LP Gerontik Hipertensi by Sokard
LP Gerontik Hipertensi by Sokard
LP Gerontik Hipertensi by Sokard
3. Peran Keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
social yang diberikan. Peran merupakan target dari apa yang diharapkan dan
harus dilakukan individu pada situasi tertentu untuk mencapai tujuan.
a. Formal
1) Suami, Istri, Orangtua, Anak.
2) Pengasuh
3) Pemeliharaan rumah
4) Berhubungan dengan keluarga suami/ istri
5) Pemberi
6) Seksual
b. Informal
1) Inisiator 3) Koordinator
2) Dinamisator 4) Anggota masyarakat
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi
dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-
orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan disekitar meskipun demikian keluarga
tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi keebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memnuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita
lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal
ini menjadikan permasalahn yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
5. Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman tahun 1998 yang
dikemukakan untuk mempermudah pemahaman literatur tentang keluarga
adalah:
a. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah, sebagai orang
tua atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak
mereka (anak kandung, anak adopsi atau keduanya).
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di dalamnya
seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan
(oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu
salah satu teman keluarga inti
Sedangkan menurut Wahid Iqbal (2006) tipe keluarga ada 15 antara lain:
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended Family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.
c. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami/ istri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Niddle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/ kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/
perkawinan/ meniti karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/
salah satu bekerja diluar rumah.
f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan
anakanaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carrier
Suami istri/ keduanya orang karier dan tanpa anak.
h. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult
Wanita/ pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institusional
Anak-anak/ orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.
l. Comunal
Satu rumah terdiri dari dua/ lebih pasangan yang monogami dengan
anakanaknyadan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunananya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
o. Cohibing Couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin
6. Struktur Keluarga
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis sang ayah.
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis sang ibu.
c. Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan
Hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga, karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
2. Batasan Lansia
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO, 1999), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29-25 tahun
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau
65 tahun
3) Lanjut usia ( geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang
dibagi lagi dengan:
a) 70-75 tahun (young old )
b) 75-80 tahun (old)
c) lebih dari 80 (very old )
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) dalam
Dewi (2016) menjadi tiga kelompok yakni:
1) Kelompok lansia dini (55-64tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari
70 tahun
3. Tipe-Tipe Lansia
a. Tipe Konstruktif
Lansia mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,
mempunyai toleransi tinggi, humoristis, fleksibel (luwes) dan tahu diri.
Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima
fakta-fakta proses menua, mengalami pensiun dengan tenang, juga
dalam menghadapi masa akhir.
b. Tipe Ketergantungan (Dependent)
Lansia ini masih dapat di terima ditengah masyarakat, tetapi selalu
pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan
bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang
mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak
suka bekerja dan senang untuk berlibur.
c. Tipe Defensive
Lansia ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan tak stabil,
bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tak dapat di
kontrol, memegang teguh pada kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif.
Anehnya mereka takut menghadapi menjadi tua dan tak menyenangi
masa pensiun.
d. Tipe Bermusuhan (Hostility)
Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalanya,
selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu
dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal$hal yang
baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung
pada pekerjaan$pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang
sulit/buruk.
e. Tipe Membenci/ Menyalahkan Diri Sendiri (Self Haters)
Lansia ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak
mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi.
Biasanya mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai
sedikit hobi merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka
menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia
muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka
menganggap kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya
dari penderitaan.
4. Teori Proses Menua
a. Teori-teori Biologi
1) Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/ DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah
(rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ
tubuh.
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas
ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
6) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
7) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2) Sistem Persyarafan
a) Berat otak menurun 10 – 20 % (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurunnya hubungan persarafan
c) Lambat dalam respond dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress
d) Mengecilnya saraf pancaindera (berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa,
lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin
e) Kurang sensitive terhadap sentuhan
3) Sistem Pendengaran
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), hilangnya
kemampuan daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di
atas 65 tahun
b) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
c) Terjadinya penggumpalan cerumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa / stress
4) Sistem Penglihatan
a) Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi kerak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapangan pandang: berkurang luas pandangannya.
g) Menurunnya daya membedakan warna.
5) Sistem Cardiovaskular
a) Elastisitas, dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bias menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak).
e) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer; sitolis normal +90
mmHg.
6) Sistem Termogulasi
7) Sistem Respirasi
a) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunnya aktivitas dari silia.
c) Paru-paru kehilangan elastisitas; kapasitas residu meninggkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d) Alveoli ukurannya melebar dari biasanya dan jumlanya
berkurang.
e) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
f) CO2 pada arteri tidak berganti.
g) Kemampuan untuk batuk berkurang.
h) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan gigi; penyebab utama adanya Periodontal disease
yang biasa terjadi pada umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
b) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indera pengecap (+ 80%), hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan
asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin,
asam, dan pahit.
c) Esofagus melebar.
d) Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun waktu mengosongkan menurun.
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi Absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
g) Liver (hati); makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
9) Sistem Reproduksi
a) Sistem reproduksi.
b) Menciutnya ovari dan uterus.
c) Atrofi payudara.
d) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi sepermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
e) Dorongan seksual menetap dampai usia diatas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik) yaitu:
f) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
g) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
h) Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
i) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reksi sifatnya menjadi alkali, dan
terjadi perubahan-perubahan warna.
