LP Gerontik Hipertensi by Sokard

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 53

A.

Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga menurut Friedman (2010) dalam Kurniawati (2017)
mendefinisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan keintiman.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan
dan kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
keluarga (Friedman, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal di
suatu tempat dan mereka hidup dalam satu rumah, yang disatukan oleh
kebersamaan, kedekatan emosional dan saling ketergantungan.
2. Ciri- Ciri Keluarga
Ciri- ciri keluarga berdasarkan beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
a. Menurut Berges (1962)
1) Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan, darah dan atau adopsi.
2) Anggota tinggal bersama dalam satu rumah
3) Anggota berinteraksi-berkomunikasi dalam peran social
4) Punya kebiasaan/ budaya asal di masyarakat, tetapi mempunyai
keunikan tersendiri.
b. Menurut Drs. Nasrul E/ Perkesmas 1995
1) Diikat perkawinan.
2) Ada hubungan darah, ikatan batin.
3) Ada tanggung jawab tiap anggota
4) Ada pengambil keputusan
5) Kerjasama antar anggota
6) Komunikasi dan interaksi antar anggota
7) Tinggal satu rumah
Ciri- ciri Keluarga Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Suami pengambil keputusan
2) Merupakan satu kesatuan yang utuh
3) Berbentuk monogram
4) Bertanggung jawab
5) Pengambil keputusan
6) Meneruskan nilai dan budaya bangsa
7) Ikatan kekeluargaan erat
8) Punya semangat gotong-royong

3. Peran Keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
social yang diberikan. Peran merupakan target dari apa yang diharapkan dan
harus dilakukan individu pada situasi tertentu untuk mencapai tujuan.
a. Formal
1) Suami, Istri, Orangtua, Anak.
2) Pengasuh
3) Pemeliharaan rumah
4) Berhubungan dengan keluarga suami/ istri
5) Pemberi
6) Seksual
b. Informal
1) Inisiator 3) Koordinator
2) Dinamisator 4) Anggota masyarakat

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) dalam Murwani (2007) sebagai


berikut:

a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi
dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-
orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan disekitar meskipun demikian keluarga
tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi keebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memnuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita
lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal
ini menjadikan permasalahn yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.

5. Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman tahun 1998 yang
dikemukakan untuk mempermudah pemahaman literatur tentang keluarga
adalah:
a. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah, sebagai orang
tua atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak
mereka (anak kandung, anak adopsi atau keduanya).
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di dalamnya
seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan
(oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu
salah satu teman keluarga inti

Sedangkan menurut Wahid Iqbal (2006) tipe keluarga ada 15 antara lain:

a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended Family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.
c. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami/ istri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Niddle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/ kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/
perkawinan/ meniti karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/
salah satu bekerja diluar rumah.
f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan
anakanaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carrier
Suami istri/ keduanya orang karier dan tanpa anak.
h. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult
Wanita/ pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institusional
Anak-anak/ orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.
l. Comunal
Satu rumah terdiri dari dua/ lebih pasangan yang monogami dengan
anakanaknyadan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunananya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
o. Cohibing Couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin
6. Struktur Keluarga
a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis sang ayah.

b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis sang ibu.
c. Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan
Hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga, karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.

7. Tugas dan Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) adalah:
a. Tahap 1 : Keluarga Baru (Beginning Family)
Pasangan yang belum mempunyai anak.
Tugas perkembangan:
1) Membina hubungan dan kepasan bersama
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman atau sekelompok
social
4) Merencanakan anak dan KB
5) Prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan menjadi orang
tua)
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak (Child Bearing)
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berumur 30 bulan.
Tugas perkembangan:
1) Membagi peran dan tanggung jawab
2) Menata ruang untuk anak
3) Menyediakan dana/ biaya
4) Bertanggung jawab merawat anak
5) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
6) Memfasilitasi role learing anggota keluarga

c. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah


Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 30 bulan dan berakhir ketika anak berusia 6 tahun.
Tugas perkembangan:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas)

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (Family with School


Children)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja.
Tugas perkembangan:
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
4) Meningkatkan komunikasi terbuka

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja


Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7
tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan
keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah
hingga brumur 19 atau 20 tahun.
Tugas perkembangan:
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) Mempertahankan komunikasi secara terbuka antara orangtua dan
anak. Hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.

f. Tahap VI : Keluarga dengan anak dewasa (Pelepasan)


Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah
kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat
singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada
dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah yang masih
tinggal di rumah.
Tugas perkembangan:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Tahap VII : Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan
dari bagi orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun
kemudian.
Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Usia Lanjut


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga
salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal.
Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan “ Life Review”

