Makalah ASP BAB 5
Makalah ASP BAB 5
Makalah ASP BAB 5
Disusun Oleh
Devi Wahyuni (170301182)
Nadia (170301118)
Zulfa Kholidah (170301146)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam saya
sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. dengan diantara banyak
nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah
dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
persyaratan Ujian Akhir Semester (UAS) pada Mata Kuliah Kewirausahaan. Segala sesuatu yang
salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar datangnya hanya dari Allah
SWT berkat adanya rahmat iman kepada Allah SWT, meski begitu tentu tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat saya harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini
bermanfaat bagi saya dan Pembaca lain pada umumnya.
(Penulis)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik 2
2.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik 2
2.2.1 Anggaran Sebagai Alat Perencanaan 2
2.2.2 Anggaran Sebagai Alat Pengendalian 2
2.2.3 Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal 2
2.2.4 Anggaran Sebagai Alat Politik 3
2.2.5 Anggaran Sebagai Alat Koordinasi Dan Komunikasi 3
2.2.6 Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja 3
2.2.7 Anggaran Sebagai Alat Motivasi 3
2.2.8 Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik 3
2.3 Tujuan Dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik 3
2.4 Prinsip-prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik 4
2.5 Pendekatan Penganggaran Pada Sektor Publik 5
2.5.1 Pendekatan Tradisional 5
2.5.2 Pendekatan New Public Management 6
2.6 Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik 9
2.7 Penganggaran Dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 11
BAB III PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2.3 Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiscal
Melalui anggaran organisasi sektor public dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu.
Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal pemerintah, digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran sektor public dapat diketahui arah
kebijakan fiscal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi.
6
Anggaran bagi sektor public adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat/ rakyat yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan
public dan kesejahteraan masyarakat.Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang
terintegrasi, karena output dari perencanaan adalah penganggaran, anggaran sektor public harus
dapat merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat, serta dapat
menentukan penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
Berdasarkan definisi diatas dan tujuan dari anggaran sektor public, maka anggaran sektor
public memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun, jangka
pendek, menengah atau panjang.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan.
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari
penyusunan anggaran.
5. Sekali disusun anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
Anggaran sektor public menjadi penting, karena :
a. Sebagai alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan, menjamin
kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
b. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat tidak terbatas dan terus berkembang,
sedangjan sumber daya yang ada terbatas.
c. Untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat, dalam
hal ini anggaran berperan sebagai instrument akuntanbilitas public.
7
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan atau
multitahunan.
6.) Akurat.
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang dapat
menyebabkan terjadinya pemborosan dan ketidakefisienan anggaran serta dapat
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overistemate pengeluaran.
7.) Jelas
Anggaran harus sederhana dan dipahami oleh masyarakat dan tidak membingungkan
8.) Transparan.
Harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
8
a. Pihak lembaga yang memerlukan anggaran mengajukan permintaan anggaran kepada
kepala eksekutif dan anggaran tersebut diperinci berdasarkan jenis pengeluaran yang
hendak dibuat.
b. Kepala eksekutif mengumpulkan permintaan anggaran dari berbagai lembaga, lalu
anggaran ini dimodifikasi oleh kepala eksekutif ( dikonsolidasikan). Dari hasil
moditifikasi tersebut, kepala eksekutif kemudian mengajukan permintaan secara
keseluruhan untuk organisasi tersebut kepada lembaga legislatif dengan menggunakan
perincian yang sama dengan anggaran yang diajukan sebelumnya oleh lembaga-lembaga
dibawahnya ( dengan menggunakan pendekatan tradisional).
c. Setelah merevisi jumlah permintaan anggaran, pihak legislatif kemudian menuliskan
jumlah anggaran yang disetujui dengan menggunakan pendekatan tradisional.
Data-data mengenai program atau kinerja mungkin dimasukkan dalam anggaran yang
diperinci dengan menggunakan pendekatan tradisional.
Masalah utama dalam anggaran tradisional tidak diperhatikannya konsep value for money.
Akibatnya, setiap akhir tahun anggaran sering kali terjadi kelebihan anggaran yang
pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang kurang penting. Aktivitas
ini dimaksudkan untuk menghabiskan sisa anggaran. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka
akan berdampak pada alokasi anggaran tahun berikutnya, sehingga kinerja dinilai berdasarkan
habis tidaknya anggaran yang diajukan dan pada pertimbangan output yang dihasilkan dari
aktivitas yang dilakukan dari aktivitas yang dilakukan dibandingkan dengan target kinerja yang
kehendaki.
Anggaran tradisional disusun berdasarkan penerimaan dan pengeluaran , bukan pada tujuan yang
ingin dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan . pendekatan tradisional digunakan sebagai
dasar bagi elemen legislatif untuk mengendalikan elemen eksekutif.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan tradisional memiliki beberapa
kelebihan, yaitu bentuknya sederhana dan mudah dipersiapkan secara dimengerti oleh orang
yang berkepentingan.
