Manual Padi Mikroba
Manual Padi Mikroba
Manual Padi Mikroba
Latar belakang
Prinsip budi daya padi Metoda Padfi Mikroba merupakan koreksi terhadap
paradigma sistim intensifikasi tanaman dari Revolusi Hijau (Green
Revolution-yang dikembangkan Barat awal 1960 an) yang didasarkan atas
menggali potensi genetic tanaman dan meningkatkan input eksternal (pupuk,
air, pestisida, insektisida dll).
pg. 1
Panduan penanaman Padi
Prinsip Budidaya Padi Metode TANI-MIKROBA
Padi yang ditanam dengan menambahkan Pupuk Kimia dan Pengendalian Hama
dengan obat-obatan Kimia (Metoda Green Revolution) meninggalkan residu racun
di beras dan meracuni umat yang memakannya – Penanaman dengan cara ini
tentunya mengingkari Al Baqarah ayat 168 diatas, dimana harus makanan yang
halal lagi baik.
Saripati Tanah mengandung semua unsur kehidupan untuk Manusia, tidak perlu
lagi menambahkan unsur – unsur kimia buatan. Konsep penanaman organik
Pola Tani-Mikroba mengacu pada Surat Al Mu’minun ayat 12 dan mengikuti
Surat Al Baqarah ayat 168 tersebut diatas..
pg. 2
Prinsip Budidaya Padi Pola TANI-MIKROBA
Pengolahan Tanah
Jerami sisa panen sejumlah total berkisar 10 sampai 18 Ton ditambah bonggol
rumpun padi sekitar 5-8 Ton dapat langsung dikomposkan di lahan sawah
menggunakan Mikroba Dekomposer yang mampu me dekomposisi jerami dalam
waktu sekurangnya 11 hari dengan cara sbb :
pg. 3
1. Batang jerami ditebar di sawah yang tergenang selama 4 hari,
dikeluarkan air sampai macak2.
2. Di tebar Dekomposter , dengan takaran 1 kg atau 2 Can per Ha.
3. Untuk lahan yang air kurang, Mikroba perlu di peram dari 100 gr ke
15 L air selama 10 menit dan dipindahkan ke wadah 150 L air diberi
gula putih ¼ kg, diperam sekurangnya 10 jam.
4. Sekurangnya 7 hari kemudian dibajak sedalam 30 cm, langsung
digaru dan diratakan, dilanjutkan persiapan lahan untuk penanaman.
5. Usahakan agar air tidak mengalir di areal sawah supaya unsur hara
yang ada di tanah tidak hanyut.
Penyiangan
1. Penyiangan sejak awal sekitar umur 14 hari dan diulang 3 kali dengan
interval 14 hari.
2. Menggunakan Pupuk Hayati(Mikroba) dan Biosida- pestisida organik.
pg. 4
Parit dan persiapan lahan sawah.
Persiapan Benih
Seleksi Benih
pg. 5
Mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, dengan metode larutan garam
pg. 6
8. Simpan wadah-wadah ini di tempat yang teduh. Pada hari pertama dan hari kedua,
wadah-wadah ini dinaungi agar tidak kepanasan.
9. Letakkan wadah-wadah ini ditempat yang aman dari gangguan tikus, ayam dan
binatang lainnya.
Penyiraman dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan bibit tanaman tetap segar.
Penyaplakan
1. Penyaplakan dengan memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi
lurus dan rapi.
2. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak tertentu. Variasi jarak tanam 25cm x
25 cm untuk penaman pertama, 30cm x 30cm pada tanam kedua, atau jarak tertentu
lainnya.
3. Penyaplakan dilakukan secara memanjang dan melebar. Setiap pertemuan garis hasil
garis penyaplakan adalah tempat untuk penanaman 1 bibit padi.
pg. 7
Penanaman
1. Bibit yang ditanam berusia muda dari 11-15 HSS (Hari Setelah Semai) ketika bibit
setidaknya sudah berdaun 2 helai. Dan masih ada bulir gabah nya.
2. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit per lubang
3. Penanaman dangkal dengan kedalaman 1 – 2 Cm per-akaran membentuk huruf L dengan
kondisi tanah sawah saat penanaman tidak tergenang air, macak-macak.