8. Tugas Kesehatan Keluarga


a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan pada anggota keluarga yang sakit
c. Member perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan dan menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
9. Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan sebagai unit
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan
untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu
keluarga untuk menyesuaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
(Murwani, 2007). Peran perawat menurut Sudiharto (2007) adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai Pendidik
Perawat bertanggungjawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat angora
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat bertanggungjawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit kesehatan
(puskesmas dan rumah sakit).
c. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat
menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai Supervisor Pelayanan Keperawatan
Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko
tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan
terlebih dahulu atau secara mendadak.
e. Sebagai Pembela (Advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak
keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan
serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk
memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas
perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai Fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat unruk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan
keluar dalam mengatasi masalah
g. Sebagai Peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus
atau budaya yang dipraktikan keluarga. Misalnya, diare pada balita
terjadi karena budaya menjaga kebersihan makanan dan minuman kurang
diperhatikan. Peran sebagai peneliti difokuskan pada kemampuan
keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, menanggulangi, dan
melakukan promosi kepada anggota keluarganya. Selain itu, perawat
perlu mengembangkan asuhan keperawatan keluarga terhadap binaannya.

B. Konsep Dasar Gerontik


1. Definisi Gerontik

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan
proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia


pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh.

2. Batasan Lansia
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO, 1999), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29-25 tahun
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau
65 tahun
3) Lanjut usia ( geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang
dibagi lagi dengan:
a) 70-75 tahun (young old )
b) 75-80 tahun (old)
c) lebih dari 80 (very old )
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) dalam
Dewi (2016) menjadi tiga kelompok yakni:
1) Kelompok lansia dini (55-64tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari
70 tahun

3. Tipe-Tipe Lansia
a. Tipe Konstruktif
Lansia mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,
mempunyai toleransi tinggi, humoristis, fleksibel (luwes) dan tahu diri.
Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima
fakta-fakta proses menua, mengalami pensiun dengan tenang, juga
dalam menghadapi masa akhir.
b. Tipe Ketergantungan (Dependent)
Lansia ini masih dapat di terima ditengah masyarakat, tetapi selalu
pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan
bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang
mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak
suka bekerja dan senang untuk berlibur.
c. Tipe Defensive
Lansia ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan tak stabil,
bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tak dapat di
kontrol, memegang teguh pada kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif.
Anehnya mereka takut menghadapi menjadi tua dan tak menyenangi
masa pensiun.
d. Tipe Bermusuhan (Hostility)
Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalanya,
selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu
dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal$hal yang
baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung
pada pekerjaan$pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang
sulit/buruk.
e. Tipe Membenci/ Menyalahkan Diri Sendiri (Self Haters)
Lansia ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak
mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi.
Biasanya mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai
sedikit hobi merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka
menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia
muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka
menganggap kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya
dari penderitaan.
4. Teori Proses Menua
a. Teori-teori Biologi
1) Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/ DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah
(rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ
tubuh.
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas
ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
6) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
7) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.

b. Teori Kejiwaan Sosial


1) Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
5. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia
a. Perubahan Fisik
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya
b) Lebih besar ukurannya
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
d) Menurunnya proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
e) Jumlah sel otak menurun
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang

2) Sistem Persyarafan
a) Berat otak menurun 10 – 20 % (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurunnya hubungan persarafan
c) Lambat dalam respond dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress
d) Mengecilnya saraf pancaindera (berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa,
lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin
e) Kurang sensitive terhadap sentuhan
3) Sistem Pendengaran
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), hilangnya
kemampuan daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di
atas 65 tahun
b) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
c) Terjadinya penggumpalan cerumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa / stress

4) Sistem Penglihatan
a) Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi kerak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapangan pandang: berkurang luas pandangannya.
g) Menurunnya daya membedakan warna.

5) Sistem Cardiovaskular
a) Elastisitas, dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bias menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak).
e) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer; sitolis normal +90
mmHg.
6) Sistem Termogulasi

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu


thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui,
antara lain:

a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) ecara fisiologik +35oC


ini akibat metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7) Sistem Respirasi
a) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunnya aktivitas dari silia.
c) Paru-paru kehilangan elastisitas; kapasitas residu meninggkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d) Alveoli ukurannya melebar dari biasanya dan jumlanya
berkurang.
e) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
f) CO2 pada arteri tidak berganti.
g) Kemampuan untuk batuk berkurang.
h) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan gigi; penyebab utama adanya Periodontal disease
yang biasa terjadi pada umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
b) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indera pengecap (+ 80%), hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan
asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin,
asam, dan pahit.
c) Esofagus melebar.
d) Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun waktu mengosongkan menurun.
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi Absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
g) Liver (hati); makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

