Bab Iv
Bab Iv
Bab Iv
Dalam bab ini, akan disajikan beberapa ulasan data yang ditemukan dalam
Setia Hati Winongo Tunas Muda Madiun ke dalam satuan masyarakat. 3) Upaya
Madiun
pendiri dan sekaligus pencipta Pencak Silat Setia Hati “S-H” mempunyai silsilah
keturunan dari Bupati Gresik dan seluruh keluarganya masih ada keturunan dari
Batoro Katong Ponorogo, hal ini tertuang dalam buku Pencak Silat dalam 3
30
31
Pada tahun 1903 beliau menjabat sebagai Polisi Dienar hingga mencapai
Sedulur Tunggal Kecer atau STK. Tahun 1912 beliau berhenti dari Polisi Dienar,
beliau kemudian pergi ke Tegal dan ikut seorang paman dari almarhum saudara
Apu Suryawinata, yang menjabat sebagai Opzither Irrigatie. Tahun 1914 beliau
kembali lagi ke Surabaya dan bekerja pada D.K.A Surabaya. Selanjutnya beliau
Winongo, yang diperkuat dalam buku Pencak Silat dalam Tiga Zaman. Soewarno
didirikan pada tahun 1903 oleh Almarhum Bapak Ki Ngabehi Soerodwirjo dengan
sejarah terbentuknya pencak silat Setia Hati, bapak Agus Wiyono “Didirikan oleh
Almarhum Ki Ngabehi Soerodwiryo tepat pada hari jumat legi pada tanggal 10
Muharam atau 10 suro tahun 1323 Hijriah atau 1903 Masehi, waktu itu diberi
nama Sedulur Tunggal Kecer atau STK dengan nama Pencak Silatnya Joyo
Gendilo, nah tempat pendirian itu ada di desa Tambak Gringsing Surabaya,
kemudian tahun 1917 karena beliau bekerja di PT kereta api maka beliau pindah
ke Madiun, pada saat di Madiun beliau berkeinginan untuk mencari tempat tinggal
yang tidak jauh dari pekerjaannya, dalam hal ini kemudian ditunjuk itu nama Desa
Winongo kenapa Desa Winongo? Ini ada sejarahnya bahwa beliau mempunyai
seorang guru, guru ini adalah guru ahli kebatinan yaitu seorang Punggawa dari
Kerajaan Bali, yang pada saat itu dibuang oleh pemerintah Kolonial Belanda ke
Padang Sumatra Barat kemudian beliau mengambil Winongo itu karena beliau
gurunya yang kedua selama di Padang namanya yang dari Bali yaitu Nyoman Ide
Gempol kemudian di Padang sangat dikenal dengan nama Raja Kenanga Mangga
Tengah, kalau ingat Raja Kenanga Mangga Tengah apabila diambil nama
Kenanga dan Tengah, Kenanga ini mirip sekali dengan Desa Winongo dan tengah
33
dapat diartikan Madya atau Madiun nah ini petunjuk illahi bahwa beliau terkesan
dengan gurunya pada saat itu guru kedua dari Padang dalam arti tinggal di Padang
tapi asli Bali, sehingga beliau memilih karena ini adalah petunjuk illahi beliau
Maret 2017).
Wiyono “Itu awalnya pada saat itu masa penjajahan Kolonial Belanda, itu
Latar belakang berdirinya Setia Hati juga termuat dalam buku karangan
Dari hasil wawancara dan dari penelaahan buku karangan Almarhum R.H
Hendro Soewarno dapat diketahui bahwa Persaudaraan Setia Hati yang didirikan
di Desa Tambak Gringsing dengan nama awal adalah STK atau Sedulur Tunggal
Kecer dengan nama Pencak Silatnya yaitu Joyogendilo Cipto Mulyo. Kemudian
berubah nama menjadi Setia Hati “S-H” pada tahun 1917. Latar belakang
terbentuknya Persaudaraan Setia Hati ini salah satunya adalah untuk melawan
Indonesia.
Setia Hati Eyang Soero yang sudah tidak aktif atau mengalami kemunduran. Para
pemuda ingin Setia Hati dihidupkan lagi, oleh Bapak (Raden Djimat Hedro
Soewarno) dengan izin para saudara-saudara tua, kalau sekarang disebut Setia
Hati Panti itu mas, kemudian mendirikan Setia Hati dengan bendera yang berbeda
pada tahun 1965 yang dapat kita sebut Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas
Agus Wiyono” Persaudaraan Setia Hati itu setelah beliau ada di Winongo
Winongo karena Winongo tempat tinggal beliau untuk menggembleng ilmu secara
jasmani dan rohani untuk menimba ilmu untuk putra-putra asuhnya, yang
sebelumnya namanya S-H saja dan Winongo itu tempat tinggalnya saja jadi nama
daerah itu katut, karena S-H itu didirikan tahun 1903 belum namanya S-H, pada
tahun 1917 beliau itu merubah dengan STK dengan Pencak Silatnya yaitu Joyo
Gendilo Cipto Mulyo dengan nama Pencak silatnya adalah Setia Hati
Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda Madiun tetap didirikan oleh
sebelum Marinir itu apa KKO, sebelum Kopasus yaitu RPKAD nah seperti itu dan
sebenarnya itu satu. Sama saja istilahnya karena pada saat itu Sedulur Tunggal
Kecer atau STK dengan Pencak Silatnya Joyo Gendilo Cipto Mulyo akhirnya
36
Pendapat tersebut didukung dari buku Pencak Silat dalam Tiga Zaman
mengemukakan bahwa.
