Laporan Autoclave

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

“STERILISASI”

NAMA : MEIDI PAPUTUNGAN


NIM : 0100840096
FAKULTAS : KEDOKTERAN
KELOMPOK :2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses mematikan mikroorganiseme yang
mungkin ada pada suatu benda. Secara umum terdapat tiga tehnik yang biasa digunakan
untuk sterilisasi. Pemilihan tehnik sterilisasi didasarkan pada sifat alat dan bahan yang akan
disterilisasi. ketiga teknik tersebut adalah :
1. Sterilisasi mekanik/Filtrasi
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) dikerjakan dalam suhu ruangan dan menggunakan
suatu saringan yang berpori sangat kecil ( 0.22 mikron atau 0.45 mikron ) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Sterilisasi ini ditujukan untuk bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi Fisik
Sterilsasi fisik dapat digunakan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Terdapat empat
macam sterilisasi dengan pemanasan :
a. Pemijaran Api
membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L,
dll.
b. Panas kering
Sterilisasi panas kering yaitu sterilisasi dengan menggunakan udara panas. Karakteristik
sterilisasi kering adalah menggunakan oven suhu tinggi (170-180’C) dengan waktu yang
lama (1-3 jam). Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dll. Sebelum dimasukkan ke dalam oven alat/bahan teresbut
dibungkus, disumbat atau dimasukkan dalam wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi
ketika dikeluarkan dari oven
c. Uap panas
Konsep ini hampir sama dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap panas bertekanan (Autoclaving)
Alat yang digunakan adalah autoclave. Cara kerja alat ini adalah menggunakan uap panas
dengan suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 1 atm. Sterilisasi uap tergantung pada : (1)
alat/bahan harus dapat ditembus uap panas secara merata tanpa mengalami kerusakan (2)
Kondisi steril harus bebas udara (vacum) (3) Suhu yang terukur harus mencapai 121oC dan
dipertahankan selama 15 menit.
Bahan/alat yang tidak dapat disterilisasi dengan uap panas adalah serum, vitamin, antibiotik, dan enzim, pelarut organik, seperti
fenol, buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya.
Prosedur dalam penggunaan autockave :
 Pelajari bagian-bagian autoclave dan fungsinya masing-masing
 Tuangkan air suling ke dalam autoclave hingga batas yang dianjurkan
 Masukkan alat/bahan yang akan diserilkan, ditata sedemikian rupa sehingga uap air secara
merata dapat menembus alat/bahan yang akan disterilkan tersebut.
 Tutup autoclave dan hidupkan alat. Perhatikan tahap kenaikan suhu dan tekanan pada
autoclave. Tunggu hingga alat mencapai suhu 121oC selama 15 menit. Autoclave akan
otomatis membunyikan alarm, jika proses sterilisasi sudah selesai.
 Hindari membuka tutup autoclave begitu proses sterilisasi selesai, tunggu sampai tekanan dan
suhunya turun.
Sterilisasi fisik dengan penyinaran dapat dengan menggunakan sinar Ultra Violet.

3. Sterilisasi kimiawi
Digunakan pada alat/bahan yang tidak tahan panas atau untuk kondisi aseptis (Sterilisasi
meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang dapat digunakan adalah Alkohol, asam parasetat,
formaldehid dll.

B. Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui sterilisasi menggunakan autoclave, filtrasi dan tyndalisasi.