Pendekatan tradisional memiliki beberapa kelemahan, antara lain, tidak adanya informasi yang
memadai bagi pembuat keputusan, terlalu berorientasi pada pengendalian dan kurang
memperhatikan proses perencanaan dan evaluasi.Dalam pendekatan tradisional ini lebih
difokuskan pada input, sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian pada pertimbangan jangka
panjang dan pertimbangan lain yang relevan terhadap program organisasi secara keseluruhan.
2.5.2 Pendekatan New Public Management
Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa model new public management mulai dikenal tahun
1980 dan kembai popular tahun 1990 yang mengalami beberapa bentuk konsep. Misalnya
konsep “ managerialism”(Pollit:1993), “market –based public administration’’(Lan, Zhiyong,
dan Rasenbloom, 1992),”post-bureauctatic paradigm” (Barzelay,1992).
New public management berfokus pada manajemen sektor public yang beriorientasi pada
kinerja bukan pada kebijakan.Oleh karena itu, bagian dari reformasi dari new public
management adalah dengan kemunculannya manajemen berbasis kinerja adalah pengukuran
9
kinerja organisasi sektor public yang berorientasi pada pengukuran outcome (hasil). Pendekatan
new publik management digunakan untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional. .
pendekatan new public management dalam system anggaran public memiliki karakteristik
umum sebagai berikut :
1. Komprehensif /komparatif.
2. Terintegrasidan lintas departemen.
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional.
4. Bersifat jangka panjang.
5. Spesifikasi tujuan dan pemerigkatan proses.
6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost).
7. Berorientasi pada input, output, outcome, bukan sekedar input.
8. Adanya pengawasan kinerja.
Paradigma new publik management telah melahirkan beberapa teknik penganggaran dalam
sektor publik, adalah sebagai berikut.
1. Anggaran Kinerja
Anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian
tujuan dan sasaran pelayanan public.Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat
menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.
Nordiawan (2006) menyebutkan bahwa anggaran kinerja memiliki beberapa karakterisik
sebagai berikut :
a. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas serta
unit organisasi dan rincian belanja.
b. Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisisensi maksimum dan
standar biaya.
c. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya perunit standar
dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang dipekirakan harus dilakukan pada periode
tersebut.
Penggunaan anggaran dengan pendekatan kinerja memiliki beberapa keunggulan, antara lain
adanya pendelegsian wewenang dalam pengambilan keputusan, merangsang partisipasi dan
memotivasi unit kerja, pengalokasian dana secara optimal dengan didasarkan efisisensi unit
kerja, dan menghindarii pemborosan.
Namun, anggaran kinerja memiliki beberapa kelemahan, sebagai berikut (Nordiawan,2006).
1. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau
akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit pengukuran
dan melaksanakan analisis biaya.
2. Banyak jasa dana aktivitas pemerintah tidak dapat berlangsung terukur dalam satuan unit
output atau biaya perunit yang dapat dimengerti dengan mudah.
10
3. Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran yang
dikeluarkan (cash basis).
4. Aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukannya pengukuran lainnya
tanpa adanya pertimbangan yang memadai apakah aktivitas tersebut perlu atau tidak.
2. Program Budgeting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran disusun
berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan dijalankan. Metode penganggaran ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan pada tujuan-tujuan atau
output-output dari aktivitas pemerintahan daripada input untuk menghasilkan barang dan
jasa pemerintah.
3. Zero Based Budgeting (ZBB)
Dalam penyusunan zero based budgeting tahun ini, tidak berdasarkan pada tahun lalu,
tapi berdasarkan kebutuhan saat ini. Keunggulan penggunanaan ZBB ini adalah dapat
menghasilakan alokasi sumber daya secara efisien, focus pada value for money, dan
memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektifan biaya.
ZBB memiliki beberapa kelemahannya yaitu, proses penyusunan anggaran memakan
waktu yang lama, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan biaya yang besar dan
menekankan manfaat jangka pendek. Dalam mengimplementasikan ZBB kadang
menimbulkan masalah keprilakuan didalam organisasi.
4. Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)
Planning, programming, and budgeting system (ppbs) merupakan suatu anggaran dimana
pengeluara secara primer dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
program kerja dan secara sekunder didasarkan pada jenis atau karakter objek dan
kinerja.Konsep pbbs merupakan konsep yang memandang bahwa penyusunan anggaran
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan perumusan
program kegiatan suatu organisasi. Untuk pengimplementasikan PBBS, suatu organisasi
harus mengembangkan kemampuan analisisnya untuk memahami secara mendalam
tujuan organisasi, termasuk kemampuan mengembangkan program beserta indicator hasil
untuk mencapai tujuan.
Kelebihan dari planning, programming, and budgeting system (PPBS) ini adalah
memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan.
