Makalah Katarak KMB 3
Makalah Katarak KMB 3
Makalah Katarak KMB 3
KATARAK
DISUSUN OLEH :
Nim : 006.01.31.17
TANGERANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Demam Katarak” ini yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal
bedah III sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih saya sampaikan kepada dosen bidang studi keperawatan medikal bedah
III yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mengerjakan tugas asuhan
keperawatan pada klien dengan katarak ini, sehingga saya menjadi lebih mengerti dan
memahami tentang materi “Katarak”.
Saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan kehilafan dalam
tugas ini. Untuk itu saran dan kritik tetap saya harapkan demi perbaikan tugas ini kedepan,
akhir kata saya berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
setengahnya memiliki gangguan penglihatan bilateral, yang secara signifikan
berhubungan dengan 24,8% fungsi visual yang kurang baik dibandingkan dengan
gangguan penglihatan unilateral (P <0,001). “Stage Of The Arts”Gangguan penglihatan
dan kebutaan masih menjadi masalah sosial yang cukup besar di Indonesia. WHO
memperkirakan pada tahun 2014 terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, dimana
sepertiganya berada di Asia Tenggara. Dengan pertambahan jumlah penduduk dunia dan
peningkatan umur harapan hidup maka jumlah kebutaan akan meningkat paling sedikit 1
juta orang pertahun. (WHO, 2014)Penyakit Katarak merupakan penyakit yang sudah
tersebar luas di seluruh dunia dengan tingkat kecenderungan mengalami peningkatan dari
tahun Setahun. Angka kejadian Katarak di dominasi berada dinegara miskin dan
berkembang, yaitu Asia dan Afrika, dengan besar risiko 10 kali lipat mengalami kebutaan
dibandingkan dengan penduduk dinegara maju, sedangkan risiko kebutaan dinegara maju
hanya sekitar 4 juta orang yang berisiko mengalami kebutaan dengan penyebab utamanya
adalah kemunduran maskular yang berhubungan dengan faktor Usia, dapat terlihat bahwa
negara miskin dan berkembang mengambil andil terbesar dalam peningkatan kasus
kebutaan didunia (Vaughan,2011).Prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dari
jumlah penduduk di Indonesia menurut hasil rvey pada tahun 2014. Berdasarkan angka
tersebut, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan presentase
sebesar 0,78% walaupun katarak umumnya adalah penyakit usia lanjut, namun 16-20%
buta katarak telah dialami oleh penduduk Indonesia pada usia 40-54 tahun. Terjadinya
katarak diduga karena proses multi faktor, yang terdiri dari faktor intrinsik dan faktor
ektrinsik. Faktor intrinsik seperti jenis kelamin dan umur sedangkan faktor ektrinsik
seperti diabetes mellitus, kekurangan nutrisi, penggunaan obat, rokok, alkohol, sinar
matahari (Riskesdas, 2013).Tingginya angka kebutaan di Indonesia menempatkan
Indonesia pada urutan pertama di Asia dengan tingkat kebutaan yang tertinggi, dengan
perbandingan angka kebutaan 3 juta orang buta diantara 210 juta penduduk Indonesia,
sedangkan didunia Indonesia menempatkan diri pada posisi kedua setelah negara-negara
di Afrika Tengah dan sekitar Gurun Sahara yang masalah utama kasus kebutaan
disebabkan oleh Katarak.Berdasarkan data survei kesehatan indera penglihatan tahun
2009-2014 menunjukkan bahwa di Indonesia angka kebutaan mencapai 1,5% penyebab
kebutaan di Indonesia adalah katarak yaitu memberikan andil terbesar 0,78% diakibatkan
oleh katarak dan akan terus meningkat angka kebutaan karena katarak kejadiannya
diperkirakan 0,1 % atau (sekitar 210.000/ tahun).Data prevalensi gangguan penglihatan
dan kebutaan menurut penduduk dipropinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa jumlah
4
penderita mata yang mengalami kebutaan sebanyak 193.344 orang, katarak sebanyak
100.539 orang, glaucoma sebanyak 25.779 orang, kelainan refraksi sebanyak 18.045
orang, dan xeroptalmia sebanyak 38.669 orang. (Profil Kesehatan Sumatera Utara,
2016).Berdasarkan data yang didapat dari rekam medis Rumah Sakit UmumDR. Pirngadi
Medan bahwa angka penderita katarak pada tahun 2015 adalah sebesar 2615 orang dan
pada tahun 2016 cenderung meningkat sebesar 2947 orang. (Rekam Medis RSUD Dr
Pirngadi Medan, 2016).Kejadian Katarak yang setiap tahunnya mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun seperti yang dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
katarak dan faktor yang mempengaruhinya di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Gambar Katarak (Ilyas , 2014).
