Buku Ajar Matematika Bisnis - HIKMAYANTI HUWAIDA.........
Buku Ajar Matematika Bisnis - HIKMAYANTI HUWAIDA.........
Buku Ajar Matematika Bisnis - HIKMAYANTI HUWAIDA.........
MATEMATIKA BISNIS
Oleh
HIKMAYANTI HUWAIDA
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
PRAKATA ............................................................................................. ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii
Daftar Tabel ............................................................................................ iv
Daftar gambar ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Himpunan ....................................................................................... 1
1.2 Sistem Bilangan. .............................................................................
1.3 Hubungan Perbandingan Antar Bilangan ......................................
1.4 Pangkat dan akar. ............................................................................
1.5 Rangkuman .....................................................................................
1.6 Latihan. ...........................................................................................
BAB II TURUNAN (DERIVATIF) .......................................................
2.1 Pengertian Derivatif ........................................................................
2.2 Turunan (derivarif). ........................................................................
2.3 Notasi Turunan. ..............................................................................
2.4 Kaidah– Kaidah Diferensiasi ..........................................................
2.5 Turunan Orde yang Lebih Tinggi .................................................
2.6 Penerapan Turunan dalam Ilmu Ekonomi ......................................
2.7 Rangkuman ....................................................................................
2.8 Latihan ............................................................................................
BAB III INTEGRAL ..............................................................................
3.1 Integral Tak Tentu (Indefinite Integral) ..........................................
3.2 Integral Tertentu ( Definite Integral) ..............................................
3.3 Rangkuman ....................................................................................
3.4 Latihan. ...........................................................................................
BAB IV PROGRAM LINEAR ..............................................................
4.1 Pengertian Sistem Persamaan Linear (SPL) ...................................
4.2 Sistem Persamaan Linear Homogen . .............................................
4.3 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear (SPL) ...............................
4.4 Program Linier. ...............................................................................
4.5 Rangkuman .....................................................................................
4.6 Latihan ............................................................................................
BAB V PERSENTASE,RASIO, DAN PROPORSI...............................
5.1 Persentase. ......................................................................................
5.2 Pengertian Rasio. ............................................................................
5.3 Pengertian Proporsi. ........................................................................
5.4 Rangkuman .....................................................................................
iii
5.5 Latihan. ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
GLOSARIUM ........................................................................................
INDEKS .................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
OPERASI DASAR ALJABAR.
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami:
1.1 Himpunan
1.2 Sistem Bilangan
1.3 Hubungan Perbandingan Antar Bilangan
1.4 Pangkat dan Akar.
1
2
1.1 Himpunan
Teori himpunan bersifat sangat mendasar dalam matematika. Teori
himpunan melandasi hampir semua cabang ilmu hitung moderen. Di
dalam kehidupan sehari–hari, tanpa disadari manusia sudah sering
menerapkan konsepsi himpunan.
1. Pengertian Himpunan.
Himpunan adalah suatu kumpulan atau gugusan dari sejumlah obyek.
Obyek–obyek yang mengisi atau membentuk suatu himpunan disebut
anggota, atau elemen, atau unsur. Obyek–obyek suatu himpunan sangat
bervariasi; bisa berupa orang–orang tertentu, tanam–tanaman tertentu,
benda–benda tertentu, dan sebagainya. Dalam penyajian secara umum
himpunan dilambangkan dengan huruf–huruf besar seperti A, B, C, D,P,
Q, R, X, Y, atau Z. Sedangkan obyek–obyek yang menjadi anggota
suatu himpunan dilambangkan dengan huruf–huruf kecil a, b, c, d, p, q,
r, x, y, atau z (R dan Jihadi, 2016).
Notasi himpunan:
p A berarti bahwa bahwa obyek p adalah merupakan
anggota (atau unsur, atau elemen) dari himpunan A.
A B berarti bahwa bahwa A merupakan himpunan–
himpunan dari B.
Jika setiap himpuan A juga merupakan anggota
himpunan B, dengan kata lain p A juga p B , maka
A disebut himpunan bagian dari B.
AB berarti bahwa himpunan A sama dengan himpunan B,
yakni jika dan hanya jika A B serta B A .
Dua buah himpunan dikatakan sama atau sederajat
apabila semua anggota dari himpunan yang satu juga
merupakan anggota– anggota bagi himpunan yang lain,
dengan perkataan lain jumlah dan jenis anggota–
anggota kedua himpunan tersebut sama.
3
2. Penyajian Himpunan.
Penyajian himpunan dapat dituliskan dengan dua macam cara,
cara daftar dan cara kaidah. Cara daftar adalah dengan mencantumkan
seluruh obyek yang menjadi anggota suatu himpunan.
Contoh:
A 1,2,3,4,5
Berarti himpunan A beranggotakan bilangan–bilangan bulat positif
1,2,3,4,5.
Adapun cara kaidah adalah dengan menyebutkan karakteristik tertentu
dari Obyek–obyek yang menjadi anggota himpunan tersebut.
Contoh:
A x;0 x 6
Berarti himpunan A beranggotakan obyek x, dimana x adalah bilangan–
bilangan bulat positif yang lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari 6.
Untuk himpunan di atas, penyajiannya secara kaidah dapat pula
dituliskan sebagai berikut:
A x;0 x 6
Berarti himpunan A beranggotakan obyek x, yang harganya paling
sedikit sama dengan satu dan paling banyak sama dengan lima.
3. Himpunan Universal dan Himpunan Kosong.
Setiap himpunan tertentu dianggap terdiri dari beberapa
himpunan bagian yang masing–masing mempunyai anggota. Himpunan
“besar‘ tadi dinamakan himpunan universal, atau sering disebut dengan
himpunan saja, dan dalam penulisannya dilambangkan dengan notasi U.
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai satu
anggotapun, biasanya dinotasikan dengan atau . Secara teoritik,
4
c. Selisih.
Selisih dari himpunan A dan himpunan B, ditulis dengan notasi
A B atau A \ B , adalah himpunan yang beranggotakan Obyek–
obyek milik A yang bukan Obyek–obyek milik B.
A B A \ B x; x A tetapi x B
d. Pelengkap ( Complement).
Pelengkap (complement) dari sebuah himpunan A ditulis dengan notasi
A , AC adalah himpunan yang beranggotakan Obyek–obyek yang tidak
dimiliki A; dengan perkataan lain, A adalah sama dengan selisih antara
himpunan universal U dan himpunan A.
A x; x U tetap i x A U A
A B A B
A B B
A
A B A B
Maka:
P Q 1,2,3,4,5,6,7,8
P R 1,2,3,4,5,6,7,8,9 U
Q R 4,5,6,7,8,9
P Q 4,5
P R
Q R 6,7,8
P Q 1,2,3
P R 1,2,3,4,5
Q R 4,5
P 6,7,8,9 U P
Q 1,2,3,9 U Q
R 1,2,3,4,5 U R
e. Kaidah Identitas.
A A
A
A U U
A U A
f. Kaidah Kelengkapan.