9) Sistem Reproduksi
a) Sistem reproduksi.
b) Menciutnya ovari dan uterus.
c) Atrofi payudara.
d) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi sepermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
e) Dorongan seksual menetap dampai usia diatas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik) yaitu:
f) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
g) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
h) Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
i) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reksi sifatnya menjadi alkali, dan
terjadi perubahan-perubahan warna.
10) Sistem Genitourinaria
a) Ginjal, merupakam alat untuk mengeluarkan sisa metabolisma
tubuh, melalui urine darah yang asuk ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urine, berat jenis urine menurun proteinuria (biasanya +1); BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
b) Vesika urinaria (kandung kemih): otot-otot menjadi lemah,
kapasitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi
urine.
c) Pembesaran prostat + 75% dialami oleh pria diatas 65 tahun.
d) Atrofi vulva.
e) Vagina. Orang-orang yang makin menua sexual intercourse
masih juga membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu
funsi sexual seseorang berhenti; frekuensi sexual intercourse
cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

11) Sistem Endokrin


a) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c) Pituitari. Pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan
hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari
ACTH, TSH, FSH, dan LH.
d) Menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya BMR= Basal
Metabolic Rate, dan menurunnya daya pertukaran zat.
e) Menurunnya produksi aldosteron.
f) Menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya: progesterone,
estrogen, dan testoteron.

12) Sistem Kulit


a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis).
c) Menurunnya respon terhadap trauma.
d) Mekanisme proteksi menurun:
- Produksi serum menurun
- Penurunan produksi VTD.
- Gangguan pigmentasi kulit.
e) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
f) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
g) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan
vaskularisasi
h) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
i) Kuku menjadi keras dan rapuh.
j) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
k) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
l) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.

13) Sistem Muskuloskeletal


a) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
b) Kifosis.
c) Pinggang, lutut, dab jari-jari pergelangan terbatas.
d) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
e) Persendian membesar dan menjadi kaku.
f) Tandon mengerut dan mengalami skelerosis.
g) Atrofi serabut otot(otot-otot serabut mengecil): Serabut-serabut
otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot-otot kram dan menjadi tremor.
h) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
b. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain:

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.


2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan (Hereditas).
5) Lingkungan.
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan
mungkin karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
1) Kenangan (Memory)
a) Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu mencakup beberapa perubahan
b) Kenangan jangka pendek atau seketila. 0-10 menit, kenangan
buruk.
2) I.Q. (Intellegentia Quantion)
a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal.
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan
psikomotor: terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan-tekanan dari factor waktu.

c. Perubahan Psikososial
1) Pensiun. Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang
pensiun (Purna Tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,
antara lain:
a) Kehilangan financial (income berkurang).
b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of
mortality).
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
5) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan.
6) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
7) Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
9) Rangkaian dari kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family.
10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
11) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970).
12) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari, (Murray dan
Zentner, 1970).
13) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (7978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
7. Permasalahan yang terjadi pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia menurut (Setiabudhi, 1999 dalam Ria, 2016) antara lain:
a. Permasalahan Umum
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan Khusus
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia

8. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah
sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
(Maryam, 2008).

C. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyait lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Price, 2000 dalam Nurarif,
2016).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic)
pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik
berupa cuff air raksa (Spygmomanometer) ataupun alat digital lainnya
(Herlambang, 2013).
Tensi (tekanan darah) adalah banyaknya darah yang dipompakan jantung
dikalikan tahanan di pembuluh darah perifer. Adapun hipertensi (tekanan
darah tinggi) adalah keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Wijoyo, 2011).

2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yakni:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu genetic, lingkungan, hiperaktivitas
saraf simpatis sistem rennin. Angiotensin dan peningkatan Na+Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diantaranya yaitu
obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:


a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan/ atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

(Nurarif, 2016)

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


1. Optimal <120 <120
2. Normal 120 - 129 80 - 84
3. High Normal 130 - 139 85 - 89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (Ringan) 140 - 159 90 - 99
6. Grade 2 (Sedang) 160 - 179 100 - 109
7. Grade 3 (Berat) 180 - 209 100 - 119
8. Grade 4 (Sangat berat) >210 >120
(Tambayong, 2000 dalam Nurarif, 2016)

3. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

4. Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah


Sumber: https://kitchenuhmaykoosib.com

a. Cor

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan


dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apeks nya (puncak)
miring ke sebelah kiri. Jantung berada di dalam thorak, antara kedua
paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada
ke kanan. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung
dewasa beratnya antara 220-260 gram. Jantung terbagi oleh sebuah
septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan.

