Pedoman Blok Tutor KGK Ii 2019
Pedoman Blok Tutor KGK Ii 2019
Pedoman Blok Tutor KGK Ii 2019
BLOK XIV
KEDOKTERAN GIGI KLINIK II
Tim Penyusun :
Basma Rosandi Prakosa, drg
Eko Prastyo, drg., M.Si
Erina Fatmala, drg
Indah Nur Evi, drg., Sp.Ort
Herrina Firmantini, drg., Sp.Perio
Rudy S, drg., Sp.Pros
2
1.6 TUJUAN KHUSUS
1.6.1 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang maloklusi, analisis umum, analisis khusus,
analisis lokal, analisis fungsional, analisis model Ortodonsia.
1.6.2 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, ruang lingkup, tujuan pembuatan, macam
bagian dan bahan, syarat preparasi, dasar-dasar disain, penetapan rencana perawatan,
mencetak, cahaya dan warna, penyemenan, estetika dalam perawatan, after care,
pembongkaran GTT.
1.6.3 Mahasiswa mampu menjelaskan jaringan periodontal normal, klasifikasi penyakit
periodontal, mikrobiologi penyakit periodontal, epidemiologi penyakit periodontal,
sistem imun, kalkulus dan faktor predoposisinya.
3
II. METODE BELAJAR
Pada kurikulum berbasis kompetensi, strategi utama yang digunakan adalah belajar
berdasarkan masalah atau Problem Base Learning (PBL). Kegiatan belajar ini dilaksanakan dengan
mengacu pada skenario masalah yang memuat trigger atau pemicu melalui sebuah diskusi tutorial.
Pengembangan Informasi berikutnya diperoleh dari kuliah pakar, belajar mandiri, praktikum dan
skills lab.
2.1 Diskusi
Diskusi tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri
dari sekitar 10 orang sampai 13 orang mahasiswa dan dibimbing oleh seorang tutor sebagai
fasilitator. Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan satu orang
sebagai sekretaris, keduanya akan bertugas sebagai pimpinan diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris
ditunjuk secara bergiliran untuk setiap skenario agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan
berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu difahami dan dilaksanakan peran
dan tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Sebelum diskusi
dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara tutor dengan mahasiswa dan antara
sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan aturan main dan tujuan pembelajaran secara
singkat. Ketua diskusi dibantu sekretaris memimpin diskusi dengan menggunakan 7 langkah atau
seven jumps untuk mendiskusikan masalah yang ada dalam skenario.
4
2.1.4 Menganalisis Masalah
Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisis dengan brainstorming. Pada langkah ini
setiap anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan sebab
akibat, dll tentang permasalahan.
2.2 Kuliah
Kuliah dilaksanakan untuk memperjelas konsep atau teori yang sulit atau khusus sehingga
membutuhkan pakar untuk meningkatkan pemahaman, kuliah dapat diselenggarakan dalam bentuk
konsultasi interaktif berdasarkan masalah atau dapat diselenggarakan secara terjadwal, maupun atas
permintaan mahasiswa bila diperlukan.
2.3 Evaluasi
Sistem penilaian blok dilaksanakan dengan mempertimbangkan proses selama mengikuti
kegiatan belajar-mengajar, etika, dan penguasaan pengetahuan. Dengan ketentuan pencapaian total
dari semua komponen nilai tidak boleh kurang dari 65 untuk dapat lulus blok.
Dengan bobot nilai :
a) UAB (50%)
b) Tutorial (30%) poin yang dinilai kehadiran (1 & 2), aktifitas identifikasi permasalahan
dalam Skenario (1), interaksi antar teman (1 & 2), kemampuan penyampaian referensi
terhadap skenario (1 & 2).
c) Evaluasi tes dilakukan pada akhir tutorial ke-2 (10%)
d) Tugas mandiri dikumpulkan pada tutorial ke-2 (10%)
Apabila total nilai diatas mendapat nilai dibawah 65, mahasiswa dianggap tidak lulus
sehingga mahasiswa diwajibkan mengulang (remidi) komponen yang tidak lulus, jika ada program
remidi, jika tidak ada program remidi mahasiswa harus mengikuti lagi blok tersebut pada tahun
berikutnya.
6
CHECK LIST PENILAIAN TUTORIAL
SKENARIO :
PERTEMUAN :
No KRITERIA NILAI
Feed back :
1. Kehadiran
..........................
2. Aktifitas identifikasi permasalahan dalam scenario
..........................
3. Interaksi antar teman
..........................
SKENARIO :
PERTEMUAN :
No KRITERIA NILAI
1. Kehadiran
2. Interaksi antar teman
3. Kemampuan penyampaian pendapat/argumentasi
berdasarkan referensi
Nilai akhir blok berupa angka 0 – 100 dengan penjenjangan sebagai berikut :
NILAI NILAI
KELOMPOK RENTANG SCORE
HURUF MUTU
Sempurna A 4 75,00-100,00
Baik B 3 65,00-69,99
Cukup C 2 55,00-59,99
Gagal
E 0 0,00-39,99
7
Identifikasi Masalah
Dan Kemampuan
Interaksi Antar Teman
NILAI Kehadiran Penyampaian KETUA ANGGOTA
Referensi Terhadap
Skenario
Memimpin diskusi Mencatat dengan
Mampu menjelaskan dengan baik dan baik dan aktif Memperhati kan dan
75-80 Tepat waktu
dengan baik aktif memberikan memberikan memberikan respons
pendapat pendapat
Memimpin diskusi Mencatat dengan
Terlambat 5 - Mampu menjelaskan dengan baik tetapi baik tetapi tidak Diam tetapi memperhati
70-75
10 menit tetapi tidak runtut tidak aktif memberi aktif memberikan kan
kan pendapat pendapat
Penjelasan tidak Memimpin diskusi Tidak mencatat
Terlambat 5- didukung kurang baik tetapi dengan baik tetapi Menyela/memotong
61-70
14 menit data/informasi yang aktif memberi kan aktif memberikan pembicaraan
akurat pendapat pendapat
Penjelasan tidak Memimpin diskusi
Tidak mencatat
relevan dengan kurang baik dan Diam, tidak memperhati
51-60 dengan baik dan
masalah yang tidak aktif memberi kan
tidak aktif
didiskusikan kan pendapat
Bicara sendiri atau
0-50 Pasif - - melakukan aktivitas
lain
8
MODUL PROSTODONSIA
9
1. Gigi penyangga / abutment adalah gigi yang dapat memberikan dukungan,
kestabilan, penjangkaran, atau retensi pada suatu protesa baik yang cekat
maupun lepasan, berfungsi untuk mendukung dan menopang protesa.
