Ich Trepanasi Icu Rs Mardi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CVA ICH (Carebrovascular Accident Intracranial Hemorhagic)

A. Definisi
Cerebrovascular accident (CVA) atau biasa dikenal sebagai stroke, merupakan
suatu keadaan di mana terjadi gangguan pada suplai oksigen di otak. Gangguan suplai
oksigen ini disebabkan oleh 2 hal, yaitu iskemik (85% kasus) dan hemoragik (15%
kasus). Stroke iskemik terjadi akibat pembuluh darah mengalami sumbatan, sehingga
mengakibatkan hipoperfusi pada jaringan otak. Sedangkan stroke hemoragik
terjadi akibat adanya ekstravasasi darah/perdarahan pada otak (Smeltzer and Barre,
2010).
Intracerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak. Hal ini dapat timbul
pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka. Intracerebral hematom
dapat timbul pada penderita stroke hemoragik akibat melebarnya pembuluh nadi,
perdarahan yang terjadi biasanya pada pembuluh darah arteri dan berada pada lobus
serebral, ganglia basalis, thalamus, batang otak (terutama pons), serta serebelum.
Hemoragik yang terjadi mengakibatkan rupture pada dinding ventrikel lateral dan
menyebabkan hemoragi intraventrikular (Corwin, 2009).

B. Etiologi
1. Perdarahan serebri
Stroke PIS (perdarahan intra serebri) biasanya terjadi pada saat seseorang sedang
aktif bekerja. PIS dapat mengganggu fungsi motorik volunter karena perdarahannya
biasanya terjadi di arteri dalam (arteri cerebri) yang berdekatan dengan ganglia basalis
dan kapsula interna. Gangguan yang terjadi pada PIS biasanya adalah paralisis dan
kerusakan korteks motorik (Sylvia A. Price, 2006). Beberapa penyebab Perdarahaan
Intra Serebrum (PIS):
a. Perdarahan intracerebrum hipertensif
b. Perdarahan subaraknoid (PSA)
1) Ruptura aneorisma sakular (berry)
2) Ruptura malformasi arteriovena (MAV)
3) Trauma

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


Pardarahan Subarakhnoid (PSA) memiliki dua kausa utama: ruptur suatu aneurisma
vaskular dan trauma kepala. Karena perdarahan dapat masif dan ekstravasi darah ke
dalam ruang subaraknoid lapisan meningen dapat berlangsung cepat. Penyebab
tingginya angka kematian ini adalah bahwa empat penyulit dapat menyebabkan iskemia
otak serta morbiditas dan mortalitas “tipe lambat” yang dapat terjadi lama setelah
perdarahan terkendali (Sylvia A. Price, 2006). Penyulit-penyulit tersebut adalah:
a) Vasopasme reaktif disertai infark
Sekitar 3 sampai 12 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapat kontrak (kejang),
membatasi aliran darah ke otak. Kemudian jaringan otak tidak mendapatkan oksigen
yang cukup dan dapat mati seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat
menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya
sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo,
dan koordinasi terganggu.
b) Ruptur ulang
Bagi pasien yang bertahan hidup setelah perdarahan awal, ruptur ulang atau
perdarahan ulang adalah penyulit paling berbahaya pada masa pasca perdarahan dini.
c) Hidrosefalus
Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subarachnoid dapat membeku. Darah
beku ini dapat mengganggu aliran cairan serebrospinal yang terletak di sekitar
otak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam otak, peningkatan tekanan dalam
tengkorak. Hydrocephalus akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk,
kebingungan, mual, dan muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma dan
kematian.
2. Pecahnya aneurisma
Biasanya perdarahan serebri terjadi akibat aneurisme yang pecah maka penderita
biasanya masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu aneurisme. Dan salah satu
dari ciri khas aneurisme adalah kecendrungan mengalami perdarahan ulang.
3. Aterosklerosis (trombosis)
40 % kaitannya dengan kerusakan lokal dinding akibat anterosklerosis. Proses
aterosklerosis ditandai dengan plak berlemak pada lapisan intima arteri besar. Bagian
intima arteri serebri menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


