Hadis Mutawatir Dan Ahad
Hadis Mutawatir Dan Ahad
Hadis Mutawatir Dan Ahad
A.Pendahuluan
Hadits dilihat dari segi kuantitas perawinya dibagi menjadi
dua, yakni hadis mutawatir dan hadis ahad.
Hadis Mutawatir adalah berita hadis yang bersifat indriawi
(didengar atau dilihat) yang diriwayatkan oleh banyak
orang yang mencapai maksimal di seluruh tingkatan
sanad dan akal menghukumi mustahil menurut tradisi
(adat) jumlah yang maksimal itu berpijak untuk
kebohongan.
Keberadaan hadis mutawatir memiliki syarat-syarat begitu
ketat untuk dipenuhi, yakni: Diriwayatkan Oleh Banyak
Perawi, Adanya Keseimbangan Antar Perawi Pada
Thabaqat Pertama Dengan Thabaqat Berikutnya, Mustahil
Bersepakat Bohong, Berdasarkan Tanggapan
Pancaindera.
Hadis Ahad adalah hadis yang tidak memenuhi beberapa
persyaratan hadis mutawatir.
Dalam makalah ini penulis memaparkan penjelasan
tentang pegertian hadis mutawatir dan hadis ahad,
pembagian hadis mutawatir dan ahad, faedah hadis
mutawatir dan hadis ahad, korelasi hadis mutawatir dan
hadis ahad. Di dalam makalah ini juga kami sertakan
kitab-kitab yang membahas tentang hadis mutawatir dan
hadis ahad, dan pendapat para ulama tentang hadis
mutawatir.
B.Setting Historis Munculnya Hadis Mutawatir dan Hadis
Ahad
Dikotomi hadits mutawatir dan ahad hanyalah ditinjau dari
segi kuantitas atau jumlah rawinya saja, tidak dilihat dari
segi kualitas rawinya. Keduanya mempunyai perbedaan
dalam jumlah periwayatan hadis nabi, perbedaan ini
muncul karena ketika nabi bersabda kepada para sahabat
ataupun generasi selanjutnya sampai pada sanad yang
terakhir tidak sama jumlah pendengarnya.
Sebelum pertengahan abad ke-3 H / 9 M, para ahli kalam
mempunyai pemahaman bahwa sebuah hadis tidak pada
teori isnad, melaikan rasionalitas mereka yang lebih
ditekankan dan melihat hadis sebagai sunnah yang hidup
yakni lebih melihat pada perilaku Rasulullah. Akan tetapi
metode yang diungkapkan para ahli kalam tersebut sudah
mulai hilang ketika sunnah beralih menjadi hadis yang
lebih lengkap lagi dengan sanad dan matan. Para ahli
ushul dari ahli kalam tidak mempermasalahkan tentang
kualitas para perawi hadis, yang terpenting adalah
permasalahan tentang jumlah orang yang meriwayatkan
hadis tersebut.
C.Pengertian dari Hadits Mutawatir dan Hadits Ahad
1.Hadis mutawatir
a.Pengertian Hadis Mutawatir
Mutawatir menurut bahasa berarti (المتتابعal-mutatabi) yakni
yang datang berikutnya atau beriring-iringan yang antara
satu dengan yang lain tidak ada jaraknya. Menurut
beberapa ulama’ salah satunya adalah Mahmud at-
Tahhan dalam bukunya Tafsir fii Mustalah al-Hadits,
menyatakan:
مارواه عدد كثر تحيل العادة توا طؤهم على الكذب
“Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi secara
tradisi”
Sedangkan menurut Abuu Ya’laa al-Muusilli at-Tamimi,
hadits mutawatir adalah:
فالخير المتوا تر هو خبر عن محسوس أخبر به جماعة بلغوا في الكثيرة مبلغا تحيل
العا دة تواطؤهم على لكذب فيه
“Suatu hadits hasil tanggapan dari panca indera, yang
diriwayatkan oleh sejumlah rawi, yang menurut adat
kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat
dusta”
Jadi menurut istilah hadis mutawatir adalah hadis yang
diriwayatkan oleh sejumlah perowi yang banyak pada tiap
tingkatan (thabaqat) sehingga mustahil mereka sepakat
untuk berbohong, dan proses tersebut dapat di indera oleh
panca indera. Dari pemaparan definisi tersebut, dapat
dikatakan bahwa terdapat kriteria atau syarat-syarat hadis
ditetapkan sebagai hadis mutawatir, yakni apabila:
1.Diriwayatkan Oleh Banyak Perawi
Para perawi hadis mutawatir syaratnya harus berjumlah
banyak. Para ulama hadis mempunyai perbedaan
pendapat tentang menentukan seberapa banyak perawi
yang harus meriwayatkan sebuah hadis sehingga
dikatakan sebagai hadis mutawatir. Ada yang
berpendapat 3 orang, 4 orang, 5 orang, 10 orang, bahkan
ada yang berpendapat 300 orang lebih. Dengan adanya
jumlah perawi yang banyak inilah yang akan
memungkinkan bahwa hadis yang disampaikan tidak
memiliki keraguan terhadap kebenaran hadis tersebut.