Kelemahan planning, programming, and budgeting system ini adalah dalam
pengimplementasiannya membutuhkan biaya yang besar, karena system anggaran ini
membutuhkan system informasi yang canggih, ketersediaan data yang lengkap, adanya system
pengukuran dan staf yang memiliki kapabilitas yang tinggi, sehingga ini mengakibatkan sulitnya
system ini diimplementasikan.
Menurut Smith (1999) salah satu tujuan penerapan anggaran berbasis kinerja pada sebuah
pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan efisisensi dan efektivitas dengan memfokuskan
sumber daya menuju output yang krisis dan penting.penerapan anggaran berbasis kinerja pada
11
dasarnya diharapkan akan mereformasi kualitas dan proses pengambilahan keputusan anggaran
yang lebih rasional dalam menentukan alokasi sumber daya ekonomi sehingga kegiatan
pemerintahan dapat dijalankan dengan lebih efektif dan efisien.
12
atau top-down. Oleh karena, line item budget memfokuskan pada item-item belanja dari pada
tujuan atau fungsi dari belanja, maka metode ini tidak memberikan perhatian pada dasar
pengalokasian sumber daya dan penjelasan berdasar aktifas anggaran sehingga pendekatan ini
tidak mempunyai nilai prediktif.
Metode penganggaran program pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah federal
Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Pemerintahan federal Amerika Serikat menggantikan
penganggaran kinerja dengan penganggaran program. Metode penganggaran baru ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan pada tujuan atau output dari
aktifitas pemerintahan dari pada input untuk menghasilkan barang dan jasa pemerintah.
Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi dari program peramalan dan analisis
sistem, dan seperti yang diutarakan oleh Pilegge, metode ini adalah penganggaran yang lebih
canggih dari pada sebelumnya. Penganggaran program berfokus pada tujuan-tujuan pengeluaran
pemerintah, tetapi metode ini masih mendasarkan pada perbaikan rasionalitas dalam pembuatan
keputusan penganggaran (Pilegge, 1992: 75; dalam Gilbran dan Sekwat).
Berdasarkan perjalanan historis selama ini dari perkembangan teori penganggaran publik
yang tidak lepas dari pengaruh perkembangan lingkungan filosofi, ideologi, paradigma dan
budaya pada saat teori tersebut muncul,yang lebih menekankan pada analisis sains dan kemajuan
teknologi,sehingga menyebabkan teori penganggaran lebih bersifat rasionalitas ternikal dan
terpisah dari konteks lingkungan dan perilaku yang melingkupinya. Oleh karena itu, Gilbran dan
Sekwat menawarkan pendekatan alternatif baru dalam mengembangkan teori penganggaran yaitu
dengan menggunakan pendekatan teori sistem terbuka (open system theory).
Teori sistem terbuka memulai analisis dengan organisasi secara keseluruhan dan meneliti
perilaku individu dengan melihat lokasi dan fungsi pada sistem yang lebih besar. Tipologi sistem
dapat membantu menjelaskan aktivitas pemerintah sebagai satu kesatuan susunan interaktif yang
menyatukan banyak jaringan internal dan eksternal sosial, politik, dan ekonomi.secara eksplisit
model ini mengakui kompleksitas administrasi publik, organisasi, dan penganggaran dan saling
keterkaitan mereka terhadap masyarakat luas.
Gilbran dan Sekwat menyarrankan 4 argumentasi berikut ini:
1. Teori penganggaran seharusnya selalu sadar bagaimana individu beraksi,lokasi mereka,
fungsi dan interaksi pada sebuah sistem yang lebih besar.
2. Kajian tentang penganggaran seharusnya pertama kali ditujukan ke makro, kemudian
kemudian konteks mikro sistem penganggaran seharusnya memandang anggaran hanya
sebagai hasil dari sistem yang dinamis dari multi rasionalitas yang mengoperasikan
secara berbeda dalam bagian yang berbeda atas proses penganggaran. Hal ini akan
membantu fokus kajian pada input, output, dan sistem penganggaran organisasi baik
secara keseluruhan maupun bagian, tanpa mengganggu secara keseluruhan dalam waktu
yang sama.
3. Sebuah teori tentang penganggaran seharusnya menjelaskan bagaimana interaksi antara
tingkat makro pemerintah memengaruhi perilaku partisipan pada subsistem penganggaran
dan membantu untuk menentukan kekuatan apa yang memengaruhi tujuan kebijakan,
13
bagaimana tujuan penganggaran dipandang, dan apa yang cocok serta hasil yang
dihasilkan dari interaksi ini.
4. Tingkat pemisahan atas subsistem penganggaran dengan menerapkan tingkat rasionalitas
yang berbeda, model ini menyediakan kita dengan sebuah metode yang menguatkan
beberapa masalah metodologi pada teori penganggaran tradisional.
14
BAB IV
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Halim, Abdul & M. Syam Kusufi.2014. Akuntansi Sektor Publik,edisi ke-2, Jakarta:
Salemba Empat
16