LP Thypoid Fever

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID FEVER

A. DEFINISI
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella para thypi A,B,C sinonim dari penyakit ini adalah
Thypoid dan Parathypoid abdominalis (Patriani,2008).
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri
Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit
menular (Cahyono,2010).
Demam thypoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
Salmonella Thypii (Elsevier,2013).

B. ETIOLOGI
Etiologi dari demam thypoid adalah:
1. Bakteri Salmonella Thyposa.
2. Bakteri Salmonella Parathyposa A,B,dan C.
Salmonella Thyposa sangat resisten dan dapat hidup lama dalam air yang
keruh atau pada makanan yang terkontaminasi. Salmonella parathypi basil
gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai
sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatik), H
(flagela), VI dan protein membran hialin (Kasendaadhd,2008).
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ngastiyah (2005: 237), demam thypoid pada anak biasanya
lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat
4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman
yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan
tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya
ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan
perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat
ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol,
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit,
yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid,
akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan.
Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ
yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

D. PATOFISIOLOGI
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman
dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka
basil salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya
menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri
di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia)
melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial
tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari
usus.
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran
limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonlla thypi berkembang biak
dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua
yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia,
sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental
koagulasi).
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di
sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses
patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan
mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel
endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya.
Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri.
Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak
peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan
terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan
parut).
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

PATHWAY
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatansepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi: dapat ditemukan leukopenia, limfositosis
relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
b. Biakan empedu: basil salmonella thypii ditemukan dalam darah
penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.
c. Pemeriksaan WIDAL: Bila terjadi aglutinasi.
d. Identifikasi antigen: Elisa, PCR, IgM S thyphi dengan Tubex TF
cukup akurat.
e. Pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali
ke normal setelah sembuhnya demam thypoid. Kenaikan SGOT dan
SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.(Patriani,2008)

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk pasien penderita thypoid, yaitu:
1. Tirah baring selama demam masih ada sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih 14 hari.
2. Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
3. Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan.
Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim
sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat
demam tipoid di negara-negara barat. Obat-obat antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21
hari.
c. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d. Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-
3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg
BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali
sehari, intravena, selama 5-7 hari.
4. Bila ada indikasi perforasi usus dilakukan operasi.
5. Mobilisasi bertahap bila panas badan mulai menurun

(Ummusalma,2007).
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register dan diagnosa medik.
b. Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak
turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia,
diare serta penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi
ke dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
2) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya
warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam
thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat
banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total,
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien
dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu
tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakit anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak
terdapat suatu waham pada klien.
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di
rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 –
410C, muka kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam
dengan gambaran seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin
rendah.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut
agak kusam
6) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor
(khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut,
perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
7) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi
didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus
meningkat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh, intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah)
b. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam
I. INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Kurangnya volume cairan Tujuan : kebutuhan cairan 1) Jelaskan kepada pasien
berhubungan dengan terpenuhi tentag pentingnya cairan
peningkatan suhu tubuh, Kriteria hasil : R/: Agar pasien dapat
intake cairan peroral yang 1. Tidak mual mengetahui tentang
kurang (mual, muntah) 2. Tidak demam pentingnya cairan dan
3. Muntah dapat memenuhi
4. Suhu tubuh dalam kebutuhan cairan.
batas normal 2) Monitor dan catat intake
dan output cairan
R/: Untuk mengetahui
keseimbangan intake da
output cairan
3) Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian
antiemetic
R/: Untuk mengetahui
pemberian dosis yang
tepat
4) Kaji tanda dan gejala
dehidrasi hypovolemik,
riwayat muntah,
kehausan dan turgor kulit
R/: Hipotensi, takikardia,
demam dapat
menunjukkan respon
terhadap dan atau efek
dari kehilangan cairan
5) Observasi adanya tanda-
tanda syok, tekanan
darah menurun, nadi
cepat dan lemah
R/: Agar segera
dilakukan tindakan/
penanganan jika terjadi
syok
6) Berikan cairan peroral
pada klien sesuai
kebutuhan
R/: Cairan peroral akan
membantu memenuhi
kebutuhan cairan
7) Anjurkan kepada orang
tua klien untuk
mempertahankan asupan
cairan secara dekuat
R/: Asupan cairan secara
adekuat sangat
diperlukan untuk
menambah volume cairan
tubuh
8) Kolaborasi pemberian
cairan intravena
R/: Pemberian intravena
sangat penting bagi klien
untuk memenuhi
kebutuhan cairan yang
hilang
2. Perubahan nutrisi kurang dari Tujuan : kebutuhan nutrisi 1) Berikan makanan yang
yang dibutuhkan tubuh terpenuhi tidak merangsang saluran
berhubungan dengan mual, cerna, dan sajikan dalam
muntah, anoreksia Kriteria hasil : keadaan hangat
1) Tidak demam R/: Untuk menimbulkan
2) Mual berkurang selera pasien dan
3) Tidak ada muntah mengembalikan status
4) Porsi makan tidak nutrisi
dihabiskan 2) Monitor dan catat makanan
yang dihabiskan pasien
R/ : Untuk mengetahui
keseimbangan haluaran
dan masukan
3) Kaji kemampuan makan
klien
R/: Untuk mengetahui
perubahan nutrisi klien dan
sebagai indikator
intervensi selanjutnya
4) Berikan makanan dalam
porsi kecil tapi sering
R/: Memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan
meminimalkan rasa mual
dan muntah
5) Beri nutrisi dengan diet
lunak, tinggi kalori tinggi
protein
R/: Memenuhi kebutuhan
nutrisi adekuat
6) Anjurkan kepada orang tua
klien/keluarga untuk
memberikan makanan
yang disukai
R/: Menambah selera
makan dan dapat
menambah asupan nutrisi
yang dibutuhkan klien
7) Anjurkan kepada orang tua
klien/keluarga untuk
menghindari makanan
yang mengandung
gas/asam, pedas
R/: Dapat meningkatkan
asam lambung yang dapat
memicu mual dan muntah
dan menurunkan asupan
nutrisi
8) Kolaborasi berikan
antiemetik, antasida sesuai
indikasi
R/: Mengatasi
mual/muntah, menurunkan
asam lambung yang dapat
memicu mual/muntah

