Keperawatan Kritis
Keperawatan Kritis
Keperawatan Kritis
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan lancar dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Cairan Dan Elektolit Dan Teknis Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis”,
tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan nabi besar kita Muhammad Saw yang telah
membawa kita dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang seperti ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca khususnya kepada
penyusun.Namun dalam makalah ini tentu masih banyak kekurangan maka dari itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A.1 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Cairan Dan Elektolit ...... 1
A.2 Teknis Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis ...................... 2
B. Tujuan Penulisan
B.1 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Cairan Dan Elektolit .... 4
B.2 Teknis Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis ..................... 4
A. Kesimpulan............................................................................................ 37
B. Saran ...................................................................................................... 38
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tubuh, proses difusi melalui membran sel, dan tekanan osmotik yang
dihasilkan oleh elektrolit pada kedua kompartemen (Mubarak, 2007).
Pentingnya cairan bagi tubuh membuat sel-sel tubuh hanya dapat hidup
dan berfungsi jika berada /terendam dalam cairan ekstrasel yang sesuai.
Sehingga, homeostasis cairan harus ekstrasel yang sesuai. Meskipun tubuh
mempunyai respon fisiologis untuk menjaga keseimbangan. Akan tetapi,
peningkatan volume cairan ekstrasel akan meningkatkan volume darah dan
tekanan darah serta sebaliknya. Sehingga, dari hukum tersebut dapat
diasumsikan bahwa yang mengatur tekana darah adalah volume cairan
ekstrasel (Mubarak, 2007). Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang
masuk ke dalam tubuh manusia. Secara fisiologis, manusia sudah dibekali
dengan respon untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh. Respon harus
merupakan refleks yang secaara otomatis menjadi perintah kepada tubuh
memasukkan cairan. Pusat pengendalian rasa haus berada di dalam
hipotalamus otak (Pranata, 2013).
3
B. Tujuan Penulisan
1. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Cairan Dan Elektolit
Tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi sakit krtis dan sepsis adalah :
1. meminimalkan imbang negatif kalori dan protein dan kehilangan protein
dengan cara menghindari kondisi starvasi.
2. mempertahankan fungsi jaringan, khususnya hati, sistem imun, sistem otot,
dan otot-otot pernapasan.
3. memodifikasi perubahan-perubahan metabolik dan fungsi metabolik
dengan menggunakan substrat khusus.
4
Tujuan dukungan nutrisi bagi pasien sakit kritis (The American Society For
Parenteral ans Enteral Nutrition)
1. Menyediakan dukungan nutrisi yang konsisten dengan kondisi medis
pasien dan ketersediaan rute pemberian nutrisi.
2. Mencegah dan mengatasi defisiensi makronutrian dan mikronutrien.
3. Menyediakan dosis nutrien yang sesuai dengan metabolisme yang telah
ada.
4. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan teknik pemberian
nutrisi.
5. Meningkatkan outcome pasien; mengurangi morbilitas, mortalitas dan
waktu penyembuhan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk berespon terhadap stressor fisiologi
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan dan kekurangan (Tarwoto &
Wartonah, 2006). Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari
total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Elektrolit
terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa
2006).
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air tubuh
lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan osmolalitas dari
salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan
internal. Sedangkan Elektrolit adalah substansi yang menyebabkan ion kation (+) dan
anion (-).
B. Fungsi Cairan
1. Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transport nutrient ke sel
3. Transport hasil sisa metabolism
4. Transport hormone
5. Pelumas antar organ
6. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.
6
C. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal
dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500 ml/hari.
Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan
kulit 600-800 ml (Tarwoto & Wartonah, 2010).
2. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan hormon
akan mengganggu keseimbangan cairan.
7
E. Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan
No. Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700
2. Hipervolemia
Adalah penambahan/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites,
edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
8
G. Cara Pengeluaran Cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal :
1. Ginjal
a. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah
untuk disaring setiap hari.
b. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c. Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
d. Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima rangsang
aktivitas kelenjar keringat
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur
lingkungan yang meningkat dan demam.
c. Disebut Insimsible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
3. Paru – paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar
100 – 200 ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam, dengan
kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.