menghilang. Lumina elastika interna robek dan berjumbal sehingga lumen pembuluh
sebagian berisi oleh materi sklerotik tersebut.
4. Embolisme
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari penyebab utama stroke.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung, jarang
terjadi berasal dari plak ateromatosa sinus carotikus (carotisintema). Setiap batang
otak dapat mengalami embolisme tetapi biasanya embolus akan menyumbat bagian-
bagian yang sempit.
5. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan).
a) Diseksi arteri karotis atau vertebralis
b) Vaskulitis sistem saraf pusat
c) Kondisi hyperkoagulasi
d) Penyalahgunaan obat (kokain dan amfetamin)
e) Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia atau leukemia)
f) Miksoma atrium.
Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya stroke hemoragik
dijelaskan dalam tabel berikut (Sylvia A. Price, 2006).
Faktor Resiko Keterangan
Umur Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke.Sekitar 30%
dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70%terjadi pada mereka yang 65 ke
atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55
tahun.
Hipertensi Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini berlaku
untuk semua dua jenis kelamin, semua umur, dan untuk resiko perdarahan,
atherothrombotik, dan stroke lakunar, menariknya risiko stroke pada
tingkat hipertensi sistolik kurang dengan meningkatnya umur, sehingga ia
menjadi kurang kuat, meskipun masih penting dan bisa diobati, faktor
risiko ini pada orang tua.
Seks Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada laki-laki
dibandingkan perempuan, perbedaan seks bahkan lebih tinggi sebelum
usia 65 tahun.

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


Riwayat Terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara kembar
keluarga monozigotik dibandingkan dengan pasangan kembar laki-laki dizigotik
yang menunjukkan kecenderungan genetik untuk stroke. Pada 1913
penelitian kohort kelahiran Swedia menunjukkan tiga kali lipat
peningkatan kejadian stroke pada laki-laki yang ibu kandungnya
meninggal akibat stroke, dibandingkan dengan laki-laki tanpa riwayat ibu
yang mengalami stroke. Riwayat keluarga juga tampaknya berperan dalam
kematian stroke antara populasi Kaukasia kelas menengah atas di
California.
Diabetes Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes mellitus
mellitus dapat meningkatkan risiko stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat
hingga tiga kali lipat berbanding orang-orang tanpa diabetes. Diabetes
dapat mempengaruhi individu untuk mendapat iskemia serebral melalui
percepatan aterosklerosis pembuluh darah yang besar, seperti arteri
koronari, arteri karotid atau dengan, efek lokal pada mikrosirkulasi
serebral.
Penyakit Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki lebih dari
jantung dua kali lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang fungsi
jantungnya normal.
Penyakit Arteri koroner:
Indikator kuat kedua dari keberadaan penyakit difus vaskular
aterosklerotik dan potensi sumber emboli dari thrombi mural karena
miocard infarction.
Gagal Jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi: Berhubungan
dengan meningkatnya kejadian stroke.
Fibrilasi atrial :
Sangat terkait dengan stroke emboli dan fibrilasi atrial karena penyakit
jantung rematik, meningkatkan risiko stroke sebesar 17 kali.
Lainnya :
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke, seperti
prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek septum atrium,

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


aneurisma septum atrium, dan lesi aterosklerotik dan trombotik dari
ascending aorta.
Karotis bruits Karotis bruits menunjukkan peningkatan risiko kejadian stroke, meskipun
risiko untuk stroke secara umum, dan tidak untuk stroke khusus dalam
distribusi arteri dengan bruit.
Merokok Beberapa laporan menunjukkan bahwa merokok jelas menyebabkan
peningkatan risiko stroke untuk segala usia dan kedua jenis kelamin,
tingkat risiko berhubungan dengan jumlah batang rokok yang dihisap, dan
penghentian merokok mengurangi risiko, dengan resiko kembali seperti
bukan perokok dalam masa lima tahun setelah penghentian.
Peningkatan Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika hematokrit
hematokrit melebihi 55%. Penentu utama viskositas darah keseluruhan adalah dari isi
sel darah merah, plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan
peranan penting. Ketika meningkat viskositas hasil dari polisitemia,
hyperfibrinogenemia, atau paraproteinemia, biasanya menyebabkan gejala
umum, seperti sakit kepala, kelesuan, tinnitus, dan penglihatan kabur.
Infark otak fokal dan oklusi vena retina jauh kurang umum, dan dapat
mengikuti disfungsi trombosit akibat trombositosis. Perdarahan
Intraserebral dan subarachnoid kadang-kadang dapat terjadi.
Peningkatan Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko untuk stroke trombotik.
tingkat Kelainan sistem pembekuan darah juga telah dicatat, seperti antitrombin
fibrinogen III dan kekurangan protein C serta protein S dan berhubungan dengan vena
dan kelainan thrombotic.
sistem
pembekuan
Hemoglobino Sickle-cell disease :
pathy Dapat menyebabkan infark iskemik atau hemoragik, intraserebral dan
perdarahan subaraknoid, venasinus dan trombosis vena kortikal.
Keseluruhan kejadian stroke dalam Sickle-cell disease adalah 6-15%.
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria:
Dapat mengakibatkan thrombosis vena serebral