4. Jarak tanam adalah 25 cm x 25 cm untuk penanam pertama (perdana) atau 30 cm x 30
cm untuk penanaman berikutnya.
pg. 8
Pemupukan Tanaman
1. Bahan baku bioreactor adalah kompos yang berasal dari hijauan (seperti jerami, batang
pisang, dan pangkasan daun tanaman legum) atau kotoran ternak (seperti sapi, kerbau,
dan ayam). Bahan bahan ini harus dikomposkan terlebih dulu sebelum dipakai sebagai
pupuk.
2. Kompos tersebut ditambah dengan pupuk hayati/MOL yang mengandung mikroorganisme
untuk menghasilkan hara yang dibutuhkan tanaman .
3. Pupuk kompos dicampurkan pada tahap pengolahan lahan sebanyak 7 – 10 Ton/hektar.
Atau kompos hasil dekomposisi jerami/tunggul limbah tanam musim sebelumnya di lahan
sawah.
4. Pupuk Hayati (Mikroba/MOL) ditambahkan sesuai kebutuhan pertumbuhan tanaman
termasuk pengendalian/pencegahan hama, dan disemprotkan.
5. Penggunaan/pemilihan jenis Mikroba/MOL didasari ketersediaan bahan lokal.
pg. 9
MOL Limbah hijauan sayuran segar.
Siput murbey segar Siput murbey ditumbuk Pengomposan, MOL 1 liter + air 5
5 kg halus liter + gula merah 1 ons diaduk rata
Gula merah 1 kg Masukan pada tong plastik dan siramkan pada bahan organic
Air kelapa 10 liter campurkan dengan gula + yang akan dikomposkan
air kelapa 10 liter dan Penyemprotan, MOL 400 cc + air 14
diaduk rata liter
Tutup rapat dengan plastik
dan diberi slang yang
disambungkan pada botol
yang berisi air
Penyemprotan Mikroba baik itu dari MOL buatan petani maupun Konsentrat Mikroba dari Pabrik
dilakukan setiap 14 hari sekali mulai penanaman sampai umur 60 hari. Apabila ada terdeteksi
gangguan terhadap tanaman padi maka penyemprotan diteruskan setiap 14 sampai menjelang
panen.
pg. 10
Kompos
Kompos adalah bahan alami yang telah lapuk melalui proses penghancuran/ penguraian
oleh mikro organisme (bakteri) dengan waktu dan cara tertentu
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi
Pembuatan Kompos
pg. 11
PEMBERIAN AIR
Pemberian air, dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di petakan sawah
maksimum 2 cm, paling baik macak-macak (0,5cm). Pada periode tertentu petak sawah harus
dikeringkan sampai pecah-pecah.
Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai berikut.
1. Ketika padi mencapai umur 1—12 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah
macak-macak.
2. Sesudah padi mencapai umur 13—14 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2—
3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama.
3. Setelah selesai disiangi, sawah kembali air dikurangi hingga macak2 sampai padi
mencapai umur 26 HST.
4. Pada umur 27—28 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap
kedua.
5. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1—2 cm dan kondisi ini
dipertahankan sampai padi ―masak susu‖ (± 15—20 hari sebelum panen).
6. Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.
pg. 12
Penyiangan
1. Penyiangan, dilakukan dengan mempergunakan alat penyiang jenis landak atau rotary
weeder seperti contoh pada gambar, atau dengan alat jenis apapun dengan tujuan untuk
membasmi gulma dan sekaligus penggemburan tanah, pemberian oksigen untuk akar.
2. Penyiangan dengan mempergunakan rotary weeder, selain dapat mencabut rumput, juga
dapat menggemburkan tanah di celah-celah tanaman padi. Penggemburan tanah bertujuan
agar tercipta kondisi aerob didalam tanah yang dapat berpengaruh baik bagi akar-akar
tanaman padi yang ada di dalam tanah.
3. Penyiangan minimal 3 kali. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam.
4. Penyiangan kedua dilakukan pada umur 28 HST. Penyiangan ketiga pada umur 42 HST.
pg. 13
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
1. Pengendalian hama dilakukan dengan sistem PHT. Dengan system ini, petani mengelola
unsur-unsur dalam agro ekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air,
oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman.
2. Cara yang dilakukan petani dengan menempatkan bilah-bilah bambu/ajir di petakan sawah
sebagai ―terminal‖ capung atau burung kapinis.
3. Selain itu petani juga menggunakan pestisida organik berupa ramuan yang diolah dari
bahan-bahan alami untuk menghalau hama. Pengendalian hama trip, mempergunakan
pestisida nabati yang terbuat dari daun sere dan bawang putih .