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat


dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang
sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah
bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir
dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk
dan satu katup pada jalan keluar.

Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh


dan membersihkan tubuh dari hasil metabolism (karbondioksida).
Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang
kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-
paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya
oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

b. Lapisan Pembungkus Jantung

Gambar 2. Lapisan pembungkus jantung


Sumber : WordPress.com

1) Perikardium

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan


perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3
lapisan yaitu:

a) Lapisan Fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung


yang melindungi jantung ketika jantung mengalami
overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan
bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum
rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk
penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar
yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta,
pulmonal arteri dan vena pulmonal).
b) Lapisan Parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
c) Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan
lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.

Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium


visceral terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan
serosa atau yang disebut dengan cairan perikardium. Cairan
perikardium berfungsi untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang
berlebihan saat jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya
cairan perikardium ini antara 15 – 50 ml, dan tidak boleh kurang atau
lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung.

Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :

a) Epikardium, yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium


visceral
b) Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang
bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung
c) Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau
lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan
darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya
pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya

c. Fungsi Jantung

Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(diastol), selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar
dari ruang jantung (sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbon
dioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava)
menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia
akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel
kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis,
menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang
sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru,
menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena
pulmonalis menuju ke atrium kiri.

Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium


kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong
ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang
kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam. Darah kaya
oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh

d. Cara Kerja Jantung

Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah
keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan.

Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak


karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua
vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium
kanan terisi darah, ia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan
melalui katup trikuspidalis.

Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke


dalam arteri pulmonalis menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir
melalui pembuluh yang sangat kecil (pembuluh kapiler) yang
mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan
karbondioksida dan selanjutnya dialirkan kembali ke jantung.

Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis


menuju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung,
paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner karena darah
dialirkan ke paru-paru.

Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri melalui
katup bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah bersih
ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam
tubuh). Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali
paru-paru. dan sebagainya

Cara kerja jantung

1. Darah di atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup


trikuspid.
2. Ini mengalir ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
3. Darah melakukan perjalanan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Vena membawa darah yang kaya oksigen ke atrium kiri.
4. Ini kemudian harus mengalir melalui katup mitral untuk mencapai
ventrikel kiri.
5. Melalui katup aorta semilunar, darah dipompa ke aorta. Garpu aorta
dan darah mengambil jalan untuk melakukan perjalanan ke organ-
organ bagian atas dan tubuh bagian bawah.
6. Arteri, arteriol dan kapiler membentuk jaringan untuk aliran darah ke
setiap sel tubuh kita.
7. Beberapa bagian dari darah masuk ke ginjal. Mereka menyaring
limbah dari darah sebelum darah dalam perjalanan kembali ke
jantung.
8. Vena kava inferior dan superior merupakan pembawa darah
terdeoksigenasi kembali ke atrium kiri.
Tekanan Diastole

Tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat (pada


orang dewasa normal kira-kira 80 mm Hg)

Tekanan Sistole

Tekanan di dalam pembuluh darah yang timbul pada saat jantung


memompakan darah keluar (pada orang dewasa normal kira-kira 120 mm
Hg)

Perbedaan Arteri dan Vena

Arteri

1) Arteri membawa darah mengandung oksigen, jauh dari jantung,


kecuali arteri pulmonalis
2) Ini adalah sebagian besar sangat terletak di tubuh
3) Ini adalah berdinding tebal, tinggi berotot kecuali arteri tengkorak
dan tulang punggung
4) ini memiliki lumen sempit
5) Katup tidak hadir
6) Ini adalah kemerahan dalam warna
7) Ini menunjukkan gerakan spurty darah memberikan denyut nadi
8) Darah di arteri bergerak dengan tekanan
9) Arteri mengosongkan sampai pada saat kematian
10) Jika dinding arteri terluka, darah keluar seperti ‘air mancur’ di
daerah besar di sekitar arteri

Vena

1) Vena membawa darah terdeoksigenasi, ke jantung kecuali vena paru


2) Ini adalah dangkal dan dalam di lokasi
3) Ini adalah berdinding tipis
4) Ini memiliki lumen lebar
5) Katup yang hadir yang memberikan arus searah darah
6) Ini berwarna kebiruan
7) Ini menunjukkan gerakan lamban darah
8) Darah dalam pembuluh darah bergerak di bawah tekanan yang
sangat rendah
9) Vena bisa diisi pada saat kematian
10) Jika dinding vena terluka, darah yang keluar, mengumpulkan di
tempat di daerah kecil di sekitar vena

Peredaran Darah Kecil

Peredaran darah kecil adalah peredaran darah yang hanya keluar dari
jantung untuk melalui paru-paru saja kemudian akan kembali lagi ke
jantung.