Sejak awal tahun 1965 S-H mengalami kemuduran, tidak aktif, hal
ini disebabkan kecuali karena keadaan juga sebagian besar dari
saudara-saudara S-H sudah tua-tua, ditambah dengan makin
berkurangnya penerimaan saudara baru. Pada tanggal 1-11-1965
banyak sekali para pemuda yang mengajukan permintaan supaya S-
H dibangkitkan (di Actiefeer) sebab pada masa krisis itu mereka
sangat memerlukan dan haus akan pendidikan rokhani/jasmani.
Kian hari kian tambah banyak desakan dari para pemuda-pemuda
ini yang tidak dapat dibendung lagi. Sehingga bagi kami tidak ada
alternatif lain kecuali meluluskan permintaan mereka itu, walaupun
sesungguhnya bagi diri kami sendiri masih banyak sekali
kekurangan-kekurangannya, tetapi kami memberanikan diri karena
keadaaan. Sungguh diluar dugaan kami yang tanpa sengaja dan
rencana yang hingga kini mendapat perlindungan dan keridhaan
Tuhan. Hal ini mendapat dukungan kuat baik dari masyarakat luas
maupun dari pemerintah yang sangat diperlukan oleh HANKAM.
Madiun adalah hasil aktifan atau dihidupkannya lagi Pencak Silat Setia Hati Ki
dikarenakan saudara-saudara Setia Hati yang sudah tua dan minimnya penerimaan
saudara baru, pada tanggal 1-11-1965 para pemuda mendesak para sesepuh Setia
Hati untuk mengaktifkan kembali Setia Hati, dikarenakan para pemuda haus akan
pendidikan rokhani dan jasmani, kemudian dari perwakilan saudara tua yaitu
Raden Djimat Hedro Soewarno atas persetujuan saudara tua Setia Hati lainya,
Silat Setia Hati. Ditahun 1965 Persaudaraan Setia Hati dibangkitkan dengan
37
pergantian nama yaitu Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda Madiun,
Winongo karena Winongo tempat tinggal beliau untuk menggembleng ilmu secara
b. Tujuan
ungkapkan oleh Bapak Agus Wiyono selaku Ketua Umum, “Tujuan dari
Persaudaraan Setia Hati Winongo, untuk tujuan secara pokok adalah mengolah
raga dan mengolah batin untuk mencapai keluhuran budi guna mendapatkan
akhirat, itu tujuannya” (Wawancara, 06 Maret 2017). Diperkuat lagi oleh pendapat
Bapak Sugeng, “Tujuan sudah tertuang di sumpah, bahwa menjadikan anak asuh
atau saudara Persaudaraan Setia Hati Winongo berbudi pekerti luhur mendapatkan
Tujuan Persaudaraan Setia Hati Winongo juga tertuang dalam buku Pencak
Silat dalam Tiga Zaman Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda. Soewarno
Dalam Setia Hati sendiri memiliki tujuan yang mulia yaitu “bela
Negara, mengolah raga dan mengolah batin untuk mencapai
keluhuran budi guna mendapatkan kesempurnaan hidup,
kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin di dunia dan di
akhirat, dengan jalan mengajarkan Silat (Pencak Silat) sebagai
olahraga atas dasar jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat
pula, yaitu dengan meninggalkan semua yang menjadi larangan-
larangan Tuhan, dan melaksanakan semua perintah-perintah-Nya (
MENS SANA IN CORPORE SANO - AMAR MA’RUF NAHI
MUNKAR)”.
38
Winongo begitu mulia, untuk mengolah raga dan mengolah batin, untuk keluhuran
perintahNya.
c. Sistem Kepengurusan
tahun. Untuk periode 2016 sampai 2020, susunan kepengurusan dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Susunan Pengurus Pusat Persaudaraan “Setia-Hati” Winongo Tunas Muda
Periode 2016-2020
No Nama Umur Jabatan
1 H.R.G.S. Agus Wiyono Santoso, S.Sos 54 Tahun Ketua Umum
2 Isbayu Kuncoro, S.H 36 Tahun Sekretari I
3 Iwan Budi Prasetya, S.E 43 Tahun Sekretaris II
4 Kumastuti, S.E 43 Tahun Bendahara I
5 Endang Nur S, S.Pd 46 Tahun Bendahara II
6 Soetino HS 80 Tahun Dewan Penasehat
7 Wiwik Widoyoko 62 Tahun Dewan Penasehat
8 K. Setyawan, Drs 55 Tahun Dewan Penasehat
9 Safuan 67 Tahun Dewan Penasehat
10 Sangadji 67 Tahun Dewan Pusat
11 Surono 67 Tahun Dewan Pusat
12 Wiyono 50 Tahun Dewan Pusat
13 Budiono 50 Tahun Dewan Pusat
14 Suharto 52 Tahun Dewan Pusat
15 Sugiyanto 49 Tahun Dewan Pusat
16 Mahbud Zunaidi 48 Tahun Dewan Pusat
17 Shidiq Sapto Utomo 46 Tahun Dewan Pusat
Sumber: Pengurus Pusat Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda
39
d. Keanggotaan
bulan Maret 2017 sebanyak 1.627.008 (Satu juta enam ratus dua puluh tujuh ribu
tersebar di berbagai pelosok Negara, menurut pendapat Bapak Agus Wiyono, “Ya
di seluruh Indonesia, juga di negeri Belanda juga ada bahkan yang paling banyak
di daerah Asian sendiri terutama yang dibawa saudara-saudara yang saat ini
