Konsep Geografi Menurut Getrude Whipple
Konsep Geografi Menurut Getrude Whipple
Konsep Geografi Menurut Getrude Whipple
Konsep Geografi Menurut Getrude Whipple- Geografi pada dasarnya mempelajari gejala
dan fenomena yang terjadi dalam ruang. Gejala dan fenomena tersebut merupakan perpaduan dari
aspek fisikal dan kehidupan itu sendiri. Realita itu akan membentuk suatu pola abstrak dalam
pikiran manusia. Gambaran abstrak suatu gejala atau konsep nyata tersebut dikenal dengan
konsep. Konsep mengandung sejumlah ide yang dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan pemahaman orang yang menerjemahkannya. Konsep yang mengandung makna
geografis disebut dengan konsep geografi. Kalau dalam ilmu lain seperti matematika, konsep
tersebut antara lain konsep bilangan genap, ganjil, konsep logaritma dan lainnya.
Konsep geografi sangat beragam dan salah satu konsep geografi yang terkenal dikemukakan oleh
Getrude Whipple yaitu:
1. The earth as a planet (Bumi sebagai planet)Bumi merupakan salah satu planet di dalam tata
surya dan alam semesta. Selain itu bumi adalah satu-satunya planet yang memungkinkan untuk
terjalinnya suatu kehidupan yang kompleks. Jadi lokasi planet bumi dan semua unsur lainnya
sudah diciptakan Tuhan agar dapat dihuni oleh manusia dan mahluk lainnya. Karena bumi
merupakan satu-satunya planet kehidupan maka tugas manusia untuk menjaganya agar tidak
rusak.
5. The importance of location in understanding world affairs (Pentingnya lokasi dalam rangka
memahami suatu peristiwa)
Setiap lokasi di bumi ini punya sesuatu yang unik. Mengapa di Indonesia banyak gunung api
sedangkan di Inggris tidak ada?. Mengapa Tornado banyak terjadi di Amerika Serikat?. Mengapa
negara maju banyak berlokasi di wilayah iklim tinggi?. Hal tersebut merupakan suatu hal yang
unik dan harus dianalisa lebih dalam untuk mendalami suatu peristiwa. Setiap lokasi akan
memberikan data dan fakta yang bisa sama maupun berbeda dan menjadi sumber informasi dan
pengetahuan bagi manusia.
Penginderaan Jauh
Dalam hal ini Penginderaan jauh atau inderaja ialah sebuah metode pengukuran atau akuisisi data
dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak
dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah obejak atau fenomena oleh
sebuah alat dari jarak jauh misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat
lain. Pada sistem penginderaan jauh, metode yang digunakan kebanyakan meliputi fotografi,
radar, spektroskopi, dan magnet. Pengambilan data dari jarak jauh biasanya dengan menggunakan
sensor buatan.
Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
a. Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari) lebih besar
daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima objek, makin cerah
warna obyek tersebut.
2.) Atmosfer
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen, hidrogen dan
helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap,
memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik.
Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang
dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber tenaga
yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga
tidak dapat mencapai permukaan bumi.
Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan obyek yang
daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contoh: Permukaan puncak gunung yang
tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan
puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.
a. Sensor
Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Sensor dapat
dibedakan menjadi dua :
1. Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan foto.
Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto (foto udara), sensor yang
dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit)
2. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini
direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi data visual
atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih dikenal dengan
sebutan citra.
b. Wahana
Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan inderaja.
Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa, wahana dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok:
1. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara 1.000 –
9.000 meter di atas permukaan bumi
2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000
meter di atas permukaan bumi
3. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer bumi.
Perolehan Data
Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :
1. Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi
citra secara manual diperlukan alat bantu bernamastereoskop. Stereoskop dapat
digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi.
2. Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus penginderaan jauh
yang diterapkan padakomputer.
Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu orang atau
lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, maka data inderaja tidak
ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang menggunakan data inderaja misalnya adalah:
Bidang militer
Bidang kependudukan
Bidang pemetaan
Bidang meteorologi dan klimatologi
Keunggulan Inderaja
Menurut Sutanto (1994:18-23), penggunaan penginderaan jauh baik diukur dari jumlah bidang
penggunaannya maupun dari frekuensi penggunaannya pada tiap bidang mengalami pengingkatan
dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a) Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan; wujud dan
letak obyek yang mirip ujud dan letak di permukaan bumi, relatif lengkap, meliputi
daerah yang luas, serta bersifat permanen.
b) Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila
pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
c) Karaktersitik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentukcitra sehingga
dimungkinkan pengenalan obyeknya.
d) Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara
terestrial.
e) Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
f) Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.
Keterbatasan Inderaja
Berupa ketersediaan citra SLAR yang belum sebanyak ketersediaan citra lainnya. Dari citra yang
ada juga belum banyak diketahui serta dimanfaatkan (Lillesand dan Kiefer, 1979). Di samping itu
jugaharganya yang relative mahal dari pengadaan citra lainnya (Curran, 1985).
Kelemahan Inderaja
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, penginderaan jauh juga memiliki kelemahan antara lain
sebagai berikut :
Bidang geologi
Menentukan struktur geologi dan macamnya.
Pemantauan daerah bencana (gempa, kebakaran) dan pemantauan debu vulkanik.
Pemantauan distribusi sumber daya alam.
Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut.
Pemanfaatan di bidang pertahanan dan militer.
Pemantauan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan
aplikasisistem informasi geografi (SIG).
Bidang oseanografi
Pengamatan sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan arus laut.
Pengamatan pasang srut dengan gelombang laut (tinggi, frekuensi, arah).
Mencari distribusi suhu permukaan.
Studi perubahan pasir pantai akibat erosi dan sedimentasi
Definisi SIG adalah suatu sistem yang bertugas mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan
data atau informasi yang berkaitan dengan geografi. Data tersebut memuat data atau fakta
permukaan bumi secara lengkap, misalnya keadaan geologi, topografi, jenis tanah, hidrologi,
iklim, dan budaya. Wujud data tersebut disajikan dalam bentuk peta sehingga sistem
informasi geografi tidak terlepas dari peta sebagai basis data.
Menurut beberapa pakar, ada beberapa pengertian SIG.
SIG adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, dan data
manusia organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di
permukaan bumi (Chrisman:97).
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
mengintegrasi dan menganalisis informasi-informasi yang berhubungan dengan
permukaan bumi (Demers:97).
SIG adalah teknologi informasi yang dapat menganalisis, menyimpan, dan
menampilkan baik data spasial maupun nonspasial (Guo:20).
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing),
menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan
menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi
(Rice:20).
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa SIG adalah sistem berbasis komputer
yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi geografis.
Dengan SIG, seluruh data yang ada pada suatu wilayah dapat disimpan, dimanipulasi, dan
dianalisis melalui komputer. Teknologi komputer mampu menangani berbagai informasi
secara cepat dan akurat sehingga SIG yang berbasis teknologi komputer menjadi pilihan
bagi banyak pengguna pada saat ini.
Paling tidak ada 4 jenis data yang dikenal dalam Sistem Informasi Geografis, yakni:
Data ini merepresentasikan dan/atau mengidentifikasikan posisi ruang (letak geografis) dari
suatu fenomena. Contoh data spasial seperti letak suatu daratan, informasi garis lintang dan
garis bujur, kepulauan, sumber minyak, hutan, sumber gas alam, pegunungan, serta
lainnya. Data spasial ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi, misalnya Kode
Pos.
Data atribut merupakan data yang menjabarkan aspek dari suatu fenomena dalam bentuk
deskripsi atau penjelasan yang terperinci. Data ini tergambar dalam bentuk kata-kata,
angka, serta tabel. Data atribut yang dapat dijumpai pada data kepadatan penduduk, data
luas wilayah, jenis-jenis tanah, data demografis, dan sebagainya.
3.) Data Vektor :
Data vektor adalah data yang direpresentasikan sebagai suatu mozaik berupa titik/point,
garis (arc/line), polygon yaitu daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir
pada titik yang sama, serta nodes yaitu titik perpotongan antara dua garis. Kegunaan data
vektor ini untuk menganalisa ketepatan posisi pada suatu wilayah atau mendefinisikan
hubungan spasial dari beberapa fitur.