H. Pengaturan Elektrolit
Macam-macam elektrolit diantaranya yaitu natrium (sodium), kalium (potassium),
kalsium, magnesium, chlorida, bikarbonat, dan fosfat :
a. Natrium (sodium)
1) Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada Cairan Ekstrasel (CES)
2) Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran implus saraf dan kontraksi otot.
3) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya
sekitar 135-148 mEq/lt.
9
b. Kalium (potassium)
1) Merupakan kation utama dalam CIS
Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
2) Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan
asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar
3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
1) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan
darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
2) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
3) Hormon paratiroid mengarbsopsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal.
4) Hormon thirocaltitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya sekitar
1,5-2,5 mEq/lt.
e. Chlorida
Terdapat pada CES dan CIS, normalnya sekitar 95-105 mEqlt.
f. Bikarbonat
1) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan CES dan
CIS.
2) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
2) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
3) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism karbohidrat,
dan pengaturan asam basa.
4) Pengaturan oleh hormone parathyroid.
10
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu minus status
cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau status sosial
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan.
a) ± 2% : Ringan
b) ± 5% : Sedang
c) ± 10% : Berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
tingkat kesadaran.
11
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar ± 200cc.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani,
dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan
bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering
4) Neurologi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah,
dan bising usus.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah,
hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b) Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik
c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi
d) Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik
3) pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk
mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO, HCO, PCO,
dan saturasi O2.
a) PCO2 normal : 35-40 mmHg
b) PO2 normal : 80-100 Hg
c) HCO3 normal : 25-29 mEq/l
d) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95%-98%)
dan vena (60%-85%).
12
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual/resiko defisit volume cairan
Definisi: Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada
ekstraseluler dan vaskuler.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Kehilangan cairan secara berlebihan
2) Berkeringat secara berlebihan
3) Menurunnya intake oral
4) Penggunaan deuretik
5) Pendarahan
13
b. Volume cairan berlebih
Definisi: Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema,
Kemungkinan berhubungan dengan :
3. Rencana Keperawatan
a. Aktual/resiko defisit volume cairan
Tujuan yang diharapkan:
1) Mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine adekuat,
tekanan darah stabil, membran mukosa mulut lembap, turgor kulit baik.
14
3) Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
15
b. Volume cairan berlebih
Tujuan yang diharapkan :
1) Mempertahankan keseimbangan intake dan outpun cairan
2) Menurunkan kelebihan cairan.
16
J. Cara Menghitung Kecepatan Syringe Pump
Bagi teman-teman tenaga medis/paramedis, pasti sudah tidak asing lagi dengan
penggunaan obat lewat syringe pump. Mungkin salah satu kesulitan adalah bagaimana
cara menghitung kecepatan syringe pump sesuai dosis obat yang dikehendaki.
1. Tentukan konsentrasi obat dengan rumus :
Kandungan sediaan obat (mg) : volume sediaan obat (ml) x 1000 = konsentrasi obat
(mcg/ml) .
Jawab :
Pertama, tentukan konsentrasi obat
50 : 250 x 1000 =200 mcg/ml
Kedua, hitung kecepatan syringe pump
(0,5 x 75 x 60) : 200 = 11,25ml/jam
Jadi, kecepatan syringe pump = 11,25 ml/jam.
17
Jenis darah tergantung dari komponen darah, kalo PRC, maka dikalikan 3. Kalo WBC, maka
dikalikan 6,
Rumus :
Dosis x BB x jam (menit ) = hasil 4000
Atau rumus langsung :
Dosis x BB 60 x 50 = hasil
200.000
Contoh :
Pasien dengan tekanan darah 80/50 mmHg dan BB 50 kg. Dosis dopamin dimulai dari 5
mikrogram/kgBB/menit. Menggunakan syringe pump lho!
Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
4000
Kita gunakan rumus praktis saja =
= 3.75 cc/jam
Rumus pemberian Dopamin dalam kolf / drip
Rumus =
200.000 = 400 (factor pengencer)
500
Rumus menggunakan kolf =
Dosis x BB x jam ( menit ) = hasil ntar disesuaikan dengan mikro atau makro drip.
400
Contoh :
Kita ambil contoh yang sama dengan yang atas ya,
Pasien dengan tekanan darah 80/50 mmHg dan BB 50 kg. Dosis dopamin dimulai dari 5
mikrogram/kgBB/menit. Menggunakan kolf lho!
Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
400
18
Kita gunakan rumus praktis saja =
5 x 50 x 60
400
= 37,5 cc/ jam. (harus diingat, 1 ampul dopamine ini diencerkan dalam 500 cc lho, jadi hasilnya
agak banyak. gue juga sempet kaget! )
Nah, berarti kalo pake makro, maka 37,5 cc mejadi 12,5 tetes/menit. (makro factor tetesan 1
cc= 20
tetes)
Nah, kalo mikro drip, 37,5 cc, menjadi 37,5 tts/mnit. (mikro factor tetesan 1 cc= 60 tetes)
Rumus :
Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
5000
Atau rumus langsung : Dosis x BB x 60 x 50 = hasil
250.000
Rumus diatas digunakan untuk pemberian dobutamin dengan menggunakan syringe pump.
19
Dosis x 60 x pengencer = hasil
10.000
RUMUS PERHITUNGAN ISOKET
1 ampul = 10 cc , 1 ampul = 10 mg , 1mg = 1cc
Isoket atau Cedocard diberikan sesuai dosis yang diberikan oleh dokter.
Maintenance :
5 x BB x 2
6
Diberikan dalam 24 jam
Keterangan :
Jml K = nilai yang diharapkan ( 3,5 ) – nilai hasil kalian (x)
Hypotiroidism
a. Dosis kecil : 1 - 5 mcg/BB/menit
Memperbaiki aliran darah ke ginjal, jantung dan otak.
20
Cara pemberian :
jumlah mcg/ cc
2000 2000
jumlah mcg / cc
BB= 50kg.
800 800
21
- Pre syok, severe hypotension.
- Hypothyroidism.
______________________ = tts/mnt
jumlah mcg / cc
250 mg Dobutrex
50 cc D5%
Dosis : 3 mcg BB : 50 kg
3 X 50 kg X 60 tts 9000
5000 5000
jumlah mcg / cc
22
1 cc = _250____ = 5 X 1000 mcg = 5000 mcg
50
Dosis : 3 mcg / BB / mt BB : 50 kg
3 X 50 X 60 mnt 9000
5000 5000
3. Lidocain / Xylocard
- VES multivokal
- Bradicardi
jumlah mcg/mnt
23
500
1 cc = ______ = 5 mg
100
Dosis : 2 mg / mnt
2 X 60 tts
jumlah mg / cc
500
1 cc = ______ = 2,5 mg
200
Dosis : 2 mg / mnt
2 mg x 60 mnt
= ______________ = 48 cc / jam
2,5
24
4. Adrenalin ( Ephineprin Hidroclorida)
dosis x 60 tts
jumlah mcg / cc
50
1 x 60 mnt
= ___________ = 30 cc / jam
20
Rumus : Dosis
Konsentrasi
25
misalkan : dosis yang diminta furosemid 1mg/jam diencerkan dalam 50cc spuit
26
Teknis Pemberian Nutrisi pada Pasien Kritis
A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting. Setiap gram karbohidrat
menghasilkan kurang lebih 4 kalori. Asupan karbohidrat di dalam diet sebaiknya
berkisar 50% – 60% dari kebutuhan kalori. Dalam diet, karbohidrat tersedia dalam 2
bentuk: pertama karbohidrat yang dapat dicerna, diabsorbsi dan digunakan oleh tubuh
(monosakarida seperti glukosa dan fruktosa; disakarida seperti sukrosa, laktosa dan
maltosa; polisakarida seperti tepung, dekstrin, glikogen) dan yang kedua karbohidrat
yang tidak dapat dicerna seperti serat. Glukosa digunakan oleh sebagian besar sel tubuh
termasuk susunan saraf pusat, saraf tepi dan sel-sel darah. Glukosa disimpan di hati dan
otot skeletal sebagai glikogen. Cadangan hati terbatas dan habis dalam 24 – 36 jam
melakukan puasa. Saat cadangan glikogen hati habis, glukosa diproduksi lewat
glukoneogenesis dari asam amino (terutama alanin), gliserol dan laktat. Oksidasi
glukosa berhubungan dengan produksi CO2 yang lebih tinggi, yang ditunjukkan oleh
RQ (Respiratory Quotient) glukosa lebih besar dari pada asam lemak rantai panjang.