bahkan sudah sampai keluar Negeri, seperti Belanda, Jepang, Korea dan lain-lain”
pendaftaran seperti yang dijelaskan boleh Bapak Agus Wiyono “Di sini setiap hari
minggu, kenapa diambil hari minggu, karena hari minggu kan libur, mayoritas kan
kebanyakan pelajar. Kemudian mungkin khususnya di luar Jawa ya, itu lain
malam minggu, tempatnya di sini, namun harinya bisa selasa, rabu sampai kamis”
Setia Hati Winongo sendiri menurut Bapak Agus Wiyono, “Usianya kalau sudah
akil balig, di samping sudah akil balig kan ini, anak itu punya pendirian yang tetap
tidak labil ya, jadi stabil” (Wawancara, 06 Maret 2017). Lebih diperjelas oleh
Di samping sudah akhil baliq, syarat yang harus terpenuhi bila ingin
menjadi saudara Persaudaraan Setia Hati Winongo menurut Bapak Sugeng “Tidak
ada aturan pakem, kalau menjadi calon saudara Persaudaraan Setia Hati Winongo
harus memenuhi syarat minimal usia 17 tahun, harus mengandidat atau mencari
informasi tentang Setia Hati, setelah menjadi insan Persaudaraan Setia Hati
2017). Diperjelas lagi oleh pendapat Ketua Umum yaitu Bapak Agus Wiyono,
“Kalau di dalam ajaran ini, selama-lamanya. Bahkan andai kata saudara yang
telah meninggal punya keluarga juga dianggap saudaranya, jadi karena ini sifatnya
persaudaraan sampai nanti di alam kubur itu keluarganya masih menjadi saudara”
pengenal bahwa mereka adalah insan pesilat dari Persaudaraan Setia Hati
Winongo, menurut pendapat dari siswa Persaudaraan Setia Hati Winongo yaitu
Mas Bagus berpendapat, “Ada di sabuk! berupa selendang bewarna kuning terus
ada lambangnya Persaudaraan Setia Hati Winongo, terus ada di seragamnya juga
ada, mungkin setahu saya itu saja” (Wawancara, 28 Februari 2017). Pendapat
berupa seragam, atribut resmi, sabuk bewarna kuning dengan Persaudaraan Setia
diketahui bahwa untuk menjadi anggota atau saudara Persaudaraan Setia Hati
akhil baliq minimal 17 tahun dan maksimal tidak terbatas, kemudian harus
meminta tanda tangan saudara tua Persaudaraan Setia Hati Winongo yang ada di
tetap menjadi saudara. Mereka insan pesilat dari Persaudaraan Setia Hati Winongo
e. Kegiatan
Agus Wiyono, “Kegiatan secara rutin jelas itu latihan, mungkin juga sosial, dalam
hal ini seperti bakti sosial, menyumbangkan darah, dan kalau kegiatan rutin setiap
Ditambah dengan pendapat Bapak Sugeng, “Kalau tahunan jelas acara Halal-
bihalal dan Suran Agung itu di pusat, mingguan yaitu latihan rutin diadakan di
cabang, ranting, sub ranting. Selebihnya mengikuti acara pencak silat IPSI. Kalau
di Ponorogo belum ada jadwal kegiatan yang tersusun rapi, biasanya acara-acara
rokhani disisi lain juga mencetak bibit muda untuk mencapai prestasi dalam
olahraga Pencak Silat, di Persaudaraan Setia Hati Winongo sendiri juga mencetak
beberapa atlet dalam bidang olahraga Pencak Silat, hasil wawancara dengan salah
satu sesepuh Persaudaraan Setia Hati Winongo Bapak Sugeng berpendapat “Kalau
prestasi dalam naungan IPSI dibeberapa tempat sudah mengikuti, kemarin itu di
kejuaraan Jakarta Championship mendapat dua perak, dan kalau tidak salah di
Menurut pendapat dari Bapak Agus Wiyono selaku Ketua Umum “Kalau
prestasi ini memang selama ini sebenarnya, ajaran Setia Hati ini tidak boleh ini ya
dibuat seperti atau dipamerkan seperti sistem kejuaraan, karena apa? Di dalam
Setia Hati itu karena mengingat sumpahnya ya, contoh sumpah nomor 4, nomor 3
dulu tidak boleh sombong, takabur, jubrio, dan dahwen, yang keempat tidak boleh
dengan saudar-saudara seasuhan. Dalam makna ini sebenarnya kita tidak boleh
pamer, sombong itu diawali dengan rasa rya’, rasa pamer itu nanti memicu rasa
sombong, nah kalau sudah sombong, jika sudah sombong ini nanti takabur tidak
mau diingatkan orang lain, jubrio itu mengaku-aku dan lain-lain. Dahwen itu yang
jelas mempunyai rasa suudzhon, itu nggak boleh, sebenarnya untuk prestasi itu
bukan di Setia Hati, dari awalnya itu tidak ada sistem kejuaraan tapi mungkin
Setia Hati Winongo untuk prestasi dalam bidang olahraga Pencak Silat lebih ke
prestasi secara internal, yaitu kejuaraan Pencak Silat yang diadakan oleh
43
Persaudaraan Setia Hati Winongo tetap ikut di kejuaraan nasional naungan IPSI,
Satuan Masyarakat
disebut sebagai masyararakat salah satunya harus memiliki tujuan atau pusat
orientasi yang mengikat antara insan pesilat yang ada di Persaudaraan Setia Hati
Winongo.