4. Pengendalian belalang, penggerek batang mempergunakan pestisida nabati yang terbuat
dari buah mahoni, daun tembakau dan daun suren.
5. Pengendalian wereng, mempergunakan pestisida nabati dan hewani yang terbuat dari daun
paitan, daun tembakau dan urine sapi yang sudah difermentasi.
6. Untuk pengendalian gulma, metode Tani-Mikroba mengandalkan tenaga manusia dan sama
sekali tidak memakai herbisida. Biasanya digunakan alat bantu yang disebut ―susruk‖. Ini
adalah semacam garu yang berfungsi sebagai alat pencabut gulma. Dengan alat ini,gulma
yang sudah tercabut sekaligus akan dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah bahan
organik tanah. Perlu diingat, bahwa dalam aplikasi metode Tani-Mikroba, gulma yang
tumbuh akan relatif banyak karena sawah tidak selalu ada dalam kondisi tergenang air.
pg. 14
Pestisida Nabati (Organik)
Pestisida yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan sebagai hasil eksplorasi, karena bahan
bioaktifnya dapat digunakan untuk pengendalian OPT
Keunggulan
- Bersipat non toxic
- Mudah terurai di alam
- Bahannya mudah diperoleh
- Cara pembuatannya relatif mudah
Kelemahan
- Daya bunuhnya terhadap jasad sasaran lambat
- Rentan terhadap pengaruh lingkungan
- Aplikasi berulang-ulang
- Tidak tersedianya bahan baku yang cukup dan berkesinambungan
PANEN
Panen dilakukan setelah tanaman tua ditandai dengan menguningnya bulir secara merata.
Bulir padi juga tidak akan berair apabila dicoba untuk digigit.
Panen dengan metode Padi Mikroba biasanya lebih awal dibandingkan dengan metode
biasa, dihitung dari mulai persemaian.
Menggunakan Pupuk Hayati umumnya batang padi masih segar meskipun malai padi
sudah menguning dan siap panen.
pg. 15
pg. 16
PENGENDALIAN HAMA
KONSEP DASAR
• Biaya penggunaan pestisida tinggi
• Issue tertinggalnya residu
• Strategi pengendalian harus aman bagi kesehatan dan lingkungan serta efektif
• Prioritas pengendalian alami
• Penggunaan biopestisida (agen hayati dan pestisida nabati)
TAKTIK PENGENDALIAN
1. Pengendalian secara teknik budidaya
2. Pengendalian secara fisik / mekanik
3. Pengendalian biologi
4. Aplikasi pestisida
Meminimalkan kandungan residu pestisida dibawah BMR perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pemilihan pestisida
2. Mengatur cara aplikasi
3. Secara spot
4. Aplikasi sejauh mungkin sebelum panen
pg. 17
PENGENDALIAN HAYATI
• Predator
• Parasitoid
• Patogen serangga (jamur, bakteri, virus, nematoda)
• Agens antagonis
PENGENDALIAN MEKANIK
• Membinasakan dengan tangan atau alat
• Memagari tanaman dengan pagar
• Menangkap dengan alat
• Menggunakan alat perangkap
Bahan: Daun Mimba : 8 kg, Lengkuas : 6 kg, Serai : 6 kg, Diterjen/Sabun Colek : 20 gr,
Air : 80 liter.
Cara Membuat : Daun mimba, lengkuas dan semi ditumbuk halus dicampur dengan
diterjen/sabun colek lalu tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata. Direndam selama
24 jam kemudian saring dengan kain halus. Larutan akhir encerkan dengan 60 liter air.
Larutan tersebut disemprotkan pads tanaman untuk luasan 1 hektar
PENGENDALIAN TIKUS
• Bahan :
• Umbi gadung racun 1 kg
• Dedak padi 10 kg
• Tepung ikan 1 ons
• Kemir 1 ons dan sedikit air
• Cara membuatnya
• Umbi dikupas, dihaluskan, semua bahan dicampurkan tambah air ( dibuat seperti
Pelet ). Sebarkan pelet tersebut di pematang sawah tempat tikus bersarang
pg. 18
Luas Lahan TANAM PADI - MIKROBA Panen Awal Karung
Are Nama Peserta : Tgl Panen
Desa: Alamat
Tgl Tanam
PENDAMPING PETANI
Nama :_______________________
Jadual pelaksanaan penanaman
No Pekerjaan per 100 Estimasi Tgl Pelak Catatan
tgl sanaan
are
pg. 19