Baca Juga
b.Mutawatir Ma’nawi
Yang dimaksud dengan hadis mutawatir ma’nawi adalah :
ماتواترم ْعنه د ْون ل ْفظه
“Hadis yang mutawatir maknanya, bukan lafalnya”.
Ada pula yang mengatakan hadis mutawatir ma’nawi ialah
:
هوأ ْن ي ْنقل جماعة ي ْستحيْل تواطؤه ْم على ْالكذب ووق ْوعه م ْنه ْم مصادفةً في ْنتقل ْوا
وقائع م ْختلفةً ت ْشترك كلَّه َّن فى أ ْمر معيَّن
“Hadis yang dinukilkan oleh sejumlah orang yang mustahil
mereka sepakat berdusta atau karena kebetulan. Mereka
menukilkan dalam berbagai bentuk, tetapi dalam satu
masalah atau mempunyai titik persamaan”
Contoh dari hadis mutawatir ma’nawi :
كان النبي صلى للا عليْه وسلَّم ل ي ْرفع يديْه في ش ْيءم ْن دعائه إل فى ْاْل ْست ْسقاء
وإنَّه ي ْرفع حتَّى يرى بياض إبْطيْه
“Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam
doa-doa beliau, kecuali dalam shalat istisqa, dan beliau
mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua
ketiaknya” (H.R. Bukhari)
Hadis-hadis yang semakna dengan hadis tersebut banyak
sekali, lebih dari 100 (seratus) hadis.
c.Hadis Mutawatir ‘Amali
Perbuatan dan pengamalan syari’ah islamiyah yang
dilakukan Nabi SAW secara terbuka atau terang-terangan
yang kemudian disaksikan dan diikuti oleh para sahabat
adalah pengertian dari mutawatir ‘amali, sebagaimana
pendapat para ulama yang mengatakan bahwa:
َّ ما علم من الديْن باالضر ْورةوتواتربيْن ْالم ْسلميْن أ ْن النَّب
ي صلَّى للا عليْه وسلَّم فعله
أ ْو أمربه أ ْو غيْر ذلك
“Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari
agama dan telah mutawatir dikalangan umat muslim
(orang islam) bahwa Nabi SAW mengajarkannya atau
menyuruhnya atau selain itu”.
Contoh hadis mutawatir ‘amali adalah hadits yang
menjelaskan tentang shalat baik waktu maupun
rakaatnya, tentang haji, tentang zakat dan lain-lain.
Semua itu bersifat terbuka dan disaksikan oleh banyak
sahabat dan kemudian diriwayatkan oleh sejumlah besar
kaum muslim dari masa ke masa.