Sebagian besar glukosa didaur ulang setelah mengalami glikolisis anaerob menjadi
laktat kemudian digunakan untuk glukoneogenesis hati. Kelebihan glukosa pada
pasien keadaan hipermetabolik menyebabkan akumulasi glukosa dihati berupa
glikogen dan lemak. Meskipun turnover glukosa meningkat pada kondisi stres,
metabolisme oksidatif tidak meningkat dalam proporsi yang sama. Oleh karena itu
kecepatan pemberian glukosa pada pasien dewasa maksimal 5 mg/kgbb/menit.15
B. Lemak
Komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi enteral ataupun
parenteral sebagai emulsi lemak. Pemberian lemak dapat mencapai 30% – 50% dari
total kebutuhan. Satu gram lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak memiliki fungsi
antara lain sebagai sumber energi, membantu absorbsi vitamin yang larut dalam lemak,
menyediakan asam lemak esensial, membantu dan melindungi organ-organ internal,
membantu regulasi suhu tubuh dan melumasi jaringan-jaringan tubuh.20 Pemberian
kalori dalam bentuk lemak akan memberikan keseimbangan energi dan menurunkan
insiden dan beratnya efek samping akibat pemberian glukosa dalam jumlah besar.
Penting juga bagi kita untuk memperkirakan komposisi pemberian lemak yang
berhubungan dengan proporsi dari asam lemak jenuh (SFA), asam lemak tidak jenuh
tunggal (MUFA), asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA) dan rasio antara asam lemak
esensial omega 6 dan omega 3 dan komponen antioksidan. Selama hari-hari pertama
27
pemberian emulsi lemak khususnya pada pasien yang mengalami stres, dianjurkan
pemberian infus selambat mungkin, yaitu untuk pemberian emulsi Long Chain
Triglyseride (LCT) kurang dari 0,1 gram/kgbb/jam dan emulsi campuran Medium
Chain Triglyseride (MCT)/Long Chain Triglyseride (LCT) kecepatan pemberiannya
kurang dari 0,15 gram/kgbb/jam. Kadar trigliserida plasma sebaiknya dimonitor dan
kecepatan infus selalu disesuaikan dengan hasil pengukuran.15 Protein (Asam-Asam
Amino) Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk protein adalah 0,8
g/kgbb/hari atau kurang lebih 10% dari total kebutuhan kalori. Para ahli
merekomendasikan pemberian 150 kkal untuk setiap gram nitrogen (6,25 gram protein
setara dengan 1 gram nitrogen). Kebutuhan ini didasarkan pada kebutuhan minimal
yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen. Dalam sehari
kebutuhan nitrogen untuk kebanyakan populasi pasien di ICU direkomendasikan
sebesar 0,15 – 0,2 gram/ kgbb/hari.
Ini sebanding dengan 1 – 1,25 gram protein/ kgbb/hari. Beratnya gradasi
hiperkatabolik yang dialami pasien seperti luka bakar luas, dapat diberikan nitrogen
sampai dengan 0,3 gram/kgbb/hari. Kepustakaan lain menyebutkan rata-rata
kebutuhan protein pada dewasa muda sebesar 0,75 gram protein/kgbb/hari. Namun
selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat menjadi 1,2 – 1,5 gram/kgbb/hari.
Pada beberapa penyakit tertentu, asupan protein harus dikontrol, misalnya kegagalan
hati akut dan pasien uremia, asupan protein dibatasi sebesar 0,5 gram/kgbb/hari.
Kebutuhan protein pada pasien sakit kritis bisa mencapai 1,5 – 2 gram
protein/kgbb/hari, seperti pada keadaan kehilangan protein dari fistula pencernaan,
luka bakar, dan inflamasi yang tidak terkontrol.8 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Elwyn21 yang hanya menggunakan dekstrosa 5% nutrisi, menunjukkan bahwa
perbedaan kecepatan kehilangan nitrogen berhubungan dengan tingkat keparahan
penyakit. Disamping itu, keseimbangan nitrogen negatif lebih tinggi 8 kali pada pasien
dengan luka bakar, dan 3 kali lipat pada sepsis berat apabila dibandingkan dengan
individu normal. Data ini dengan jelas mengindikasikan pertimbangan kondisi
penyakit ketika mencoba untuk mengembalikan keseimbangan nitrogen.