C. Manfaat.
Agar kelak ketika kita ingin menjadi seorang peneliti, kita sudah mengetahui teknik-teknik
dasar dalam mensterilkan alat-alat dan bahan yang ada di laboratorium.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika
ditumbuhkan di alam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang biak.
Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz,
1992). Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri
masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung
sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan
mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
Sterilisasi yang paling umum dilakukan dapat berupa: sterilisasi secara fisik
(pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa
kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan
tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan
temperatur 170 180 dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan
gelas). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol,
larutan formalin). Sterilisasi secara makanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat
pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan
saringan/filter. Sitem kerja filter, seperti pada saringan adalah melakukan seleksi terhadap
pertikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (suriawiria, 2005)
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoclave uap yang mulai diangkat
dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 121 C selama 15 menit. Adapun alasan
digunakannya suhu 121 C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan laut.
Autoclave merupakan alat yang essensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi, ruang
sterilisasi di rumah-rumah sakit serta tempat-tempat lain yang memproduksi produk steril.
Pada umumnya (tidak selalu) autoclave dijalankan padaa tekanan kira-kira 15-16 per (5
kg/cm2) pada suhu 121 . Waktu yag diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada sifat bahan
yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Misalnya 1000 buah tabung reaksi yang
masing-masing berisi 10 ml medium cair dapat disterilkan dalam waktu 10-15 menit pada
suhu 121C, sedangkan jumlah medium yang sama bila ditempatkan dalam wadah 10 wadah
berukuran 1 liter akan membutuhkan 1 liter akan membutuhkan waktu 20-30 menit paa
suhuyang sama untuk menjamin tercapainya sterilisasi. (Pelczar dan Schan, 1986)
Antonie Van Leuwenhook adalah orang yang pertama kali melihat bakteri dengan
menggunakan instrumen optik yang terdiri atas lensa bikonvens. Pada waktu itu ia
menemukan bakteri dalam berbagai cairan, diantara cairan tubuh, air, ekstrak lada, serta bir.
Penemuan mikroskop pada waktu itu membuka peluang unttuk dilakukannya penelitian
mengenai proses terjadinya fermentasi dan penemuan jasad renik penyebab penyakit
(Ferdias, 1992).
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan
perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat
dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop yang tersedia menungkinkan jangkauan perbesaran
yang luas dari beberapa kali hingga ribuan kali (Lay,1994).

BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat
1. Jarum inokulum/OSE
2. Cawan petri
3. Autoclave
4. Labu erlenmeyer
B. Bahan
1. Kertas sampul
2. Aluminium foil
3. Kapas
4. Aquades
C. Cara Kerja
1. Sediakan alat-alat yang akan disterilisasikan.
2. Bungkus cawan petri dengan kertas sampul lalu dilipat.
3. Masukan alat dan bahan yang akan di sterilisasikan ke dalam alat inkubasi yaitu inkubator.
4. Inkubasi dengan alat inkubator dengan menggunakan suhu 1210C selama 15 menit
5. Jika tekana pada autoclave jarum penunjuknya mendekati garis merah, maka segera
tekananya diturunkan ke LOW, kemudian sealiknya, dan tekanan dipertahankan selama 15
menit.
6. Setelah di inkubasi, dinginkan alat dan bahanya, kemudian matikan inkubator.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil akhir dari proses sterilisasi yang kita dapatkan stelah menginkubasi alat dan ahan
kedalam autoclave pada suhu 1210C selama 12 jam,alat dan bahan tersebut menjadi steril (
matinya mikroorganisme yang terdapat pada alat dan bahan ).