A A U
A A
A A
U
U
g. Kaidah De Morgan.
A B A B
A B A B
1.2 Sistem Bilangan.
Dalam matematika, bilangan–bilangan yang ada dapat digolongkan
sebagaimana urian pembagian jenis bilangan berikut ini:
Bilangan
Nyata Khayal
Irrasional Rasional
Bulat Pecahan
9
a) Operasi Bilangan.
Bilangan–bilangan nyata memenuhi kaidah– kaidah tertentu apabila
mereka dioperasikan. Operasi penjumlahan dan perkalian bilangan–
bilangan nyata memenuhi kaidah– kaidah sebagai berikut:
i) Kaidah Komutatif.
Dalam menjumlah dua bilangan a dan b, perubahan urutan antara
keduanya tidak akan mengubah hasil penjumlahan.
ab ba
4664
11
Hal yang sama juga berlaku untuk perkalian, perubahan urutan perkalian
antara keduanya tidak akan mengubah hasilnya.
ii) Kaidah Asosiatif.
Dalam menjumlah tiga bilangan a,b dan c, atau lebih perubahan cara
pengelompokkan bilangan–bilangan tersebut tidak akan mengubah
hasil penjumlahan.
a b c a b c
4 6 5 4 6 5
Hal yang sama juga berlaku untuk perkalian, perubahanan cara
pengelompokkan bilangan–bilangan tersebut tidak akan mengubah
hasil perkalian.
iii) Kaidah Pembatalan.
Jika jumlah a dan c sama dengan jumlah b dan c, maka a sama dengan
b; dengan perkataan lain:
Jika a c b c
maka ab
Jika hasil kali a dan c sama dengan hasil kali b dan c, dimana c adalah
bilangan nyata bukan– nol, maka a sama dengan b; Jadi:
Jika a.c b.c c 0
maka ab
iv) Kaidah Distributif.
Dalam pengalian bilangan a terhadap jumlah (b+c), hasilkalinya adalah
sama dengan jumlah hasilkali ab dan hasil kali ac . Dengan perkataan
lain, hasilkali sebuah bilangan terhadap suatu penjumlahan adalah sama
dengan jumlah hasilkali–hasilkalinya.
ab c ab ac
4.6 5 4 6 4 5
v) Kaidah Penyama.
12
b) Operasi Tanda.
Berikut ini akan dibahas bagaimana pengoperasian bilangan–bilangan
tersebut berkenaan dengan tanda– tanda yang melekat padanya.
i) Operasi Penjumlahan.
1) Jumlah dari dua bilangan positif a dan b adalah
sebuah bilangan positif baru c yang nilanya lebih besar.
13
a b c
4 6 10
2) Jumlah dari dua bilangan negatif a dan b adalah
sebuah bilangan negatif baru c yang nilanya lebih kecil.
a b c
4 6 10
3) Jumlah dari bilangan positif a dan negatif b
adalah bilangan positif c jika harga mutlak a lebih besar
dari harga mutlak b, atau bilangan negatif d jika harga
mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b.
a b c jika a b
5 2 3
atau
a b d jika ab
2 5 3
4) Jumlah dari bilangan negatif a dan positif b
adalah bilangan positif c jika harga mutlak a lebih kecil
dari harga mutlak b, atau bilangan negatif d jika harga
mutlak a lebih besar dari harga mutlak b.
a b c jika ab
5 8 3
atau
a b d jika a b
8 5 3
ii) Operasi Pengurangan.
(1) Selisih dari dua bilangan positif a dan b adalah
sebuah bilangan positif baru c jika harga mutlak a lebih
14
2 2 3 6 6 6 5 30 30 30 c
; ; adalah sepadan.
3 3 3 9 9 9 5 45 45 45 c
2 6 30 30 c
Pecahan– pecahan , , , adalah sepadan.
3 9 45 45 c
2
Pembesaran padanan dapat dilakukan secara tak terbatas.
3
ii) Operasi Penjumlahan dan Pengurangan.
17
Dua buah pecahan atau lebih hanya dapat ditambahkan dan dikurangkan
apabila mereka memiliki suku–suku pembagi yang sama atau sejenis.
Berarti jika suku–suku pembaginya belum sama, terlebih dahulu harus
disamakan sebelum pecahan– pecahan tersebut ditambahkan atau
dikurangkan. Dalam menyamakan suku–suku usahakan pecahan tadi
mempunyai suku pembagi bersama terkecil.(spbt)
Contoh:
2 1 3
1)
5 5 5
2 1 1
2)
5 5 5
2 1 6 5 11
3)
5 3 15 15 15
2 1 4 5 1
4)
5 2 10 10 10
2 1 4 3 7
5) 1 16
3 2 6 6 6
4 3 4 7 8 16
2 1 4 3 7
6) 3
3 2 6 6 6
iii) Operasi Perkalian.
Perkalian antar pecahan dilakukan dengan cara mengalikan suku–suku
sejenis, suku terbagi dikalikan suku terbagi dan suku pembagi dikalikan
suku pembagi. Perkalian yang mengandung bilangan campuran dilakukan
dengan cara mengubahnya terlebih dahulu menjadi pecahan tak– layak
sebelum dikalikan.
Contoh:
a b ab
(1)
x y xy
2 4 8 4
(2)
3 6 18 9
18
2 4 8 28 224 8 4
(3) 2 4 12 12
3 6 3 6 18 18 9
Contoh:
5 5 5 5 5 5 56
2 2 2 2 2 2 2 2 28
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,510
Notasi pemangkatan juga berfaedah pula untuk meringkas bilangan–
bilangan kelipatan perkalian sepuluh yang nilainya sangat besar atau
sangat kecil.
Contoh:
1.000.000.000 1.109
5.000.000.000 5.109
7.500.000.000 7,5.109
0,000.000.001 10 9
0,000.000.034 3,4.10 8
Contoh:
41 4
10001 1000
20
Contoh:
2
4 3 3 42
1
1000 4 4 1000
2
3 5 5 32
f. Bilangan pecahan berpangkat adalah hasil bagi suku–suku
berpangkatnya.
21
a
x xa
a
y y
Contoh:
3
3 33
5 53
g. Bilangan berpangkat dipangkatkan lagi adalah bilangan
berpangkat hasil kali pangkat– pangkatnya.
x
a b
x ab
Contoh:
x
2 4
x 2.4 x 8
2
2 4
2 2.4 2 8 256
h. Bilangan dipangkatkan pangkat–berpangkat adalah bilangan
berpangkat hasil pemangkatan pangkatnya.
xa xc
b
dimana c ab
Contoh:
2 3 2 9 512
2
Contoh:
22.32 2.3 62 36
2
y
Contoh:
3
5
5 3 33
3
5. Akar.
Akar merupakan bentuk lain untuk menyatakan bilangan
berpangkat. Akar dari sebuah bilangan ialah basis yang memenuhi
bilangan tersebut berkenaan dengan pangkat akarnya. Berdasarkan
konsep pemangkatan kita mengetahui, bahwa jika bilangan–bilangan
yang sama (misalkan x) dikalikan sejumlah tertentu sebanyak
(katakanlah) a kali, maka kita dapat menuliskan menjadi x a ; x disebut
basis dan a disebut pangkat.