Data raster atau sering juga disebut dengan sel grid merupakan data yang dihasilkan dari
sistem penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan sebagai
struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Resolusi pada data raster
tergantung pada ukuran pixelnya. Nah, dengan kata lain resolusi menggambarkan ukuran
sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra.
Manfaat umum penggunaan Sistem Informasi Geografis ini yaitu dapat memudahkan kita
dalam melihat fenomena kebumian dengan perspektif yang lebih baik, pemrosesan data
yang lebih cepat, dan mendapatkan hasil analisa yang lebih akurat.
SIG dapat menghubungkan data spasial seperti letak geografis dan astronomis dengan data
non spasial, sehingga para pengguna sistem ini dapat membuat peta dan menganalisa
informasinya dengan berbagai cara dan metode. Dengan menggunakan SIG, di mana data
tersimpan dalam bentuk digital, data ini dapat tersimpan lebih padat dibanding bentuk
cetak, tabel, atau lainnya sehingga dapat meringankan biaya produksi dan mempercepat
pengerjaannya.
Paling tidak ada 2 keunggulan penggunaan Sistem Informasi Geografis ini, yaitu:
Analisa Proximity : Analisa Proximity ini merupakan analisa geografis yang berbasis pada
jarak dan layer. Di mana dengan analisa ini kita dapat melihat jarak tertentu suatu lokasi
untuk menentukan dekatnya hubungan antara sifat bagian yang ada.
Analisa Overlay : Analisa Overlay merupakan proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer
yang berbeda. Untuk menganalisa suatu keadaan, diperlukan lebih dari satu layer yang
berbeda dan disusun secara fisik agar dapat dianalisa secara visual.
Di lingkup pendidikan: SIG efektif digunakan sebagai alat bantu utama dalam usaha
meningkatkan pemahaman, pengertian dan pembelajaran mengenai ide atau konsep sebuah
lokasi, ruang, kependudukan dan informasi geografis lainnya.
Di lingkup penelitian: SIG dapat memberikan gambaran yang lengkap dan akurat terhadap
suatu masalah nyata yang terkait dengan data spasial permukaan bumi. Selain itu, SIG juga
memiliki kemampuan yang baik dalam memvisualkan data spasial. Sehingga mempermudah
dalam modifikasi warna, bentuk, dan ukuran simbol yang diperlukan untuk menggambarkan
unsur-unsur permukaan bumi. Pengguna juga dapat menginterpretasikan data yang didapat
melalui SIG secara manual.
Data lapangan, di mana data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan
atau observasi di lapangan dengan cara mengukur dan menghitungnya.
Data peta seperti posisi geografis Indonesia, data ini diperoleh dari informasi yang tercetak
pada peta/film.
Data penginderaan jauh, yang merupakan data hasil pengamatan dari citra satelit atau foto
udara.
Pengelolaan SIG
Cara pengelolaan SIG sebagai suatu sistem pada prinsipnya terdiri atas tiga subsistem.
Subsistem masukan (input subsystem), yaitu pengumpulan data objek material
geografi yang mendukung dan dapat dimasukkan dalam topik geografi yang akan
diinformasikan. Data tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk peta, bagan, grafik,
atau tabel. Input data SIG diperoleh dari peta, tabel, foto udara, citra satelit, dan
hasil survei lapangan.
Subsistem pengolahan dan penyimpanan data (processing and storage subsystem),
yaitu penyimpanan data yang memungkinkan untuk dipanggil kembali secara tepat
dan akurat. Adapun data yang diolah atau dikelola ada dua macam, yaitu:1). Data
keruangan atau data grafis atau data spasial,
2). Data deskriptif atau data atribut.Pengumpulan data dan pengolahan data
geografis dilakukan dengan dua cara, yaitu:1). Pengindraan jauh berupa foto udara,
citra radar, dan citra satelit.
2). Data teristis (pengukuran langsung di medan atau lapangan) yang tidak dapat
dipantau dari jauh, misalnya, kepadatan penduduk dan batas wilayah administrasi.
Subsistem penyajian (output subsystem), yaitu penyajian semua data atau sebagian
data dalam bentuk tabel, peta file elektronik (digital), dan grafik.