Peredaran Darah Besar

Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang mengalirkan darah


yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh.

Fungsi limpa yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofaga, degradasi


eritrosit, tempat cadangan darah, dan sebagai organ pertahanan terhadap
infeksi partikel asing yang masuk ke dalam darah.

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rahmawati,
2012).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 2010).
Patofisiologi Hipertensi dalam masalah keperawatan
Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Penurunan elastisitas,
aterorsklerosis
peningkatan resistensi pembuluh darah perifer sistemik
Risiko
gangguan sirkulasi ganggua keseimbangan
jatuh
Hipertensi

Otak pembuluh darah ginjal retina

Resistensi pembuluh sistemik koroner vasokontriksi pembuluh peningkatan


darah di otak darah ginjal TIO
vasokontriksi iskemia miokard
peningkatan TIK blood flow menurun spasme areteriol
peningkatan afterload
Nyeri renin mengalami peningkatan
Nyeri Risiko Cedera
Kepala Risiko Penurunan
angiotensin I – II
Curah Jantung
Ansietas sekresi aldosterone retensi Na dan H2O

TD Kelebihan Volume Cairan


meningkat
Sumber : Nurafif & Hardi (2015 hlm. 106)
7. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala yang biasaya terjadi pada pasien yang menderita
hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala dan d. Gelisah
pusing e. Mual dan muntah
b. Lemas serta kelelahan f. Epistaksis
c. Sesak nafas g. Kesadaran menurun

8. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke c. Ginjal
b. Gagal jantung d. Mata

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi
ginjal.
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa :darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
b. CT Scan :mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG :dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
d. IUP :mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu
ginjal dan perbaikan ginjal.
e. Photo dada :menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
10. Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan (Ni Kadek, et al, 2014):
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti
berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik


1. Pengkajian

a. Identitas
Meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku/bangsa, Tanggal masuk ke panti, Tanggal Pengkajian, Alamat.

b. Keluhan utama
Pada klien dengan hipertensi biasanya sering mengeluh sakit kepala dan
lemas.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengumpulan data dilakukan sejak awal muncul keluhan dan secara


umum mencakup awitan, gejala, dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Dan mngembangkan keluhan utama dengan menggunakan
metode PQRST.
1) (P) Provokatif dan Paliatif, pada klien dengan hipertensi sakit
kepala bertambah berat dirasakan apabila sedang banyak pikiran atau
setelah melakukan banyak aktivitas dan dirasakan ringan apabila
beristirahat dan meminum obat penurun tekanan darah.
2) (Q) Quality dan Quantity, sakit kepala yang dirasakan atau
digambarkan klien seperti senat senut dan sering dirasakan ketika
tekanan darah tinggi kambuh.
3) (R) Region dan Radiation, sakit kepala yang dirasakan pada klien
dengan hipertensi terkadang menyebar ke seluruh bagian kepala.
4) (S) Severity Scale, skala nyeri atau sakit kepala yang dirasakan oleh
kilen.
5) (T) Timing, sejak kapan dan sudah berapa lama sakit kepala
berlangsung, seberapa sering sakit kepala dirasakan.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya sekarang, apakah klien mempunyai riwayat
pernah dirawat di rumah sakit, dan apakah klien mempunyai alergi
terhadap obat-obatan, makanan/minuman, maupun cuaca.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Kaji apakah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit sama
seperti klien yang berhubungan dengan genetic.

f. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon didapat meliputi adanya
kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi
saki kepala ataupun nyeri dan ketidaktahuan akan program pengobatan
dan prognosis penyakit. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat
adanya nyeri memberikan konsep diri yang maladaptive.

g. Pemeriksaan Fisik

Data fokus hasil pemeriksaan fisik pada klien dengan hipertensi


meliputi:
a. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan Umum kemungkinan baik dengan tingkat kesadaran
Compos Mentis. GCS berada pada rentang 14-15.
Tanda-Tanda Vital
T : Sistolik > 160 mmHg
Diastolik >90 mmHg
N : 90x/menit – 140x/menit
R : 22-24x/menit
S : 37,0 C-37,5 C

b. Kepala
Rambut berwarna putih (beruban) karena penuaan, kulit kepala
bersih, tidak ada nyeri tekan. tidak terdapat lesi pada kulit kepala,
tidak ada benjolan,