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


Penyalah Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk methamphetamines,
gunaan obat norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain. Amfetamin menyebabkan sebuah
vaskulitis nekrosis yang dapat mengakibatkan pendarahan potensial
menyebar, atau fokus bidang iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan
sebuah hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi . Perdarahan
subarachnoid dan difarction otak telah dilaporkan setelah penggunaan
kokain.
Hiperlipidemia Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan dengan
penyakit jantung koroner, mereka sehubungan dengan stroke kurang jelas.
Peningkatan kolesterol tidak muncul untuk menjadi faktor risiko untuk
aterosklerosis karotis, khususnya pada laki-laki di bawah 55 tahun.
Kejadian hiperkolesterolemia menurun dengan bertambahnya usia.
Kolesterol berkaitan dengan perdarahan intraserebral atau perdarahan
subarachnoid. Tidak ada hubungan yang jelas antara tingkat kolesterol dan
infark lakunar.
Kontrasepsi oral Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko stroke pada
wanita muda. Penurunan kandungan estrogen menurunkan masalah ini,
tetapi tidak dihilangkan sama sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat
pada wanita yang lebih dari 35 tahun. Mekanisme diduga meningkat
koagulasi, karena stimulasi estrogen tentang produksi protein liver, atau
jarang penyebab autoimun
Diet Konsumsi alkohol :
Ada peningkatan risiko infark otak, dan perdarahan subarakhnoid
dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol pada orang dewasa muda.
Mekanisme dimana etanol dapat menghasilkan stroke termasuk efek pada
darah tekanan, platelet, osmolalitas plasma, hematokrit, dan sel-sel darah
merah. Selain itu, alkohol bisa menyebabkan miokardiopati, aritmia, dan
perubahan di darah aliran otak dan autoregulasi.
Kegemukan :
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body massindexs, obesitas telah
secara konsisten meramalkan berikutnya stroke. Asosiasi dengan stroke
dapat dijelaskan sebagian oleh adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


berat relatif lebih dari 30% di atas rata-rata kontributor independen ke
atherosklerotik infark otak berikutnya.
Penyakit Karena bisa menyebabkan robeknya pembuluh darah.
pembuluh darah
perifer
Infeksi Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui
pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding pembuluh darah.
Sifilis meningovaskular dan mucormycosis dapat menyebabkan arteritis
otak dan infark.
Homosistinemia Predisposisi trombosis arteri atau vena di otak. Estimasi risiko stroke di
atau usia muda adalah 10-16%.
homosistinuria

C. Klasifikasi
Adapun klasifikasi menurut (Smeltzer and Barre, 2010) sebagai berikut:
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu
a. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
b. Stroke Non Haemorhagic
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadisaat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadiperdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnyadapat timbul edema sekunder . Kesadaran umummnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a. TIA ( Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilangdengan spontan dan sempurna
dalam waktu kurang dari 24 jam.