Dari ketiga subsistem tersebut, pengelolaan data geografi merupakan pengelolaan data yang
didasarkan pada kerja komputer. Proses komputerisasi data (input) harus berupa angka
atribut (numerik). Oleh karena itu jenis data harus diubah menjadi data digital atau atribut
dengan menggunakan komputer sesuai dengan prinsip SIG.
Contoh:
1). Data pengindraan jauh berupa foto udara dikonversi dalam bentuk digital.
2). Data satelit dalam bentuk digital secara langsung dapat digunakan.
Untuk mengubah data peta menjadi data SIG digital, dapat dilakukan dengan melalui dua
proses, yaitu melalui proses digitasi garis atau grid raster (kotak-kotak) dan melalui scanning
(penyapuan) dengan menggunakan alat yang disebut scanner.
Jika subsistem SIG tersebut diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis
keluaran yang ada, maka subsistem SIG dapat digambarkan sebagai berikut.
Tahapan dalam SIG mencakup tiga hal, yaitu masukan (input), proses, dan keluaran
(output).
Seluruh informasi atau data SIG pada suatu wilayah dapat disimpan, dimanipulasi, dan
dianalisis secara serentak melalui komputer. Selain dengan proses komputerisasi, cara
manual juga dapat dilakukan, tetapi memakan waktu lebih lama.
Tahap kerja SIG dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Masukan (input)
Dalam kerja SIG, mula-mula dibutuhkan data awal atau data base, yaitu data yang
dikumpukan selama survei dimasukkan dalam komputer, atau peta-peta yang telah ada
dilarik secara optis dan dimasukkan ke dalam komputer. Secara garis besar, data dibedakan
menjadi dua, yaitu data atribut dan data spasial.
1. Data Atribut
Data atribut adalah data yang ada pada keruangan atau lokasi. Atribut menjelaskan
suatu informasi.
2. Data Spasial atau Data Keruangan
Data spasial adalah data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di permukaan
bumi. Data spasial disajikan dalam dua bentuk atau model, yang pertama yaitu
bentuk raster disajikan dalam bentuk bujur sangkar atau sistem grid, yang kedua
bentuk vektor disajikan dalam bentuk sistem koordinat.
Dapat dijelaskan bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama
atau poligon tertutup sempurna. Gambar tersebut merupakan gambar sistem koordinat
raster terletak di sudut kiri atas. Nilai x akan meningkat ke kanan dan nilai y akan membesar
ke bawah.
Dengan sistem koordinat seperti gambar di atas, semua kenampakan di muka bumi dapat
dijelaskan. Semakin pendek jarak antartik pada sumbuh x, dan sumbu y, maka gambar yang
berbentuk akan mendekati kenyataan sebenarnya.
b. Proses
Proses dalam SIG dapat berfungsi untuk memanggil, memanipulasi, dan menganalisis data
yang tersimpan dalam komputer. Jenis analisis data sebagai berikut: analisis lebar, analisis
penjumlahan aritmatika, dan analisis garis bidang.
c. Keluaran (output)
Data yang sudah dianalisis oleh SIG akan memberikan informasi pada pengguna data
sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Keluaran SIG dapat
berupa peta cetakan (hard copy), rekaman (soft copy), dan tayangan (display).
Dengan SIG, setiap orang dapat membuat peta dan kemudian mengubah atau
memodifikasinya dengan cepat kapan saja. Di samping itu, pengguna SIG juga dapat
memproses ulang pembuatan peta dengan tingkat ketelitian tinggi kapan saja sebagai
contoh dalam pembuatan peta Amerika Selatan berdasarkan berbagai informasi atau tema
yang tersedia.
Dalam kerja SIG, diperlukan komponen-komponen SIG yang merupakan sistem kompleks
yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem komputer yang lain di tingkat
fungsional dan jaringan.
Berikut ini adalah komponen-komponen SIG:
1. Perangkat keras (hardware), berupa suatu unit komputer terdiri atas CPU, VDU, disk
drive, tape drive, digitzer, printer, dan plotter.
2. Perangkat lunak (software), berupa modul-modul program misal Arc/info, Arc View,
Map Info, R2V, dan sebagainya.
3. Data dan informasi geografi, berupa data spasial (peta) foto udara, citra satelit dan
data atribut seperti data penduduk, data industri, dan pertambangan.