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling
bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
7
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat
disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena
adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok,
dan asupan vitamin anti oksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Gambar ini
a) Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat
humor
pigmen.
8
f) Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa
h) Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa,
1) Tunica Vibrosa
Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat
kuat. Sklera berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapat kornea,
yaitu lapisan yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk
mata sehingga keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu. Pada
batas cornea dan sclera terdapat canalis schlemm yaitu suatu sinus venosus yang
2) Tunica Vasculosa
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke
belakang terdiri dari iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah
yang kaya akan pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah
ini disebut Iris. Coba Anda perhatikan mata orang Indonesia dengan orang-orang dari
9
Negara barat! Apakah perbedaannya? Tentunya pada warna. Orang Indonesia
biasanya bermata hitam atau coklat, adapun orang barat biasanya berwarna biru atau
hijau. Nah, di bagian irislah terdapatnya perbedaan ini karena di tempat ini memiliki
pigmen warna.
Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di belakang
kornea tengah. Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan menyempitnya bagian ini.
Coba Anda masuk ke dalam suatu kamar yang gelap gulita, maka Anda akan berusaha
melihat dengan melebarkan mata agar cahaya yang masuk cukup. Pada kondisi ini
disebut dengan dilatasi, demikian sebaliknya jika Anda berada pada ruangan yang
terlalu terang maka Anda akan berusaha untuk menyempitkan mata karena silau untuk
mengurangi cahaya yang masuk yang disebut dengan konstriksi. Pada sebuah kamera,
pupil ini diibaratkan seperti diafragma yang dapat mengatur jumlah cahaya yang
masuk.
Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang
disebut Musculus Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata,
yang selalu bekerja untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda
dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila
seseorang melihat benda dengan jarak yang dekat maka akan memaksa otot lensa
bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang untuk membuat lensa mata lebih
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira
bening yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya
3) Tunica Nervosa
10
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian
belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak,
namun tipis, hampir menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari
sekitar 103 juta sel-sel yang berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel
tersebut sekitar 100 juta sel merupakan sel-sel batang yang berbentuk seperti tongkat
pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus (kerucut). Sel-sel ini berfungsi untuk
penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka pada sedikit cahaya.
a. Sel Batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap
cahaya sehingga sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel
batang ini mengandung suatu pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya
lemah seperti cahaya bulan pun dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang
b. Sel Kerucut atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu
iodopsin yang terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing
sensitif terhadap cahaya merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin
merah, hijau dan biru. Segala warna yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan
ketika cahaya terang. Signal listrik dari sel batang dan sel kerucut ini akan di
teruskan melalui sinap ke neuron bipolar, kemudian ke neuron ganglion yang akan
membentuk satu bundel syaraf yaitu syaraf otak ke II yang menembus coroid dan
sclera menuju otak. Bagian yang menembus ini disebut dengan discus opticus,
dimana discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel kerucut, maka
cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga disebut
11
Alat-alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata
a) Alis: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya
untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.
b) Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak
bergerak dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae
untuk menarik kelopak mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata
dilakukan oleh otot otot yang lain yang melingkari kelopak mata atas dan bawah
yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang antara ke-2 kelopak disebut celah mata
(fissura pelpebrae), celah ini menentukan “melotot” atau “sipit” nya seseorang.
Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut caruncula lakrimalis yang
c) Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar
Meibow. Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar
12
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam golongan berikut:
1. Katarak congenital yaitu katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
2. Juvenile yaitu katarak yang terlihat pada usia 1 tahun dan dibawah usia 40 tahun.
3. Katarak persenil yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
4. Katarak senile yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
(Ilyas,2014)
2.4 Etiologi
Katarak dapat disebabkan oleh bermacam- macam faktor seperti kelainan
bawaan sejak lahir, penyakit, trauma, efek samping obat, dan radiasi sinar matahari.
Tetapi, umumnya penyebab terbesar adalah proses ketuaan/ faktor usia.
Berdasarkan faktor resiko penyebabnya. Katarak dapat di golongkan ke dalam
beberapa tipe, yaitu sebagai berikut:
1. Katarak kongenital
Adalah katarak yang ditemukan pada anak - anak. Biasanya dalah katarak
yang di temukan pada bayi ketika waktu lahir yang disebabkan oleh virus rubella pada
ibu yang hamil muda.
2. Katarak komplikata
Adalah katarak yang disebabkan oleh beberapa jenis infeksi dan penyakit
tertentu seperti diabetes mellitus, hipertensi, glaucoma, lepasnya retina atau ablasi
retina dan penyakit umum tertentu lainnya.
3. Katarak trauma
Adalah katarak yang diakibatkan oleh cedera mata seperti: pukulan keras, luka
tembus, luka menyayat, panas tinggi atau bahan kimia dapat mengakibatkan
kerusakan pada lensa. Katarak trauma dapat terjadi pada semua usia.
4. Katarak senilis
Adalah katarak yang disebabkan oleh proses ketuaan/ faktor usia sehingga
lensa mata menjadi keras dan keruh. Katarak seilis merupakan tipe katarak yang
paling banyak ditemukan. Biasanya ditemukan pada golongan usia diatas 40 tahun
ketas (ilyas,2014).
Terdapat dua bentuk katarak senilis yaitu:
1. Tipe kortikal: proses kekaburan mulai pada bagian superficial dari konteks lensa
mata.
2. Tipe nuclear: proses kekaburan mulai pada bagian nucleus (inti) lensa mata.
13
Terjadiya katarak senilis berlangsung dalam 4 stadium yaitu:
1. Stadium insipien
Stadium ini adalah awal proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa terbentuk
bercak bercak. Kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan
penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses
degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat
bilik mata depan dengan kedalaman yang normal. Iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan belum terganggu.
2. Stadium imatur
Pada stadium ini, lensa yang degenerative mulai menyerap cairan ke dalam
lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini terjadi pembengkakan
yang disebut katarak imatur. Pada stadium ini dapat dapat terjadi miopisasi akibat
lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien tidak menyatakan tidak perlu
kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa mata yang bengkak, iris
terdorong kedepan bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau
tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaucoma sekunder. Pada pemeriksaan uji
bayangan iris atau shadow test akan terliha bayangan iris pada lensa. Uji bayangan
iris positif.
3. Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi kekeruhan
seluruh lensa. Tekanan cairan didalam lensa sudah dalam keadaan seimbang.
Dengan cairan dalam mata sehingga ukuran ukuran lensa akan menjadi normal
kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan
normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, dan uji bayangan iris negative.
Tajam penglihatan menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.
Stadium ini tepat untuk melakukan operasi Karena kekaburan lensa sudah lebih
padat dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya.
4. Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut dari korteks lensa dapat
mencair sehingga nucleus lensa tenggelam didalam korteks lensa (katarak
morgagni). Pada stadium ini juga terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa ataupun korteks lensa yang cair keluar adan masuk kedalam bilik mata
depan. Lensa terlihat lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris
tremulans, dan bilik mata terbuka. Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun
14
seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris
pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi
pada jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa juga dapat menutup jalan keluar
cairan bilik mata sehingga timbul glaucoma fakolitik.(Ilyas,2014).
2.5 Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan
kapsul. Nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan
bertambahnya usia. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan
posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita
katarak.
15
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Keratometri
3. Oftalmoskopis
5. Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000
sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.
2.7 Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
16
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi
segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan
mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat
struktur mata selama pembedahan.