Misalkan x a m , maka x dapat pula disebut sebagai akar pangkat a
dari m, yang ditulis dalam bentuk akar menjadi x a m . Jadi,
23
a. Kaidah Pengakaran.
1
1) b
xx b
Contoh.:
1
3
5 53
a
2) b
xa x b
Contoh.:
3
3
5 5 51 5
3 3
3) b xy b x .b y
Contoh:
3
5.3 3 5.3 3
b
x x
4) b
y b y
Contoh.:
5 35
3
3 33
Contoh:
25. 3 5. 3 25 5. 3 30 3
6) Pengurangan bilangan–bilangan terakar adalah selisih
koefisien– koefisien terakar.
Contoh.:
25. 3 5. 3 25 5. 3 20 3
c. Kaidah Perkalian.
7) Hasil kali bilangan–bilangan terakar adalah akar dari
hasilkali bilangan–bilangannya. Perkalian hanya dapat
dilakukan apabila akar– akarnya berpangkat sama.
b
x .b y b xy
Contoh.:
d. Kaidah Pembagian .
25
1.5 Rangkuman
Himpunan
Teori himpunan bersifat sangat mendasar dalam matematika . Ia
melandasi hampir semua cabang ilmu hitung moderen . Di dalam
kehidupan sehari– hari, tanpa disadari manusia sudah sering
menerapkan konsepsi himpunan.
Himpunan adalah suatu kumpulan atau gugusan dari sejumlah obyek.
Obyek–obyek yang mengisi atau membentuk suatu himpunan disebut
anggota, atau eleman, atau unsure. Obyek–obyek suatu himpunan sangat
bervariasi ; bisa berupa orang–orang tertentu, tanam– tanaman tertentu,
benda– benda tertentu, dan sebagainya. Dalam penyajian secara umum
himpunan dilambangkan dengan huruf–huruf besar seperti A, B, C, D,P,
Q, R, X, Y, atau Z. Sedangkan obyek –obyek yang menjadi anggota
suatu himpunan dilambangkan dengan huruf–huruf kecil a, b, c, d, p, q,
r, x, y, atau z.
Operasi Himpunan terdiri dari Gabungan (Union), Irisan (Intersection).,
Selisih, Pelengkap (Complement).
Sistem Bilangan.
Dalam matematika, bilangan–bilangan yang ada dapat digolongkan
sebagaimana urian pembagian jenis bilangan berikut ini Bilangan nyata
dan Bilangan khayal .Perbedaan antara kedua jenis bilangan ini adalah
bahwa bilangan nyata mengandung salah satu “sifat” secara tegas yaitu:
26
1.6 Latihan.
Himpunan.
1. Gambarkan sebuah diagram venn untuk menunjukkan himpunan
universal U dan himpunan– himpunan bagian A serta B, jika
U 1,2,3,4,5,6,7,8,
A 2,3,5,7
B 1,3,4,7,8
Kemudian selesaikan:
a. A B
b. B A
27
c. A B
d. A B
e. A B
f. B A
2. Gambarkanlah sebuah diagram venn yang menunjukkan himpunan
universal U dan himpunan– himpunan bagian A serta B, jika:
U x;3 x 14
A 6,7,9,10,13
B 4,5,11
Kemudian selesaikan:
a. A B
b. B A
c. A B
d. A B
e. A B
f. B A
3. Misalkan diketahui:
U 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
A 1,2,3,4,5,6
B 3,4,6,7,13
C 5,6,7,8,9,10,11,12,13
Gambarkan diagram– diagram venn– nya kemudian selesaikan:
a. A B
b. A B
c. CA
d. BC
e. A B C
f. A B C
28
g. A B C
h. A B C
i. A B C
4. Misalkan diketahui:
U 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
P 2,4,6,8
Q 0,5,9
R 3,7,9
Tanpa menggunakan diagram venn, tentukan:
a. P, Q, R
b. P Q, P Q, P R, P R, Q R, QR
c. P Q, Q P , P Q, P R , P Q R , P Q R
d. P Q R , P Q R , P Q P R ,
P Q P R
e. P Q , P ' Q , PQ, PQ
5. Apabila U adalah sebuah himpunan universal, tentukan mana yang
benar dan salah di antara pernyataan– pernyataan di bawah ini:
a. A A U
b. A A A
c. B U B
d. B U U
e. C C
f. C C
g. D
h. D D D
i. B U
29
j. A C C A C
k. B B D B D
l. A D D A D
Sistem Bilangan
6. Mana yang salah diantara pernyataan– pernyataan berikut?
a. Bilangan positif berpangkat genap menghasilkan bilangan
positif.
b. Bilangan negatif berpangkat genap menghasilkan bilangan
positif.
c. Bilangan negatif berpangkat ganjil menghasilkan bilangan
negatif.
d. Bilangan positif berpangkat ganjil menghasilkan bilangan
negatif.
7. Ubahlah pecahan– pecahan biasa di bawah ini menjadi pecahan
desimal, sampai tiga angka di belakang koma:
4
a.
5
6
b.
5
4
c.
15
4
d.
50
8. Tentukan spbt pasangan– pasangan pecahan berikut ini:
4 4
a. dan
5 50
4 4
b. dan
50 15
4 6
c. dan
15 5
30
6 4
d. dan
5 5
9. Hitunglah jumlah dari masing–masing pasangan pecahan pada soal
no . 8 di atas.
10. Hitunglah selisih dari masing–masing pasangan pecahan pada soal
no . 8 di atas dan sajikan secara desimal.
11. Hitunglah hasilkali dari masing–masing pasangan pecahan pada
soal no . 8 di atas
12. Hitunglah hasil bagi dari masing–masing pasangan pecahan pada
soal no . 8 di atas.
13. Selesaikan:
4 3 1
a.
5 5 5
4 3 1
b.
6 7 3
4 3 1
c.
5 5 5
4 3 1
d.
5 5 5
4 3 1
e.
6 7 3
14. Selesaikan:
a. 0,35 0,55 0,75
b. 0,35 0,55 0,75
c. 0,35 0,55 0,75
d. 0,35 0,55 0,75
Pangkat dan Akar.