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


b. Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis
terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau
beberapa hari.
c. Stroke komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan
istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
Stroke Haemorhagi merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Stroke Haemorhagi dibagi
dua, yaitu:
1. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hypertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi
cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intraserebral yang disebabkan karena hypertensi sering dijumpai di daerah putamen,
talamus, pons dan serebelum.
2. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang
pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub arachnoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan
vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik,
afasia).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan
selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi
3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasispasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-lain) (Sylvia A. Price, 2006).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan
bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan
koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak (Sylvia A. Price, 2006).
Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Gejala PIS PSA
Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan +/- +++
Meningeal.
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++

D. Manifestasi klinis
1. Nyeri kepala akut dan terasa berat,
2. leher bagian belakang kaku,
3. muntah,
4. penurunan kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma
5. Pasien dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami
seizure/kejang tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


6. 90% menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan besar
dan atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan meninggal dalam
waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke
system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan mesensefalon, atau
mungkin disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital (Sylvia A.
Price, 2006).
Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang
berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati
hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Herniasi uncal dengan
hilangnya fungsi batang otak dapat terjadi. Pasien yang selamat secara bertahap
mengalami pemulihan kesadaran dalam beberapa hari. Pasien dengan perdarahan pada
lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami seizure tiba-tiba yang dapat diikuti
kelumpuhan kontralateral (Paula Kristanty, 2009).
Pasien usia tua dengan tekanan darah normal yang mengalami PIS atau perdarahan
intraserebellar karena amyloid angiopathy biasanya telah menderita penyakit Alzheimer
atau demensia progresif tipe Alzheimer dan dalam perjalanannya perdarahan dapat
memasuki rongga subarachnoid (Paula Kristanty, 2009).
ICH mulai dengan tiba-tiba, beberapa kasus menunjukkan hal ini diawali dengan
sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak
dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan perdarahan. Beberapa gejala seperti
lemah, lumpu, dan mati rasa. Orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi
pusingm penglihatan kemingkinan terganggu atau hilang. Mual, muntah, dan kehilangan
kesadaran (Paula Kristanty, 2009).
Menurut smith 2010, tanda dan gejala klinis dari ICH dapat berupa defisit neurologis
yang cepat serta tanda klinis peningkatan tekanan intracranial seperti nyeri kepala,
muntah poroyektil, penurunan kesadaran, hampir semua pasien menunjukkan
peningkatan tekanan darah dan dapat juga mengalami disautomonia seperti bradikardi,
takikardi, hiperventilasi, febris dan hiperglikemia, gejala klinis biasanya akan timbul
dalam 24 jam pertama dan disebabkan oleh kombinasi antara ekspansi perdarahan,
edema perihematoma, kejang dan hidrocefalus (Paula Kristanty, 2009).

E. Phatway (terlampir)

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


F. Komplikasi
Peningkatan tekanan intrakranial akibat pembengkakan otak atau pendarahan di
dalam tengkorak juga bisa terjadi. Tekanan intrakranial yang meningkat, pada
gilirannya, dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius. Ini dapat menghilangkan
otak oksigen, yang menyebabkan kerusakan otak permanen atau kematian. Hal ini juga
dapat menyebabkan herniasi otak ke kanal tulang belakang, lagi-lagi mengarah ke
kematian (Smeltzer and Barre, 2010)
Komplikasi akut tambahan termasuk
a. Rebleeding dari perdarahan
b. Perdarahan kedua di lokasi lain
c. Infeksi
d. Kerusakan saraf kranial
e. Koma
Jika tengkorak retak, kebocoran cairan serebrospinal ke telinga atau saluran hidung
adalah komplikasi lain. Pemulihan dari ICH dapat diperpanjang. Beberapa komplikasi
yang dapat timbul selama periode kurungan adalah:
a. Infeksi saluran kemih
b. Pneumonia
c. Kehilangan kontrol kandung kemih
d. Depresi
e. Luka
f. Kelelahan
Gangguan fungsional akibat ICH dapat mencakup kesulitan berbicara, kesulitan
bergerak di satu sisi tubuh, hilangnya sensasi di satu sisi tubuh, kesulitan berpikir atau
menghadiri (Smeltzer and Barre, 2010)

G. Pemeriksaan penunjang
Berikut adalah beberapa pemeriksaan diagnostic CVA-Intracerebral hemorrhage
yang dapat dilakukan (Smeltzer and Barre, 2010; Williams and Hopkins, 2003):
a. Computed Tomography (CT- scan)
merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama
setelah perdarahan. CT-Scan dapat mengetahui ukuran dan lokasi arteri yang