Pusat orientasi atau tujuan dari Persaudaraan Setia Hati Winongo menurut
Bapak Agus Wiyono, “Tujuan dari Persaudaraan Setia Hati Winongo, untuk tujuan
secara pokok adalah mengolah raga dan mengolah batin untuk mencapai
sumpah, bahwa menjadikan anak asuh atau saudara Persaudaraan Setia Hati
Tujuan Persaudaraan Setia Hati Winongo juga tertuang dalam buku Pencak
Silat dalam Tiga Zaman Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda. Soewarno
Dalam Setia Hati sendiri memiliki tujuan yang mulia yaitu “bela
Negara, mengolah raga dan mengolah batin untuk mencapai
keluhuran budi guna mendapatkan kesempurnaan hidup,
kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin di dunia dan di
akhirat, dengan jalan mengajarkan Silat (Pencak Silat) sebagai
olahraga atas dasar jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat
pula, yaitu dengan meninggalkan semua yang menjadi larangan-
larangan Tuhan, dan melaksanakan semua perintah-perintah-Nya
(MENS SANA IN CORPORE SANO-AMAR MA’RUF NAHI
MUNKAR)”.
Persaudaraan Setia Hati Winongo begitu mulia, menjadikan olah raga dan
mengolah batin, untuk keluhuran budi manusia. Serta menjauhi larangan Tuhan
Persamaan ciri di sini adalah hal-hal yang sifatnya sama dan dapat
dapat didasarkan atas persamaan ciri dalam kategori sosial, kerumunan, golongan
secara jasmani dan rokhani, akan tetapi untuk pertama kali yang diajarkan adalah
kerohaniannya karena ini sesuai dengan tujuan dan sasaran, kemudian dengan
sasaran ini jelas Persaudaraan Setia Hati ini adalah salah satu unsur yang agung
45
manusia yang sopan, bersikap kesatria, berbudi pekerti luhur dan berjiwa besar,
masyarakat bangsa kita dan mungkin juga sampai keluar Negeri begitu!”
menurut saya sebenarnya ilmu Setia Hati itu individu, mereka sendiri yang
yang harus menjalankan daripada sumpah yang sudah diucapkan. Kalau secara
persamaan ciri adalah setelah diberikan gemblengan secara jasmani dan rokhani
insan pesilat Persaudaraan Setia Hati Winongo wajib menjalankan sumpah yang
satu dengan yang lain, seperti contohnya seperti suku bangsa Bali, mempunyai
potensi untuk berinteraksi, yaitu bahasa Bali. Dalam suatu komunitas, kelompok,
atau perkumpulan terdapat potensi untuk berinteraksi, saat ini juga mengikat
46
Persaudaraan Setia Hati Winongo. Insan Persaudaraan Setia Hati Winongo bentuk
bagi Persaudaraan Setia Hati Winongo, “Jadi gini! karena di sini sifatnya
persaudaraan ya, persaudaraan itu diartikan adalah hubungan batin dan tidak
boleh saling menghianati antara saudara dengan saudara lain yang setiap saat ingat
dengan sumpah dan janjinya yang telah diucapkan diawal masuk. Jadi semua
sumpah dan janji itu harus dipertanggung jawabkan serta saling menjaga, dalam
menjaga apa saja. Kalau di sini itu diutamakan rasa persaudaraan, bukan material
tapi persaudaraan kenapa demikian, karena agar budaya bangsa kita ini tidak akan
punah, sehingga kita sebagai generasi yang mewasiati ajaran beliau, ini akan
mempertahankan budaya bangsa yaitu pencak silat, kemudian kenapa kita lebih
antara satu dengan yang lainya, sehingga ini nanti akan menambah nilai kekalnya
persaudaraan, saling menjaga umpama kalau kita ada saudara yang sakit kita juga
ikut merasakan, nanti kalau umpama ya, mungkin ada suatu pejabat ketika itu
mengikuti agenda tugas dari pekerjaan kemudian disisi lain mengikuti kepelatihan
selama beberapa bulan, keluarganya itu dijaga saudara-saudara lain, dalam arti
Februari 2017).
sinamatan antara satu dengan yang lainya, saling menjaga antara saudara, dan
latihan rutin.
terus di tempat-tempat latihan mulai dari cabang, ranting, dan sub ranting”
kita sedang berkumpul, ada dua event yaitu Halalbihalal dan Suran Agung, nah ini
semua akan berkumpul meskipun hanya perwakilan, sehingga nanti satu dengan
yang lain itu saling bertemu yang sudah lama sekian tahun tidak bertemu, itu nanti
Setia Hati Winongo adalah di tempat latihan, padepokan pusat, dan di tempat
yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan yang bersifat
mantap dan terus menerus. Persaudaraan Setia Hati Winongo bersifat permanen,
Diperjelas lagi oleh pendapat Ketua Umum yaitu Bapak Agus Wiyono,
“Kalau di dalam ajaran ini, selama-lamanya. Bahkan andai kata saudara yang
telah meninggal punya keluarga juga dianggap saudaranya, jadi karena ini sifatnya
persaudaraan sampai nanti di alam kubur itu keluarganya masih menjadi saudara”
Adat istiadat sistem norma adalah aturan-aturan khas yang mengatur pola
Hati Winongo.
Menurut pendapat Bapak Agus Wiyono, “Norma ya, dalam hal ini kita
mendidik secara rohani, di dalam ajaran Setia Hati itu yang pertama kali diisi
rohani, di sinilah akan diisi kerohanian dalam arti dari segi keagamaan sesuai
dengan keyakinan melalui kecer, kecer itu pemberian ilmu secara rohani nah itu
yang terakhir yaitu membaca sumpah, kalau secara jasmani, saudara silahkan
49
berlatih semaksimal mungkin, semampu mungkin, dan ilmu di dalam ajaran Setia
Hati itu tidak akan dijual belikan nah ingin menjadi saudaran itu harus memenuhi
Setia Hati, kedua surat izin dari kedua orang tua apabila yang bersangkutan masih
tua dari Setia Hati dan yang keempat itu harus mengikuti kecer, baru sah menjadi
Ditambah oleh pendapat Bapak Sugeng, “Tidak ada aturan pakem, kalau
menjadi calon saudara Setia Hati Winongo harus memenuhi syarat minimal usia
17 tahun, harus mengandidat atau mencari tanda tangan saudara tua di wilayahnya
menjadi calon saudara, minimal berumur 17 tahun atau sudah akil baliq, mereka
harus mengajukan surat izin permohonan ingin menjadi saudara Setia Hati, kedua
surat izin dari kedua orang tua apabila yang bersangkutan masih pelajar atau
50
Setia Hati dan yang keempat itu harus mengikuti kecer. Setelah menjadi saudara
rambu-rambunya yaitu sumpah atau janji yang sudah diucapkan dirinya sendiri
kepada Tuhan.