15. Sederhanakanlah bentuk– bentuk berikut:
a. 2 3.2 4.2 5
b. 33.3 4.35
31
c. 3 3.3 4.3 5
d. 2 3.2 5 2 6
16. Ubahlah bentuk– bentuk berikut ke dalam bentuk akar;
2
a. 3 3
1 4 2
b. 3 7 .3 7 3 7
2 3 1
c. 2 5 .2 5 2 5
17. Sederhanakanlah kemudian selesaikan:
a. 25. 3 5. 3 10 3
b. 2. 2 5. 2
c. 25. 3 5. 3 30 3
d. 25. 3 5. 3 30 3 15. 2 12 2
32
BAB II
TURUNAN (DERIVATIF)
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami:
2.1 Pengertian Derivatif
2.2 Turunan (derivarif).
2.3 Notasi Turunan.
2.4 Kaidah– Kaidah Diferensiasi
2.5 Turunan Orde yang Lebih Tinggi
2.6 Penerapan Turunan dalam Ilmu Ekonomi
33
34
(a) (b)
Gambar 2.1
Tingkat perubahan rata–rata juga dapat diukur dengan tangen ( garis
singgung) . Dalam trigonometri tangen suatu sudut adalah sama
dengan sisi yang berhadapan dengan sudut itu dibagi dengan sisi yang
y
berdampingan, di sini . Pada gambar 2.1 (a), tangent mengukur
x
tingkat perubahan rata–rata yang sebenarnya dari fungsi tersebut dan
karena itu merupakan kemiringan fungsi tersebut. Dalam gambar 2.1 (b),
tangent hanya mendekati tingkat perubahan rata–rata sebenarnya dari
fungsi tersebut sebagaimana diperlihatkan garis putus–putus yang
menghubungkan dua titik pada kurva. Pendekatan kasar ini akan
disempurnakan nanti pada turunan (derivatif)
Contoh:
Sebagai garis lurus, garis singgung (tangen) mempunyai kemiringan
konstan yang mengukur perubahan y yang diakibatkan perubahan x, bagi
setiap gerakan sepanjang garis, tanpa memandang bagaimanapun
kecilnya. Ini mencakup titik dimana garis singgung persis menyentuh
kurva. Jadi, kemiringan suatu garis singgung pada suatu titik sama
dengan kemiringan kurva pada titik itu.
36
Pada gambar 2.2, tiga garis lurus yang berbeda digambarkan pada
titik A, B, dan C pada kurva. Kemiringan garis– garis singgung tersebut
menunjukkan kemiringan fungsi pada titik– titik yang diberikan . Agar
lebih jelas, y dan x digambarkan relative besar, tetapi karena
kemiringan suatu garis lurus di mana– mana adalah konstan, ia juga
memberikan suatu ukuran perubahan y sehubungan dengan perubahan x
untuk setiap fungsi kurvilinier tersebut pada titik yang diberikan.
Contoh:
Gambar 2.2, juga menjelaskan bahwa kemiringan fungsi kurvilinear
berbeda pada titik yang berbeda sepanjang kurva. Kemiringan garis
singgung ( dan karena itu juga fungsi kurvilinear) di A lebih besar
daripada kemiringan di B dan kemiringan di B lebih besar dari pada
kemiringan di C. Sebagai sifat umum, makin curam garis singgungnya,
makin besar nilai absolut kemiringan kurva di titik itu ; makin datar
garis singgungnya, makin kecil nilai absolut kemiringan kurva di titik itu.
Contoh:
Seperti terlihat pada gambar 2.3, makin kecil perubahan x, makin akurat
tangen mengukur tingkat yang sebenarnya dari fungsi tersebut. Jika
x mendekati nol, seperti dalam turunan, garis terputus–putus akan
dy
menyinggung kurva dan mengukur kemiringan yang sebenarnya
dx
pada titik itu.
f x .
d d
y atau
dx dx
Contoh:
38
x .
dy d d
, ' ,x , y, atau
dx dx dx
Turunan y F x dapat dinyatakan sebagai
F x .
dy d d
, F ' , Fx , y, atau
dx dx dx
Turunan C C Y dapat dinyatakan sebagai
C x .
dC d d
, C ' , Cx , C, atau
dY dY dY
Contoh:
41
Apabila diketahui y
x 1 maka
2
x 6 2
u x 1
du
2
2x
dx
v x2 6
dv
dx
2x
du dv
v. u.
dy
dx 2 dx
dx v
x 6 .2 x x 2 1 .2 x
2
x2 6
2
2 x 12 x 2 x 3 2 x
3
x 2
6
2
10 x
x 2
6
2
Apabila diketahui y
x 5
x 6
2
maka
u x 5
du
1
dx
v x 2 6
dv
2x
dx
du dv
v. u.
dy
dx 2 dx
x 2 6.1 x 5.2 x
dx v
x 2 6
2
x 2 6 2 x 2 10 x
x 2 62
x 10 x 6
2
x 2 62
43
4 x3
Apabila diketahui y maka
4x 3
du
u 4 x3 12 x 2
dx
dv
v 4x 3 4
dx2
dy 4 x 3.12 x 4 x 3 .4
dx 4 x 232 3
48 x 36 x 16 x
3
4 x 32 2
32 x 36 x
3
4 x 32
dy
dx
16 x 2 x 2 33
12u 2 124 x 2
dy 2
dx
d2y
Notasi umum untuk turunan kedua : 2
, f '' x , y '' , D 2 y, f xx
dx
d3y
Notasi umum untuk turunan jenjang ketiga : ,
dx 3
f ''' x , y ''' , D 3 y, f xxx
d4y
Notasi umum untuk turunan jenjang keempat : ,
dx 4
f 4 x, y 4 , D 4 y, f 4
Dan seterusnya.
Contoh:
y 2x 4 5x 3 3x 2 maka:
dy
8 x 3 15 x 2 6 x
dx
d2y
24 x 2 30 x 6
dx3 2
d y
48 x 30
dx 3
d4y
48
dx5 4
d y
0
dx 5
Contoh:
dTR
Jika TR 75Q 4Q 2 , maka MR 75 8Q
dQ
dTC
Jika TC Q 2 7Q 23 , maka MC 2Q 7
dQ
Contoh:
Misal diketahui fungsi permintaan P 30 2Q , maka fungsi
pendapatan marjinal dapat diperoleh dengan mencari terlebih dahulu
fungsi pendapatan total dan kemudian mengambil turunan dari fungsi itu
berkenaan dengan Q . Jadi,
TR PQ 30 2Q.Q 30Q 2Q 2
Kemudian,
dTR
MR 30 4Q
dQ
Jika Q 4, MR 30 4.4 14
Jika Q 5, MR 30 4.5 10
c c
Gb.2.4 Gb.2.5
Bila f ' ' x 0, maka x1 , f x1 adalah titik maksimum
relatif fungsi f dengan nilai maksimum relatif .
Bila f ' ' x 0, maka x1 , f x1 adalah titik minimum
relatif fungsi f dengan nilai minimum relatif f x1 .
Contoh:
x3 x2
Tentukanlah titik balik pada grafik fungsi y 2 x 5.
3 2
Penyelesaian:
dy
x2 x 2
dx
d2y
2x 1
dx 2
dy
Titik balik terjadi bila, 0.
dx
x2 x 2 0
x 2
. x 1 0
x 2 dan x 1
Titik balik terjadi pada x 2 dan x 1.
Untuk menentukan jenis masing–masing titik balik, substiutsikan
d2y
x 2 ke dalam 2 , demikian juga x 1 .
dx
d2y
Di titik x 2 , 4 1 3 , yaitu positif sehingga x2
dx 2
menghasilkan Ymin .
d2y
Di titik x 1 , 2 1 3 , yaitu negatif sehingga x 1
dx 2
menghasilkan Ymax .