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


mengalami hemoragik. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai
stabilitas. Bedah emergensi dengan mengeluarkan massa darah diindikasikan pada
pasien sadar yang mengalami peningkatan volume perdarahan.
b. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan perdarahan intraserebral
dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. Perubahan gambaran MRI
tergantung stadium disolusi hemoglobin-oksihemoglobin-deoksihemogtobin-
methemoglobin-ferritin dan hemosiderin.
c. CT non kontras otak
untuk membedakan stroke hemoragik dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna
untuk membedakan stroke dari patologi intrakranial lainnya. CT non kontras dapat
mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.
d. EKG
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG) untuk
memulai memonitor aktivitas jantung. Disritmia jantung dan iskemia miokard
memiliki kejadian signifikan dengan stroke.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mengetahui adanya anemia, trombositopenia dan leukositosis yang dapat
menjadi factor risiko stroke hemoragik
f. Pemeriksaan glukosa darah.
Untuk mengetahui kadar glukosa darah sebagai sumber bahan bakar untuk
metabolism sel otak. Apabila kadar glukosa darah yang terlalu rendah maka akan
dapat terjadi kerusakan pada jaringan otak .
g. Pemeriksaan analisa gas darah
Untuk mengetahui gas darah yang disuplai ke jaringan otak sebagai sumber untuk
metabolism.
h. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
Mengetahui adanya hiperviskositas yang dapat menjadi factor risiko stroke
hemoragik
i. Pemeriksaan faal hemostatis
Untuk mengetahui adanya risiko perdarahan sebagai komplikasi dan pencetus
stroke hemoragik

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


H. Penatalaksaan
Penatalaksanaan di fokuskan pasa pengelolaan jalan napas, pernafasan dan sirkulasi,
kontrol tekanan darah, pengelolaan koagulopati. Bersamaan dengan tindakan tersebut
pasien di pasang infus intravena dengan cairan elektrolit standart hingga di ganti dengan
cairan lainnya sesuai dengan pemeriksaan kimia darah. Juga diberikan antibiotik dengan
mempertimbangkan beberapa pemeriksaan fungsi koagulasi. Kemudain pasien
dilakukan pemeriksaan CT scan kepala atau MRI untuk mendapatkan kepastian
diagnosis. Pasien dengan score GCS di bawah 8 di sarankan menggunakan intubasi
untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas yang mungkin menurun sebagai akibat
adanya kelumpuhan persyarafan (Paula Kristanty, 2009).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah yang menghilangkan tekanan di
dalam tengkorak, pengangkatan penumpukan darah bisa memicu pendarahan lebih,
lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan yang parah.
Penatalaksanaan medis yang bisa dilakkan adalah:
a. Terapi konservatif dan operatif
b. Pengendalian tekanan intrakranial
c. Anticonvulsant.
d. Pengendalian peningkatan TIK dilakukan Hiperventilasi, Diuretika dan
kortikosteroid tetapi dapat
e. memberi kerugian, misalnya mudah terkena infeksi hiperglikemia, perdarahan
lambung (stress ulcer).
f. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
g. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
(Smeltzer and Barre, 2010).
Perdarahan sub arakhnoids:
1) Pemberian oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
2) Nyeri dengan obat kortikosteroid, antikonvulsan profilaksis perlu dipertimbangkan.
3) Obstruktif perlu pemasangan Pirau Ventriculo-peritoneal (VP Shunt).
4) Tindakan operasi intrakranial merupakan terapi pilihan, tetapi operasi segera
sesudah perdarahan berbahaya karena “retraksi otak” (Non compliant Brain), dapat
menimbulkan iskemik otak.

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
(Paula Kristanty, 2009).