c. Mata
Jarak pandang biasanya sudah mulai terdapat kelainan seperti rabun
jauh, rabun dekat, bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis,
reflek pupil normal, klien biasanya tidak dapat membaca dengan
jelas lagi.
d. Mulut dan Tenggorokan
Mukosa lembab, menelan tidak sulit. Kaji kebersihaan Gigi dengan
jumlah gigi, mulut tampak bersih, bibir berwarna merah muda,
warna lidah merah muda.
e. Leher
Kaji terdapat benjolan atau tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
f. Telinga
Kaji bentuk telinga antara kanan dan kiri simetris, teinga terlihat
bersih, dan klien dapat mendengar dengan jelas.
g. Payudara
Kaji kesimetrisan bentuk payudara antara kanan dan kiri, adakah
benjolan dan nyeri tekan pada payudara, kaji keadaan warna aerola
dan putting.
h. Sistem pernafasan
Kaji kebersihan lubang hidung, keadaan bulu-bulu hidung, apakah ada
pernafasan cuping hidung, penggunaan alat bantu nafas. Nafas regular
dengan frekuensi nafas 20x/ menit.
g. Sistem Kardiovaskuler
Kaji bunyi jantung S1 dan S2 (lup dan dug), adakah suara jantung
tambahan, keadaan konjuntiva, pengisian kapiler, nadi regular dengan
frekuensi nadi 90x/menit. Tekanan darah biasanya pada klien dengan
hipertensi melebihi 140/90 mmHg.
h. Sistem Gastrointestinal
Kaji keadaan mukosa bibir klien, adakah stomatitis, adakah nyeri
pada abdomen, frekuensi bising usus dalam satu menit.
i. Sistem Perkemihan
Tidak terdapat distensi pada kandung kemih, klien berkemih normal
tidak ada nyeri.
j. Sistem Integument
Kaji warna kulit, pada klien gerontik biasanya keadaan kulit sudah
mulai keriput, kaji turgor kulit.
k. Sistem Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan/laki laki, tidak ada keluhan pada
sistem reproduksi.
l. Sistem Muskuloskeletal
Biasanya pada klien gerontik dengan hipertensi kekuatan otot masih
normal kedua ekstremitas kanan dan kiri dan mengangkat tanpa
bantuan, namun klien terkadang mengeluh pegal-pegal pada bagian
kaki.
5 5
5 5

m. Sistem Persyarafan
Fungsi Nervus Cranial
1) NI (olfaktorius) : mampu membedakan bau-bauan seperti teh,
kopi, ataupun minyak kayu putih.
2) NII (optikus) : kaji penglihatan klien.
3) NIII (okulomotorius) : apakah kelopak mata dapat diangkat ke
atas, bola mata dapat digerakkan ke segala arah, pupil
berkontriksi saat diberi rangsang cahaya.
4) NIV (troklearis) :kaji apakah bola mata dapat digerakkan ke kiri,
dan kanan.
5) NV (trigeminus) : kaji keadaan rahang apakah rahang dapat
menutup dan mengunyah tanpa rasa sakit.
6) NVI (abdusent) : kaji apakah bola mata di gerakkan ke atas dan
bawah.
7) NVII (fasialis) : kaji apakah klien mampu mengerutkan dahi,
tersenyum simetris, menggembungkan pipi, menutup kelopak
mata secara bersamaan.
8) NVIII (akustikus) : kaji apakah pendengaran masih normal/tidak,
dapat mendengar dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
9) NIX dan X (glosofaringeal dan vagus) : kaji apakah reflek
menelan baik, adakah lesi pada dinding rongga mulut.
10) NXI (accessories) : kaji apakah bahu kanan dapat diangkat dan
menggerakkan kepala fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi.
11) NXII (hipoglosus) : kaji apakah klien mampu menjulurkan lidah,
dan mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam.
h. Format pengkajian keluarga mandiri

Masalah Masalah Kriteria Keluarga Mandiri


Tanggal Kesimpulan
kesehatan keperawatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :
Kriteria keluarga mandiri terdiri dari 3 bagian, berikan tanda ceklis
pada kolom dengan skala 1-10 sesuai dengan kriteria berikut ini:
a. Keluarga mengetahui masalah kesehatan dengan kriteria :
1) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari
masalah kesehatan yang ada.
2) Keluarga dapat menyebutkan penyebab masalah kesehatan.
3) Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
4) Keluarga memiliki persepsi positif terhadap masalah.
b. Keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dengan
kriteria:
5) Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
6) Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari
masalah kesehatan tersebut.
7) Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang
penanganan masalah kesehatan.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan dengan kriteria:
8) Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
9) Keluarga terampil melakukan perawatan anggota keluarga.
10) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan.
Kategori keluarga mandiri atau simpulan dibuat berdasarkan jumlah
kriteria diatas, masing-masing memiliki nilai satu. Pembagian kategori
berdasarkan pengelompokan sebagai berikut :
a. Keluarga mandiri I (KM I) : score 1-4
b. Keluarga mandiri II (KM II) : score 5-7
c. Keluarga mandiri III (KM III) : score 8-10
Kolom kesimpulan diisi dengan menuliskan KM I, KM II, atau KM III
sesuai dengan data yang didapat.
Sumber : Buku Panduan Praktik Klinik keperawatan Gerontik 2018:11