akan tercapainya maksud dan tujuan dari Setia Hati yaitu ketenagaan, keamanan,
Identitas sosial adalah ciri-ciri atau tanda pengenal bahwa suatu kesatuan
manusia itu merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatua-kesatuan
sebagai tanda pengenal bahwa mereka adalah insan pesilat dari Persaudaraan Setia
Hati Winongo, menurut pendapat dari Saudara Persaudaraan Setia Hati Winongo
yaitu Mas Bagus berpendapat, “Ada di sabuk, berupa selendang bewarna kuning
terus ada lambangnya Persaudaraan Setia Hati Winongo, terus ada di seragamnya
juga ada, mungkin setahu saya itu saja” (Wawancara, 28 Februari 2017).
bagus, “Ada di sabuk, berupa selendang bewarna kuning terus ada lambangnya
Setia Hati Winongo, terus ada di seragamnya juga ada, mungkin setahu saya itu
Setia Hati Winongo itu simbulnya mas, kan berbeda dari perguruan lain, visi-
2017).
Hati Winongo memiliki identitas sosial sendiri, untuk membedakan bahwa mereka
dari Persaudaraan Setia Hati Winongo atau perguruan lainnya. Identitas sosial
terletak pada atribut yang dikenakan berupa bed, sabuk bewarna kuning, dan visi-
misi.
tersebar di berbagai pelosok Negara, menurut pendapat Bapak Agus Wiyono, “Ya
di seluruh Indonesia, juga di negeri Belanda juga ada bahkan yang paling banyak
di daerah Asian sendiri terutama yang dibawa saudara-saudara yang saat ini
Menurut Bapak Sugeng, “Di mana saja, sekarang ini sudah berkembang di
muka bumi khususnya di Indonesia, bahkan sudah sampai keluar negeri, seperti
berbagai Negara.
tetapi telah terbentuk karena ikatan alamiah dan ikatan keturunan yang mengikat
warganya dengan adat-istiadat dan sistem norma yang sejak dulu telah tumbuh
Menurut pendapat Bapak Sugeng, “Kalau itu tidak ada mas” (Wawancara,
28 Februari 2017). Ditambah menurut pendapat Bapak Agus Wiyono, “Setia Hati
itu yang wajib menjadi pedoman, ada enam perkara pokok, yang pertama adalah
membantu, dan asas musyawarah, jadi yang dikatakan persatuan itu adalah guyub
rukun antara saudara dengan saudara, tidak hanya dalam ucapan saja, tapi benar-
benar dijiwai rasa setia di dalam hati, sehingga akan menambah kekuatan yang
senantiasa mendapat petunjuk dan bimbingan dari Yang Maha Kuasa. La rasa
antara saudara, atau umat baik itu yang kaya atau miskin, baik itu yang
berpendidikan atau buta huruf, yang berpangkat tinggi atau berpangkat rendah,
sebab bagi Tuhan semua manusia itu sama saja yang membedakan adalah iman
dan akhlaknya, yang bertakwa itulah yang mendapatkan keridhoan Tuhan. Dan
53
dan saling pengertian yang mendalam, tidak saling menghianati antara saudara
dengan saudara setiap saat ingat akan sumpahnya yang telah diucapkan dirinya
sendiri, dan saling menjaga dalam hal jiwa sosial. Kemudian yang keempat
kemerdekaan saudara Setia Hati sendiri tidak perlu mempunyai rasa was-was atau
rasa ketakutan, kita dalam hal ini bebas bertindak secara lahir maupun batin, akan
tetapi janganlah melanggar hukum yang berlaku, tidak perlu ragu-ragu, ketakutan
penyelewangan atau kemunkaran. Jadi dalam ajaran Setia Hati itu perlu dipahami
ada Tat Twam Asi (menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan
menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri), Heb Uw Naasten Lief Gelijk
sendiri), Kembang Tepus Kaki (kalau dicubit terasa sakit jangan mencubit orang
lain). kemudian yang keenam itu ada asas musyawarah, bila dipandang perlu
sama memohon petunjuk kepada Tuhan, dengan sholat istiqarah dulu, sebab apa?
Setelah sholat istiqarah sebelum musyawarah tidak akan orang itu merasakan rugi,
dan tidak akan timbul kekecewaan dikemudian hari bila musyawarah itu
Tuhan telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah membuat kerusakan di muka
bumi, karena Allah pun tidak suka orang yang membuat kerusakan, terhadap apa
bahwa, di dalam Persaudaraan Setia Hati Winongo tidak ada ikatan keturunan
untuk menjadi anggota. Karena dalam Persaudaraan Setia Hati Winongo sendiri
tidak pernah membeda-bedakan antara saudara, atau umat baik itu yang kaya atau
miskin, baik itu yang berpendidikan atau buta huruf, yang berpangkat tinggi atau
berpangkat rendah.
sehingga aturan-aturan dan sistem norma yang mengikat anggotanya juga disusun
Persaudaraan Setia Hati Winongo, Bapak Agus Wiyono berpendapat, “Ada, itu
kalau di sini adalah pusat, ada wilayah itu seperti DKI disebut Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Taggerang, Bekasi) di situ ada ketua wilayahnya terdapat
cabang itu bisa dikatakan tingkat daerah di mana itu di Kota atau di Kabupaten,
kemudian kalau Kecamatan itu ada tingkat ranting, kalau di Desa atau Kelurahan
disebut cabang, turun ke Kecamatan yaitu ranting, turun ke Desa disebut sub
dan bagaimana bentuknya? Berikut ini hasil wawancara dari beberapa informan.