2.Hadis Ahad
a.Pengertian hadits Ahad
Hadits ahad yaitu hadits yang para rawinya tidak melebihi
jumlah rawi hadits mutawatir, tidak memenuhi persyaratan
mutawatir serta tidak mencapai derajat mutawatir
sebagaimana dinyatakan dalam kaidah ilmu hadits :
مال ْم تبْلغ ن ْقلته فى ْالكثرة مبْلغ ْالخبر ْالمتوات ْر سواء كان ْالم ْخبر واحدًا أ ْو اثْنيْن أ ْو
ثَلثًا ا ْو ا ْربعةً ا ْو خ ْمسة ا ْو إلى غيْر ذلك من ْاْلعْداد الَّتى ل ت ْشعر بأ َّن ْالخبر دخ َّل
بها فى خبر ْالمتواتر
“Khabar yang jumlah perawinya tidak mencapai batasan
jumlah perawi hadis mutawatir, baik perawi itu satu, dua,
tiga, empat, lima dan seterusnya yang tidak memberikan
pengertian bahwa jumlah perawi tersebut tidak sampai
kepada jumlah perawi hadits mutawatir”
Adapula yang meriwayatkan hadits ahad sebagai :
هوما لي ْنتهى إلى التَّواتر
“Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir”
b.Pembagian hadits ahad
Berdasarkan jumlah rawi dari tiap-tiap thabaqah, Hadits
ahad dibagi menjadi 3 macam, yaitu: masyhur, ‘aziz, dan
gharib.
a.Hadits Masyhur
Hadits Masyhur menurut bahasa, yaitu (al-intisyar wa al-
dzuyu’) sesuatu yang sudah tersebar dan populer. Hadits
ini dinamakan Masyhur karena telah tersebar luas
dikalangan masyarakat. Kemudian maksud dari hadits
Masyhur, ialah :
مارواه الثََّلثة فأ ْكثرول ْم يص ْل درجة التَّواتر
“Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta
belum mencapai derajat mutawatir.”
Hadits masyhur ini ada yang berstatus shahih, hasan, dan
dhaif . Yang dimaksud dengan hadits masyhur shahih
adalah hadits masyhur yang telah memenuhi ketentuan-
ketentuan hadits shahih, baik pada sanad maupun
matannya, seperti hadits Ibnu ‘Umar:
)إذاجاءأحدكم ْالجمعة ف ْلي ْغتس ْل(رواه البخارى
“Bagi siapa yang hendak pergi melaksanakan shalat
jum’at, hendaknya ia mandi”. (HR. Bukhari)
Sedangkan yang dimaksud dengan hadits masyhur hasan
adalah hadits masyhur yang telah memenuhi ketentuan-
ketentuan hadis hasan, baik mengenai sanad maupun
matannya, seperti sabda Rasulullah SAW :
لضررولضرار
“Jangan melakukan perbuatan yang berbahaya (bagi diri
sendiri dan orang lain)”
Kemudian yang dimaksud dengna hadits masyhur dha’if
ialah hadits masyhur yang tidak mempunyai syarat-syarat
hadits shahih dan hasan, baik sanand maupun matannya,
seperti halnya hadis berikut:
طلب ْالع ْلم فريْضةعلى كل م ْسلم وم ْسلمة
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi muslim laki-laki
dan perempuan”
Dalam istilah, hadits masyhur terbagi menjadi dua macam.
Macam-macam hadits masyhur tersebut antara lain :
1)Masyhur Ishthilahi
Yang dimaksud dengan Masyhur Ishthilahi yakni :
سندمال ْم يبْل ْغ حدَّالتَّواترَّ ما رواه ثَلثة فأ ْكثر فى كل طبقة م ْن طبقات ال
“Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih pada
setiap tingkatan (thabaqah) pada beberapa tingkatan
sanad tetapi tidak mencapai kriteria mutawatir”
Contoh hadits Masyhur Ishthilahi :
عا ي ْنتزعه من ْالعباد ً إ َّن للا ل ي ْقبض ْالع ْلم ا ْنتزا...
Hadits diatas diriwayatkan 3 orang sahabat, yaitu Ibnu
Amru, Aisyah, dan Abu Hurairah. Dengan demikian, hadits
ini masyhur di kalangan sahabat karena terdapat 3
sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut.
2)Masyhur Ghayr Ishthilahi
Istilah Masyhur Ghayr Ishthilahi, berarti:
ماا ْشتهرعلى اْل ْلسنةم ْن غيْر شر ْوط ت ْعتبر
“Hadits yang populer pada ungkapan lisan (para ulama)
tanpa ada persyaratan yang definitif”
Hadits Masyhur Ghayr Ishthilahi adalah hadits yang
populer atau terkenal dikalangan kelompok tertentu,
sekalipun jumlah periwayatnya tidak mencapai 3 orang
atau lebih. Popularitas hadits ini tidak dilihat dari jumlah
banyaknya perawi yang meriwayatkan, melainkan
popularitas hadits itu sendiri dikalangan ulama dalam
bidang ilmu tertentu.