2.8 Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh
diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu
lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga
jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan
penyulit seperi glaukoma dan uveitis. Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi
katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau
perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan
melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak
sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak
sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang
matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat pula
dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus
lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana
komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
2.9 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. W
Umur : 50 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : islam
Status Perkawinan : kawin
17
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Tgl masuk RS : 01 Januari 2012
No. Register : 15665
Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Umur : 56 th
Pekerjaan : swasta
Alamat : Hibrida 10
2. Keluhan utama
Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur,
kesulitan melihat dari jarak jauh ataupun dekat.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan Sekarang
18
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus
/gejala-gejala yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap
agar bisa cepat sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan
berheti) : tidak menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
19
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau
keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya
diserahkan pada agamanya
1. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
20
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius
3) Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4) Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan
5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak
timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6) Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7) Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8) Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
21
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9) Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus
22
2.10 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
-klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera
penglihatannya kabur, penglihatan dengan dilator pupil)
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan tindakan
yaitu dikoreksi dengan dilator pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi
-klien mengatakan kesulitan melihat katarak terhadap infeksi
pada jarak jauh atau dekat, pandangan
ganda, susah melihat pada malam
hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor
fisik dan kimiawi sehingga kejernihan
lensa berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan penerimaan Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami sensori/status organ persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. indra penglihatan
-Klien mengatakan mengalami
23
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa menjadi
opak, retina sulit dilihat
24
berihan paru meningkatkan TIO
4. Pertahankan
perlindungan mata
sesuai indikasi 4. Digunaknuntuk
melindungi dari
5. Minta pasien untuk cedera dan
membedakan menurunkan
antara gerakan mata
ketidakyamanan 5. Ketidak amanan
dan nyeri mata mungkin karena
tajam tiba-tiba, prosedur
selidiki pembedahan, nyeri
kegelisaan,disorien akut menunjukkan
tasi, gangguan TIO dan atau
balutan perdarahan yang
terjadi karena
regangan dan atau
tak diketahui
penyebabnya.
Kolaborasi:
1. berikan obat sesuai
indikasi
antiemetik contoh
proklorprazin
mual, muntah
dapat
meningkatkan TIO,
memerlukan
tindakan segera
asetazolamid(diom untuk mencega
ox) cedera okuler
diberikan untuk
25
menurun TIO bila
terjadi peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
analgesik contoh humor
empirin dengam digunakan untuk
kodein, ketidak nyamanan
asetaminofen(tynol ringan, mencega
) gelisah yang dapat
mempengaruhi TIO
2 Resiko Setelah - Meningkat Mandiri
tinggi dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan
terhadap intervesi penyembuha pentingnya jumlah bakteri pada
infeksi selama n luka tepat mencuci tangan tangan, mencega
berhubunga 3x24 jam waktu sebelum menyentu kontaminasi area
n dengan diharapkan - bebas atau mengobati operasi
bedah factor drainase mata 2. Tehnik aseptic
pengangkat resiko purulen dan 2. Gunakan atau menurunkan resiko
an katarak infeksi eritema tunjukan tehnik penyebaran bakteri
dapat yang tepat untuk dan kontaminasi
diatasi membersihkan silang
mata dari dalam
keluar dengan tisu
basah atau bola
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan 3. Mencegah
3. Tekankan kontaminasi dan
pentingnya untuk kerusakan sisi
26
tidak menyentuh operasi
atau menggarut
mata yang di
operasi 4. Infeksi mata terjadi
4. Obserpasi tanda 2-3 hari setelah
terjadinya infeksi prosedur dan
contah kemerahan, memerlukan upaya
kelopak mata intervensi yang
bengkak, drainase tepat
purulen.
Kolaborasi:
1. Berikan obat
sesuai indikasi sediakan topical
antibiotik(topical, yang digunakan
perenteral, atau sevara profilaksis,
subkunjungival) dimana terapi lebih
akresif diperlukan
bila terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
implantasi.
