LAPORAN PRAKTIKUM Hemolisis

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER

HEMOLISIS DAN FRAGILITAS ERITROSIT

OLEH ANGGOTA KELOMPOK 1 :

1. RAMADHAN (1909511050)
2. DEVINA SARASWATI (1909511051)
3. PUTU ARYA DUTA ADNYANA (1909511053)
4. ARDHITA NURMA GUPITA (1909511054)

LABORATORIUM FISIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esaatas kuasanya,
sehingga dapat diselesaikannya tulisan laporan praktikum Fisiologi Veteriner 1 ini dengan
baik.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas atas dilakukannya praktikum di
laboratorium fisiologi veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari tulisan ini,
dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih

Denpasar, 13 September 2019


Hormat Kami,

Kelompok 1
I. PENDAHULUAN
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam
medium sekelilingnya (plasma) .Kerusakan membran eritrosit dapat diesebabkan antaraa lain
penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan
dalam sirkulasi darah dll.

Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (misal karena penambahan larutan
NaCl hipotonis) maka larutan NaCl akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang
bersifat semipermeabel dan menyebabkan sel eritrosit menngembung. Bila membran eritrosit
tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eitrosit itu sendiri, maka sel akan pecah,
akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.

Sebaliknya, bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju medium luar eritrosit (yaitu plasma), akibatnya eritrosit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menmbahkan
cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
II. MATERI DAN METODE

Alat dan Bahan :

 Darah sapi antikoagulans  Buffer fosfat

 NaCl fisiologis  Kaca benda (obyec glass) dan penutup


(cover glass
 Larutan NaCl 5% dan 3%
 Mikroskop
 Gelas arloji
 Tabung reaksi dan raknya
 Larutan Ureum 1.8% dalam NaCl 0.9%

Metode :

- Hemolisis : pengamatan seara makroskopis dan mikroskopis


- Fragilitas : tekanan osmosis tegangan muka dinding eritrosit
III. TATA KERJA
a. Tekanan Osmotik Eritrosit (test fragilitas)
1. Membuat ser larutan NaCl dengan kadar (%) 0.8; 0,7; 0.6; 0.5; 0.4; dan 0.3. Caranya
adalah, ambilah 6 buah tabung reaksi yang bersih dan berilah tanda nomor 1 sampai
6.
2. Ke dalam tabung tersebut berturut-turut dari nomor 1sampai 6 dimasukkan larutan
NaCl 5% sebanyak 0.8; 0.7; 0.6; 0.5; 0.4; 0.3 ml menggunakan pipet hisap kapasitas 1
ml.
3. Kemudian pada tiap tabung tersebut ditambahkan aquades 4.2; 4.3; 4.4; 4.5; 4.6; dan
4.7 ml menggunakan pipet hisap kapasitas 5 ml. Aduklah (bolak-baikkan tabung
hingga tercampur denagn baik) letakkan di rak tabung.
4. Teteskan darah sapi sebnayak 5 tetes ke dalam tiap tabung menggunakan pipet hisap
kapasitas 1 ml atau pipet dropping : 5 tetes. Campur hingga homogen, taruh pada rak
tabung jangan sampai ada goncangan pada tabung.
5. Tunggu sampai 1 jam, amati perubahan pada lapis setiap tabung. Dari tabung nomor 1
larutan tampak 2 lapis, dimana lapis atas berwarna jernih (ini berarti darah tidak
mengalami pecah membran/tidak hemolisis) .Selanjutnya amati pada tabung manakah
yang lapis atas mulai berwarna merah (disinilah mulai terjadi pecah membran = titik
fragilitas eritrosit). Pada tabung no.6 terjadi hemolisis total yang ditandai warna
merah transparan pada semua bagian.
6. Tentukan tabung mana (no. Berapa = kadar berapa) trjadinya fragilitas total.
b. Hemolisis dan krenasi eritrosit
1. Ambil 2 tabung reaksi beri abel A dan B
2. Tabung A diisi dengan NaCl 3% sebanyak 1 ml, tabung B diisi dengan 1 ml aquades
3. Teteskan darah sebanyak 3 tetes kedalam masing-masing tabung A dan B. Bolak-balik
agar homogen
4. Biarkan di rak selama 10 menit, amati secra makroskopis dan mikrospkopis . amatilah
dengan mata telanjang darah pada tabung A dan B (jejerkan) amati warna merahnya
(kejernihan), bila merah jernih menndakan hemolisis, dan bila berkabut (opaque)
menandakan tidak terjadi hemolisis. Fotolah dengan meletakkan kertas putih sebagai
latar dibelakangnya.
5. Amati secara mikroskpis dengan cara ambil masing- masing larutan darah di tabung A
dan B setetes dengan lidi di atas gelas dan tutup dengan gelas cover. Lihat di bawah
mikroskop dengan pembesaran 400x, apa yang kita lihat (tidak ada reitrosit, keriput,
dan atau terlihat normal)
6. Selanjutnya tembahkan aquades sebnayak 3 ml ke tabung A campurlah dan tabung B
tambah 1 ml NaCl 3%, campur dengan baik
7. Bila selesai, cucilah semua alat yang digunakan dengan sabun.
IV. HASIL PENGAMATAN
a. Tekanan osmotik eritrosit

Plasma darah

Pada gambar dapat dilihat bahwa titik fragilitas berada pada tabung 0.5, Ditandai dengan
warna kemerahan pekat di lapisan atas (plasma).
V. BAHASAN

Ada beberapa faktor yang memengaruhi fragilitas eritrosit antara lain spesies hewan,
nutrisi, lingkungan hewan berada, penyakit, penyimpanan darah, antikoagulan dan lain-lain.
Pada spesies anjing lokal bali fragilitas (awal hemolisis) eritrosit terjadi pada 0,4% NaCl dan
hemolisis total pada 0,3% NaCl (Siswanto et al., 2001). Sementara itu Oyewale (1991)
melaporkan bahwa hewan yang berada di lingkungan yang lebih panas mempunyai fragilitas
eritrosit lebih rendah dari pada hewan yang hidup di daerah basah. Selanjutnya Oyewale, (1993)
menyatakan bahwa penyimpanan darah pada refrigator dan penggunaan antikoagulan Ethylene
Diamine Tetra Aceticacid (EDTA) dapat meningkatkan fragilitas eritrosit. Dalam hal lain
penyakit tertentu juga dapat meningkatkan fagilitas eritrosit, seperti yang dilaporkan Rezaei dan
Naghadeh (2006) bahwa sapi Friesian yang menderita theileriosis mempunyai fragilitas eritrosit
yang lebih tinggi. Sementara itu, Shaleh (2009) melaporkan bahwa sapi keturunan Friesian-
Egyptian mempunyai fragilitas eritrosit yang lebih tinggi bila menderita babesiosis.
VI. SIMPULAN
KEPUSTAKAAN

Siswanto, I Nyoman Sulabda, I Gede Soma (2014). Kerapuhan Sel Darah Merah Sapi Bali.
Siswanto et al

Anda mungkin juga menyukai