C. Mikro Nutrien
Mikronutrien Pasien sakit kritis membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K, B1
(tiamin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), vitamin C, asam pantotenat dan asam folat yang
lebih banyak dibandingkan kebutuhan normal sehari-harinya. Khusus tiamin, asam
folat dan vitamin K mudah terjadi defisiensi pada TPN. Dialisis ginjal bisa
menyebabkan kehilangan vitamin-vitamin yang larut dalam air. Selain defisiensi besi
28
yang sering terjadi pada pasien sakit kritis dapat juga terjadi defisiensi selenium, zinc,
mangan dan copper.
D. Nutrisi Tambahan
Nutrisi tambahan adalah beberapa komponen sebagai tambahan pada larutan
nutrisi untuk memodulasi respon metabolik dan sistim imun, walaupun signifikansinya
belum bisa disimpulkan. Komponen tersebut termasuk growth hormone,
glutamine,branchedchain amino acids (asam amino rantai panjang), novel lipids,
omega-3 fatty acids, arginine, nucleotides. Namun perlu di waspadai khususnya
L-arginine yang sering disebut sebagai immune-enhancing diets, dapat memperburuk
sepsis, karena L-arginine akan meningkatkan NO yang dapat meningkatkan reaksi
inflamasi, vasodilatasi, gangguan motilitas usus dan gangguan integritas mukosa, serta
gangguan respirasi. Heyland DK dkk. menyimpulkan bahwa imunonutrisi dapat
menurunkan komplikasi infeksi, tapi tidak berhubungan dengan mortalitas secara
umum. chain amino acids (asam amino rantai panjang), novel lipids, omega-3 fatty
acids, arginine, nucleotides. Namun perlu di waspadai khususnya L-arginine yang
sering disebut sebagai immune-enhancing diets, dapat memperburuk sepsis, karena
L-arginine akan meningkatkan NO yang dapat meningkatkan reaksi inflamasi,
vasodilatasi, gangguan motilitas usus dan gangguan integritas mukosa, serta gangguan
respirasi. Heyland DK dkk. menyimpulkan bahwa imunonutrisi dapat menurunkan
komplikasi infeksi, tapi tidak berhubungan dengan mortalitas secara umum.
29
asupan. Kebutuhan energi dapat juga diperkirakan dengan formula persamaan
Harris-Bennedict (tabel 1), atau kalorimetri indirek.
Persamaan Harris-Bennedict pada pasien hipermetabolik harus ditambahkan
faktor stres. Penelitian menunjukkan bahwa rumus perkiraan kebutuhan energi dengan
menggunakan prosedur ini cenderung berlebih dalam perhitungan energi expenditure
pada pasien dengan sakit kritis hingga 15%. Sejumlah ahli menggunakan perumusan
yang sederhana “Rule of Thumb” dalam menghitung kebutuhan kalori, yaitu 25-30
kkal/kgbb/hari. Selain itu penetapan Resting Energy Expenditue (REE) harus
dilakukan sebelum memberikan nutrisi. REE adalah pengukuran jumlah energi yang
dikeluarkan untuk mempertahankan kehidupan pada kondisi istirahat dan 12 - 18 jam
setelah makan. REE sering juga disebut BMR (Basal Metabolic Rate), BER (Basal
Energy Requirement), atau BEE (Basal Energy Expenditure). Perkiraan REE yang
akurat dapat membantu mengurangi komplikasi akibat kelebihan pemberian nutrisi
(overfeeding) seperti infiltrasi lemak ke hati dan pulmonary compromise. Banyak
metode yang tersedia untuk memperkirakan REE, salah satunya adalah kalorimetri
yang dapat dipertimbangkan sebagai gold standard dan direkomendasi sebagai metode
pengukuran REE pada pasien-pasien sakit kritis.