49
Contoh:
Diketahui TC 31 24Q 112 Q 2 13 Q 3 , untuk mencari minimum
relatif atau maksimum relatif bagi suatu fungsi biaya total .
Penyelesaian:
Pertama, carilah nilai kritis dengan mengambil turunan fungsi tersebut
dan menyamakannya dengan nol.
dTC
24 11Q Q 2 0
dQ
Q 8. Q 3 0
Nilai– nilai kritisnya adalah Q 8 dan Q 3
Kedua, Tentukan turunan kedua untuk melihat apakah pada nilai kritis,
fungsi tersebut akan minimum atau maksimum.
d 2TC
11 2Q
dQ2
Pada Q 8
d 2TC
11 2Q 11 2.8 5 0
dQ 2
Pada Q 3
d 2TC
11 2Q 11 2.3 5 0
dQ 2
Jadi pada Q 8 , TC berada pada suatu minimum relatif dan pada
Q 3 , TC berada pada suatu maksimum relatif.
Pada Q 8 TC 31 24.8 112 8 2 13 8 3 41,67
Pada Q 3 TC 31 24.3 112 3 2 13 33 62,5
Titik Belok.
50
Titik c, f c dikatakan titik belok grafik fungsi f jika di titik tersebut
grafik fungsi f mempunyai garis singgung dan berada pada interval
terbuka I yang memuat c, sehingga untuk x I berlaku
f ' ' x 0 bila x c dan f ' ' x 0 bila x c ; atau
f ' ' x 0 bila x c dan f ' ' x 0 bila x c .
Jadi titik c, f c adalah titik belok grafik fungsi f , karena pada titik
ini terjadi perubahan kecekungan grafik fungsinya . sumbu x adalah
garis singgungnya. Teorema berikut menyatakan bahwa pada titik belok
turunan kedua sama dengan nol, bila ada.
Teorema
Jika f berada pada interval terbuka yang memuat c, f ' ' c dan titik
c, f c adalah titik belok grafik fungsi f, maka f ' ' c 0 .
Dalam hal f ' x c 0 dan f ' ' x c 0 , maka untuk mengetahui
maksimum atau minimum pada titk x c dicari turunan tinggi
f n 1 x 0 . Kemudian,jika:
n genap, maka f x tidak mempunyai maksimum atau
minimum pada x c , atau x c adalah titik belok.
n ganjil, maka f n1 c 0 , maka f x maksimum pada
Contoh:
Tentukanlah titik belok, jika ada, pada grafik fungsi
x3 x2
y 2 x 5.
3 2
Penyelesaian:
Differensiasi dua kali.
51
dy
x2 x 2
dx
d2y
2x 1
dx 2
d2y
Untuk titik belok, 0 dengan perubahan tanda.
dx 2
Sehingga
2 x 1 0
1
x
2
1
Jika tidak ada titik belok, haruslah titik tersebut terjadi pada x .
2
Uji perubahan tanda .
1 1
Kita tinjau titik x a dan x a
2 2
d2y
2x 1
dx 2
d2y 1
2. a 1 2a.negatif
1
Di x a ,
2
2
2 dx
d2y 1
2. a 1 2a. positif
1
Di x a ,
2
2
2 dx
d2y 1
Ada perubahan tanda 2
ketika kita melintasi x .
dx 2
1
ada titik belok di x .
2
3. Elastisitas Harga.
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas harga ( price elasticity) mengukur
persentase perubahan dalam kuantitas dihubungkan dengan persentase
perubahan dalam harga. Secara Matematis,
52
dQ Q
dP P
Untuk memudahkan perhitungan matematis, elastisitas harga sering
dinyatakan dalam bentuk lain:
dQ Q fungsi marginal dQ P
atau .
dP P fungsi rata - rata dP Q
Terdapat elastisitas harga baik untuk penawaran maupun permintaan.
Keduanya dikatakan elastis jika 1 , tidak elastis jika 1 , dan
5 2.10 25
dQ
dP
Selanjutnya, carilah tingkat output Q apabila P 10
Q 650 5.10 10 2 500
Dengan substitusi nilai– nilai ini dalam rumus elastisitas,
dQ P 10
. 25. 0,5
dP Q 500
2.9 Rangkuman
53
y
Tingkat perubahan rata–rata untuk suatu fungsi linear adalah
x
konstan, dan sama dengan kemiringannya. Sebaliknya, tingkat perubahan
rata–rata untuk suatu fungsi kurvilinier berubah– ubah menurut gerakan
berurutan sepanjang kurva. Jadi, kemiringan suatu fungsi kurvilinier
tidak konstan, ia berbeda pada titik yang berbeda sepanjang titik
tertentu adalah sama dengan kemiringan garis yang ditarik
menyinggung kurva ( tangen) pada titik itu.
Turunan mengukur tingkat perubahan seketika dari suatu fungsi, yaitu
bagaimana variabel tak bebas berubah sehubungan dengan suatu
perubahan unit yang sangat kecil dalam variabel bebas. Terminologi
yang formal untuk turunan adalah
dy y
limit
dx x0 x
Diferensiasi adalah proses penentuan turunan dari suatu fungsi,
yaitu mencari perubahan y berkenaan dengan suatu perubahan x apabila
perubahan x ( x ) mendekati nol. Ini tidak melibatkan sesuatu yang
rumit selain sekedar penerapan beberapa rumus atau kaidah dasar pada
fungsi. Dalam menerangkan kaidah– kaidah ini, umumnya pakai fungsi
pembantu seperti u dan v , dimana u adalah suatu fungsi x, u(x) yang
tidak bersifat spesifik dan v adalah suatu fungsi x, v(x) yang tidak
bersifat spesifik.
Kaidah Fungsi Konstan. Turunan fungsi konstanta, y = k, dimana k
adalah suatu konstanta, adalah nol.
1. Kaidah Fungsi Linier.
Turunan fungsi linier , y a bx , adalah sama dengan b, koefisien
dari x.
dy
Misalnya y a bx maka b
dx
2. Kaidah Fungsi Pangkat.
54
2.10 Latihan
Kemiringan dan turunan.
Untuk setiap fungsi berikut tentukanlah nilai kemiringan pada x 2 dan
x5
1. y 7x2 3 .
2. y 2x 2 2x
3. y 30 6 x
4. y x 3 4x 3
Turunan yang sederhana.
Tentukanlah diferensial fungsi– fungsi berikut:
5. y 100
56
6. y 5 x 12
7. y 5x 3
8. y 2 x 5 3x 3 5x 12
9. z 8t 5 5t 4 2
10. p 3q 2 7q 15
11.
d
du
4u 7 3u 6
12.
d
ds
4s 7 3s 6 4s 2 5
Kaidah Perkalian.