i. Pengkajian Khusus Gerontik


1) Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Penilaian untuk mengetahui fungsi intelektual lansia, dengan
kesimpulan:
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : kerusakan intelektual berat
2) Apgar Keluarga dengan Lansia
Suatu alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk
mengkaji fungsi social lansia, dengan ketentuan score:
Selalu :2
Kadang-kadang :1
Hampir tidak pernah : 0
3) Investaris Depresi Beck (IDB)
Penilaian untuk mengetahui tingkat depresi lansia, dengan
penilaian:
0-6 : Depresi tidak ada atau minimal
7-13 : Depresi ringan
14-21 : Depresi sedang
22-39 : Depresi berat
4) Mini Mental State Exam (MMSE)
Penilaian untuk menguji aspek-aspek kognitif dari fungsi
mental, dengan kesimpulan:
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
<17 : terdapat kerusakan aspek mental berat
5) Pengkajian Emosional Manula
Penilaian untuk mengidentifikasi masalah emosional pada
lansia, dengan kesimpulan jika ada minimal satu jawaban “ya”
maka masalah emosional (+).
6) Barthel Indeks
Penilaian indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-
hari lansia, dengan kesimpulan penilaian:
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat
62-90 : ketergantungan moderat
91-99 : ketergantungan ringan
>100 : mandiri
7) Pengkajian Keseimbangan untuk Lansia
Penilaian untuk mengetahui tingkat keseimbangan lansia,
dengan intervensi hasil:
0-5 : resiko jatuh rendah
6-10 : resiko jatuh sedang
11-15 : resiko jatuh tinggi
8) Berg Balance Scale
Skala untuk mengukur keseimbangan static dan dinamik secara
objektif, yang terdiri dari 14 item tugas keseimbangan (balance
task) yang umum dalam kehidupan sehari-hari. Interpretasi
hasil:
0-20 : harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40 : berjalan dengan bantuan
41-56 : mandiri/ independen

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang actual dan potensial (Allen, 1998 dalam Gusti, 2013).
Diagnosa keperawatan keluarga dan gerontik dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan meliputi:
a. Problem atau masalah
Problem atau masalah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
keluarga.
b. Etiologi atau penyebab
Etiologi atau penyebab adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan
masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Secara umum faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis


keperawatan keluarga adalah adanya :
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalah
persepsi).
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
3) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik
finansial, fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik dan
psikologis).

c. Tanda (sign) dan gejala (symptom)


Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung.

Tipologi diagnosa keperawatan meliputi :

a. Diagnosa Aktual
Menggambarkan respon manusia terhadap kondsi kesehatan atau proses
kehidupan yang benar nyata pada individu, keluarga, komunitas. Masalah
keperawatan yang dialami keluarga dan memerlukan bantuan dari
perawat dengan cepat
b. Diagnosa Potensial
Penilaian klinis dari motivasi seseorang, keluarga atau komunitas dari
keiinginan untuk meningkatkan kesejahteraan mewujudkan potensi
kesehatan manusia dan menguatkan prilaku sehat secara khusus,
misalnya nutrisi dan olahraga. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan
sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan
c. Diagnosa Risiko
Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu,
keluarga dan komunitas. Masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadicepat
apabila tidak segera mendapat bantuan dari perawat.
d. Diagnosa keperawatan Gerontik dengan Hipertensi
1) Nyeri akut pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
2) Kelebihan Volme Cairan pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
hipertensi.
3) Ansietas pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
4) Resiko penurunan curah jantung pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
hipertensi.
5) Resiko jatuh pada lansia Ny. X keluarga Tn.Y berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah hipertensi.

e. Prioritas masalah keperawatan


Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga terdiri dari :