3. Gangguan pola tidur Tujuan : pola tidur efektif 1) Jelaskan kepada pasien
berhubungan dengan, demam Kriteria hasil : tentag pentingnya cairan
1) Melaporkan tidur nyenyak R/: Agar pasien dapat
2) Klien tidur 8-10 jam mengetahui tentang
semalam pentingnya cairan dan
3) Klien tampak segar dapat memenuhi
kebutuhan cairan.
2) Monitor dan catat intake
dan output cairan
R/: Untuk mengetahui
keseimbangan intake da
output cairan
3) Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian
antiemetic
R/: Untuk mengetahui
pemberian dosis yang tepat
4) Kaji tanda dan gejala
dehidrasi hypovolemik,
riwayat muntah, kehausan
dan turgor kulit
R/: Hipotensi, takikardia,
demam dapat
menunjukkan respon
terhadap dan atau efek dari
kehilangan cairan
5) Observasi adanya tanda-
tanda syok, tekanan darah
menurun, nadi cepat dan
lemah
R/: Agar segera dilakukan
tindakan/ penanganan jika
terjadi syok
6) Berikan cairan peroral
pada klien sesuai
kebutuhan
R/: Cairan peroral akan
membantu memenuhi
kebutuhan cairan
7) Anjurkan kepada orang tua
klien untuk
mempertahankan asupan
cairan secara dekuat
R/: Asupan cairan secara
adekuat sangat diperlukan
untuk menambah volume
cairan tubuh
8) Kolaborasi pemberian
cairan intravena
R/: Pemberian intravena
sangat penting bagi klien
untuk memenuhi
kebutuhan cairan yang
hilang
3. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lain.
4. Evaluasi
Dari hasil intervensi diatas, evaluasi yang diharapkan :
a. Suhu tubuh normal (36 0C) atau terkontrol.
b. Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
c. Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari optimal.
d. Kebutuhan cairan terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Herdman t. Heather. 2010. Diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC

Wong, dona l. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC

NANDA. 2015. Diagnosis keperawatan.Nanda : Definisi dan Klasifikasi

Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi volume 2.Jakarta : EGC

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.S DENGAN THYPOID FEVER

DI RUANG MERAK RSPAU dr.S.HARDJOLUKITO

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III yang diampu oleh Ibu Aryu Wedhaningrum, S.Kep.,Ners.

Disusun oleh:

I GUSTI NGURAH AGUNG ARIUTA

NIM. K.012.016.010

Program Studi S1 keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) DUTA GAMA KLATEN

Anda mungkin juga menyukai