B. Pembahasan
Sterilisasi dalam bidang mikrobiologi merupakan suatu upaya atau metode yang
bertujuan untuk membebaskan alat-alat atau bahan/sample secara lengkap dari dekontaminasi
segala macam bentuk kehidupan mikroorganisme lain.
Sterilisasi ini penting dilakukan dalam praktikum mikrobiologi, hal ini dikarenakan
agar bahan atau peralatan yang digunakan tersebut tidak didapatkan kehadiran
mikroorganisme lain yang tidak diinginkan yang akan mengganggu atau merusak media
ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan sehingga pelaksanaan
praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Ada beberapa cara di dalam melakukan sterilisasi, yakni sterilisasi secara fisik,
sterilisasi secara mekanik dan sterilisasi secara kimiawi namun pada prinsipnya proses
sterilisasi mikroorganisme adalah dengan cara pemanasan berulang kali hal ini
dimaksudkan untuk menumbuhkan spora mikroorganisme kemudian memanaskannya
kembali agar spora mikroorganisme tersebut mati. Adapun tahapan yang mesti dilakukan
pertama yakni media yang telah siap disterilisasi harus dibuka sedikit tutupnya (jika
menggunakan wadah tutup berulir) atau harus dilubangi plastiknya supaya tekanan yang
dihasilkan autoklaf dapat masuk ke dalam media kemudian memanaskannya hingga 100°C
dengan tujuan agar bakteri yang ada mati. Langkah selanjutnya adalah didinginkan sehingga
suhu turun berkisar antara 30°C hingga 40°C dengan tujuan memberi kesempatan agar
supaya spora mikroorganisme tumbuh menjadi mikroorganisme lagi selama 24 jam. Tahap
kedua adalah sama dengan tahap pertama yakni memanaskan hingga 100°C dengan tujuan
agar mikroorganisme baru mati. Andaikata masih ada sisa spora dari mikroorganisme, maka
suhu didinginkan lagi seperti tahap pertama sampai semua mikroorganisme dan spora
mikroorganisme hilang atau mati.
Disini praktikan menggunakan autoklaf digital dan manual. Pada prinsipnya baik
autoklaf digital maupun manual keduanya mempunyai komponen dan prinsip kerja yang
sama namun yang membedakannya disini adalah untuk autoklaf digital, jika proses sterilisasi
sudah selesai maka alarmnya akan berbunyi sedangkan untuk autoklaf manual praktikan
harus memperhatikan termometer dan waktu selama melakukan proses sterilisasi.
Sterilisasi dapat berjalan baik bilamana seorang praktikan sebelumnya telah dibekali
dengan pengetahuan mengenai pengenalan alat sehingga pada praktikum ini tujuan sterilisasi
dapat tercapai dan peralatan serta bahan yang disterilisasi tersebut tidak rusak dan juga dapat
dengan tepat mengambil keeputusan metode sterilisasi yang akan dipakai.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sterilisasi adalah suatu proses mematikan mikroorganiseme yang mungkin ada pada
suatu benda. Dengan menggunakan alat-alat seperti: autoclave, jarum inokulum/OSE dan
alkohol. Dalam praktikum ini kita menggunakan autoclave sebagai alat untuk mensterilkan
alat dan bahan praktikum, dimana autoclave terbagi atas dua macam yaitu: autoclave digital
dan autoclave manual. Berikut adalah tiga teknik dalam sterilisasi.
1. Sterilisasi mekanik/Filtrasi
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) dikerjakan dalam suhu ruangan dan menggunakan
suatu saringan yang berpori sangat kecil ( 0.22 mikron atau 0.45 mikron ) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut.
2. Sterilisasi Fisik
Terbagi atas:
a. Pemijaran Api
membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang
L, dll.
b. Panas kering
Sterilisasi panas kering yaitu sterilisasi dengan menggunakan udara panas. Contoh
alat: oven
c. Uap panas
Konsep ini hampir sama dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap panas bertekanan (Autoclaving)
Alat yang digunakan adalah autoclave. Cara kerja alat ini adalah menggunakan uap
panas dengan suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 1 atm.
3. Sterilisasi kimiawi
Digunakan pada alat/bahan yang tidak tahan panas atau untuk kondisi aseptis
(Sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang dapat digunakan adalah Alkohol, asam
parasetat, formaldehid dll.
B. Saran
Adapun saran dari praktikum mikrobiologi sterilisasi adalah sebagai berikut: sebelum
melakukan praktek mikrobiologi diharapkan untuk menyeterilkan alat-alat dan diri kita
masing-masing agar media atau bahan yang diuji tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Sterilisasi.http://mikrobiolaut.files.wordpress.com/2011/03/modul-ii.pdf


Diakses pada 23 januari 2013

Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suriawiria, Unus. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa

J. Pelczar, 1986. Mikrobiologi fourt edition, New York, Me Graw Hill Book Company.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk
mengurangi kadar air produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya setelah panen. Pengeringan adalah
proses pemindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan tanpa
mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan mengakibatkan
berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.

Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat
itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Pada proses pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara
tidak jenuh yang dihembuskan pada bahan yang akan dikeringkan. Air (atau cairan lain) menguap pada suhu yang lebih rendah dari
titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap air pada bidang antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada
fasa gas. Gas panas disebut medium pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan air dan sekaligus membawa air
keluar. Air juga dapat dipisahkan dari bahan padat, secara mekanik menggunakan cara pengepresan sehingga air keluar, dengan
pemisah sentrifugal, dengan penguapan termal ataupun dengan metode lainnya. Pemisahan air secara mekanik biasanya lebih murah
biayanya dan lebih hemat energi dibandingkan dengan pengeringan.
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Ada bahan yang tidak mempunyai
kandungan zat cair sama sekali (bone dry). Pada umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai air terikat.
Kandungan air dalam suatu bahan dapat dinyatakan atas dasar basah (% berat) atau dasar kering, yaitu perbandingan jumlah air
dengan jumlah bahan kering.

Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang
dikeringkan. Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga
terjadi penguapan. Kemampuan udara membawa uap air bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi udara pengering
dengan udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu faktor yang mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan angin atau
udara yang mengalir. Udara yang tidak mengalir menyebabkan kandungan uap air di sekitar bahan yang dikeringkan semakin jenuh
sehingga pengeringan semakin lambat.

Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian bahan yang dikeringkan mempunyai waktu
simpan lebih lama. Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara tersebut dilakukan dengan menurunkan
kelembapan nisbi udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan
uap air di udara. Perbedaan tekanan itu menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara.

Di Industri kimia proses pengeringan adalah salah satu proses yang penting. Proses pengeringan ini dilakukan biasanya sebagai tahap
akhir sebelum dilakukan pengepakan suatu produk ataupun proses pendahuluan agar proses selanjutnya lebih mudah, mengurangi
biaya pengemasan dan transportasi suatu produk dan dapat menambah nilai guna dari suatu bahan. Dalam industri makanan, proses
pengeringan ini digunakan untuk pengawetan suatu produk makanan. Mikroorganisme yang dapat mengakibatkan pembusukan
makanan tidak dapat dapat tumbuh pada bahan yang tidak mengandung air, maka dari itu untuk mempertahankan aroma dan nutrisi
dari makanan agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, kandungan air dalam bahan makanan itu harus dikurangi dengan
cara pengeringan (Revitasari, 2010).

1.2 Tujuan Praktikum


 Mahasiswa memahami prinsip pengeringan pada bahan pangan dan dapat melakukan prosedur pengeringan pada bahan pangan,

 Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami pengaruh pengeringan pada karakteristik bahan pangan.

 Mahasiswa memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengeringan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan ialah suatu cara/proses untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan , dengan cara
menguapkan sebagian besar air yang dikandungnya dengan menggunakan enersi panas. Biasanya kandungan air bahan dikurangi
sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Pengeringan dapat pula diartikan sebagai suatu penerapan panas
dalam kondisi terkendali , untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi (pada pengeringan umum)
dan sublimasi (pada pengeringan beku).

Pengeringan baik parsial maupun penuh tidak membunuh semua mikroba yang ada dalam bahan pangan yang dikeringkan.
Pengeringan ternyata dapat mengawetkan mikroba, seperti halnya mengawetkan bahan pangan. Selain itu, produk pangan kering
umumnya tidak steril. Oleh karena itu, meskipun bakteri tidak dapat tumbuh pada makanan kering, tetapi jika makanan tersebut
dibasahkan kembali, maka pertumbuhan mikroba akan kembali terjadi, kecuali jika makanan tersebut segera dikonsumsi atau segera
disimpan pada suhu rendah.

Ada 2 istilah yang dipakai untuk pengeringan yaitu :

1. Drying : suatu proses kehilangan air yang disebabkan oleh daya atau kekuatan alam, misalnya matahari (dijemur) dan angin
(diangin-anginkan).
2. Dehydration (dehidrasi) : suatu proses pengeringan dengan panas buatan, dengan menggunakan peralatan/alat-alat pengering.