Gigi abutment harus dipersiapkan supaya betul-betul dapat memberi
dukungan yang kuat pada GTC. Untuk menentukan banyaknya gigi abutment
sebaiknya disesuaikan dengan Hukum Ante. Hukum ini mengatakan : seluruh
luas ligamen perodonsium gigi penyangga harus paling sedikit sama, atau
melebihi seluruh luas ligamen periodonsium gigi yang diganti.
2. Retainer, yaitu bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan gigi
tiruan dengan gigi penyangga (abutment teeth), yang berfungsi untuk menjaga
agar gigi tiruan tetap stabil dan untuk menyalurkan beban kunyah ke gigi
tetangga.
a) Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada diluar permukaan
luar mahkota gigi penyangga. Contohnya adalah Mahkota selubung
penuh, Mahkota tuang penuh, Mahkota Jaket, Mahkota Pigura / Berlapis,
Mahkota ¾.
b) Retainer intrakorona : retainer yang retensinya berada di bagian dalam
mahkota gigi penyangga. Contohnya adalah inlay MOD, inlay klas II,
Uplay, dan onlay.
c) Retainer dobel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah
disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.
Contoh: Mahkota Richmond, nucleus pin crown.
10
b) Modified ridge-lap pontic, merupakan kombinasi antar pontik tipe
saddle dengan hygienic. Memiliki permukaan fasial yang menutupi
residual ridge dan bagian lingual tidak berkontak dengan ridge,
sehingga estetiknya bagus dan mudah dibersihkan.
c) Conical pontic, merupakan pontik yang hanya memiliki satu titik
kontak pada titik tengah residual ridge, sehingga mudah dibersihkan.
d) Ovate pontic, merupakan pontik yang sangat elastis, dasar pontik
membulat dan masuk kedalam cekungan (concavity) residual ridge,
sehingga mudah dibersihkan.
a. b. c.
Gambar: a)ridge lap pontic; b)sanitary pontic; c)conis pontic
11
Gambar: Komponen-komponen gigi tiruan jembatan 1) Gigi abutment,
2) Retainer, 3) Pontik, 4) Konektor
12
Gigi anterior rahang bawah
- Permukaan incisal diambil membentuk sudut 45° terhadap bidang horizontal
ke arah labial.
Gigi posterior
- Dibuat keratan sebagai pedoman pada groove sedalam 1-1,5 mm (ketebalan
preparasi/pengasahan gigi tergantung dari macam bahan restorasi yang akan
digunakan) mengikuti anatomi permukaan oklusal gigi.
- Permukaan oklusal diambil sesuai dengan pedoman preparasi dalam tahap-
tahap bagian bukal, kemudian bagian lingual.
- Alat : Wheel diamond bur dan Cylindrical diamond stone.
13
- Alat : dari cingulum ke incisal menggunakan Wheel diamond stone,
Cylindrical diamond stone. Sedangkan dari cingulum ke cervical
menggunakan Wheel diamond stone, Tappered Cylindrical diamond stone
14
(a) Knife edge; (b) bevel; (c) chamfer; (d) shoulder; (e) bevelled shoulder.
15
3. Penyemenan dan Instruksi Post Penyemenan
a. Tahapan penyemenan
- Melepas gigi tiruan sementara dengan membuka daerah margin gigi tiruan
sementara dengan crown retractor dan memberi semprotan air dan udara
pada daerah margin
- Pembersihan gigi penyangga dengan semprotan air dan udara kemudian
mengeringkan dengan cotton roll
- Melakukan control saliva pada mulut penderita
- Menyiapkan perbandingan powder dan liquid semen perekat (Fregeunol)
pada papper pad sesuai aturan pabrik dan mengaduk dengan agate spatula
- Melakukan pelapisan adonan semen pada permukaan bagian dalam gigi
tiruan secara merata
- Insersikan gigi tiruan
- Instruksikan pasien menggigit handle kaca mulut sampai semen keluar
lewat margin gigi tiruan
- Membersihkan sisa semen yang keluar dengan sonde, wooden stick, dental
floss
b. Instruksi post sementasi gigi tiruan tetap
- Jaga kebersihan mulut dengan membersihkan daerah gigi tiruan yang
menghadap ke gusi pakai benag gigi/dental floss
- Lakukan control plak rutin
- Kontrol secara periodik ke dokter gigi 6 bulan sekali
16
b. Klasifikasi cara pembongkaran mahkota dan jembatan.
Ada beberapa cara yang berbeda untuk melepaskan mahkota dan jembatan
yang gagal. Tetapi tidak terdapat informasi mengenai klasifikasi dari cara yang
tersedia untuk melepaskan mahkota dan jembatan. Jadi sangat logis untuk
membagi sistem tersebut dalam suatu klasifikasi untuk memudahkan klinisi
dalam memilih tipe tertentu dari sistem ini tergantung dari situasi tertentu.
Sistem ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori:
1. Konservativ : protesa tetap utuh. Cara kerjanya secara umum dengan
mengaplikasikan kekuatan perkusi atau gaya tarik, memecahkan luting semen
dan memungkinkan protesa untuk dilepas.
2. Semi-konservativ: kerusakan yang kecil dibuat pada protesa tetapi masih
memungkinkan untuk dipakai kembali. Teknik ini dilakukan dengan membuat
lubang kecil pada protesa, yang memungkinkan gaya dapat diaplikasikan
diantara preparasi dan jembatan untuk memecah luting semen.
3. Destruktiv: protesa dirusak dan tidak dapat digunakan kembali. Mahkota
dipotong agar memungkinkan untuk diungkit hingga lepas.
17
Gambar. Sliding hammer.
Pembongkaran destruktive
Pembongkaran yang berarti memotong mahkota dengan bur diamond
tungsten-carbide mungkin merupakan metode yang paling praktis bagi klinisi.
Membatasi akses ke permukaan labial dan mengaplikasikan peralatan ultrasonic
untuk merusak perlekatan juga dapat menciptakan jarak untuk mengangkat
mahkota dan jembatan sehingga tetap utuh. Dimana semen adesif digunakan hal
ini dibutuhkan pemotongan permukaan lingual, yang dapat merusak mahkota
sepenuhnya dan dapat megurangi tekanan pada gigi/inti.
18
Gambar. Cara membuat celah
Yang perlu diperhatikan saat membuat celah.
Gunakan bur dengan kecepatan tinggi dan getarannya tidak terlalu keras
untuk mengurangi Trauma Jangan gunakan anestesi tidak tahu seberapa
kekuatan yang dipakai
Jaga agar jaringan dentin tidak banyak terambil
Yang perlu diperhatikan saat melepas crown dan bridge
Jangan gunakan “ Crown Remover “ dalam upayapertama untuk melepas
retainer (pemaut ) yang sudah disemen secara tetap
“ Crown Remover “ digunakan pada keadaanretainer sudah menunjukkan
tanda-tanda akan lepas
Penggunaan yg tidak bijaksana dapat menyebabkan salah satu gigi penyangga
pecah dan menyebabkan periodonsium juga mengalami trauma berat.