Menurut Bapak Agus Wiyono, “Ada, itu Pengasuh atau ketua umum kalau
di pusat ya, skretaris, bendahara, dan seksi-seksi yang lain. Demikian juga di
tingkat wilayah atau cabang itupun juga sama, kemudian di tingkat ranting atau
Kecamatan dan sub ranting di Desa itu sama saja” (Wawancara, 06 Maret 2017).
Masyarakat.
Jumlah insan Pesilat dari Persaudaraan Setia Hati Winongo cukup banyak,
Sampai bulan Maret 2017 sendiri sudah mencapai lebih dari satu juta anggota,
Winongo dalam kenyataannya telah menjadi pilihan dari beberapa orang sebagai
wadah belajar Pencak Silat, dan Persaudaraan Setia Hati Winongo ini telah
56
a. Pendapat Masyarakat
Hati Winongo yang ada di lingkungannya, seperti pendapat Bapak Sutopo, “Itu
sangat positif, positifnya itu sebagai wadah anak muda terutama melatih kesehatan
anggota masyarakat yang lainya, menurut Mas Indra, “Sebenarnya tau nggk nya
sih saya kurang tau, untuk kegiatan latihannya atau apa saya kurang tahu,
keponakan saya sendiri sih juga ikut, untuk masalah rohani, spiritual, dan fisik sih
juga oke buat para generasi muda” (Wawancara, 01 Maret 2017). Menurut
pendapat Bapak Harris, “Kalau pendapat saya tentang pencak silat Persaudaraan
Setia Hati Winongo boleh dikatakan aman dan baik, udah gitu aja” (Wawancara,
01 Maret 2017).
lapangan, bagaimana proses dari insan Pesilat Persaudaraan Setia Hati Winongo
Pesilat Winongo, menurut pendapat saya sih sudah baik, ya 75% lah”
menurut saya banyak sekali dan bermanfaat bagi masyarakat dan juga sudah patuh
dan taat dalam aturan organisasi Persaudaraan Setia Hati Winongo. Sudah
bahwa “Kegiatan secara rutin jelas itu latihan, mungkin juga sosial, dalam hal ini
seperti bakti sosial, menyumbangkan darah, dan kalau kegiatan rutin setiap tahun
oleh Persaudaraan Setia Hati Winongo yang ada di lingkungannya. Bapak Sutopo
berpendapat, “Itu saya juga mendukung dan tidak merasa dirugikan, saya sangat
tambah pengalaman, olahraga juga sih, yang penting itu mempererat tali
masyarakat. Bahwa insan pesilat dari Persaudaraan Setia Hati Winongo sudah
mematuhi norma atau adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Masyarakat pun
dengan adanya Pencak Silat tersebut dapat menjadi wadah bagi anak muda untuk
dirugikan.
tersebut, pasti ada dampak positif dan negatifnya di masyarakat. Menurut Bapak
lingkungan bagus mas, banyak masyarakat yang jualan di sekitar tempat Pusat
Persaudaraan Setia Hati Winongo, jualan makanan jualan baju juga mas. Kalau
dampak negatifnya itu tadi kalau ada mereka-mereka yang menerjang alur-alur
Agus Wiyono berpendapat, “Tentunya pasti ada, kalau positifnya kita mendidik
dengan cara, satu mendidik putra-putri agar bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Yang kedua mendidik putra-putri agar berbakti kepada kedua orang tua, yang
ketiga mendidik putra-putri taat kepada pemerintah dan setia kepada Bangsa.
Negatifnya, anak sekarang ini karena belum memahami hal itu bisa seperti
keangkuhannya, tapi kita selalu mendidik agar tidak seperti itu, nilai
kesombongan pasti ada, terutama generasi muda yang belum paham masalah ke
Setia Hati-an, mungkin bisa berpakaian seperti kaos bertuliskan Setia Hati, itu
negatif! Kalau seperti itu akan rawan pergesekan, ini negatifnya mungkin ini
harus segera diberitahukan, sehingga nanti namanya orang Setia Hati itu
pekerti luhur, kalau sudah tahu makna itu insyAllah tidak akan berbuat neko-
Adanya dampak negatif tersebut disadari juga oleh insan pesilat yang
mengikuti Persaudaraan Setia Hati Winongo. Menurut salah satu insan pesilat
yaitu Mas Bagus berpendapat “Menurut pribadi saya pernah mas, ya namanya
kerusuhan, keramaian antara organisasi itu pasti ada, itu paling yang memicu itu
Februari 2017). Ditambah oleh pengakuan Mas Imam selaku insan pesilat di
Winongo nggak ada yang jelek menurut saya, tergantung manusianya sendiri.