1) Sifat masalah, kriteria sifat ini dapat menentukan dengan melihat


kategori diagnosis keperawatan
2) Kriteria kedua adalah kemungkinan masalah untuk diubah, kriteria
ini dapat ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber daya
keluarga, sumber daya keperawatan yang tersedia dan dukungan
masyarakat
3) Kriteria ketiga adalah maslaah untuk dicegah, kriteria ini dapat
ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah dan
tindakan yang sedang dilakukan
4) Kriteria akhir adalah menonjolnya masalah, kriteria ini dapat
ditentukan berdasarkan presepsi keluarga dalam melihat masalah

f. Scoring Masalah Keperawatan


Skala prioritas masalah keperawatan gerontik
Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah

a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1

b. Ancaman kesehatan 2

c. Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat

diubah 2 2

a. Mudah 1

b. Sebagian 0

c. Tidak dapat

3. Potensial masalah untuk dicegah

a. Tinggi 3 1

b. Cukup 2

c. Rendah 1

4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera 2 1

ditangani 1

b. Ada masalah, tidak perlu segera 0

ditangani

c. Masalah tidak dirasakan

Sumber: Baylon dan Maglaya (1978) dalam Setiawan (2016)

Skoring:

a. Tentukan skore untuk setiap kriteria

b. Skore dibagi dengan angka tertinggi dikalikan dengan bobot

𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


x bobot
score tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk setiap kriteria (skor tertinggi sama dengan

jumlah bobot yaitu 5

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi

Keperawatan Konsep dan Praktik,perencanaan meliputi pengembangan

strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi maslah-

masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan.Tahap ini dimulai

setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin sukses dan

keberhasilan rencana keperawatan, yaitu :

a. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan

kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah.


b. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan.

c. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan.

d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam:

1) Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga.

2) Menentukan prioritas masalah.

3) Memilih tindakan yang tepat.

4) Pelaksanaan tindakan.

5) Penilaian hasil tindakan.

e. Dibuat secara tertulis.

Menurut Friedman dalam Bailon dan Maglaya (1978) proses dalam

pengembangan rencana keperawatan keluarga menyangkut penggunaan

metode solving atau pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa bagian:

a. Menentukan masalah

b. Sasaran dan tujuan

c. Rencana tindakan

d. Rencana untuk mengevaluasi perawatan.

4. Implementasi Keperawatan
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan

Keperawatn Keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan keluarga

mencakup hal-hal berikut, yaitu :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,


mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan

tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan

mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat

dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang

menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungklin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga

dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan

Keperawatn Keluarga, menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada

saat melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain:

a. Partisipasi keluarga, mengikutsertakan anggota keluarga dalam sesi-sesi

konseling, suportif, dan pendidikan kesehatan.


b. Penyuluhan, upaya-upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

terciptanya suatu kondisi bagi perorangan, kelompok atau masyarakat

untuk menerapkan cara-cara hidup sehat.

c. Konseling, yaitu pembimbingan dalam proses memberikan dukungan

bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

d. Kontrak, persetujuan kerja antara kedua belah pihak yaitu kesepakatan

antara keluarga dan perawat dalam kesepakan dalam asuhan

keperawatan.

e. Managment kasus yaitu strategi dan proses pengambilan keputusan

melalui langkah pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (rujukan,

koordinasi dan advokasi)

f. Kolaburasi, kerjasama perawat bersama tim kesehatan yang lain dan

merencanakan perawatan yang berpusat pada keluarga.

g. Konsultasi, merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan

kesehatan.

Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan berdasarkan

kewenangan dan tanggung jawab perawat secara prefesional sebagaimana

terdapat dalam standar praktik keperawatan, yaitu :

a. Independen. Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter atau

profesi lain.
b. Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan

kegiatatan yang memperlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain,

seperti ahli gizi, fisioterapi, atau dokter.

c. Dependen. Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan

pelaksanaan secara tindakan medis. Cara tersebut menandakan suatu cara

dimana tindakan medis dilakukan.

5. Evaluasi Keperawatan

Setiawan (2016) menjelaskan evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi


proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap
evaluasi diletakan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Evaluasi merupakan tindakan membandingkan antara hasil dan


implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak berhasil atau berhasil sebagian
perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan bahwa
evaluasi dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. Boedhi. (2010). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:


FKUI.
Kristanti, H. 2013. Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis. Citra Pustaka:
Yogyakarta.
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika.
Rahmawati, R. 2012. Pengaruh Jus Seledri Kombinasi Wortel dan Madu
Terhadap Penurunan Tingkat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Gresik
(skripsi) from: http://www.google.com , diakses 26 November 2019.
Setiawan, Ridwan. (2016). Teori dan Praktek Keperawatan Keluarga. Semarang :
Unnes Press
Septi, Ria. 2016. LP Lansia dengan Hipertensi. https://academia.edu, diakses 26
November 2019.

Setyowati, Sri dan Arita Murwani. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga.


Yogyakarta: Fitramaya.

Wijoyo, P. M. 2011. Rahasia Penyembuhan Hipertensi Secara Alami. Bee Media


Agro: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai