Bab 1 Alfi SPM PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental dan
sosial yang merupakan satu kesatuan, bukan hanya terbebas dari penyakit maupun
cacat. Sejalan dengan definisi sehat menurut WHO, menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 36 Tahun 2009 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial sehingga memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara
1
sosial dan ekonomi .

Rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan


melangsungkan kehidupannya. Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Pemukiman, perumahan adalah kelompok rumah
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Dalam pengertian yang luas,
rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat
kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak dan sehat,
dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah dapat dimengerti
sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan, beristirahat bersama
keluarga. Rumah yang layak harus menjamin kepentingan keluarga salah satunya
menjamin kesehatan keluarga. Definisi perumahan (housing) menurut WHO
(World Health Organitation) adalah suatu struktur fisik di mana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung, di mana lingkungan dari struktur
tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaan sosial
yang baik untuk keluarga dan individu. Rumah sehat merupakan salah satu sarana
2
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal .

Menurut Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI 2017, pada tahun 2017


capaian rumah tangga sehat di Indonesia adalah 93,93% Provinsi dengan rumah
layak huni terbesar yaitu DKI Jakarta (99,51%), Bali (98,99%), dan DI
Yogyakarta (98,42%). Provinsi dengan persentase rumah layak huni terendah

1
yaitu Maluku (86,51%), Sulawesi Tengah (86,67%), dan Maluku Utara (87,15%).
Persentase rumah tangga kumuh menurut provinsi secara nasional pada tahun
2016 sebesar 6,07%. Provinsi dengan persentase rumah tangga kumuh terendah
yaitu DI Yogyakarta (1,67%), Jawa Tengah (1,86%), dan Bali (1,90%).
Sedangkan provinsi dengan rumah tangga kumuh terbesar yaitu Papua (44,87%),
2
NTT (29,37%), dan Maluku (12,62%) . Untuk daerah Jawa Tengah rumah yang

dibina selama tahun 2017 sebanyak 1.929.381 unit. Dari keseluruhan yang dibina
yang menjadi rumah memenuhi syarat sebesar 49%, sehingga persentase total
rumah memenuhi syarat di tahun 2017 sebesar 75,42 persen dari keseluruhan
3
rumah yang ada . Pada Kabupaten Magelang tahun 2017, diketahui bahwa rumah

yang diperiksa yang merupakan rumah sehat yaitu sebesar 57,33% Sedangkan
sisanya merupakan rumah belum sehat sebesar 42,67%. Cakupan rumah sehat di
Kabupaten Magelang masih terus ditingkatkan. Hal ini dengan lebih ditingkatkan
4
kesadaran masyarakat tentang pentingnya rumah sehat bagi kesehatan .

Dari hasil Standar Pelayanan Minimal (SPM) wilayah kerja Puskesmas


Borobudur periode Januari-Februari 2019, didapatkan cakupan rumah sehat
5
sebesar 44,00% , nilai ini masih kurang bila dibandingkan dengan target Dinas

Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Magelang tahun 2019 yaitu sebesar 75%. Dari 20
desa wilayah kerja Puskesmas Borobudur dusun kaliduren merupakan salah satu
dusun yang terletak di desa Candirejo yang memiliki cakupan rumah sehat rendah.
Di Dusun Kaliduren sendiri memiliki cakupan rumah sehat yang rendah sebanyak
64,10% dengan jumlah 28 rumah yang tidak sehat dan 50 rumah sehat. Angka
presentasi cakupan 64,10% tersebut masih belum mencapai target Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2019 yaitu 75%. Berdasarkan hasil
prasurvey dan wawancara dengan koordinator program kesehatan lingkungan
ternyata masih banyak didapatkan rumah – rumah warga yang masih belum
memenuhi kriteria rumah sehat baik dari segi kepemilikan jamban, sumber air
bersih dan SPAL. Jumlah Kartu Keluarga (KK) di Dusun Kaliduren berjumlah
170 KK, informasi yang didapatkan dari kepala dusun dan kader setempat bahwa
dusun kaliduren yang paling banyak terdapat rumah yang belum memenuhi
kriteria sehat. Tingkat pengetahuan serta sikap warga Dusun Kaliduren belum
sepenuhnya memahami dan menerapkan tentang pentingnya program rumah
sehat.
2
Oleh karena itu perlu dicari penyebab dari kurangnya pencapaian rumah
sehat tersebut. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang rumah
sehat dengan judul Rencana Peningkatan Cakupan Rumah Sehat Dusun
Kaliduren, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Periode
Januari-Februari 2019.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan apa yang
menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan rumah sehat di Dusun Kaliduren dan
bagaimana cara mencari alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan
penyebab masalah yang ditemukan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis penyebab kurangnya cakupan rumah sehat di
Dusun Kaliduren dan memberikan solusi di bidang kesehatan di dusun
tersebut.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penyebab masalah rendahnya cakupan rumah sehat di Dusun
Kaliduren, melalui pendekatan sistem (input, output, dan lingkungan).
b. Mencari pemecahan masalah rumah tidak sehat di Dusun Kaliduren.
c. Mengetahui pengetahuan, perilaku dan sikap responden mengenai rumah
sehat di Dusun Kaliduren.

D. Manfaat Penelitian

1. Laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tambahan


mengenai cakupan rumah sehat di Dusun Kaliduren.
2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai kriteria rumah sehat, sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan warga Dusun Kaliduren.
3. Sebagai saran bagi Puskesmas Borobudur dalam pengambilan keputusan
dalam program kesehatan lingkungan terutama rumah sehat.

Anda mungkin juga menyukai