4. Manajemen berupa sumber daya manusia yang mempunyai keahlian mengolah SIG.
Dari uraian diatas secara keseluruhan, maka SIG tidak hanya diterapkan dalam bidang
sumber daya alam, tetapi sekarang berkembang pada bidang perencanaan pembangunan.
Berkembangnya SIG yang menggunakan batuan teknologi komputer yang berupa perangkat
keras maupun perangkat lunak dapat dimanfaatkan untuk membantu pemecahan masalah
yang muncul dalam penanganan berbagai data.
Jika perlu, pada tahap berikutnya adalah mengaitkan basis data dengan jaringan (network)
melalui internet agar dapat diakses oleh orang lain. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua
informasi dapat diakses dengan mudah. Hal ini ada kaitannya dengan biaya yang telah
dikeluarkan dalam membuat SIG, sehingga informasi tersebut kadang-kadang harus dibeli
atau dengan kompensasi lainnya.
Agar tampilan peta SIG yang kita buat berdasarkan tahapan di atas lebih menarik dan
informatif, maka perlu ditamplikan dalam bentuk tiga dimensi. Contohnya, untuk
menganalisis daerah rawan longsor, maka tampilan peta tiga dimensi sangata dibutuhkan
agar dapat dilihat bentuk morfologi suatu wilayah lebih jelas.
Memang, apabila kita kaji dari beberapa pengertian sebelumnya tentang SIG selalu identik
dengan penggunaan komputer. Bagi kalian yang tidak memiliki fasilitas tersebut di
sekolahnya, tidak perlu khawatir. Karena yang terpenting dari SIG adalah cara kerjanya yang
meliputi pemasukan data, pengambilan dan penyimpanan data, analisis dan manipulasi data,
dan pelaporan.
SIG berkepentingan dengan data ruang waktu dan sering tapi tidak selalu perlu,
menggunakan komputer. Penggunaan komputer hanya untuk mempercepat analisis dan
menyimpan data dalam jumlah banyak. Secara sederhana dapat kamu lakukan melalui
pengoperasian SIG secara konvensional. Karena pada dasarnya, SIG berawal dari pemetaan
secara konvensional.
SIG yang dibuat secara konvensional berpegang pada teknik kartografis atau teknik
pemetaan pada umumnya. Penyajian data spasial dilakukan dengan menggambar peta pada
selembar kertas atau bidang datar dengan menggunakan peralatan kartografis, seperti
rapido, lettering set, pensil, kertas kalkir, dan alat gambar lainnya. Lebih sederhana lagi
apabila anda menggunakan plastik transparan sebagai bidang datarnya dan spidol berwarna.
Berikut langkah-langkah kegiatan SIG secara konvensional yang dapat kalian lakukan:
a. Langkah Persiapan
Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan jenis peta yang akan dibuat. Peta yang
telah ditentukan akan berhubungan dengan pencarian data yang diperlukan, peta tematik
yang harus dikumpulkan, dan cara analisis yang akan dilakukan.
Data-data yang diperlukan, dapat diperoleh dari berbagai instansi yang menyediakan data
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pertahanan Nasional (BPN), Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Tata Kota, dan lainnya. Selain itu
pengumpulan data juga dapat dilakukan melalui survey ke lapangan dan pilot pada peta
yang kalian miliki.
c. Langkah Analisis
Jika peta gabungan telah selesai dibuat, maka tahap berikutnya ialah menganalisisnya. Pada
tahap ini, peta-peta tematik yang telah kamu buat ditumpangsusunkan di atas meja gambar.
Bagian paling atas ialah plastik transparan untuk menggambar ulang semua peta yang
ditumpangsusunkan tadi. Penggabungan peta dapat dilakukan secara langsung.
Jika menemui kesulitan, bisa menggantikannya dengan menggunakan kertas kalkir yang
seukuran dengan plastik tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peta gabungan tadi lebih rapi.
Gunakan rapido berbagai ukuran dan lettering set untuk menggambarkan dan menulis
keterangan peta pada kertas kalkir tadi. Gambar ulang semua objek yang ada pada peta
komposit dan buatlah legenda peta beserta atributnya.