K3 PDF
K3 PDF
K3 PDF
MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 3
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb sekalian alam karena telah memberikan
kesehatan dan kesempatan kepada kami dalam menyusun tugas makalah ini. Tak
lupa pula sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga beliau dan para sahabat mengingat perjuangan
mereka dalam mendakwahkan Islam, sehingga kita mampu merasakan nikmatnya
iman dan islam sampai pada hari ini.
Ucapan terima kasih juga kami berikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan masukan yang bermanfaat sehingga makalah kami ini dapat
terselesaikan tepat waktunya. Permohonan maaf dan kritikan yang bersifat
membangun sangat kami harapkan karena kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kekhilafan di dalam makalah kami ini, karena kesempurnaan
sesungguhnya hanya datang dari Allah SWT. Semoga makalah kami ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Materi Pembelajaran Matematika ...................................................... 2
2.2 Objek Matematika ............................................................................. 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 8
3.2 Saran ................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Menurut pendapat Winkel (1991: 245), pada umumnya suatu prosedur
diajarkan sebelum keterampilan ( skill ) dikuasai. Ini berarti bahwa prosedur
merupakan bagian tahapan dari pencapaian penguasaan skill. Karso (1993: 99)
juga mengemukakan bahwa suatu keterampilan (skill ) dalam matematika adalah
kemampuan siswa untuk menjalankan prosedur-prosedur dan operasi-operasi
dalam matematika secara tepat, cermat dan benar. Pendapat ini mempertegas
hubungan dan kedudukan antara skill, prosedur, dan operasi. Dua pandangan
sebagaimana yang disebut terakhir menunjukkan bahwa prosedur dan operasi
keduanya merupakan bagian dari objek skill. Oleh karena itu untuk pembahasan
selanjutnya akan digunakan istilah skill sebagai salah satu bagian saja dari objek
matematika, dengan alasan bahwa di dalam skill sudah tercakup tentang
kemampuan menjalankan operasi dan prosedur. Jadi berdasarkan uraian di atas,
dapat dikatakan bahwa objek matematika terdiri atas 4 hal, yakni: fakta, konsep,
prinsip, dan skill (keterampilan).
A. Fakta
Fakta matematika adalah kesepakatan - kesepakatan yang diwujudkan
dalam bentuk simbol matematika (Bell, 1981: 108). Fakta juga dapat berupa
lambang, notasi, dan aturan. Misalkan “5” adalah simbol dari konsep bilangan
lima. Lambang “+”, “–“, ataupun ”×” untuk operasi penjumlahan,
pengurangan, ataupun perkalian. Aturan seperti 5 + 2 × 10 = 5 + 20, di mana
operasi perkalian didahulukan dari operasi penjumlahan. Jadi tidak benar
bahwa 5 + 2 × 10 = 7 × 10. Demikian pula notasi “f(x)”, “g(x)”, dan “h(x)”,
masing-masing merupakan simbol dari sebuah fungsi nilai dalam variabel x.
Seorang siswa dinyatakan telah menguasai fakta jika ia dapat menuliskan
fakta tersebut dan menggunakannya dengan benar. Karenanya, cara
mengajarkan fakta adalah dengan menghafal, drill (latihan terus menerus),
ataupun peragaan yang berulang-ulang.
3
matematika tanpa memperhatikan pemahamannya, yang membuat ada siswa
yang menganggap phi bernilai sama dengan 3,14 bukannya sekedar nilai
pendekatan.
B. Konsep
Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut
merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contoh
“segitiga” adalah nama suatu konsep, dengan konsep itu kita dapat
membedakan mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang bukan
segitiga. Seorang siswa disebut telah mempelajari konsep segitiga jika ia telah
dapat membedakan yang termasuk segitiga dari yang bukan segitiga.
4
2. Pendekatan deduktif, dimana proses pembelajarannya dimulai dari definisi
dan diikuti dengan contoh-contoh dan yang bukan contohnya. Ketika
membahas pengertian atau konsep segitiga siku-siku; seorang guru SD
dapat memulai proses pembelajarannya dengan mengemukakan definisi
bahwa: “Segitiga siku-siku adalah suatu segitiga yang salah satu sudutnya
berbentuk siku-siku. Dengan definisi atau pengertian itu sang guru lalu
membahas contoh segitiga siku-siku dan yang bukan segitiga siku-siku.
Hal ini dapat dilakukan dengan tanya jawab, sehingga para siswa dapat
menentukan mana yang termasuk segitiga siku-siku dan mana yang bukan
beserta sebab-sebabnya.