28 Februari 2017).
penelitian mengenai siapa yang harus bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut,
mulai dari Ketua Umum dan sesepuh dari Persaudaraan Setia Hati Winongo, serta
insan pesilat di Persaudaraan Setia Hati Winongo sendiri. Menurut Ketua Umum
yaitu Bapak Agus Wiyono berpendapat, “Dalam hal ini yang disalahkan ya ketua
umum, dalam hal ini dalam hal apa dulu, kalau dalam hal pelajaran, oke kita patut
disalahkan. Umpama dalam hal satu dengan yang lain mencari solusi terbaik,
kerusuhan. Ada salah satu sumpah bahwa Insan Persaudaraan Setia Hati Winongo
60
tidak boleh mendahului salah dengan siapapun juga baik itu sesama saudara atau
insannya mungkin ada yang bikin kerusuhan atau apa-apa itu mungkin insannya
yang harus dicari, setelah itu dibimbing atau gimana biar tidak terjadi kerusuhan
yang dilakukan Persaudaraan Setia Hati Winongo pernah terjadi kerusuhan dan
adalah emosi yang labil, dipengaruhi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab, dan kurang pahamnya tentang ajaraan Setia Hati. Dalam ajaran
perkelahian atau kerusuhan namun masih ada insan pesilat yang belum
dari Persaudaraan Setia Hati Winongo sendiri dan dari pihak luar, seperti aparat
peran aktif pihak panitia penyelenggara dan aparat keamanan. Adanya kerja sama
antara pihak Persaudaraan Setia Hati Winongo dengan pihak keamanan seperti
yang dijelaskan oleh Bapak Sutowo selaku KASAT BINMAS Polres Madiun
seluruh anggota Polres Madiun Kota dari tingkat Kapolres sampai bawah pada
di sini hingga sekarang, pelaksanaan keamanaan itu mulai dari Kapolres hingga
tingkat bawah, setiap kegiatan Suran Agung yang dilaksanakan pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Winongo yaitu kegiatan Suran Agung dan Halalbihalal,
itu pelibatan pengamanan di samping anggota Polres Madiun Kota dibantu oleh
TNI dan dari Brimob dan Polres yang terdekat” (Wawancara, 23 Maret 2017).
Diperkuat oleh pernyataan Anggota Polri SAT BINMAS Polres Ponorogo, Bapak
Luhur menyatakan, “Sering mas, dalam acara Suran Agung tadi dan acara Halal
Upaya yang dilakukan untuk kelancaran kegiatan baik itu sebelum, saat
kegiatan dan sesudah kegiatan dari pihak Persaudaraan Setia Hati Winongo
sendiri dijelaskan oleh Bapak Wiyono selaku Ketua Umum sebagai berikut “Satu
bahkan ini bukan musyawarah secara internal Setia Hati sendiri kita juga
kordinasi dengan pihak aparat keamanan, jadi selalu kordinasi diadakan rakor-
rakor seperti itu, sehingga apa yang kita rencanakan berjalan dengan lancar.
Kemudian tetap ada kordinasi antara Persaudaraan Setia Hati Winongo dengan
biasannya dia mengundang dari pihak kepolisian seperti tadi oleh Kasat
sistem pengamannya. Jadi pra sebelum dan sesudah itu kita melakukan
62
dengan pengurus atau panitia, kemudian deteksi dini tentang kerusuhan yang
timbul, kemudian pengawalan dalam kegiatan dari awal kegiatan sampai akhir
Maret 2017).
Winongo maupun aparat keamanan (Polri) dijelaskan oleh Bapak Sutowo sebagai
berikut “Ya jadi kegiatan biasanya kita memberikan saran kepada mereka untuk
Setia Hati Winongo melakukan kegiatan biasanya Satgas dari pihak Persaudaraan
Setia Hati Winongo dan Satgas dari pihak Setia Hati Terate di libatkan, jadi kalau
Persaudaraan Setia Hati Winongo punya gawe Satgas dari Setia Hati Terate yang
dinamakan Pamter yaitu pengamanan Terate itu tugasnya pada tempat atau lokasi
yang menjadi wilayahnya Terate, jadi pihak Terate atau Satgas Terate ditempatkan
Winongo yang punya gawe mengamankan warga yang ikut kegiatan tersebut. Jadi
dari Persaudaraan Setia Hati Winongo baik itu kegiatan Suran Agung dan
Halalbihalal atau yang lainnya, tetap ada kerjasama antara aparat keamanan mulai
dari Polres, TNI, Brimob dan Satgas dari Persaudaraan Setia Hati Winongo sendiri
63
dan Satgas dari Perguruan lain. Upaya keamanan sebelum, saat, dan sesudah
kegiatan antara lain yaitu musyawarah secara internal oleh pihak Persaudaraan
kemudian deteksi dini tentang kerusuhan yang timbul, kemudian pengawalan dari
keamanan tidak lepas dari Satgas Perguruan pencak silat lain, yang berfungsi
mengamankan wilayah sesuai basis Perguruan itu sendiri, sedangkan Satgas dari
tersebut.
Silat dan untuk Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda Madiun adalah
“Saran saya ya untuk peningkatan sarana dan prasarana, dan lebih ditingkatkan
demi keamanan tidak menjurus ke tindak kriminal dan berurusan dengan aparat
ketulusan hati nurani, ketulusan dalam diri pribadi jangan sampai disalah gunakan
untuk, misalnya di luar dugaan yang kita tidak inginkan kita harus mentaati aturan
dan leluhur kita, kita sarankan Persaudaraan Setia Hati Winongo berkembang
dengan alur hati nurani, baik, jujur, dan gitu aja” (Wawancara, 01 Maret 2017).
64
Mas Bagus berpendaat “Untuk kedepannya itu mungkin supaya lebih baik
lagi tidak terpancing kerusuhan atau bikin onar, ya sebaiknya menjagalah sikap
dan sopan santun ini dari pribadi masing-masing supaya bisa terjalin ketertiban
atau saran dari anggota masyarakat untuk kemajuan olah raga pencak silat dan
dan prasarana, dalam kegiatan yang dilakukan menjaga antara insan pesilat
dengan masyarakat dan tidak terpancing kerusuhan tetap menjaga sikap, ketulusan
Winongo
wadah bagi anak muda khususnya untuk belajar melatih kesehatan mental,
yang menyangkut insan Persaudaran Persaudaraan Setia Hati Winongo serta untuk
dilakukan oleh pihak Persaudaraan Setia Hati Winongo sendiri, aparat keamanan
Bapak Agus Wiyono berpendapat, “Ini kita tetap selalu dan selalu menggembleng
65
jauh-jauh hari ini bukan sekedar dalam ucapan namun harus dilakukan, jadi
mengamalkan ajaran ini apabila telah memahaminya, ini ada wejangan dari
Almarhum beliau R. Djimat Hendro Soewarno bahwa ilmu Setia Hati ini yang
kita pelajari sekalipun kita mengerti, sekalipun kita memahami akan tetapi
menyimpang dalam pengamalannya Setia Hati ini akan hancur, terlebih sama
sekali tidak memahami maka semakin lama Setia Hati itu akan punah, dengan
jalan seperti inilah setiap latihan harus ada pembinaan secara kerohanian sehingga
tidak menyimpang, jadi antara jasmani dan rokhani harus seimbang” (Wawancara,
06 Maret 2017).
berikut “Dalam arti pembinaan secara ke S-H an, ke S-H an itu luas, bisa secara
jasmani dan secara rohani, tapi di setiap pelatihan ada pembinaan pelatihan,
pelatihan ini secara jasmani juga secara fisik sehingga badan ini menjadi sehat,
dan secara rohani bagaimana kita itu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa jadi
tidak ada lagi yang lain, di sini jelas MENS SANA IN CORPORE SANO - AMAR
MA’RUF NAHI MUNKAR kalau kita ini diartikan bahwa jiwa yang sehat
terdapat pada tubuh yang kuat, akan tetapi apakah tubuh kita kuat pasti jiwa kita
keamanan dari Polres Madiun Kota. Menurut KASAT BINMAS Polres Madiun
Kota, Bapak Sutowo menyampaikan bahwa “Nah ini dari sekian lama ini, sudah
muncul ide-ide dari Pemerintah khususnya Pemerintah daerah melalui pak camat
seperti di wilayah Taman sudah dicanangkan pos kampling terpadu artinya disitu
itu ada masayarakat umum gabungan dengan pencak silat yang ada di wilayahnya,
ranting atau tingkat Kecamatan antara Kecamatan satu dengan yang lain tidak
sama jumlah perguruan yang ada, seperti di Taman mungkin ada sekitar sembilan
sampai sepuluh perguruan, tapi di Kecamatan lain belum tentu sama jumlahnya
karena apa pembentukan paguyuban tingkat ranting itu kadang di situ ada kadang
Bapak Sutowo menyampaikan bahwa “Ada di sini mas di Polres Madiun Kota ini
antara tahun 2013-2014 oleh Bapak Kapolres pimpinan waktu itu, mencari solusi
bagaimana supaya kegiatan dibulan Suro itu tidak terjadi lagi tawuran atau
tempo 5 tahun kebelakang ini sudah ada manfaatnya, sudah ada faedahnya bahwa
setelah terbentuknya paguyuban pencak silat dan pertemuan rutin setiap bulan
oleh ke-11 Perguruan kegiatan atau kasus-kasus tawuran atau kerusuhan antar
Perguruan itu sudah tidak ada lagi. Apalagi kegiatan pertemuan paguyuban ini
perguruan itu kita ada kesempatan, dan ada kegiatan kita selalu berikan
pembinaan” (Wawancara, 23 Maret 2017). Berikut adalah salah satu contoh bukti
dari upaya pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Polres Madiun Kota.
67
Gambar 4.4 Bukti DVD Salah Satu Upaya Pemberdayaan Insan Pesilat
Sumber: (Sat Binmas Polres Madiun Kota)
berikut “Ada, dalam bentuk Forum Komunikasi Pencak Silat dan Beladiri
(FKPSB) hal ini tentang menjaga kerukunan antara perguruan dan menggunakan
ilmu beladiri sesuai dengan aturan. Melalui kegiatan seperti kejuaraan pencak silat
insan pesilat Persaudaraan Setia Hati Winongo dalam mentaati norma yang
Kota, Bapak Sutowo menjelaskan “Nah jadi setelah itu tadi setelah kita seringnya
bahwa masyarakat ini dengan adanya perguruan pencak silat dan pencanangan
kampung pesilat di Kota Madiun ini seneng-seneng saja yang penting ya itu tadi
68
kalau melakukan kegiatan tidak mengganggu aktivitas masyarakat yang ada dan
alhamdulillah sampai saat ini tidak ada lagi kejadian yang seperti itu. Jadi sudah
BINMAS Polres Ponorogo “Baik mas, sekarang sudah tidak ada lagi yang
Pencak Silat dan Beladiri (FKPSB). Dengan diadakan FKPSB tersebut maka para
pesilat semakin mengerti dengan aturan dan norma yang berlaku sehingga
tetapi menyimpang dalam pengamalanya Setia Hati akan hancur, terlebih sama
sekali tidak memahami maka semakin lama Setia Hati itu akan punah. Upaya
S-H an, yaitu pembinaan secara jasmani dan rohani. Keduanya harus seimbang.
Upaya pemberdayaan oleh aparat keamanan untuk para insan pesilat yaitu
kemudian dibentuk Forum Komunikasi Pencak Silat dan Beladiri (FKPSB) hal
ini tentang menjaga kerukunan antar perguruan dan menggunakan ilmu beladiri