19
MODUL ORTHODONTI
Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung geligi
(rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Maloklusi juga bisa
merupakan variasi biologi sebagaimana variasi biologi yang terjadi pada bagian tubuh
yang lain, tetapi karena variasi letak gigi mudah diamati dan mengganggu estetik
sehingga menarik perhatian dan memunculkan keinginan untuk melakukan
perawatan.
Klasifikasi Maloklusi
Malrelasi lengkung geligi dapat terjadi pada tiga bidang orientasi (sagital,
transversal dan horizontal). Klasifikasi maloklusi yang terkenal ialah klasifikasi
menurut Angle yang dipakai kurang lebih sejak tahun 1899 sampai sekarang.
Meskipun banyak klasifikasi maloklusi telah diajukan tetapi klasifikasi maloklusi
menurut Angle tetap yang paling sering digunakan di dunia. Klasifikasi menurut
Angle didasarkan atas relasi lengkung gigi atas dan bawah pada bidang sagital. Dasar
klasifikasi Angle adalah relasi molar pertama permanen yang pada keadaan normal
tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada lekukan (groove) bukal.
Bila terjadi pergeseran molar perlu dibayangkan letak molar sebelum bergeser
kemudian baru dibuat klasifikasinya.
20
Kelas III:
Lengkung bawah setidak-tidaknya satu lebar tonjol lebih ke mesial daripada
lengkung geligi atas bila dilihat dari relasi molar pertama permanen. Relasi lengkung
geligi semacam ini biasa disebut juga mesioklusi. Relasi anterior menunjukkan
adanya gigitan terbalik.
Angle hanya membuat klasifikasi maloklusi dalam jurusan sagital pada hal
maloklusi juga bisa terjadi dalam jurusan transversal dan vertikal. Kelainan dalam
jurusan transversal berupa gigitan silang posterior, baik yang dental maupun skeletal.
Kelainan dalam jurusan vertikal bisa berupa gigitan dalam dan gigitan terbuka
anterior ataupun posterior, dental maupun skeletal.
Analisis yang diperlukan antara lain
analisis umum
analisis lokal
analisis fungsional
analisis model
analisis sefalometri
Analisis Umum
Pada bagian awal status pasien tercatat nama, jenis kelamin, umur dan alamat
pasien. Jenis kelamin dan umur digunakan sebagai indentitas pasien dan juga sebagai
data yang berkaitan dengan pertumbuh kembangan dentomaxilofacial pasien,
misalnya perubahan fase gigi geligi dari fase gigi sulung ke geligi pergantian hingga
akhirnya ke gigi permanen.
Keluhan utama tentang keadaan susunan giginya yang dirasa kurang baik sehingga
mengganggu estetik dentofasial dan mempengaruhi status social serta fungsi
pengunyahannya. Keinginan pasien yang mendorong untuk mendapatkan perawatan
ortodontik dapat digolongkan eksternal maupun internal. Faktor eksternal dapat
berasal dari orang tua maupun teman, sedangkan internal berasal dari pribadi pasien
sendiri.
21
3. penyakit yang ada misalnya epilepsi, kelainan darah, jantung, diabetes, pernah
operasi tonsil dll.
Berat dan tinggi badan
1. Untuk mengetahui apakah ukuran tersebut normal untuk anak seumur itu
2. Dapat diukur sendiri atau minta pada dokter anak yang mengawasi pasien tsb.
Ras / kelompok etnik / populasi
Dalam pengertian fisik (bukan budaya), kadang digunakan populasi sebagai
pengganti ras (contoh populasi surabaya)
Bentuk skelet
Bentuk skelet berdasarkan jaringan yang dominan yang mempengaruhi bentuk skelet.
Bentuk skelet ini berhubungan dengan pertumbuh kembangan. Anak dengan bentuk
badan yang ektomorfik mencapai kematangan lebih lambat dari pada meso maupun
endomorfik.
1. Endomorfik = seseorang yang pendek dengan otot yang kurang berkembang tetapi
memiliki lapisan lemak yang tebal.
2. Mesomorfik = seseorang yang berotot.
3. Ektomorfik = seseorang yang langsing dengan sedikit jaringan otot maupun lemak.
Gambar 1.
Ciri keluarga
Pola-pola tertentu yang selalu ada pada keluarga itu contoh prognati mandibula yang
diturunkan.
Profit : ciri keluarga diduga menyebabkan adanya pola skelet tertentu dan agenesi
gigi, (didukung oleh pedigree genetik). Contoh klasik adalah bangsa Habsburg yang
mempunyai mandibula yang panjang sehingga mempunyai maloklusi kelas III.
Penyakit anak
bila ada penyakit sistemik pada anak
konsultasi dengan dokter anak
penyakit anak yang dapat berkaitan dengan proses remodeling (aposisi dan resorpsi) -
> resorpsi undermining
resorpsi undermining adalah resorpsi yang terjadi karena kekuatan yang berlebihan
dimana terjadi pada bukan daerah yang dituju.
22
Alergi
1. alergi terhadap obat atau makanan tertentu
2. alergi terhadap bahan yang dipergunakan dalam perawatan ortodonti, misalnya:
Ni, Ti, Cr, Co, Cu, Ag, monomer
3. radang mukosa ok alergi atau keradangan kronis
Tanda-tanda reaksi alergi dapat berupa:
keradangan, kemerahan, rasa gatal, rasa terbakar, pembengkakan mukosa pada
gingival, lidah dan pipi, eksema perioral dan facial.
Alergi yang perlu diwaspadai: alergi bahan logam, lateks, akrilik.
Kelainan endokrin
1. pralahir : hipoplasia gigi
2. pasca lahir : percepatan atau hambatan pertumbuhan muka, dapat mempengaruhi
derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorbsi akar gigi sulung, erupsi gigi
permanen, membrana periodontal dan gusi
Hormon: paratiroid
Primer androgen-> esterogen
Tonsil
Ada tidaknya keradangan, atau pernah dilakukan operasi pengambilan tonsil/ operasi
amandel.
1. bila tonsil radang, dorsum lidah dapat menekan tonsil, mandibula turun, gigi
tidak kontak, lidah ke depan.