Tujuan pengeringan bahan pangan yaitu :

1. Mengurangi risiko kerusakan karena kegiatan mikroba. Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhannya. Bila kadar air bahan
berkurang, maka aktivitas mikroba dihambat atau dimatikan.

2. Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan.Umumnya bahan pangan mengandung air dalam jumlah yang tinggi, maka
hilangnya air akan sangat mengurangi berat dan volume bahan tersebut.

3. Untuk mendapatkan produk yang lebih sesuai dengn penggunaannya. Misalnya kopi instant.

4. Untuk mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung dalam bahan pangan,misalnya mineral, vitamin, dsb.

Keuntungan pengawetan dengan cara pengeringan :

1. Bahan lebih awet.

2. Volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.

3. Kemudahan dalam penyajian

4. Penganekaragaman pangan, misalnya makanan ringan /camilan.

Kerugian pengawetan dengan cara pengeringan :

1. Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu, dll.

2. Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus dibasahkan kembali (rehidrasi) sebelum
digunakan.

Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara :

Pemanasan langsung

Freeze drying yaitu pembekuan disusul dengan pengeringan. Pada proses ini terjadi sublimasi, terutama untuk bahan yang sensitif
terhadap panas.

Keuntungan freeze drying :

1. Volume bahan tidak berubah

2. Daya rehidrasi tinggi, menyerupai bahan asal

Prinsip-prinsip pengeringan
Prinsip pengeringan : menghambat pertumbuhan mikroba dengan mengurangi kadar air, juga menurunkan aw. Jika kita mengeringkan
sesuatu bahan pangan, ada 2 masalah pokok yang teribat di dalamnya, yaitu :

1. Hantaran panas kepada bahan dan di dalam bahan yang dikeringkan.

2. Penguapan air dari dalam bahan.

3. Kedua hal di atas menentukan kecepatan pengeringan.

Hantaran panas ditentukan oleh :

1. Macam dan jenis sumber panas.

2. Konsistensi bahan.

3. Sifat bahan yang dikeringkan.

4. Udara sebagai media pemanas.

Penguapan air dari dalam bahan tergantung dari banyak faktor sekeliling bahan yaitu : suhu, kelembaban, kecepatan aliran air, tekanan
udara, serta waktu pengeringan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan :


1. Luas permukaan bahan.

2. Suhu pengeringan.

3. Aliran udara.

4. Tekanan uap di udara.

Peranan udara dalam proses pengeringan :

1. Tempat pelepasan dan penampungan uap air yang keluar dari bahan.

2. Penghantar panas ke bahan yang dikeringkan.

Bahan pangan dapat dikeringkan dengan cara :

 Alami , yaitu menggunakan panas alami dari sinar matahari, caranya dengan dijemur (sun drying) atau diangin-anginkan.

 Buatan (artificial drying), yaitu menggunakan panas selain sinar matahari , dilakukan dalam suatu alat pengering.

 Pengeringan dengan sinar matahari

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan jenis pengeringan tertua, dan hingga saat ini termasuk cara pengeringan yang populer
di kalangan petani terutama di daerah tropis. Teknik pengeringan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
(dikeringanginkan), dengan rak-rak maupun lantai semen atau tanah serta penampung bahan lainnya.

 Pengeringan dengan pemanas buatan.

Pengeringan dengan pemanas buatan mempunyai beberapa tipe alat dimana pindah panas berlangsung secara konduksi atau
konveksi, meskipun beberapa dapat pula dengan cara radiasi. Alat pengering dengan pindah panas secara konveksi pada umumnya
menggunakan udara panas yang dialirkan, sehingga enersi panas merata ke seluruh bahan. Alat pengering dengan pindah panas
secara konduksi pada umumnya menggunakan permukaan padat sebagai penghantar panasnya.