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan
data dan perumusan diagnosis keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien
yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif,
tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


1) Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain. Sedangkan stroke infark tidak terlalu
mendadak, saat istirahat atau bangun pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang dan
tidak muntah, kesadaran masih baik.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut,
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai
dengan kesulitan menelan, obesitas.
c) Pola eliminasi
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder
berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Gejala menunjukkan danya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot (flaksid, spastis),
paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan,
gangguan tingkat kesadaran (Doengoes, 1998, 2000: 290)
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang
sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan tanda
emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira, kesulian
mengekspresikan diri.
l) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1. Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
2. Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
3. Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b) Pemeriksaan integumen
1. Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik
harus bed rest 2-3 minggu
2. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c) Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala : bentuk normocephalik
2. Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3. Leher : kaku kuduk jarang terjadi.
d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk
dan menelan, adanya hambatan jalan nafas. Merokok merupakan faktor resiko.

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
1. Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII
dan XII central. Penglihatan menurun, diplopia, gangguan rasa pengecapan dan
penciuman, paralisis atau parese wajah.
2. Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada salah
satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan, kebas, genggaman tidak sama, refleks
tendon melemah secara kontralateral, apraksia
3. Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya rangsang sensorik
kontralteral.
4. Pemeriksaan refleks
5. Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.
6. Sinkop/pusing, sakit kepala, gangguan status mental/tingkat kesadaran, gangguan
fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah, afasia, kekakuan
nukhal, kejang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya jalan nafas
buatan.
1) Definisi
Adalah ketidakmampuan membersihkan sekres ata obstruksi dari saluran nafas
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
2) Dengan batasan karakteristik:
a) Batuk yang tidak efektif

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


b) Dyspnea
c) Gelisah
d) Kesulitan verbelasi
e) Ortopnea
f) Perubahan pola napas
g) Perubahan frekuensi napas
h) Sputum berlebih
i) Suara napas tambahan
b. Penurunan curah jantung
1. Definisi
Ketidakefektifan volume darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolic tubuh
2. Batatan karakteristik
a) Bradikardia
b) Perubahan EKG
c) Palpitasi jantung
d) Takikardia
e) Penurunan/Peningkatan CVP
f) Distensi vena jugular
g) Perubahan tekanan darah
h) Kulit lembab
i) Dyspnea
j) Oliguria
k) Pengisian caliper memanjang
l) Bunyi nafas tambahan
c. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan embolisme
2. Definisi
Rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu
kesehatan
3. Dengan batasan karakteristik:
a) Trauma kepala
b) Post op trepanasi

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


c) Cedera kepala tertutup da terbuka (post op)
d) Lecet pada kulit
e) Aliran darah melalui pembuluh darah cerebral dan perifer tidak efektif.
f) Kegelisahan
g) Muntah
h) Spo2
i) Kulit dingin dan pucat
j) Kecemasan yang tidak terjelaskan
k) Emboli
l) Penuruna kesadaran
m) Gangguan serebrovaskuler

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
an bersihan keperawtan selama 3x24 jam 1. Posisikan pasien untuk
jalan nafas diharapkan jalan nafas pasein paten memaksimalkan ventilasi
berhubungan dan tidak terganggu dengan kriteria 2. Auskultasi suara nafas catat area
dengan jalan hasil sebagai berikut: yang ventilasinya menurun/ tidak
nafas buatan 1. Status Pernapasan: kepatenan ada dan adanya suara tambahan.
jalan nafas 3. Monitor status pernapasan
Saat ini Target Pencegahan Aspirasi
4. Monitor tingkat kesadaran , reflek
a. Frekuensi 2 3
batuk dan gangguan reflek
pernapasan
5. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Irama 2 4
6. Berrikan perawatan mulut
pernapasan
Terapi Oksigen
c. Kemampuan 1 2
7. Berikan oksigen tambahan seperti
untuk
yang diperintahkan
mengeluarkan
8. Monitor aliran oksigen
sekret
9. Monitor efektivitas terapi oksigen
d. Suara nafas 1 2
Bantuan Ventilasi
tambahan
10. Mulai dan pertahankan oksigen
e. Dispnea saat 1 3
tambahan atau pengganti sesuai
istirahat
yang ditentukan.
f. Pengguaan 1 2
1. Monitor Tanda-tanda Vital
otot bantu
11. Monitor tekanan darah, nadi,
nafas
respirasi dan suhu pasien.
g. Akumulasi 2 3
Surveilans
sputum
12. Kumpulkan dan Interpretasikan
2 5
2. Tanda-tanda Vital hasil laboratorium.
Saat ini Target 13. Monitor kempuan kognitif pasien.
3 5
a. Suhu tubuh 2 14. Ajak pasien berkomunikasi
1 Menejemen Cairan
b. Tekanan nadi 2 55
4 3 15. Monitor status hemodinamin
c. Respirasi
(MAP)
d. Tekanan 5
2 16. Distribusikan asupan cairan selama
sistolik 24 jam
e. Tekanan 4 5
distolik 4