2. tonsil yang besar mempengaruhi cara menelan
23
ANALISIS LOKAL
A. Ekstra oral meliputi:
1. tipe profil
2. tipe muka
3. tipe kepala
4. bentuk muka
5. bibir
6. fonetik
7. kebiasaan jelek
B. Intra oral meliputi
1. mukosa mulut
2. lidah
3. palatum
4. kebersihan mulut
5. frekuensi karies
6. fase geligi
7. keadaan gigi
Pemeriksaan Ekstraoral
Bentuk kepala dilihat dari belakang atas dan ada hubungan dengan bentuk muka,
palatum dan lengkung geligi
1. dolikosefalik : panjang dan sempit -> akan membentuk tipe muka sempit,
panjang, protusif (leptoprosop)
2. mesosefalik : bentuk rata-rata
3. brakisefalik : lebar dan pendek -> akan membentuk tipe muka yang lebih
besar dan kurang protusif (euriprosop).
indeks sefalik :
lebarkepala x 100
panjangkepala
dolikosefalik : 0,75
mesosefalik : 0,76 – 0,79
brakisefalik : 0,80
Simetri wajah
Bentuk muka lihat dari depan untuk melihat muka bagian kiri dan kanan simetri atau
asimetri. Pada dasarnya bentuk kepala manusia tidak terlalu simetri namun perbedaan
ini tidak terlalu mencolok sehingga tidak terlihat atau menimbulkan kesan asimetri.
Muka bagian kiri dan kanan tidak simetri akan tetapi tidak mencolok. Muka yang
24
asimetri kemungkinan rahang juga asimetri dan dapat merupakan variasi biologi,
keadaan patologi atau kelainan kongenital .
Tipe Muka
Berhubungan dengan basis cranium, oleh karena itu pertumbuhan basis cranium pada
tahap awal mempengaruhi pola dimensi, sudut dan topografi muka.
dolikosefalik : panjang dan sempit -> akan membentuk tipe muka sempit, panjang ,
protusif (leptoprosop)
mesosefalik :bentuk rata-rata -> tipe muka sedang (mesoprosop)
brakisefalik : lebar dan pendek -> akan membentuk tipe muka yang lebih besar dan
kurang protusif (euriprosop).
indeks wajah :
lebar wajah x 100
panjangwajah
Tipe Profil
Profit :
Tipe profil ada 3 tipe: cembung, lurus dan cekung dilihat dari pangkal hidung ke
dasar bibir atas dan dari dasar bibir atas ke dagu dilihat dari samping atau sagital.
1. muka lurus : dua garis ini membentuk garis lurus
2. muka cembung : garis pertama lurus garis ke dua mengarah ke posterior
3. muka cekung : garis pertama lurus garis ke dua mengarah ke anterior
kecembungan muka menunjukan disproposi rahang. Hal ini dapat diketahui dengan
cara mendudukan pasien dalam keadaan natural head position baik waktu
duduk tegak ataupun berdiri tegak, pandangan mata ditujukan kepada titik
yang jauh. Kemudian ditarik 2 garis: dari pangkal hidung ke dasar bibir atas
dan dari dasar bibir atas ke dagu. Pada keadaan muka lurus kedua garis ini
membentuk garis lurus, pada muka cembung garis pertama lurus garis kedua
membentuk sudut karena dagu terletak lebih posterior, pada muka cekung dagu lebih
ke anterior.
Tujuan pemeriksaan profil wajah
1. menentukan posisi rahang dalam jurusan sagital
2. evaluasi bibir dan letak insisivi
3. evaluasi proporsi wajahdalam arah vertical dan sudut mandibula
Bibir
Keseimbangan letak gigi ditentukan oleh bibir dan pipi serta lidah. Bibir yang
kompeten : bibir yang cukup panjang, mudah berkontak dengan aktivitas minimal
dari otot sirkum oral untuk mendapatkan anterior seal pada saat mandibula dalam
25
posisi istirahat. Bibir yang dapat berkontak dengan mudah akan tetapi dalam keadaan
biasa bibir tidak berkontak disebut bibir yang potensial kompeten. Bibir yang tidak
kompeten : bibir yang dengan aktivitas minimal otot sirkum oral pada saat mandibula
dalam posisi istirahat tidak dapat berkontak
Fungsi bicara
Bicara merupakan mekanisme adaptasi, anak dengan maloklusi yang parah dapat
berbicara dengan normal
Ada suku bangsa tertentu yang tidak dapat melafalkan huruf tertentu :
f, v p
l r
Kebiasaan buruk
Kebiasaan jelek dapat menjadi etiologi maloklusi tergantung dari lama berlangsung,
Frekuensi dan Intensitas. Maloklusi yang terjadi tergantung kebiasaan jeleknya.
Misalnya saja menghisap ibu jari diteruskan sampai erupsi gigi permanen dapat
menyebabkan protusi, diastema, insisiv bawah linguoversi, gigitan terbuka anterior,
lengkung atas sempit.
Analisis Fungsional
1. Path of closure
Merupakan arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke posisi sentrik. Arahnya
ke atas dan ke depan .
Ada 2 macam perkecualian path of closure yaitu
a. Deviasi mandibula adalah path of closure yang berawal dari kebiasaan
mandibula akan tetapi ketika gigi mencapai oklusi maksimum mandibula
dalam posisi. Arahnya ke atas dan kebelakang
b. Displacement mandibula : dari posisi istirahat sebelum ke oklusi sentrik
mandibula bergeser oleh karena ada halangan oklusal
Lateral dan sagital
Pada displacement ke lateral, lebar lengkung posterior atas = bawah.
Relasi transversal : gigitan tonjol tidak stabil pasien menggerakkan
mandibula ke salah satu sisi, terjadi oklusi maksimum. Pada posisi istirahat, garis
median segaris, oklusi sentrik : grs. median tidak segaris dan terjadi gigitan silang
satu sisi.
Pada displacement ke sagital, kontak prematur di daerah insisivi, mandibula
digeser ke depan. Pada saat pasien akan menutup mandibula, mandibula ditekan ke
distal, bila bisa edge to edge pseudo kelas III.
26
Cara pemeriksaan:
1. Pasien didudukkan pada posisi istirahat, lihat posisi garis mediannya
2. Pasien diinstruksikan untuk oklusi sentris dari posisi istirahat dan lihat
kembali posisi garis mediannya.
3. Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris
tidak terdapat pergeseran = tidak ada gangguan path of closure
4. Normal: bila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan belakang.
5. Tidak normal: bila terdapat deviasi dan displacement mandibula
3. Sendi TMJ
Tanda-tanda kelainan :
1. Rasa sakit
2. Suara klik atau pop
3. Keterbatasan pembukaan
Cara pemeriksaan:
1. Pasien didudukkan pada posisi istirahat
2. Letakkan kedua jari telunjuk operator di bagian luar meatus acusticus externa
(MAE) kiri dan kanan pasien
3. Pasien diinstruksikan utk membuka dan menutup mulutnya.
4. Normal: Apabila tidak ada krepitasi saat palpasi di bagian luar MAE atau
bunyi clicking pd saat membuka dan menutup mulut
27
Analisis Radiologi
Foto Panoramik
Fungsi Panoramik menentukan:
1. Ada/tidaknya benih gigi
2. Keadaan tulang
3. Keadaan jaringan periodontal
4. Karies
5. Kehilangan gigi
6. Agenisi
7. Gigi yang impaksi
8. Gigi berlebih
9. Urutan erupsi
Analisis Model
Model studi adalah replika dari keadaan gigi geligi dan jaringan lunak di sekitarnya
yang digunakan sebagai catatan diagnostik penting dalam membantu mempelajari
oklusi dan gigi geligi, yang berupa cetakan reproduksi dalam bentuk tiga dimensi.
Tujuan analisa model studi :
1. Untuk mempelajari anatomi gigi
2. Untuk mempelajari hubungan intercusp/interdigitasi
3. Untuk mempelajari bentuk lengkung rahang
4. Untuk mempelajari kurva of spee
5. Untuk mempelajari dan mengevaluasi oklusi dengan bantuan articulator
6. Untuk mendeteksi kelainan, misalnya terdapat pembesaran lokal, asimetris
lengkung, dll.
7. Untuk mendiagnosa kelainan maloklusi
8. Untuk menganalisa kebutuhan ruang supaya dapat meletakkan gigi-gigi dalam
lengkung yang ideal
9. Untuk menentukan rencana perawatan
10. Untuk mengamati kemajuan selama perawatan
Kelainan Gigi
Kelainan Posisi Gigi
1. Supra Oklusi/supra posisi : gigi yang erupsinya melebihi bidang oklusal.
2. Infra Oklusi/infra posisi : gigi yang erupsinya tidak sampai mencapai bidang
oklusal.
Untuk mengetahui apakah gigi mengalami supra posisi/supra oklusi atau infra
posisi/infra oklusi, harus berpedoman pada dataran oklusal.Yang dimaksud dengan
28
dataran oklusal yaitu suatu bidang yang ditarik melalui oklusal gigi molar pertama
atas dan bawah, dan gigi-gigi insisivus atas dan bawah.
1. Mesioversi : posisi gigi lebih ke mesial dari posisi normal
2. Distoversi : posisi gigi lebih ke distal dari posisi normal
3. Linguoversi : posisi gigi lebih ke lingual dari posisi normal
Diskrepansi Model
Diskrepansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia (available
space) dengan tempat yang dibutuhkan (required space).
1. Tempat yang tersedia/available space adalah tempat di sebelah mesial molar
pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama permanen kanan yang akan
ditempati gigi-gigi permanen (premolar kedua kiri sampai premolar kedua kanan)
dalam kedudukan/letak yang benar.
29
Ada berbagai cara untuk mengukur tempat yang tersedia. Salah satu cara untuk
mengukur tempat yang tersedia di rahang atas adalah dengan membuat lengkungan
dari kawat tembaga (brass wire) mulai dari mesial molar pertama permanen kiri
melewati fisura gigi-gigi di depannya terus melewati insisal insisivi yang letaknya
benar terus melewati fisura gigi-gigi posterior sampai mesial molar pertama
permanen sisi kanan. Kawat ini kemudian diluruskan dan diukur panjangnya.
2. Tempat yang dibutuhkan adalah jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi permanen di
sebelah mesial molar pertama permanen kiri sampai molar pertama permanen
kanan (premolar kedua kiri sampai premolar kedua kanan). Untuk mendapatkan
tempat yang dibutuhkan juga terdapat beberapa cara. Untuk mendapatkan tempat
yang dibutuhkan pada pasien dengan fase geligi permanen, dilakukan pengukuran
lebar mesiodistal premolar kedua kanan sampai premolar kedua kiri pada model
studi, kemudian dijumlahkan.
Pengukuran yang normal lebar mesio distal gigi dipakai untuk menilai gigi normal
(28-36 mm) atau mikrodonti atau makrodonti.
Gambar 2.
Kurve of spee
Garis imaginer yang ditarik dari insisal edge gigi insisif pertama sampai molar
kedua permanen rahang bawah.Lengkung yang menghubungkan insisal insisivi
dengan bidang oklusal molar terakhir pada rahang bawah.Pada keadaan normal
kedalamannya tidak melebihi 1.5mm.Pada kurva spee positif biasanya didapatkan
gigi insisiv yang supra posisi atau gigi posterior yang infra posisi atau gabungan
kedua keadaan tadi.
Cara pengukuran :
30
1. Tempatkan suatu penggaris pada posisi horizontal mulai dari puncak tonjol gigi
insisivus permanen rahang bawah sampai ke cusp mesiobukal gigi molar pertama
permanen rahang bawah.
2. Setelah itu gunakan kaliper zurich untuk mengukur kedalaman kurve Spee, dengan
menempatkan kaliper tersebut pada cusp gigi premolar rahang bawah secara tegak
lurus terhadap penggaris.
3. Kemudian catat hasilnya dalam satuan milimeter. Pencatatan pengukuran tersebut
merupakan prediksi besarnya ruangan yang dibutuhkan untuk mensejajarkan gigi
premolar bawah dalam dataran oklusal yang sama.
Gambar 3.
Diastema: ruang diantara 2 gigi yang berdekatan (perlu ditinjau lagi distema normal
atau tidak).
Simetri Gigi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan model studi pada dasarnya kemudian
simetroskop diletakkan pada bidang oklusal gigi mulai dari yang paling anterior,
bagian simetroskop menyentuh gigi yang paling labial, garis tengah simetroskop garis
berimpit dengan median model. Kemudian geser simetroskop ke distal sambil
mengamati apakah gigi yang senama terletak pada jarak yang sama baik dalam
jurusan sagital maupun transversal.
Pergeseran Garis Median
Cara pengukurannya, pasien diinstruksikan untuk oklusi sentris ditarik garis yang
menghubungkan antara glabella- philtrum- symphisis kemudian diproyeksikan ke
garis median gigi.
31
Relasi gigi
Adalah hubungan gigi atas dan bawah dalam keadaan oklusi
a. Relasi gigi anterior
◦ Jurusan sagital
Jarak gigit / overjet : jarak horizontal antara incisal insisiv rahang atas
dengan bidang labial insisiv rahang bawah.