Tentukanlah turunan dari fungsi– fungsi berikut menggunakan kaidah
perkalian:
13. y 5x 4 .3x 7
14.
y x 8 8 . x 6 11
15. y 4 x 3
. 2x
2 5
17. y 2 x 5
. 3x 8
4 5
18. z 3 12t
. 5 4t 3 6
19. y
10 x 8
6x 7
2x
20. y
3x 8
4x 7
4x3
4x 5
21. y
1 3x
57
15 x 2
22. y
2x 2 7 x 3
6x 7
23. y
8x 5
5x 2 9 x 8
24. y
x2 1
Kaidah Berantai.
Tentukan turunan fungsi dari fungsi berikut ini menggunakan kaidah
berantai.
y 7 x 9
2
25.
y 5 x 7
3
26.
y 4 x 2 1
7
27.
y x 2 3x 1
5
28.
Kombinasi Kaidah.
Tentukanlah turunan dari:
29. y 3x.2x 1
. 3x 2
y 3 x.4 x 5
2
30.
31. y
8x 52
7 x 4
y 5 x 1
. 3x 4
3
32.
Turunan Orde yang Lebih Tinggi.
Untuk setiap fungsi berikut, carilah turunan orde kedua, lakukan evaluasi
terhadapnya pada x 2 .
33. y 7 x 3 5 x 2 12
34. f x x 6 3x 4 x
35.
f x x 4 3 . x 3 2
36.
y 2 x 3. 8x 2 6
58
5x
37. y
1 3x
7x2
38. y
x 1
f x 8 x 4
3
39.
Selidiki turunan– turunan yang berurutan dan hitunglah turunan– turunan
tersebut pada x 3 .
40. y x 3 3x 2 9 x 7
41. y 4x 7
. 9x 2
y 5 x
4
42.
Penerapan Turunan dalam Ilmu Ekonomi
43. Tentukanlah persamaan garis singgung dan garis normal kurva
y x 3 2 x 2 3x 1 di titik 2,5.
44. Tentukanlah titik belok pada grafik fungsi y 3x 5 5 x 4 x 4 .
45. Carilah fungsi– fungsi MR yang berhubungan dengan setiap
fungsi penawaran berikut. Hitunglah fungsi– fungsi tersebut pada
Q 4 dan Q 10
i. P Q 2 2Q 1
ii. P Q 2 0,5Q 3
BAB III
INTEGRAL
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami:
3.1 Integral Tak Tentu (Indefinite Integral)
3.2 Integral Tertentu (Definite Integral)
59
60
f x dx F x c
Di sini, sisi kiri persamaan dibaca dengan “ integral f dari x
berkenaan dengan x” . Lambang adalah tanda integral, f x adalah
2. Kaidah Pengintegralan.
Kaidah– kaidah pengintegralan berikut ini diperoleh dengan
menbalikkan kaidah aturan pendeferensialan yang sebanding.
1. Integral dari suatu konstanta k adalah
kdx kx c
Contoh:
1. 5dx 5 x c
2. 150dx 150 x c
3. 1000dx 1000 x c
2. Integral sebanyak dx, adalah
dx x c
61
n 1
Contoh:
1
x dx 5 1 x
51
1. 5
c
1
x dx 6 x c
5 6
1
x dx x101 c
10
2.
10 1
1 11
x dx x c
10
11
1 1
1 1
3. x 2 dx 1
x2 c
1
2
1 1
1 2 1
x dx2
3
x c
2
1 3
x 2 dx 23 x 2 c
1
4. Integral dari x 1 atau adalah
x
x
1
dx ln x c x0
Syarat x 0 ditambahkan karena hanya bilangan positif yang
mempunyai logaritma. Untuk bilangan negatif,
x
1
dx ln x c x0
Contoh:
100 x
1
1. dx 100 ln x c
62
1500 x
1
2. dx 1500 ln x c
5. Integral dari suatu fungsi eksponen adalah
a kx
a dx c
kx
k ln a
Contoh:
23x
2 dx c
3x
1.
3 ln 2
52 x
2. 5 2 x dx c
2 ln 5
32 x
3 dx c
2x
3.
2 ln 3
6. Integral dari suatu fungsi eksponensial natural adalah
e kx
e dx c karena ln e 1
kx
k
Contoh:
9e 3 x
9e
3 x
dx c
3
7. Integral dari suatu konstanta dikalikan suatu fungsi sama dengan
konstanta dikalikan integral fungsi tersebut.
kf x dx k f x dx
Contoh:
5 5
5x dx 5 x 4 dx x c
4
5
8. Integral jumlah atau selisih dari dua atau lebih fungsi sama
dengan jumlah atau selisih dari integral– integralnya.
f x dx f x dx
3. Syarat Awal dan Syarat Pembatas.
Syarat Awal (initial condition) y y0 bila x 0 atau Syarat
Pembatas ( boundary condition) y y0 apabila x x0 diketahaui
secara unik menentukan konstantan pengintegralan . Dengan
memungkinkan penentuan unik atas c, syarat awal atau syarat pembatas
memilih suatu kurva tertentu .
Contoh:
Misal diketahui syarat pembatas y 11 bila x 3,
Maka
Integral y 2dx 2 x c dievaluasi sebagai berikut:
12 x x
2 dx
2 3
du
f x dx u dx dx
Dengan menghapuskan dx ,
f x dx udu F u c
Contoh:
Tentukan 12 x ( x 2)dx.
2 3
Penyelesaian:
Misal:
u x3 2
du
3x 2
dx
du
dx 2
3x
Maka:
du 4
12 x ( x 3 2)dx 12 x 2 u 4udu u 2 c 2u 2 c
2
2
3x 2
Substitusikan u x 3 2, jadi,
12 x ( x 3 2)dx 2u 2 c 2( x 3 2) 2 c .
2
Contoh:
4 x( x 1)
3
Tentukan dx.
Penyelesaian:
Misal:
65
u x 1
du
1
dx
dx du
Maka:
4 x( x 1) dx 4 xu 3 du
3
4 x( x 1)
3
Tentukan dx.
Penyelesaian:
Misalkan:
66
f ( x) 4 x f ' ( x) 4
1
g ' x x 13 g ( x) x 14 c
4
Substitusikan nilai f ( x), f ' ( x), g ( x)
1
4 x( x 1) dx f x .g x . g x f ' x dx 4 x. 4 x 1 4 x 1 .4dx
3 4 1 4
x.x 1 x 15 c
4 1
5
f x x
n
panjang– persegi panjang i i i i akan mendekati, tetapi, kurang
dari luas yang sebenarnya dari bidang di bawah kurva. Jika jumlah sub–
interval ditambah sehingga n , masing–masing sub– interval
bidang menjadi sangat kecil xi dxi dx dan luas bidang kurva A
dapat dinyatakan secara matematis sebagai
n
f x x f x dx
b
A lim 1 1
n a
i 1
y
y
y=f(x)
y=f(x)
0 a b x 0 x1 x2 x3 x4 x5 x6 x
(a) (b)
2. Integral Tertentu.
Integral tertentu suatu fungsi kontinu f x Gambar 3.1
pada interval a sampai b
a b f xdx
b
secara matematis dinyatakan sebagai yang dapat
a
dibaca “integral dari a sampai b dari f dari xdx.” a dikatakan limit bawah
( lower limit) pengintegralan, b limit atas ( upper limit) pengintegralan.