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


3. Status Neurologi: Sensori
Kranial/Fungsi Motorik
a. Refleks kornea 2 5
b. Berbicara 1 5

Penurunan Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung


curah jantung keperawtan selama 3x24 jam 1. Lakukan penilaian komprehensif
berhubungan diharapkan tekanan darah dan irama missal: cek nadi perfir, pengisian
dengan jatung stabil dengan kriteria hasil darah kapiper, warna, dan suhu kulit.
sebagai berikut: 2. Monitor ttv secara rutin.
1. Keefektifan pompa jantung 3. Monitor disritmia jantung, termasuk
gangguan ritmi
a. Tekanan darah 4 5 4. Monitor nilai elektrolit.
b. Pucat 2 3 5. Sediakan obat aritmia sesuai indikasi
c. Sianosis 2 4 6. Evaluasi perubahan tekanan darah
d. Intoleransi 1 2 terkait pemberian obat aritmia.
2. aktivitas Monitor neurologi
7. Pantau ukuran pupil dan reaktivitas
2. Status sirkulasi 8. Monitor tingkat kesadaran
a. Tekanan nadi 2 4 9. Monitor kesimestrisan wajah
b. Saturasi 4 5 10. Monitor tonjolan lidah
okisigen
c. Hipotensi 3 4
d. Penurunan suhu 1 2
kulit

Resiko Setelah dilakukan tindakan Monitor Tanda- Tanda Vital


Ketidakefektif keperawtan selama 3x24 jam 1. Monitor tekanan darah
an perfusi diharapkan resiko redah terhadap 2. Monitor nadi
jaringan otak ketidakefektifan jaringan otak dan 3. Monitor suhu
faktor resiko tidak terganggu dengan kriteria hasil 4. Monitor status pernapasan
trauma sebagai berikut: 5. Monitor dan laporkan tanda dan
(trauma 1. Keparahan Cedera gejala hipotermi dan hipertermi
3.
kepala) Saat ini Target 6. Monitor warna kulit dan
a. Penuruna 1 3 kelembapan
kesadaran Menejemen Trauma Serebral
3 5 7. Catat perubahan pasien dalam
berespron terhadap stimulus
2 5 8. Dorong keluarga/orang terdekat
untuk berbicara kepada pasien
3 5

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


5
5
2. Perfusi Jaringan 9. Sesuaikan pengaturan ventilator
Saat Ini Target untuk menjaga PaCO2 pada level
e. Aliran darah 1 3 yang direspkan
melalui 10. Monitor intake dan output
pembuluh darah Pengurangan Perdarahan
cerebral 11. Perhatikan kadar hemoglobin
f. Aliran darah 2 4
melalui
pembuluh
perifer
5
3. Perfusi Jaringan: Seluler
Saat ini Target

a. Saturasi 4 5
oksigen
b. Keseimbangan 2 4
cairan
c. CRT 2 4
d. Output urin
2 3
e. Kulit dingin dan
4 pucat 4
2
5

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH


Anna, Budi (2018). NANDA Intenasional Nursing Diangnoses: Definition and Classification
2018-2020. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6. Jakarta: EGC 2006.
Smeltzer, S., and Barre, B. 2010. Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Davis Comp.
Williams, SH., Hopper. 2003. Understanding Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Davis
Comp.
Paula Kristanty. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM. Panacea, Tim
Bantuan Medis.
Sue moorhead, marion johnson, mariedean l. maas, elizabeth swanson, intansari nurjanah, dan
roxsana devi tumanggor. (2013). nursing outcome clasification (NOC) dan Nursing
interventions clasification (NIC) Edisi bahasa indonesia edisi 5. jakarta: elsevierglobal
rights UNITED KINGDOM.

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasein CVA ICH

Anda mungkin juga menyukai