Overjet normal : insisivi atas didepan insisivi bawah dengan jarak 2-3
mm
Overjet idak normal : jarak gigit terbalik. Edge to edge
◦ Jurusan vertikal
- Tumpang gigit / over bite : jarak vertical incisal insisivi rahang atas atas
dengan insisal insisivi bawah
- Overbite normal : 2 mm
- Tumpang gigit bertambah : gigitan dalam
- Tumpang gigit berkurang : gigitan terbuka
- Tumpang gigit : 0 (edge to edge)
Tooth movements
When a force is applied to a point on a smooth surface. it can be resolved into two
components. one at right angles to the surface and the other parallel to it (Figure 2.2).
Where the surface is curved, the force is resolved perpendicular and parallel to the
tangent at the point of contact. If the force is applied at an angle to the surface, tooth
movement will be produced by the perpendicular component. Thus. The tooth will
not move in the direction of the applied force. Although the initial movement must be
considered in three dimensions. it is convenient to discuss it in the two planes which
span the space: first the plane through the long axis of the tooth and in the direction
of tooth movement, and second, a plane of cross-section.
32
Gambar 4. Three kinds of tooth movement.
(a) Tipping. (b) Bodily movement. (c)
Rotation about the long axis.
33
MODUL PERIODONSIA
34
pembentukan pelikel pada permukaan gigi
kolonisasi awal oleh bakteri
kolonisasi sekunder dan maturasi plak.
Pelikel formasi:
berupa lapisan glikoprotein
terdiri dari komponen saliva, cairan krevikuler, produk bakteri, sel
jaringan host, debris
Kolonisasi awal oleh bakteri
setelah beberapa jam terdapat bakteri Gram + fakultatif; Actinomyces
viscosus dan Streptococcus sanguis
Kolonisasi sekunder & maturasi plak
berlanjut bila kolonisasi awal tidak dibersihkan, muncul bakteri:
Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, Capnocytophaga spp,
Fusobacterium nucleatum, Porphyromonas gingivalis.
1.2. Hubungan Mikroorganisme Plak dengan Penyakit
Hipotesa plak menurut Walter Loesche (1976):
a. Plak non-spesifik: penyakit periodotal disebabkan oleh perluasan produk
berbahaya dari seluruh flora plak
b. Plak spesifik: hanya plak tertentu yang patogenik dimana patogenesanya
tergantung ada/meningkatnya mikroorganisme spesifik, misal:
A.actynomycetemcomitans sbg penyebab Local. Aggressive Period.
Mikroorganisme yang menginvasi:
a) Actinomycetemcomitans
b) P. Gingivalis
c) Treponema denticola
1.2.1 Kemampuan Bakteri Dalam Merusak Jaringan
Secara langsung degradasi jaringan yg menyebabkan pengeluaran bahan -
bahan aktif dari sel jaringan tubuh. Produk bakteri menghambat pertumbuhan sel
/mengganggu metabolisme sel, ex. ammonia, votile sulfur compounds, fatty acids,
peptide, indole. Enzym produk bakteri juga mampu merusak seluruh jaringan dan
matrix interseluler. Produk bakteri merusak sistem imun sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan. Kalkulus merupakan plak termineralisasi yg terbentuk pada
permukaan gigi dan protesa gigi
35
d) Penetrasi bakteri ke sementum
Berdasarkan hubungannya dengan margin gingival:
Kalkulus supragingiva: mulai koronal dari margin gingiva visible/tampak
secara klinis. Warna: putih, putih kekuningan hal ini tergantung dari
kontak dengan bahan seperti: tembakau, makanan. Konsistensi: keras/clay-
like namun mudah lepas. Lokasi: paling banyak di bukal Molar RA atau
lingual anterior (Insisive) RB. Sumber: mineral saliva.
Kalkulus subgingiva. Warna: coklat gelap, hitam kehijauan. Pemeriksaan
dengan explorer : taktil. Konsistensi : keras, padat, dan melekat kuat. Sumber
: mineral GCF
3. JARINGAN PERIODONTAL
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung atau penyokong gigi.
Jaringan periodontal terdiri dari:
a) Gingiva
b) Ligamen Periodontal
c) Sementum
d) Tulang alveolar
Gingiva
Bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi processus alveolar dan
mengelilingi leher gigi. Secara anatomis dibedakan :
a) Marginal gingiva
Free (unattached) gingiva
Ujung gingiva yang mengelilingi gigi sepeti kerah baju “Collarlike fashion”
Lebar 1 mm, dipisahkan oleh Free Gingival Groove
Membentuk dinding sulkus gingiva
b) Attached gingival
Melekat erat pada sementum dan periosteum tulang alveolar
Berbatasan dengan mukosa alveolar pada Mucogingival junction
Lebar : dasar sulkus sampai mucogingival junction
Lebar bervariasi,
o I RA : 3,5-3,9mm;
o P RB : 1,8mm
c) Interdental papilla
Mengisi gingival embrasure (ruang interproksimal)
Berbentuk piramida (anterior) or “col” (posterior)
Bentuk tergantung : titik kontak, ada/tidaknya resesi gingiva
Diastema : tidak ada interdental papilla, gingiva cekat pada tulang interdental
d) Sulkus gingiva
36
Celah “v” dibatasi gigi dan margin gingiva
Secara histologis : 1,8 mm
Secara klinis : diperiksa dengan Probe (probing depth) normal : 2 – 3 mm
e) Cairan Gingiva (GCF)
Berasal dari jaringan ikat gingiva keluar ke sulkus gingiva melalui sulkular
epithelium
Fungsi :
Membersihkan material dari sulkus
Mengandung protein plasma utk perlekatan epitel ke gigi
Mengandung bahan antimikroba
Mempunyai aktivitas antibodi
Struktur histologi gingiva
a) Jaringan epitel
Oral / Outer epithelium
Sulcular epitelium
Junctional epithelium
b) Jaringan ikat
Oral / Outer epithelium
Menutupi permukaan luar margin gingiva dan attached gingiva juga
puncak margin gingival
Epitel berlapis pipih berkeratin (parakeratinisasi)
Terdapat retepeg
Derajat keratinisasi gingiva menurun dengan bertambah usia dan
onset menopause
c) Sulcular epithelium
Menjadi dinding sulkus gingiva
Epitel berlapis pipih tak berkeratin
Tidak ada retepeg
Merupakan membran semipermeabel bagi produk bakteri dan cairan
gingiva
d) Junctional Epithelium
Melekat pada permukaan gigi (epithelial attachment) melalui internal
basal lamina
Melekat pada jaringan ikat melalui external basal lamina
Epitel berlapis pipih tak berkeratin
Tidak ada retepeg
Sekitar 10-20 lapis sel
Panjang 0,25 – 1,35 mm
Jaringan ikat gingiva
37
a. Komponen seluler
Fibroblas
Sel mast
Makrofag
Limfosit, Sel plasma
b. Komponen ekstraseluler
Serabut gingiva : kolagen, reticular, elastin
Bahan dasar : mengisi ruang antara sel dan serabut gingiva
(proteoglican, glikoprotein)
Pembuluh darah, limfe dan saraf
Fungsi :
Melekatkan marginal gingiva terhadap gigi
Memelihara rigiditas gingiva guna menahan daya kunyah
Menyatukan free marginal gingiva dengan sementum dan attached gingiva
Grup gingivodental : dari sementum ke puncak dan permukaan luar margin
gingiva dan meluas ke periosteum tlg alv bag fasial/lingual
Grup sirkular: mengelilingi seperti cincin
Grup transeptal: horisontal di daerah interproksimal
Gambaran klinis gingiva normal
Warna
Konsistensi
Tekstur
Kontur
Posisi
Ukuran
Bleeding on probing (bop)
Probing depth
Gingiva : Coral pink
Tergantung :
a. Vaskularisasi
b. Ketebalan dan derajat keratinisasi epitel
c. pigmentasi
Mukosa alveolar : merah terang
Konsistensi gingiva
a) Kenyal, ulet
b) Ditentukan :
a. Kandungan kolagen
38
b. Hubungannya dengan mukoperiosteum tlg alv
Tekstur gingiva
a) Margin gingiva : halus
b) Attached gingiva : stippling, bervariasi per individu dan lokasi; kurang
promeinen pada lingual
Kontur gingiva
a) Bentuk gingiva bervariasi tergantung :
Bentuk dan susunan gigi pd lengkung rahang
Lokasi dan ukuran daerah IP
Dimensi embrasur gingiva bukal dan lingual
b) Margin gingiva : Collarlike fashion dan mengikuti scalloped outline
c) Interdental papilla : knife edge
Ukuran gingival
Tergantung dari jumlah total kandungan komponen seluler dan interseluler dan
juga suplai darahnya
39
6. Periodontitis assoc. with Endodontic Lesions
Endodontic-periodontal lesion
Periodontal-endodontic lesion
Combined lesion
7. Developmental or Acquired Deformities and Conditions
Localized tooth-related factors that predispose to plaque-induced gingival or
periodontitis
Mucogingival deformities and conditions around teeth
Mucogingival deformities and conditions on edentulous ridge
Occlusal trauma
Chronic periodontitis dapat diklasifikasikan menurut :
1. Luas daerah :
- Localized (< 30% terlibat)
- Generalized (> 30% terlibat)
2. Keparahan CAL (clinical attachment loss):
- Slight = 1 or 2 mm CAL
- Moderate = 3 or 4 mm CAL
- Severe => 5 mm CAL
Gingival Disease
Dental Plaque-Induced Gingival Diseases
I. Gingivitis associated with dental plaque only
a) Without local contributing factor
b) With local contributing factors
II. Gingival diseases modified by systemic factors
a) Associated with the endocrine system :
Puberty-associated gingivitis
Menstrual cycle-associated gingivitis
Pregnancy associated
a. Gingivitis
b. Pyogenic granuloma
Diabetes mellitus-associated gingivitis
b) Associated with blood dyscrasias
Leukemia-associated gingivitis
Other
III. Gingival diseases modified by medications
a) Drug-influences gingival diseases
Drug-influences gingival enlargement
Drug-influences gingivitis
a. Oral contraceptive-associated. G.
40
b. Other
IV. Gingival diseases modified by malnutrition
a) Ascorbic acid deficiency gingivitis
b) Other
41
VIII.Not otherwise specified
Periodontitis:
- keradangan jar. pendukung gigi
- bakteri periodontopatogen
- kerusakan period. ligamen& tlg alveolar
- terbentuk poket, resesi ggv atau keduanya
- kehilangan perlekatan klinis
Klasifikasi Periodontitis:
1. Chronic Periodontitis
2. Aggressive Periodontitis
3. Periodontitis as a Manifestation of Systemic Diseases
1. Chronic Periodontitis
- umum pada usia dewasa > 35 th (anak-anak bisa terjadi)
- banyaknya kerusakan faktor lokal
- mikrobial variable
- Kalkulus subgingival sering ditemukan
- perkembangan penyakit slow – moderat
kemungkinan bisa cepat
- predisposisi: - penyakit sistemik (DM, HIV),
- faktor lokal
- faktor lingkungan (merokok, stres)
2. Aggressive Periodontitis
- 10 – 30 th
- klinis: sehat tidak ada akumulasi yg besar dari plak dan kalkulus
- kerusakan tulang &loss attachment cepat
- Jumlah deposit mikrobial ≠ keparahan
- Genetik familial history
- Actinobacillus actinomycetemcomitans
a. Localized Aggressive Periodontitis :
- usia muda (pubertal)
- molar pertama or insisive dgn proksimal
loss attachment sedikitnya 2 gigi permanen (M1)
- respon antibodi serum kuat
b. Generalized Aggressive Periodontitis :
- < 30 th (atau lebih )
- sedikitnya pd 3 gigi permanen lain selain dari molar pertama dan insisive
- respon antibodi serum lemah
42
5. EPIDEMIOLOGI PERIODONTAL
Indeks dibuat berdasar pengukuran variabel:
a. derajat inflamasi jaringan gingiva
b. derajat kerusakan period.
c. banyaknya akumulasi plak
d. banyaknya kalkulus
Macam-macam Indeks Penyakit periodontal :
1. Indeks untuk mengukur penyakit GGV
Papillary-marginal attachment index
Periondontal index
Periodontal disease index
Gingival index
Gingival bleeding index
2. Index utk mengukur kerusakan periodontal :
Pengukuran sulcus ggv
Extent and severity index
Pengukuran bone loss dgn Ro
3. Index utk mengukur plak & kalkulus:
Plaque index
OHI-s (Green & Vermilion)
Calculus indexs dari PDI (Ramfjord)
Calculus surface index
4. Index utk menentukan kebutuhan perawatan :
GPI (Modifikasi PDI ramfjord)
CPITN
Index penyakit periodontal yang sering digunakan:
a. OHI-s
b. Ggv Index & Plak Index
c. Periodontal Index
d. CPITN
44
- Tingkat kebersihan mulut secara klinis dalam kaitannya dengan nilai OHI-s adalah :
B. Periodontal Index
Periodontal index (PI) untuk mengestimasikan keparahan penyakit periodontal yaitu
dengan cara menilai ada atau tidaknya inflamasi gingiva serta keparahannya, adanya
poket dan gangguan pada fungsi pengunyahan.
Kriteria digunakan untuk seluruh gingiva yang mengelilingi suatu gigi yang diperiksa
(gingiva yang mengelillingi suatu gigi dianggap sebagai satu unit skor).