Misalkan hadis yang populer dikalangan ulama fiqih saja :
َّ أبْغض ْالحَلل إلى للا
الطَلق
“Sesuatu yang halal yang paling dimurkai oleh Allah
adalah talak” (HR. Al-Hakim)
Hadits tersebut populer dikalangan ulama fiqih dan juga
diriwayatkan oleh satu perawi saja, sehingga hadits
tersebut bisa dikatakan sebagai hadits masyhur ghayr
ishthilahi.
b.Hadits ‘Aziz
‘Aziz berasal dari kata ‘Azza-Ya’izzu yang berarti sedikit
atau jarang adanya, dan juga bisa berasal dari kata ‘Azza-
Ya’azzu yang berarti kuat.
Sedangkan menurut istilah, Hadits ‘Aziz adalah :
مارواه اثْنان ول ْوكان فى طبقةواحدةث َّم رواه ب ْعدذلك جماعة
“Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang, sekalipun dua
orang ini ditemukan masih dalam satu generasi, kemudian
setelah itu ada banyak orang yang sama meriwayatkan”
Contoh hadits ‘aziz:
Hadits yang ditakhrijkan oleh Bukhari dari Anas r.a :
قال رس ْول للا صلَّى للا عليْه وسلَّم ليؤْ من أحدك ْم حتَّى اك ْون أحبَّ إليْه م ْن ن ْفسه
ووالده وولده والنَّاس أ ْجمعيْن
“Rasulullah SAW, bersabda: Tidak sempurna iman salah
satu diantara kamu sekalian sampai aku lebih dicintainya
daripada ia mencintai dirinya sendiri, orang tuanya, anak-
anaknya, dan semua manusia”
c.Hadits Gharib
Dari segi bahasa kata Gharib berarti sendirian, terisolir
jauh dari kerabat, asing, sulit dipahami. Sedangkan dari
segi istilah adalah :
سند
َّ ي م ْوضع وقع التفرد به ال َّ ما تف َّردبروايته ش ْخص واحد فى أ
“Hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang
menyendiri dalam meriwayatkannya, dimana saja
penyendirian dalam sanad itu terjadi”
Bisa juga dikatakan bahwa hadits Gharib adalah hadis
yang periwayatannya dilakukan oleh seorang perawi yang
menyendiri tanpa ada orang lain lagi yang
meriwayatkannya.
Ada dua macam Hadits Gharib, antara lain :
1)Gharib Mutlak, yaitu:
صحا بي َّ سند هوطرفه الَّذي فيْه ال َّ صل ال ْ هوما كانت ْالغربة في أ
ْ صل سنده وأ
“Hadits yang Gharabah-nya (perawinya satu orang)
terletak pada pokok sanad. Pokok sanad adalah ujung
sanad yaitu seorang sahabat.”
Contoh hadits Nabi Saw. :
إنَّما ْاْلعْمال باالنيات وإنَّما لكل ْامرئ ما نوى
Hadits diatas diriwayatkan oleh sahabat Umar bin Khattab
langsung dari Nabi saw., dan dari Umar diriwayatkan oleh
Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi, kemudian Muhammad bin
Ibrahim, kemudian Yahya bin Sa’id Al-Khudri. Dengan
demikian hadits diatas dikatakan Hadits Gharib Mutlak
dikarenakan hanya sahabat Umar bin Khattab yang
meriwayatkannya.
2)Gharib Nisby (Relatif), yaitu :
ما كانت ْالغربة في أثْناء سنده
“Hadits yang terjadi gharabah (perawinya satu orang)
ditengah sanad.”