Keuntungan pengeringan dengan sinar matahari :

1. Enersi panas murah dan berlimpah.

2. Tidak memerlukan peralatan yang mahal.

3. Tenaga kerja tidak perlu mempunyai keahlian tertentu.

Kerugian pengeringan dengan sinar matahari :

1. Tergantung dari cuaca.

2. Jumlah panas matahari tidak tetap.

3. Kenaikan suhu tidak dapat diatur, sehingga waktu penjemuran tidak dapat ditentukan dengan tepat.

4. Kebersihan sukar untuk diawasi.

Keuntungan pengeringan buatan :

1. Suhu dan aliran udara dapat diatur.

2. Waktu pengeringan dapat ditentukan dengan tepat.

3. Kebersihan dapat diawasi.

Kerugian pengeringan buatan :

1. Memerlukan panas selain sinar matahari berupa bahan bakar, sehingga biaya pengeringan menjadi mahal.

2. Memerlukan peralatan yang relatif mahal harganya.

3. Memerlukan tenaga kerja dengan keahlian tertentu.

Bahan pangan yang diawetkan dengan cara pengeringan misalnya :


1. Buah-buahan : kismis, kurma, pisang, kesemek, apel, salak.

2. Sayur-sayuran : jamur, kentang (untuk dibuat keripik), sawi asin, wortel , bawang daun.

3. Umbi-umbian : singkong , ubi jalar.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
 Waktu : 17 Februari 2015

 Tempat : Laboratorium Agroindustri Lt. 4 Gedung Baru FPTK

3.2. Alat dan Bahan


Ubi jalar ; Waskom Pisau Slicer
wortel Oven talenan parutan

3.3. Prosedur Kerja


 Siapkan sampel ubi jalar (kelompok genap 2,4,6,8) ; wortel (kelompok ganjil 1,3,5,7)

 Lakukan peeling dan washing pada semua sample, bagi setiap sampel menjadi 3 bagian (A, B, C) dan ukur masing-masing
beratnya. Amati karakteristik sensorinya dan kadar airnya.

 Sampel A adalah sampel/ bahan yang di-dicing (bentuk dadu kecil); sampel B adalah bahan yang di-slicing (bentuk irisan); sampel C
adalah bahan yang disawut/ parut.

 Simpan seluruh sampel A, B, C dalam Loyang dan masukkan ke dalam oven bersuhu 70 C. Keringkan selama 20 jam. Amati
karakteristik sensorinya dan ukur beratnya juga kadar airnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
UBI JALAR
SAMPEL
A (Dadu) A (Dadu)
1 2 B (Irisan)
1 B (Irisan)
2 C (Parutan) C (Parutan)
1 2

Sebelum Dikeringkan
Berat 50 gr 50 gr 50 gr 50 gr 50 gr 50 gr
Warna Putih Putih Putih Putih Putih Putih
Tekstur +++ +++ +++ +++ +++ +++
Khas ubi Bau khas Bau khas ubi Bau khas ubi Bau khas ubi Bau khas ubi
Aroma
jalar ubi jalar jalar jalar jalar jalar
Kadar Aroma
Setelah Dikeringkan
Suhu
55°C 70°C 55°C 70°C 55°C 70°C
Penyimpanan
Berat 17 gr 17 gr 17 gr 18 gr 17 gr 14 gr
Putih Putih
Warna Putih pucat Putih pucat Coklat Lebih coklat
kecoklatan kecoklatan
Tekstur ++++ ++++ ++++ ++++ +++ +++
Masih ada Wangi khas
Masih ada
Tak Tak Tak sedikit ubi jalar
Aroma aroma khas
Beraroma beraroma beraroma aroma ubi (lebih ke
ubi jalar
jalar manis)
Kadar Air

WORTEL
SAMPEL
A (Dadu) 1 A (Dadu)
2 B (Irisan) B (Irisan) C (Parutan)C (Parutan)
1 2 1 2