3. Pendekatan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya.
4. Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas
definisinya dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu
membahas contohnya lalu kembali membahas definisinya.
C. Prinsip
Prinsip adalah hubungan antara objek matematika yang satu dengan
objek yang lainnya (Bell, 1981: 109). Hubungan antar konsep, misalkan
konsep tentang kecepatan dengan konsep tentang waktu, akan melahirkan
konsep jarak. Dalam bentuk hubungan antar fakta dapat dituliskan sebagai S
1
= V x t. Contoh lain yaitu, rumus luas segitiga berikut: L = a t. Pada
2
5
D. Skill (Keterampilan)
Skill adalah operasi dan prosedur dimana siswa dan para matematikawan
diharapkan dapat melakukan prosedur tersebut dengan cepat dan
tepat. Skill merupakan kemampuan yang memuat sejumlah intruksi atau
aturan yang tersusun dalam prosedur khusus yang disebut dengan istilah
algoritma yaitu suatu prosedur atau metode untuk memperoleh hasil (Bell,
1981: 108). Satu kemampuan menyelesaikan masalah dalam matematika
dapat dimodifikasi dalam beberapa pertanyaan, yang pertanyaan-pertanyaan
tersebut sesungguhnya hanya merupakan konsep yang sama. Dalam hal
seperti ini diperlukan keterampilan yang bukan sekedar hafalan prosedur yang
telah dijalankan. Oleh karena itulah penguasaan prosedur yang kuat amat
diperlukan. Prosedur tersebut harus didasarkan pada pengertian, dan bukan
sekedar memori hafalan belaka seperti dikemukakan oleh Sobel, (1970: 291).
Selanjutnya ia berpendapat bahwa untuk membangun penguasaan prosedur
yang kuat, digunakan sarana berupa latihan soal, yang sekaligus menambah
pemahaman terhadap arti dan pengertian dari objek fakta, konsep, dan
prinsip.
Sebagai contoh, Misalkan saja anda diminta untuk menentukan hasil dari
345 × 87 tanpa menggunakan kalkulator. Apa yang harus Anda lakukan?
Prosedur atau aturan untuk memperoleh hasil 345 × 87 biasanya adalah
dengan perkalian bersusun. Diawali dengan mengalikan 7 × 5 yang sama
dengan 35; diikuti dengan menulis angka satuan 5 di tempat satuan serta
menyimpan angka puluhan 3 di dalam pikiran. Setelah itu menentukan nilai
dari 7 × 4 = 28. Hasil 28 ini ditambah dengan angka 3 yang disimpan tadi
menjadi 31. Dari hasil terakhir ini, angka satuannya, yaitu 1 ditulis di sebelah
kiri 5 dan angka 3-nya disimpan di dalam pikiran. Begitu seterusnya seperti
ditunjukkan dengan perhitungan di bawah ini.
6
Seorang siswa dinyatakan telah menguasai suatu keterampilan jika ia dapat
menggunakan dengan tepat suatu prosedur atau aturan dan dapat
menghasilkan suatu penyelesaian yang benar.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran matematika merupakan proses komunikasi fungsional antara
siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan
pola pikir agar siswa memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
matematis yang bertujuan mempersiapkan siswa menghadapi perubahan yang
selalu berkembang. Dalam hal ini, seorang pengajar perlu untuk mengetahui
tentang objek matematika. Objek matematika adalah objek abstrak yang timbul
dalam matematika. Konsep ini dipelajari dalam filsafat matematika. Dalam
praktik matematika, objek adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan secara
formal, dan dengan mana seseorang dapat melakukan penalaran deduktif dan
bukti matematis. Objek matematika terdiri dari fakta, konsep, prinsip dan
keterampilan.
3.2 Saran
Pemahaman tentang objek matematika yang abstrak ini, bagi seorang calon
guru matematika maupun bagi para guru yang sekarang telah mengampu pelajaran
matematika, serta orang tua merupakan hal yang penting, sebagai bekal
mengajarkan, membimbing, dan mengarahkan siswa dalam belajar matematika
tentunya. Dengan kefahaman tersebut, guru juga dapat segera melakukan
identifikasi terhadap siswa untuk meminimalisir akan terjadinya gejala kesulitan
belajar matematika.
8
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet:
https://fadjarp3g.files.wordpress.com
https://staffnew.uny.ac.id
https://filsafat-matematika.blogspot.com