10) Sistem Genitourinaria
a) Ginjal, merupakam alat untuk mengeluarkan sisa metabolisma
tubuh, melalui urine darah yang asuk ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urine, berat jenis urine menurun proteinuria (biasanya +1); BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
b) Vesika urinaria (kandung kemih): otot-otot menjadi lemah,
kapasitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi
urine.
c) Pembesaran prostat + 75% dialami oleh pria diatas 65 tahun.
d) Atrofi vulva.
e) Vagina. Orang-orang yang makin menua sexual intercourse
masih juga membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu
funsi sexual seseorang berhenti; frekuensi sexual intercourse
cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
c. Perubahan Psikososial
1) Pensiun. Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang
pensiun (Purna Tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,
antara lain:
a) Kehilangan financial (income berkurang).
b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of
mortality).
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
5) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan.
6) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
7) Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
9) Rangkaian dari kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family.
10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
11) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970).
12) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari, (Murray dan
Zentner, 1970).
13) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (7978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.
2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yakni:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu genetic, lingkungan, hiperaktivitas
saraf simpatis sistem rennin. Angiotensin dan peningkatan Na+Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diantaranya yaitu
obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
(Nurarif, 2016)
3. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
4. Anatomi Fisiologi
a. Cor
1) Perikardium
c. Fungsi Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(diastol), selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar
dari ruang jantung (sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbon
dioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava)
menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia
akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel
kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis,
menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang
sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru,
menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena
pulmonalis menuju ke atrium kiri.
Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah
keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan.
Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri melalui
katup bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah bersih
ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam
tubuh). Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali
paru-paru. dan sebagainya
Tekanan Sistole
Arteri
Vena
Peredaran darah kecil adalah peredaran darah yang hanya keluar dari
jantung untuk melalui paru-paru saja kemudian akan kembali lagi ke
jantung.
5. Patofisiologi
Penurunan elastisitas,
aterorsklerosis
peningkatan resistensi pembuluh darah perifer sistemik
Risiko
gangguan sirkulasi ganggua keseimbangan
jatuh
Hipertensi
8. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke c. Ginjal
b. Gagal jantung d. Mata
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi
ginjal.
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa :darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
b. CT Scan :mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG :dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
d. IUP :mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu
ginjal dan perbaikan ginjal.
e. Photo dada :menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
10. Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan (Ni Kadek, et al, 2014):
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti
berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
a. Identitas
Meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku/bangsa, Tanggal masuk ke panti, Tanggal Pengkajian, Alamat.
b. Keluhan utama
Pada klien dengan hipertensi biasanya sering mengeluh sakit kepala dan
lemas.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
f. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon didapat meliputi adanya
kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi
saki kepala ataupun nyeri dan ketidaktahuan akan program pengobatan
dan prognosis penyakit. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat
adanya nyeri memberikan konsep diri yang maladaptive.
g. Pemeriksaan Fisik
b. Kepala
Rambut berwarna putih (beruban) karena penuaan, kulit kepala
bersih, tidak ada nyeri tekan. tidak terdapat lesi pada kulit kepala,
tidak ada benjolan,
c. Mata
Jarak pandang biasanya sudah mulai terdapat kelainan seperti rabun
jauh, rabun dekat, bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis,
reflek pupil normal, klien biasanya tidak dapat membaca dengan
jelas lagi.
d. Mulut dan Tenggorokan
Mukosa lembab, menelan tidak sulit. Kaji kebersihaan Gigi dengan
jumlah gigi, mulut tampak bersih, bibir berwarna merah muda,
warna lidah merah muda.
e. Leher
Kaji terdapat benjolan atau tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
f. Telinga
Kaji bentuk telinga antara kanan dan kiri simetris, teinga terlihat
bersih, dan klien dapat mendengar dengan jelas.
g. Payudara
Kaji kesimetrisan bentuk payudara antara kanan dan kiri, adakah
benjolan dan nyeri tekan pada payudara, kaji keadaan warna aerola
dan putting.
h. Sistem pernafasan
Kaji kebersihan lubang hidung, keadaan bulu-bulu hidung, apakah ada
pernafasan cuping hidung, penggunaan alat bantu nafas. Nafas regular
dengan frekuensi nafas 20x/ menit.
g. Sistem Kardiovaskuler
Kaji bunyi jantung S1 dan S2 (lup dan dug), adakah suara jantung
tambahan, keadaan konjuntiva, pengisian kapiler, nadi regular dengan
frekuensi nadi 90x/menit. Tekanan darah biasanya pada klien dengan
hipertensi melebihi 140/90 mmHg.
h. Sistem Gastrointestinal
Kaji keadaan mukosa bibir klien, adakah stomatitis, adakah nyeri
pada abdomen, frekuensi bising usus dalam satu menit.
i. Sistem Perkemihan
Tidak terdapat distensi pada kandung kemih, klien berkemih normal
tidak ada nyeri.
j. Sistem Integument
Kaji warna kulit, pada klien gerontik biasanya keadaan kulit sudah
mulai keriput, kaji turgor kulit.
k. Sistem Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan/laki laki, tidak ada keluhan pada
sistem reproduksi.
l. Sistem Muskuloskeletal
Biasanya pada klien gerontik dengan hipertensi kekuatan otot masih
normal kedua ekstremitas kanan dan kiri dan mengangkat tanpa
bantuan, namun klien terkadang mengeluh pegal-pegal pada bagian
kaki.
5 5
5 5
m. Sistem Persyarafan
Fungsi Nervus Cranial
1) NI (olfaktorius) : mampu membedakan bau-bauan seperti teh,
kopi, ataupun minyak kayu putih.
2) NII (optikus) : kaji penglihatan klien.
3) NIII (okulomotorius) : apakah kelopak mata dapat diangkat ke
atas, bola mata dapat digerakkan ke segala arah, pupil
berkontriksi saat diberi rangsang cahaya.
4) NIV (troklearis) :kaji apakah bola mata dapat digerakkan ke kiri,
dan kanan.
5) NV (trigeminus) : kaji keadaan rahang apakah rahang dapat
menutup dan mengunyah tanpa rasa sakit.
6) NVI (abdusent) : kaji apakah bola mata di gerakkan ke atas dan
bawah.
7) NVII (fasialis) : kaji apakah klien mampu mengerutkan dahi,
tersenyum simetris, menggembungkan pipi, menutup kelopak
mata secara bersamaan.
8) NVIII (akustikus) : kaji apakah pendengaran masih normal/tidak,
dapat mendengar dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
9) NIX dan X (glosofaringeal dan vagus) : kaji apakah reflek
menelan baik, adakah lesi pada dinding rongga mulut.
10) NXI (accessories) : kaji apakah bahu kanan dapat diangkat dan
menggerakkan kepala fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi.
11) NXII (hipoglosus) : kaji apakah klien mampu menjulurkan lidah,
dan mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam.
h. Format pengkajian keluarga mandiri
Keterangan :
Kriteria keluarga mandiri terdiri dari 3 bagian, berikan tanda ceklis
pada kolom dengan skala 1-10 sesuai dengan kriteria berikut ini:
a. Keluarga mengetahui masalah kesehatan dengan kriteria :
1) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari
masalah kesehatan yang ada.
2) Keluarga dapat menyebutkan penyebab masalah kesehatan.
3) Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
4) Keluarga memiliki persepsi positif terhadap masalah.
b. Keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dengan
kriteria:
5) Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
6) Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari
masalah kesehatan tersebut.
7) Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang
penanganan masalah kesehatan.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan dengan kriteria:
8) Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
9) Keluarga terampil melakukan perawatan anggota keluarga.
10) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan.
Kategori keluarga mandiri atau simpulan dibuat berdasarkan jumlah
kriteria diatas, masing-masing memiliki nilai satu. Pembagian kategori
berdasarkan pengelompokan sebagai berikut :
a. Keluarga mandiri I (KM I) : score 1-4
b. Keluarga mandiri II (KM II) : score 5-7
c. Keluarga mandiri III (KM III) : score 8-10
Kolom kesimpulan diisi dengan menuliskan KM I, KM II, atau KM III
sesuai dengan data yang didapat.
Sumber : Buku Panduan Praktik Klinik keperawatan Gerontik 2018:11
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang actual dan potensial (Allen, 1998 dalam Gusti, 2013).
Diagnosa keperawatan keluarga dan gerontik dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan meliputi:
a. Problem atau masalah
Problem atau masalah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
keluarga.
b. Etiologi atau penyebab
Etiologi atau penyebab adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan
masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
a. Diagnosa Aktual
Menggambarkan respon manusia terhadap kondsi kesehatan atau proses
kehidupan yang benar nyata pada individu, keluarga, komunitas. Masalah
keperawatan yang dialami keluarga dan memerlukan bantuan dari
perawat dengan cepat
b. Diagnosa Potensial
Penilaian klinis dari motivasi seseorang, keluarga atau komunitas dari
keiinginan untuk meningkatkan kesejahteraan mewujudkan potensi
kesehatan manusia dan menguatkan prilaku sehat secara khusus,
misalnya nutrisi dan olahraga. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan
sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan
c. Diagnosa Risiko
Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu,
keluarga dan komunitas. Masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadicepat
apabila tidak segera mendapat bantuan dari perawat.
d. Diagnosa keperawatan Gerontik dengan Hipertensi
1) Nyeri akut pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
2) Kelebihan Volme Cairan pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
hipertensi.
3) Ansietas pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
4) Resiko penurunan curah jantung pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
hipertensi.
5) Resiko jatuh pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
1. Sifat masalah
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
diubah 2 2
a. Mudah 1
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera 2 1
ditangani 1
ditangani
Skoring:
3. Intervensi Keperawatan
4) Pelaksanaan tindakan.
metode solving atau pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa bagian:
a. Menentukan masalah
c. Rencana tindakan
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan
perawatan.
seoptimal mungklin.
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan
keperawatan.
kesehatan.
dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter atau
profesi lain.
b. Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan
5. Evaluasi Keperawatan