f x dx F x F b F a
b
a
a
Contoh:
Tentukan Integral dari:
5
10xdx
2
5 x dx
2
Penyelesaian:
10 xdx 5x
2 5
1
2
3 .1 45 5 42 1
3
5 3 5 3 5 3
5x dx
2
x
1
3 1 3 3 3 3
Contoh:
Integral Tertentu digunakan di bawah ini untuk menentukan luas bidang
di bawah kurva dalam gambar ……. Pada interval 0– 20 sebagai
berikut:
20
20 20
1 1
A xdx x 2
1
202 1 02 100
0
2 4 0
4 4
f xdx f xdx
a b
Contoh:
Untuk menjelaskan sifat– sifat yang disajikan di atas, integral– integral
tertentu dievaluasi sebagai berikut:
5 2
10xdx 10xdx
2 5
10 xdx 5x
2 5
1
2
2
10xdx 5x
2 2
5 2 2 5. 5 2 20 125 105
5
5
3
5x dx 0
2
3 .3 45 45 0
3
5 3 5 3 5 3
5x dx
2
x
3
3 1 3 3
71
5 4 5
Rangkuman
Proses membalik pendeferensialan dan mencari fungsi F x yang
tingkat perubahannya ( yaitu turunan f x ) telah diketahui, disebut
pengintegralan . Fungsi F x diistilahkan integral atau anti turunan(
anti derivatif) dari fungsi f x
Kaidah– kaidah pengintegralan berikut ini diperoleh dengan
menbalikkan kaidah aturan pendeferensialan yang sebanding.
1. Integral dari suatu konstanta k adalah kdx kx c
2. Integral sebanyak dx, adalah dx x c
3. Integral dari suatu fungsi pangkat x n , dimana n 1, dinyatakan
1 n 1
x dx x c n 1
n
dengan kaidah pangkat:
n 1
1
x
1
4. Integral dari x 1 atau adalah dx ln x c
x
x0
72
x
1
mempunyai logaritma. Untuk bilangan negatif, dx ln x c
x0
a kx
a dx c
kx
5. Integral dari suatu fungsi eksponen adalah
k ln a
6. Integral dari suatu fungsi eksponensial natural adalah
e kx
e dx c karena ln e 1
kx
k
7. Integral dari suatu konstanta dikalikan suatu fungsi sama dengan
konstanta dikalikan integral fungsi tersebut.
kf x dx k f x dx
8. Integral jumlah atau selisih dari dua atau lebih fungsi sama
dengan jumlah atau selisih dari integral– integralnya.
4 x dx
3
6.
73
1
7. 1000 x 2 dx
2
8. 10 x 5
dx
dx
9. x
5x
1
10. dx
1
11. 3 x dx
dx
12. x 4
100 x 15 x 10dx
4 2
13.
10 x( x 3) 4 dx.
2
16.
x (2 x 5) 4 dx.
4 5
17.
7
18. ( x 9) dx. 4
(6 x 11) dx.
5
19.
x2
20. 4 x 3
7 2
dx
6 x 2 4 x 10
21. x 3
x 2 5x
3
dx
dx
22. 9x 5
74
3x 2 2
23. 4 x3 8x dx
Integral Per Bagian
15 xx 4
32
24. dx
2x
25. x 8 dx 3
5x
26. x 1 2
dx
Integral Tertentu
3
5x
4
27. dx
1
150 x
4
28. dx
1
5 x dx
4
29.
1
5 x dx
4
30.
1
BAB IV
PROGRAM LINEAR
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami:
4.1 Pengertian Sistem Persamaan Linear (SPL)
4.2 Sistem Persamaan Linear Homogen .
4.3 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear (SPL)
4.4 Program Linier.
75
76
y
l1 l2 y y
l1 l2 l1,l2
x x x
Contoh:
Tentukanlah x1,x2,dan x3 dari sistem persamaan:
2 x1 3x2 x3 11
x1 x2 x3 6
2 x1 x2 x3 3
Penyelesaian:
82
2 3 1 11
A 1 1 1, B 6
2 1 1 3
adjA
A 1
A
2 3 1
A 1 1 1 6
2 1 1
0 2 2
adjA 3 4 1
3 8 1
0 13 31
A1 12 23 15
21 43 16
mak a
0 13 31 11
X 12 23 15 x 6
21 43 16 3
1
X 2
3
x1 1, x2 2, x3 3
2. Menggunakan Kaidah Cramer.
1
x1 , x 2 2 ,...x n n , 0
dimana:
A dan
i determinan matriks dengan mengganti kolom ke– I matriks A
dengan kolom suku konstan.
Contoh:
Tentukanlah x1,x2,dan x3 dari sistem persamaan:
83
2 x1 3x2 x3 11
x1 x2 x3 6
. 2 x1 x2 x3 3
Penyelesaian:
2 3 1
1 1 1 6
2 1 1
11 3 1
1 6 1 1 6
3 1 1
2 11 1
2 1 6 1 12
2 3 1
2 3 11
3 1 1 6 18
2 1 1
maka
6 12 18
x1 1 1, x2 2 2, x3 3 3
6 6 6
1 0 0 4 1 0 0
0 1 0 7 , 0 1 0
0 0 1 1 0 0 1
Program Linier.
Perumusan program Linier dapat dilakukan melalui langkah– langkah:
1. Menentukan aktivitas.
2. Menentukan sumber– sumber atau (masukan).
3. Menentukan kendala– kendala aktivitas.
4. Merumuskan model, yakni membentuk fungsi tujuan dan
fungsi– fungsi kendalanya.
Contoh:
Sebuah perusahaan menghasilkan dua macam keluaran, yaitu barang A
dan barang B . Bahan mentah yang digunakan 2 macam yaitu R dan S
sebagai masukan . Barang A dan B menggunakan R dan S dalam proses
produksinya. Setiap keluaran A memerlukan 4 unit masukan R dan 3
unit masukan S. Sedangkan keluaran B memerlukan 2 unit masukan R
dan 4 unit masukan S. Harga jual produk A dan Produk B masing–
masing Rp 6.000,- dan Rp 7.500,- per unit. Berapa unit A dan B harus
dihasilkan agar penerimaan perusahaan maksimum, dengan keterbatasan
atau kendala bahwa penggunaan masukan R dan S masing–masing tidak
melebihi 100 unit dan 120 unit?
Penyelesian:
Tabel Permasalahan
Keluaran Kendala Masukan
A B
R 4 2 100
Masukan S 3 4 120
Kendala Keluaran 6.000 7500
Masalah program linier yang muncul di sini adalah memaksimumkan
fungsi tujuan.
Fungsi tujuan Z 6000 x 7500 y
86
4 x 2 y 100
Fungsi Kendala :
3x 4 y 120
Syarat : x, y 0
Syarat : x, y 0
Penyelesaian:
Metode grafik .