Digunakan untuk
steroid menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah - Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka 1. Tentukann 1. kebutuhan individu
persepsi(pe intervesi n ketajaman ketajaman dan pilihan
nglihatan) selama penglihatan penglihatan, catat intervensi
berhubunga 3x24 jam batas situasi apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
27
n dengan diharapkan individu mata terlibat kehilangan
gangguan gangguan - Memperbaiki penglihatan terjadi
penerimaan sensori potensi lambat dan
sensori/statu persepsi bahaya dalam progresif. Bila
s organ dapat lingkunga bilateral tiap mata
indra diatasi dapat berlangjut
penglihatan pada laju yang
berbeda tetapi biasa
nya hanya 1 mata
diperbaiki
perprosedur.
2. memberikan
peningkatan
2. Orientasikan kenyamanan dan
pasien terhadap kekeluargaan,
lingkungan,stap, menurunkan cemas
orang lain di area dab disorientasi
nya pasca operasi
3. terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
3. Observasi tanda- tetbatasan
tanda dan gejala- penglihatan dapat
gejala disorientasi, mengakibatkan
pertahankan pagar bingung pada orang
tempat tidur sampai tua. Menurunkan
benar-benar senbuh resiko jatuh bila
dari anastesia pasien bingung atai
tak kenal ukuran
tempat tidur
4. Memberikan
28
rangsangan sensori
4. Pendekatan dari tepat terhadap
sisi yang tak isolasi dan
dioperasi , bicara, menurunkan
dan menyentuh bingung
sering, dorong
orang terdekat
tinggal dengan
5. Gangguan
pasien
penglihatan atau
iritasi dapat
5. Perhatikan tentang
berakhir 1-2 jam
suram atau
setelah diberikan
penglihatan kabur
pengobatan tetapi
dan iritasi mata
secara bertahap
menurunkan
dengan
penggunaan.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi jangan
hentikan
penggunaan obat
sementara
6. Ingatkan pasien
6. perubahan
menggunakan
ketajaman dan
kacamata
kedalaman persepsi
katarakyang
dapat
tujuannya
menyebabkan
memperbesar
bingung
kurang lebih 25%
penglihatan atau
penglihatan perifer
meningkatkan
hilang dan buta
resiko cedera
29
titik mungkin ada sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi.
30
indikasi mata tajam tiba-tiba,
antiemetik contoh selidiki
proklorprazin kegelisaan,disorientasi,
asetazolamid(diomox) gangguan balutan
31
Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan setelah
berhubungan dengan 1. Menentukann ketajaman dilakukan operasi matannya
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 sudah dapat melihat
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat walaupun tanpa bantuan
penglihatan 2. Mengorientasikan pasien kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3. Mengobservasi tanda-tanda disekitarnya
dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4. Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien
5. Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6. Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
33
dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta
sayuran yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan mata.
DAFTAR PUSTAKA
34
Pujiyanto Ismu T. Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Terhadap Kejadian Katarak
Senilis Di Kota Semarang Tahun 2013. Pasca Sarjana Department Epidemiologi Universitas
Diponegoro. Semarang,2013.
Sinha R Et Al, Etiopathogenesis Of Cataract: Journal Review. Indian Journal Of
Ophthalmology Vol.57 No.3; Mai-June 2014.
Sirlan F, Blindness Patern In Indonesia, Sub Directorate Community Eye Health, Ministry Of
Healthy,2014Soehardjo, Kebutaan Katarak. Factor-Faktor Resiko, Penanganan Klinis Dan
Pengendalian. Program Doctoral (Disertasi). Universitas Gajah Mada.2014.
Sperduto RD. Epidemiologic Aspects Of Age- Related Cataract In Duane’s Clinical
Ophthalmology. Volume 1. Chapter 73A Revised Edition. Lippincot
Williams&Wilkins;2014.
Taylor A. Nutritional And Environmental Influence On Risk For Cataract In Duane’s Clinical
Of Ophthalmology Volume 1, Chapter 27C. Lippincot Williams And Wilkins;2014.
Vitale S, Plasma Antioxidant And Risk Of Cortical And Nuclear Cataract, Epidemical
2013:4;195-203.
World Health Organization, Global Inititive For The Elimination Of Avoidable Blindness,
Geneva.2014.
35