Idealnya penilaian dengan indeks ini harus menggunakan foto rontgent, namun bila
karena keterbatasan sarana maka indeks ini masih relevan utk digunakan, yakni tanpa
menggunakan skor empat.
45
2 = terdapat kalkulus supra atau sub gingival atau timbunan plak disekeliling
margin gingiva, tidak terdapat poket dengan kedalaman lebih dr 3 mm (daerah kode
warna pada probe semuanya tampak)
3 = terdapat poket 4 atau 5 mm (jika probe diinsersikan pada poket, daerah
berwarna probe tampak sebagian)
4 = terdapat poket lebih dari 6 mm (jika probe diinsersikan ke dalam poket, daerah
berwarna pada probe seluruhnya masuk ke dalam poket dan tdk tampak)
D. Gingival Index
Untuk menentukan keparahan dan lokasi gingivitis jaringan yg mengelilingi tiap gigi
dibagi menjadi 4 area :
1. Distal fasial papilla
2. Fasial margin
3. Mesial fasial papilla
4. seluruh lingual gingival margin
Diperiksa pada #3, 9, 12, 19, 25, 28
(6 RA kanan, 1&4 RA kiri, 4&1 RB kanan, 6 RB kiri)
Kriteria Skor :
0 = gingiva normal
1 = inflamasi ringan, sedikit perubah. warna, sedikit edema, tdk ada perdarahan
waktu probing.
2 = Inflamasi sedang, kemerahan, edema, mengkilat, tdpt perdarahan waktu probing.
3 = inflamasi berat, kemerahan, edema, ulcerasi, tendensi perdarahan spontan
jumlah 4 skor GI
Skor GI gigi = ---------------------------
4
jumlah skor GI gigi
Skor GI individu = ----------------------------------------
banyaknya gigi yg diperiksa
E. Plaque Index
- melihat ketebalan plak
- diperiksa semua permuk. mesial, distal, fasial & lingual
Skor dan Kriteria PlI ;
0 = Tidak ada plak
1 = Lapisan plak pada free gingiva margin dan permukaan gigi yang berdekatan bisa
dilihat dengan menjalankan sonde pada permukaan gigi
2 = Akumulasi plak yg sedang dlm gingiva pocket pada gingiva margin
dalam/permukaan gigi yg berdekatan bisa dilihat dengan mata
46
3 = akumulasi plak yg banyak dalam pocket dan pada gingiva margin dan permukaan
gigi yg berdekatan, bisa dilihat dgn mata.
jumlah 4 skor plak
Skor plak gigi = ----------------------------
4
6. RESPONS IMUN
Imunitas : reaksi terhadap substansi asing, termasuk mikroba, dan makromolekul
seperti protein dan polisakarida, tanpa melihat apakah reaksi itu fisiologis atau
patologis.
1. Innate immunity = natural immunity = respons imun alami
2. Adaptive immunity = specific immunity = respons imun adaptif
Imunitas alami
• First line defense
• mekanisme yang terjadi sebelum infeksi
• bereaksi dengan cepat merespon mikroba
• bereaksi dengan cara yang sama terhadap infeksi yang berulang
47
* Epitel yang utuh
* Produksi peptida = antibiotik alami =defensin
* Epitelium mengandung limfosit T &B
- lim T (CD1)
- lim B mengenali LPS, menghasilkan IgM
(normalnya ada = antibodi natural)
* Epitelium mengandung sel mast menghasilkan substansi yg menstimulasi
inflamasi
Komponen imun alami: fagosit
• Awal netrofil makrofag
• Pengenalan antigen oleh reseptor fagosit
menstimuli migrasi,
meningkatkan fagositosis,
produksi bahan mikrobisidal
Rekrutmen lekosit
1. rolling
2. aktivasi menghasilkan molekul adesi
3. adesi pada endotel
4. transmigrasi dari vasa menuju daerah infeksi
Fagositosis
1. Mikroba terikat reseptor
2. invaginasi membran (fagosom)
3. Ingesti mikroba
4. Fusi fagosom dg lisosom killing
Mekanisme Killing
1. Oksidatif : ROS
- radikal superoksid - radikal hidroksil
- H2O2 - radikal peroksil
- MPO ( netrofil)
2. Enzimatik/protein :
- hidrolitik
- proteolitik
NK cell
• Jenis limfosit
• Melisis sel yang mengandung virus
• Menghasilkan IFNγ
• Defens thd virus & mikroba intraselular
48
Komplemen
Sistem komplemen terdiri dari sejumlah protein plasma yg berperan membantu (sbg
komplemen) unt pengenalan mikroba thd fungsi efektor (imun alami & adaptif)
- opsonisasi & fagositosis
- menstimuli inflamasi
- memediasi sitolisis
Protein lain pada imun alami
• manose-binding lectinsbg opsonin
• C-reactive proteinmengikat bakteri (fosfolipid) sbg opsonin
• Sitokinmenyebabkan rekrutman & aktivasi lekosit
* 2 jenis:
- selular : limfosit T
- Humoral : antibodi (limfosit B)
* Komponen : limfosit & produknya
* Stimulan : antigen
• Humoral
• Antibodi : imunoglobulin (lim B)
- mengenali
- menetralkan
- meningkatkan mek efektor (opsonin &
aktivitas lekosit)
- mikroba ekstraselular
• Selular (cell-mediated)
• Limfosit T
• Mikroba intraselular (virus)
• Meningkatkan destruksi mikroba intrasel
• Meningkatkan lisis sel terinfeksi
• Proteksi imunitas
• Induksi respons inang : imunitas aktif
• Transfer serum atau limfosit dari individu yg telah diimunisasi : imunitas
pasif
• Sifat utama imun adaptif
1. Spesifitas
2. Diversitas
3. Spesialisasi
4. Memori
5. Self-limitation
6. Non reaktif thd self
• Komponen selular
49
• limfosit, asesori sel, efektor sel
• Lim B menghasilkan antibodi
• Lim T helper (CD4+) :
- aktivasi sel B & sel T
- aktivasi makrofag
- inflamasi
• Lim T sitolitik (CD8+) : melisis sel terinfeksi
• NK-cell : meningk lisis sel terinfeksi
• Prosesi & presentasi antigen
• Mikroba/protein ekstraselular endositosis prosesi antigen biosintesis
MHC MHC klas II CD4+
• Mikroba/protein intraselular prosesi antigen biosintesis MHC MHC
klas I CD8+
• Fase respons imun adaptif
* Pengenalan antigen
* aktivasi
* fase efektor
* penurunan aktivasi
* memori
50
DAFTAR PUSTAKA
Gunadi, H. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta:
Hipokrates.
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. 2011. Carranza’s Clinical
Periodontology. 11th ed. Missouri: Elsevier Saunders.
51