87
C
B
(25,0)
O A
(i). X 0 25 (ii). X 0 40
Y 50 0 Y 30 0
Titik 0,50, 25,0 Titik 0,30, 40,0
Titik B titik potong garis (i) dan (ii)
Menggunakan metode eliminasi diperoleh;
4 x 2 y 100 2 8 x 4 y 200
3x 4 y 120 1 3x 4 y 120
5x 80
x 16
Untuk menentukan nilai y, eliminasikan nilai x=16, selanjutnya diperoleh,
4 x 2 y 100
4.16 2 y 100
2 y 100 64
2 y 36
y 18
Sehingga titik B ( 16,18).
Untuk mengetahui titik maksimum dilakukan pengujian terhadap titik–
titik sebagai berikut:
88
Titik
Z 6000 x 7500 y
O(0,0) 0
A(25,0) 150.000
B(16,18) 231.000
C(0,30) 225.000
Nilai optimal diperoleh pada titik B. Dengan kombinasi produk sebanyak
16 barang A dan 18 barang B.
2. Sebuah perusahaan memproduksi dua macam barang yaitu A dan B
masing–masing menggunakan tiga macam bahan, yaitu K,L, dan M .
Setiap unit A memerlukan 3 unit K, 4 unit L, dan 2 unit M. Sedangkan
setiap unit B memerlukan 2 unit K, 1 unit L, dan 8 unit M. Biaya total
untuk membuat barang A dan B masing–masing Rp 4.500,- dan Rp
5.000,- per unit. Setiap harinya perusahaan dapat menggunakan
setidak– tidaknya 60 unit K, 40 unit L, dan 80 unit M. Berapa unit
masing–masing barang sebaiknya dibuat agar biaya total harian
optimal?
Penyelesaian:
Tabel Permasalahan
Keluaran Kendala
A B Masukan
K 3 2 60
Masukan L 4 1 40
M 2 8 80
Kendala Keluaran 4500 5000
y
(0,40)
A
(0,30)
B
C x
(0,10)
D
(iii)
(ii) (i)
3x 2 y 60
3.4 2 y 60
2 y 60 12
2 y 48
y 24
Sehingga titik B ( 4,24).
Titik C titik potong garis (i) dan (iii)
Menggunakan metode eliminasi diperoleh;
3x 2 y 60 2 6 x 4 y 120
2 x 8 y 80 3 6 x 24 y 240
- 20y - 120
y 6
Untuk menentukan nilai x, eliminasikan nilai y=6, selanjutnya diperoleh,
3x 2 y 60
3x 2.6 60
3x 60 12
3x 48
x 16
Sehingga titik C ( 16,6).
Untuk mengetahui titik maksimum dilakukan pengujian terhadap titik–
titik sebagai berikut:
Titik
Z 4500 x 5000 y
A(0,40) 200.000
B(4,24) 138.000
C(16,6) 102.000
D(40,0) 180.000
Biaya total minimum per– hari diperoleh pada titik C. Dengan kombinasi
produk sebanyak 16 barang A dan 6 barang B.
Rangkuman
Sebuah garis dalam bidang xy secara aljabar dapat dinyatakan oleh
persamaan berbentuk
a1x + a2y = b.
91
10 x1 2 x 2 300
3 x1 2 x 2 120
2 x1 2 x 2 100
x1 , x 2 0
BAB V
PERSENTASE,RASIO, DAN PROPORSI
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami:
5.1 Persentase.
5.2 Pengertian Rasio.
5.3 Pengertian Proporsi.
93
94
5.3 Persentase.
Persentase berupa potongan berupa diskount harga atau apapun bentuk
potongan yang diberikan biasanya diperuntukkan bagi konsumen agar
harga yang ditawarkan dapat menarik perhatian untuk membeli.
5
5% dari Rp 1.000.000,- Rp1.000.000 Rp 50.000,
100
20
20% dari Rp 1000.000,- Rp1.000.000 Rp 200.000,
100
40
40% dari Rp 1000.000,- Rp1.000.000 Rp 400.000,
100
Tinggi badan Yuli 150 cm dan tinggi badan Yuni 75 cm. Jika kedua
tinggi badan tersebut dapat diperbandingkan maka dapat dikatakan tinggi
badan Yuli 2 kali tinggi badan Yuni.
Sifat– sifat yang berlaku untuk pembagian, berlaku juga untuk
rasio . Sifat– sifat tersebut ;
1. Mengalikan rasio dengan suatu bilangan.
m.a b ma b atau m
2. Membagi rasio dengan suatu bilangan.
3. Perbandingan tidak berubah, bila kedua sukunya dikalikan atau
dibagikan dengan bilangan yang sama.
5.6 Rangkuman
Persentase berupa potongan berupa diskount harga atau apapun bentuk
potongan yang diberikan biasanya diperuntukkan bagi konsumen agar
harga yang ditawarkan dapat menarik perhatian untuk membeli.
Rasio adalah dua bilangan yang dapat dibandingkan menggunakan
pembagian..
Proporsi atau perbandingan senilai, adalah beberapa perbandingan yang
nilainya sama, atau dua rasio yang sama.
5.7 Latihan.
Selesaikanlah soal– soal berikut ini:
1. 25% dari Rp 15.000.000,-
2. 15% dari Rp 10.000.000,-
3. 0,5% dari Rp 12.000.000,-
4. 12,5% dari Rp 11.000.000,-
5. 45% dari Rp 100.000.000,-
96
Riwayati, Hedwigis Esti dan Markonah. 2008. Matematika Ek. dan Bisnis
1. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
97
98
GLOSARIUM
Akar
Bilangan Irrasional
Bilangan Khayal
Bilangan Kompleks
Bilangan Nyata
Bilangan Pecahan
Bilangan Rasional
Eliminasi Gauss
Integral
Integral Tertentu
Pangkat
Pengertian Proporsi
Pengertian Rasio
Persentase
Program Linier
Akar
bilangan Irrasional
Bilangan khayal
bilangan kompleks.
Bilangan nyata
Bilangan pecahan
Bilangan Rasional
Complement
Derivatif
Eliminasi Gauss
himpunan bagian
Himpunan Kosong
Himpunan Universal
Himpunan
Integral
Integral tak Tertentu
Integral Tertentu
Intersection
Kaidah Cramer
Operasi Baris Elementer
Pangkat
Pengertian Proporsi
Pengertian Rasio.
Persentase.
Program Linier
Selisih
Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan Linear Homogen
Union
101
Hikmayanti Huwaida dilahirkan di Banjarmasin
tanggal 24 Agustus 1970, anak kedua dari lima
bersaudara pasangan Bapak H. Husni Thamrin dan
Ibu Hj. Lismiaty. Menikah 14 Nopember 1999
dengan Noor Ifansyah (alm) putera pasangan H.
Abdullah Hasan (alm) dengan Hj. Salmah (alm).
Dengan satu anak bernama Muhammad
Taufiqurrahman.
102