30
nutrisi. Level serum hemoglobin dan trace elements seperti magnesium dan fosfor
merupakan tiga indikator biokimia tambahan. Hemoglobin digunakan sebagai
indikator kapasitas angkut oksigen, sedangkan magnesium atau fosfor sebagai
indikator gangguan pada jantung, saraf dan neuromuskular.10,11 Selain itu Delayed
hypersensitivity dan Total Lymphocyte Count (TLC) adalah dua pengukuran yang
dapat digunakan untuk mengukur fungsi imun sekaligus berfungsi sebagai screening .
Penilaian global subyektif (Subjective global assessment/SGA) juga merupakan alat
penilai status nutrisi, karena mempertimbangkan kebiasaan makan, kehilangan berat
badan yang baru ataupun kronis, gangguan gastrointestinal, penurunan kapasitas
fungsional dan diagnosis yang dihubungkan dengan asupan yang buruk. Penilaian
jaringan lemak subkutan dan penyimpanannya dalam otot skelet juga merupakan
bagian dari SGA, dan bersama dengan evaluasi edema dan ascites, membantu untuk
menegakkan kemungkinan malnutrisi sebelumnya. Level stres pada pasien sakit kritis
juga harus dinilai karena bisa memperburuk status nutrisi penderita secara keseluruhan.
Persamaan Harris-Benedict :
Laki-laki: 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) - (6,76 x Umur)
Wanita : 655,1 + (9,56 x BB) + 1,85 x TB) – (4,67 x Umur)
Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/kgbb/hari
Faktor Stres
Koreksi terhadap perhitungan kebutuhan energi derajat
hipermetabolisme :
31
* Postoperasi (tanpa komplikasi) 1,00 – 1,30
* Kanker 1,10 – 1,30
* Peritonitis / sepsis 1,20 – 1,40
* Sindroma kegagalan organ multiple 1,20 – 1,40
* Luka bakar 1,20 – 2,00
(perkiraan BEE + % luas permukaan tubuh yang terbakar)
H. Rute Enternal
Pada pemberian nutrisi enteral, pipa nasal lebih dianjurkan daripada oral,
kecuali pada keadaan fraktur basis cranii dimana bisa terjadi resiko penetrasi ke
intrakranial. Pipa naso jejunal dapat digunakan jika terjadi kelainan pengosongan
lambung yang menetap dengan pemberian obat prokinetik atau pada pankreatitis.
Alternatif lain untuk akses nutrisi enteral jangka panjang adalah dengan gastrostomi
dan jejunum perkutaneus.6 Larutan nutrisi enteral yang tersedia dipasaran memiliki
komposisi yang bervariasi. Nutrisi polimer mengandung protein utuh (berasal dari
whey, daging, isolat kedelai dan kasein), karbohidrat dalam bentuk oligosakarida atau
polisakarida. Formula demikian memerlukan enzim pankreas saat absorbsinya.
Nutrisi elemental dengan sumber nitrogen (asam amino maupun peptida)
tidaklah menguntungkan bila digunakan secara rutin, namun dapat membantu bila
absorbsi usus halus terganggu, contohnya pada insufisiensi pankreas atau setelah
kelaparan dalam jangka panjang. Lipid biasanya berasal dari minyak nabati yang
mengandung banyak trigliserida rantai panjang, tapi juga berisi trigliserida rantai
sedang yang lebih mudah diserap. Proporsi kalori dari non protein seperti karbohidrat
biasanya dua pertiga dari total kebutuhan kalori.6 Serat diberikan untuk menurunkan
insiden diare. Serat dimetabolisme oleh bakteri menjadi asam lemak rantai pendek,
32
yang digunakan oleh koloni untuk pengambilan air dan elektrolit. Elektrolit, vitamin
dan trace mineral ditambahkan sampai volume yang mengandung 2000 kkal. Nutrisi
enteral adalah faktor resiko independen pneumonia nosokomial yang berhubungan
dengan ventilasi mekanik.
Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan
kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara dini akan
membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi kuman, mencegah
peningkatan distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah
duduk dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi.22 Diaresering terjadi pada pasien di
ICU yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk terapi
antibiotik, infeksi Clostridium difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat
penyakit kritis. Komplikasi metabolik paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan
hiperglikemia.