Sebelum Dikeringkan
Berat 50 gr 50 gr 50 gr 50 gr 50 gr 50 gr
Orange Orange Orange Orange Orange segarOrange
Warna
segar cerah segar cerah segar cerah segar cerah cerah segar cerah
Tekstur ++++ +++ ++ ++++ +++ ++
Khas wortel Khas wortel Khas wortel Khas wortel Khas wortel Khas wortel
Aroma
segar segar segar segar segar segar
Kadar Air
Setelah Dikeringkan
Suhu
55°C 70°C 55°C 70°C 55°C 70°C
Penyimpanan
Berat 5 gr 4 gr 5 gr 4 gr 4 gr 6 gr
Orange Orange Orange Orange Orange Orange
Warna
kecoklatan kecoklatan kecoklatan kecoklatan cerah cerah
Tekstur ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
Wangi Wangi Wangi Wangi Wangi Wangi
Aroma wortel wortel wortel wortel wortel wortel
kering kering kering kering kering kering
Kadar Air

4.2 Pembahasan

Nama : Shaila Rismayaningrum


NIM : 1400912
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan drying atau pengeringan dengan menggunakan sampel Umbi dan Wortel. Umbi dan
wortel yang digunakan dalam praktikum kali ini diberikan 3 treatment yang berbeda yaitu slicing, diparut dan di potong-potong dadu.
Kelompok kami melkukan pengamatan pada umbi. Masing-masing sampel ditimbang dengan berat awal 50 gram. Lalu sampel
disimpan didalam Loyang dan dioven selama 20 jam dengan suhu 550 C untuk sampel A1 (Dadu), B1 (Irisan), C1 (Parutan) dan .suhu
70o C untuk sampel A2 (Dadu), B2 (Irisan), C2 (Parutan).
Pengeringan atau drying dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air sampai batas perkembangan organisme dan kegiatan
enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali, sehingga menjadikan bahan pangan
memiliki masa simpat yang lebih lama. Dikarenakan kadar air berkurang maka bahan pangan pun mengalami penurunan berat yang
signifikan, dari sampel yang kami gunakan, setelah 20 jam pengeringan, berat sampel berkurang hingga lebih dari setengah berat awal.
Dan karena berkurangnya serat pada sampel maka terjadi banyak perubahan pada tekstur yang berubah menjadi keras.

Pada sampel juga terjadi perubahan warna, perubahan warna terjadi dikarenakan selama pengeringan dilakukan pemanasan sehingga
terjadi perubahan zat kimia dan merusak pigem warna pada sampel sehingga merubah warna sampel.

Ada 3 treatment yang berbeda yang kami gunakan pada umbi yaitu slicing, parutan dan potong dadu jika dilihat pada hasil pengamatan
yang mengalami perubahan berat yang sangat banyak ialah sampel yang diparut dalam suhu 70o dari 50 gram menjadi 14 gram.
Sedangkan yang lain rata rata mengalami penurunan ± 33 gram sehingga rata-rata hasil pengeringan memiliki berat 17 gram. Ini
dikarenakan sampel yang diparut memiliki permukaan yang lebih luas sehingga memudahkan dilakukannya pengeringan dan dibarengi
dengan suhu tinggi sehingga memudahkan penguapan pada saat pengeringan.
5.1 Kesimpulan

Nama : Shaila Rismayaningrum


NIM : 1400912
1. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air sampai batas perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekal

2. Pengeringan akan memperpanjang masa simpan bahan pangan.

3. Penyusutan berat pada sampel terjadi pada saat pengeringan dikarenakan kadar air yang berkurang atau hilang.

4. Pengeringan dapat merubah karakteristik dari bahan pangan yang meliputi tekstur dan juga warna bahan pangan dikarenakan
berubahnya zat kimia pada bahan pangan.

5. Luas permukaan, suhu, tingkat kelembapan, dan juga kadar air pada bahan pangan berpengaruh pada proses pengeringan.

Daftar Pustaka

Anisa Fitrianingsih.2009 (online). http://www.academia.edu/5417024/DRYING_2. diakses tanggal 24 febuari 2014


Westriyan Tindaon. 2013 (online). http://westryantindaon.blogspot.com/2013/07/pengeringan.html. diakses tanggal 24 febuari 2014

Anda mungkin juga menyukai