Mohon diperiksa kembali setiap jawaban yang telah saudara buat.
4. Kuesioner yang telah diisi lengkap mohon dikembalikan kepada peneliti.

Kode
Responden

A. Data Responden

Inisial Responden : ……………………………………………….

Umur : ……………………………………………….

Alamat : ……………………………………………….

B. Obesitas

Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), yang diukur berdasarkan Berat

Badan per Tinggi Badan.

BB : …….. kg

TB : …….. cm
C. Aktifitas Fisik

Berdasarkan format Adolescent Physical Activity Recall Questionnaire

(APARQ). Tulislah jenis aktifitas fisik yang saudara/i lakukan !

Frekuensi (jumlah Durasi (jumlah waktu


No. Aktifitas per minggu) yang dihabiskan setiap Total
melakukan)

Jumlah

Anda mungkin juga menyukai