Misalkan hadits yang diriwayatkan Anas r.a :
ع ْن أنس رضي للا ع ْنه أ َّن النَّبي صلَّى للا عليْه وسلَّم دخل م َّكة وعلى رأْسه ْالم ْغفر
“Dari Anas r.a bahwa Nabi Saw masuk ke kota Makkah
diatas kepalanya mengenakan igal.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Hadits tersebut dikalangan tabi’in hanya Malik yang
meriwayatkannya dari Az-Zuhri. Boleh jadi pada awal
sanad dan akhir sanad lebih dari satu orang, namun
ditengah-tengahnya terjadi gharabah, artinya hanya
seorang saja yang meriwayatkannya. Gharabah Nisbi ini
terbagi menjadi 3 macam, yakni sebagai berikut :
a)Muqayyad bi ats-tsiqah
Ke-gharib-an perawi hadits dibatasi pada sifat ke-tsiqah-
an (kepercayaan) seorang atau beberapa orang perawi
saja, misalnya:
طرىْ ي صلَّى للا عليْه وسلَّم كان ي ْقرأ في ْاْلضْحى و ْالف
َّ ع ْن ابي واقد ا َّن النَّب
“Dari Abu Waqid bahwa Nabi Saw membaca surah Qaf
dan Iqtarabat As-Sa’ah pada shalat Idul adha dan Idul
Fitri.”
Hadits diatas hanya diriwayatkan oleh Dhamrah bin Sa’id
secara gharabah (sendirian) dari Ubaidillah bin Abdullah
dari Abu Waqid. Dikalangan para perawi yang tsiqah tidak
ada yang meriwayatkannya selain dia.
c)Muqayyad al-rawi
Maksudnya adalah bahwa periwayatan suatu hadits
dibatasi dengan perawi hadits tertentu, misalnya hadits
dari Sufyan bin Uyaynah dari Wa’il bin Dawud dari
putranya Bakar bin Wa’il dari Az-Zuhri dari Anas, bahwa:
ي صلَّى للا عليْه وسلَّم أ ْو ل ْم على صفيَّة بسويْق وت ْمر
َّ ا َّن النَّب
Hadits diatas diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi,
An Nasa’i dan Ibnu Majah. Tidak ada yang
meriwayatkannya dari Bakar selain Wa’il dan tidak ada
yang meriwayatkannya dari Wa’il kecuali Ibnu Uyaynah.
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa
jika hadist ditinjau dari segi jumlah perawi atau sumber
berita, hadist dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu hadist
mutawatir dan hadist ahad.
Hadist mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan oleh
banyak rawi baik dari thabaqat pertama (sahabat) sampai
kepada thabaqat yang terakhir (thabi’it thabi’in). Dilihat
dari cara periwayatannya, hadist mutawatir dapat dibagi
menjadi dua bagian yakni:
1)Hadist mutawatir lafdzi yaitu Hadis yang mutawatir lafaz
dan maknanya.
2)Hadist mutawatir ma’nawi adalah Hadis yang mutawatir
maknanya, bukan lafalnya.
3)Hadits mutawatir ‘amali adalah Sesuatu yang diketahui
dengan mudah bahwa ia dari agama dan telah mutawatir
dikalangan umat muslim (orang islam) bahwa Nabi SAW
mengajarkannya atau menyuruhnya atau selain itu.
Lawan dari hadits mutawatir adalah hadist ahad yakni
hadist yang dilihat dari perawinya tidak mencapai tingkat
mutawatir atau terkadang mendekati jumlah hadist
mutawatir. Berbeda dengan hadist mutawatir, hadist ahad
mengalami pencabangan. Pencabangan ini dilatar
belakangi oleh jumlah perawi dalam masing-masing
thabaqat. Dalam hadist ahad dikenal dengan istilah hadist
masyhur, hadist aziz, dan hadist gharib.
1.Hadist masyhur adalah hadist yang diriwayatkan oleh
tiga orang atau lebih perawi hadist tetapi belum mencapai
tingkat mutawatir.
2.Hadist aziz adalah hadist yang diriwayatkan oleh dua
orang walaupun jumlah dimaksud hanya terdapat dalam
satu thabaqat.,kemudian setelah itu orang-orang
meriwayatkannya.
3.Hadist gharib adalah hadist yang dalam sanadnya
hanya terdapat seorang perawi hadist.
DAFTAR PUSTAKA