I. Rute Parenteral
Nutrisi Parenteral Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan
enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk tetap
memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen
nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan
tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien ICU,
kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infus secara kontinu dalam 24 jam. Monitoring
terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Halyang paling
ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN/Total Parenteral Nutrition)
melalui vena sentral adalah infeksi. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Insersi subklavia: infeksi lebih jarang dibanding jugular interna dan femoral.
2. Keahlian operator dan staf perawat di ICU mempengaruhi tingkat infeksi.
33
3. Disenfektan kulit klorheksidin 2% dalam alkohol adalah sangat efektif.
4. Teknik yang steril akan mengurangi resiko infeksi.
5. Penutup tempat insersi kateter dengan bahan transparan lebih baik.
6. Kateter sekitar tempat insersi sering-sering diolesi dengan salep antimikroba.
7. Penjadwalan penggantian kateter tidak terbukti menurunkan sepsis.
34
memenuhi 50 – 60% dari kebutuhan kalori total atau 60 – 70% dari kalori non
protein. Pemberian glukosa yang berlebihan dapat mengakibatkan
hipertrigliseridemia, hiperglikemia, diuresis osmotik, dehidrasi, peningkatan
produksi CO2 yang dapat memperburuk insufisiensi pernafasan dan
ketergantungan terhadap ventilator, steatosis hepatis, dan kolestasis. Pemberian
lemak sebaiknya memenuhi 25 – 30% dari kebutuhan total kalori dan 30 – 40%
dari kalori non protein. Kelebihan lemak dapat mengakibatkan disfungsi neutrofil
dan limfosit, menghalangi sistem fagositik mononuklear, merangsang hipoksemia
yang dikarenakan oleh gangguan perfusi-ventilasi dan cedera membran
alveolokapiler, merangsang steatosis hepatik, dan meningkatkan sintesis PGE2.
Dalam keadaan katabolik, protein otot dan viseral dipergunakan sebagai energi di
dalam otot dan untuk glukoneogenesis hepatik (alanin dan glutamin). Kebutuhan
protein melebihi kebutuhan protein normal yaitu 1,2 g/kg/protein/hari. Kuantitas
protein sebaiknya memenuhi 15 – 20% dari kebutuhan kalori total dengan rasio
kalori non protein/ nitrogen adalah 80:1 sampai dengan 110:1.
35
peningkatan glukoneogenesis. Pada pasien ARF membutuhkan perhatian yang
hati-hati terhadap kadar glukosa darah dan penggunaan insulin dimungkinkan
dalam larutan glukosa untuk mencapai kadar euglikemik. Pemberian lipid harus
dibatasi hingga 20 – 25% dari energi total. Meski demikian lipid sangatlah penting
karena osmolaritasnya yang rendah, sebagai sumber energi, produksi CO2 yang
rendah dan asam lemak essensial. Protein atau asamamino diberikan 1,0 – 1,5
g/kg/hari tergantung dari beratnya penyakit, dan dapat diberikan lebih tinggi (1,5 –
2,5 g/kg/hari) pada pasien ARF yang lebih berat dan mendapat terapi
menggunakan CVVH, CVVHD, CVVHDF, yang memiliki klirens urea mingguan
yang lebih besar.
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas
- Fungsi Cairan :
4. Transport hormone
keparahan cedera atau penyakitnya, dan status nutrisi sebelumnya. Pasien sakit
Pada sakit kritis terjadi pelepasan mediator inflamasi (misalnya IL-1, IL-6, dan
proses yang mempengaruhi seluruh sistem tubuh dan menimbulkan efek yang
37
jelas pada status metabolik dan nutrisi pasien. Pemberian nutrisi pada kondisi
sakit kritis bisa menjamin kecukupan energi dan nitrogen, namun harus
khususnya hati, sistem imun, sistem otot dan otot-otot pernapasan, dan
B. Saran
Dari makalah yang telah kami buat ini, kami berharap dapat berguna di mata
kuliah Keperawatan Kritis dan dapat berguna bagi mahasiswa/i STIKes
Muhammadiyah Palembang dan masyarakat. Sungguh masih banyak kekurangan
yang harus kami perbaiki dlam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan, kami mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca. Terima kasih.
38
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan
Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
Barr J et al. Outcomes in critically ill patients before and after the implementation of an
evidencebased nutritional management protocol. Chest 2004;125:1446-57
39